Dosen Pengampu:
1. Dr. Anak Agung Gede Bagus Udayana, S.Sn., M.Si
2. I.B. Ketut Trinawindu, S.Sn., M.Erg
3. Agus Ngurah Arya Putraka, S.Sn., M.Sn
Disusun oleh:
KELOMPOK 4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................................2
4.1 Konsep........................................................................................................................19
BAB V PENUTUP............................................................................................................30
5.1 Simpulan.....................................................................................................................30
5.2 Saran...........................................................................................................................30
ii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................31
LAMPIRAN.......................................................................................................................32
LAMPIRAN 2....................................................................................................................33
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makluk sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles
Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan untuk
hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Kita memerlukan orang lain dalam
hidup,dengan demikian sosialisasi merupakan suatu hal yang penting karena dapat
mempererat hubungan kita dengan masyarakat.
Kita mulai mendapatkan pendidikan karakter dan juga mengenal taktik berinteraksi
supaya bisa lebih dekat dengan banyak orang , ketika memasuki Sekolah Dasar/SD,
namun sering kali kita menemukan kasus dimana banyak anak-anak yang tidak peka
terhadap perasaan lawan bicaranya.
Tindakan anak-anak yang tidak peka akan dampak kata-kata atau tindakan mereka
ke orang lain ini merupakan hal yang sering dianggap remeh,namun kejadian seperti
ini dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap lawan bicaranya di masa yang akan
datang, apalagi jika menggunakan kalimat atau tindakan yang tidak pantas. Yang
menjadi lawan bicara itu mungkin akan memberikan respon yang positif di awal ,misal;
tertawa, namun tertawa juga dapat disebabkan karena ketidaknyamanan, sehingga anak
yang tidak peka tadi merasa bahwa perilakunya/candaannya tidak salah atau bahkan
merasa kalau dia boleh bertindak/berkata seperti itu.Padahal kejadian seperti ini, pihak
yang menganggap hal tersebut sebagai candaan belaka akan mulai merasa bahwa
dirinya hebat,apalagi jika saat itu dikelilingi teman-temannya dam mereka juga ikut
tertawa,sehingga semakin lama oknum ini akan menjadi terlalu percaya diri dan
menganggap remeh lawan bicaranya. Tak jarang pula anak-anak menggunakan tindak
kekerasan pada orang lain karena menganggap remeh lawan bicaranya.
Adapun tindakan tersebut sudah termasuk ke dalam contoh perundungan, adapun
definisi perundungan menurut UNICEF adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi
sekali-kali. Anak-anak yang melakukan perundungan biasanya berasal dari status sosial
atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih
kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya. Anak-anak
yang paling rentan menghadapi risiko lebih tinggi untuk dirundung seringkali adalah
anak-anak yang berasal dari masyarakat yang terpinggirkan, anak-anak dari keluarga
berpenghasilan rendah, anak-anak dengan penampilan atau ukuran tubuh yang berbeda,
anak-anak penyandang disabilitas, atau anak-anak migran dan pengungsi.
Perundungan dapat menimbulkan dampak yang berbahaya dalam jangka panjang
bagi anak-anak. Selain efek fisik dari perundungan, anak-anak dapat mengalami
masalah kesehatan mental dan emosional, termasuk depresi dan kecemasan, yang dapat
menyebabkan penyalahgunaan narkoba dan penurunan prestasi di sekolah. (UNICEF).
Salah satu dampak buruk yang dihasilkan oleh tindak perundungan yaitu,
terganggunya mental health/kesehatan mental korban. Kesehatan mental bukanlah hal
yang sepele,itu merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dan diajarkan dalam
proses perkembangan karakter anak, sehingga timbul kesadaran dalam diri seseorang
akan adanya batasan dalam berinteraksi dengan sesamanya. Tentunya bukan secara
paksaan atau hukuman yang berat, namun secara bertahap. Untuk itu Violet Project
menghadirkan sebuah upaya penanggulangan kasusperundungan berupa kampanye.
2
Kampanye sendiri adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan
berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan
mempengaruhi khalayak sasaran yang telah diterapkan. (Pfau dan Parrot,1993).
Menurut Leslie B. Snyder, kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang
terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu guna
mencapai tujuan tertentu. (Gudykunst & Mody, 2002). Dengan demikian kampanye
merupakan salah satu bentuk sosialisasi kepada suatu golongan untuk mencapai tujuan
tertentu.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
Melalui Kampanye Violet Project ini kami Ingin
mengajarkan/mensosialisasikan kepada anak-anak SD tentang apa itu
perundungan,cara mengidentifikasinya,dampak perundungan terhadap orang lain
dan pentingnya kesehatan mental,sehingga mereka sadar dan tahu batasan saat
berinteraksi dengan orang lain,mau menjaga dan bukan menyakiti satu sama lain.
Dan dengan kampanye ini kami ingin mencegah terjadinya kasus perundungan di
jenjang pendidikan dan generasi selanjutnya.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka media kampanye ini
diharapkan mempunyai manfaat mengenai pentingnya kasus perundungan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat dari laporan ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis
Laporan ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat secara teoritis,serta
sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang media apa
yang cocok digunakan dalam kampanye anti perundungan pada jenjang sekolah
3
dasar.
b. Bagi guru
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang
perundungan dan pentingnya kesehatan mental para peserta didik.
c. Bagi peserta didik
Peserta didik sebagai sasaran utama, diharapkan dapat memahami dan
mengerti tentang perundungan dan tidak lagi menganggap hal tersebut sebagai
sebuah bercandaan. Dan anak dapat menolong dan melaporkan suatu kejadian
perundungan apabila hal tersebut terjadi pada mereka atau teman mereka di
masa depan.
d. Bagi sekolah
Sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan anti-perundungan yang sering
di terapkan , serta manjadi inspirasi akan kegiatan yang dapat diselenggarakan di
sekolah berkaitan dengan pengajaran tentang pendidikan karakter siswa dan
siswi SDN 3 Sanur.
1.5.2 Stationery:
a. Name tag/ID card : alasan kami menggarap desain ID card/name tag
adalah,karena name tag merupakan salah satu unsur penting dalam
kegiatan,sebagai tanda pengenal saat berhadapan dengan banyak orang saat
acara/kegiatan sosialisasi.
b. Lanyard : alasan kami menggarap desain lanyard adalah sebagai pasangan
dari name tag.
c. Kartu nama : alasan kami menggarap desain kartu nama adalah sebagai tanda
pengenal setelah name tag/ID card dan juga menjadi salah satu media
promosi yang dapat di berikan pada orang lain.
1.5.3 Merchandise:
4
BAB II
MITRA DAN TINJAUAN PUSTAKA
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD Negeri 3 Sanur banyak
yang sudah mengetahui tentang perundungan, karena menurut kepala sekolah, guru-
guru di SD Negeri 3 Sanur selalu membekali murid-muridnya dengan pendidikan
karakter. Meskipun begitu, masih banyak anak-anak yang mengalami diejek temannya
secara terus-menerus dan mereka juga melihat temannya diejek secara terus menerus.
Edukasi lebih dalam tentang perundungan pantas dilaksanakan di SD Negeri 3 Sanur
karena dengan begitu anak juga dapat mengetahui perbedaan teman yang bercanda dan
teman yang memang suka merundung teman lain.
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa banyak siswa-siswi SD Negeri 3
Sanur yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang perundungan dan kesehatan
mental, begitu juga dengan kegiatan lomba menggambar, setengah dari responden
tertarik untuk mengikuti lomba. Dan juga, hampir seluruh responden menjawab lebih
tertarik dengan poster yang didominasi oleh ilustrasi, data ini dapat dijadikan landasan
dalam mendesain media.
produk, nama brand akan digunakan pada produk dan jasa dan akan menjadi
sebuah aset berharga. Nama brand akan menjadi bentuk komunikasi antara
perusahaan dengan konsumen yang mana nama brand tersebut akan menjadi
aspek penting yang membentuk citra sebuah perusahaan (Kotler dan Pfoertsch,
2008).
b.) Logo
Logo adalah bentuk grafis dari nama brand. Logo sendiri tidak tidak dapat
disepelekan kekuatannya karena pada dasarnya manusia lebih mudah mengingat
citra dari suatu merek dan simbol itu sendiri. Logo dengan citra yang kuat
secara tidak langsung membangun kesadaran akan identitas sebuah merek dan
lebih mudah diingat (Kotler dan Pfoertsch, 2008).
c) Signature (Identitas)
adalah salah satu unsur yang memberi bobot dalam sebuah desain. Selain memuat
ciri khas brand tertentu, signature juga menjadi penarik perhatian audiens, terutama
yang mencari prestise lewat merek tersebut. Signature dalam poster yang sama yaitu
berupa anjuran untuk mengunjungi laman Instagram untuk mengakses info
selengkapnya.
a) Warna Primer
J. C. Le Blon tahun 1731 menemukan warna primer Merah, Kuning dan Biru
dalam warna pigmen. Ini merupakan titik awal dari teori Merah kuning biru sebagai
12
warna utama. Kemudian teori Le Blon dikembangkan oleh Mozess Harris dengan
membuat warna sekundernya. Warna primer adalah warna utama yang terdiri dari biru,
merah, dan kuning yang disebut juga sebagai Hue. Ketiga warna dasar ini adalah warna
yang bisa dikombinasikan dan menghasilkan warna-warna turunan lainnya.
b) Warna Skunder
Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna primer dengan proporsi 1:1.
Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 18). Warna-warna yang dihasilkan dari
percampuran warna-warna primer (biru, merah, dan kuning) dalam satu ruang warna.
Hasil pencampuran warna primer bisa dilihat dari tabel dan gambar berikut.
kuning dan jingga. Warna coklat merupakan campuran dari ketiga warna merah,
kuning dan biru.
Warna utama yang digunakan dalam pembentukan identitas dari Violet Project ini
adalah warna Violet. Yaitu percampuran warna antara warna merah dan ungu yang
cenderung lebih ke biru. Warna violet ini sendiri dipilih berdasarkan filosofi dari nama
proyek itu sendiri dimana kita sebagai pengkampanye menempatkan diri sebagai
jembatan yang menyatukan merah yang merepresentasi kemarahan, dan biru yang
merepresentasi kesedihan, menjadi violet atau ungu muda.
teori warna Brewster warna pokok adalah warna netral. Seperti yang sudah dibahas
di atas, warna netral merupakan hasil dari campuran warna dasar, yaitu merah, biru, dan
kuning dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Selain itu, perpaduan warna primer dan tersier
juga akan menghasilkan warna netral. Pada sistem pencampuran warna cahaya adiktif,
campuran ketiga warna primer akan menghasilkan warna
14
sebagai seni yang tidak mudah untuk dipahami, apabila hanya dilihat dengan sekilas
saja. Hal ini dikarenakan, seni abstrak tidak berbentuk realistis serta tidak naturalis.
Menurut Louis Fichner dalam Understanding Art tahun 1995, seni abstrak adalah bentuk
penyederhanaan atau pendistorsian dari bentuk lainnya. Sehingga hanya ada esensi saja
yang hadir dalam lukisan ketika seniman berusaha untuk menggambarkan bentuk alam
maupun objek lainnya yang diabstraksikan
Gambar 2.5 Contoh Style Abstract Design oleh Peter Bankov tahun 2016
(Sumber: https://archive.tdc.org)
16
2. Concepting
a. Moodboard
1) Style Design
Style design yang digunakan dalam media kampanye violet
project adalah ilustrasi abstrak.
2) Tipografi
Tipografi yang akan digunakan pada media kampanye adalah
handwritten yaitu tipografi yang terlihat seperti tulisan tangan dan juga
digunakan tipografi sans serif yaitu jenis huruf yang tidak memiliki
kait pada bagian ujung.
3) Color pallete
Warna yang digunakan pada media kampanye adalah warna pastel
dan didominasi warna ungu sesuai dengan nama kampanye ini sendiri.
Warna pastel dipilih karena warna pastel merupakan warna yang
lembut dan ramah di mata anak-anak.
4) Elemen ilustrasi
Elemen ilustrasi yang digunakan adalah elemen ilustrasi yang
berupa garis-garis dan gambar-gambar abstrak.
17
3.2.1.Corporate identity.
Menurut Blauw (1989) dalam (Van Riel, 1995:30), corporate identity
merupakan keseluruhan arti visual dan non visual yang digunakan oleh suatu
perusahaan untuk menunjukkan dirinya kepada seluruh kelompok sasaran.
Untuk menunjukkan visual yang dapat menjadi bahan pengingat bagi
masyarakat dan audiens, kami membuat logo dan tagline yang
merepresentasikan visi dan misi dari Violet Project ini. Logo yang telah
dibuat akan diaplikasikan pada tiap media yang digunakan, termasuk ke
dalam media kampanye, merchandise maupun stationery. Sedangkan tagline
bersifat lebih opsional atau fleksibel, menyesuaikan dengan media dan bisa
diganti visual dengan hanya menyertakan tagline dengan font yang sesuai
dengan desain media.
3.2.2. Merchandise
Merchandise adalah produk-produk yang dijual peritel kepada
konsumen dalam gerainya kepada konsumen, sedangkan merchandising
dapat diartikan sebagai upaya pengadaan dan penanganan barang (Sudjana,
2005). Merchandise dalam perancangan media kampanye Violet Project ini
lebih berfokus sebagai hadiah atau reward yang akan diberikan kepada anak
sd sebagai sasaran kampanye setelah tim dari Violet Project melakukan
sosialisasi ke SDN 3 Sanur, Denpasar bali. Merchandise yang dibagikan
berupa kotak pensil yang berbahan dasar kain dengan penerapan desain
menggunakan cara sablon atau print. Kemudian tumbler minum yang akan
direalisasikan menggunakan bahan dasar plastik, dan stiker vinyl mengingat
anak anak cenderung tertarik dengan stiker. Merchandise yang terakhir
berupa T-shirt yang juga akan dikenakan oleh panitia pelaksana sosialisasi.
T-shirt akan direalisasikan menggunakan bahan dasar cotton combed 70s,
mengikuti ukuran pabrik yakni S, M, L dan XL.
3.2.3. Stationery
Stationery adalah peralatan kantor yang dicetak dan merupakan gambar
yang harus didesain agar menarik dan menggambarkan citra perusahaan.
Stationery dalam perancangan media kampanye violet project ini berupa
kartu nama yang akan dicetak menggunakan kertas art paper 300 gsm,
lanyard bermotif logo violet berbahan dasar kain dan juga id card yang akan
18
BAB IV
PROSES PENCIPTAAN DAN KARYA
4.1 Konsep
Konsep sebuah desain adalah suatu jalan yang harus dilalui di dalam urutan
perancangan. Konsep juga berfungsi untuk menghasilkan ekspresi dalam wujud
perancangan (Suprapto, 1979: 5-6) Konsep desain yang akan diterapkan dalam
perancangan media kampanye Violet Project ini adalah playful design dengan
pendekatan edukatif. Dikutip dari kamus oxford, playful merupakan kata dalam bahasa
inggris yang memiliki padanan kata sebagai berikut:
Fun : lucu
Happy : menyenangkan
Playful desain mengacu pada penggunaan elemen desain yang beragam dan
cenderung berwarna cerah dengan mengedepankan konsep estetika desain yang tidak
membosankan untuk dilihat. Elemen-elemen desain yang beragam tersebut digunakan
untuk menghibur pengguna dan menimbulkan respons emosional. Sedangkan
pendekatan edukatif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat sehingga
masyarakat yang bersangkutan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam hal
ini, pemilihan konsep playful disesuaikan dengan sasaran utama kampanye Violet
Project yakni anak SD. Penggunaan warna kuning yang cerah difokuskan untuk
menyeimbangkan warna utama yakni violet yang cenderung lebih soft. Selain itu,
penggunaan ilustrasi abstrak berupa karakter yang menyerupai anak anak dengan
menampilkan ekspresi tertentu juga menjadi variasi dalam konsep playfull design yang
diambil.
Dari konsep playful ini, penerapannya dalam media dikembangkan lagi dengan
pemilihan kata kata yang kids friendly. Pemilihan kata kata dalam media juga
disesuaikan dengan anak anak, yakni menggunakan bahasa yang mudah dipahami, non
formal dan terkesan lembut sehingga sesuai dengan pendekatan edukatif, dan lebih
menarik untuk anak anak.
2. Concepting
3. Moodboard
3.4 Tipografi
Tipografi yang akan digunakan pada media kampanye adalah handwritten yaitu
tipografi yang terlihat seperti tulisan tangan dan juga digunakan tipografi sans serif
yaitu jenis huruf yang tidak memiliki kait pada bagian ujung. Kedua tipografi ini
memberikan kesan santai dan tidak kaku.
21
b. Tagline
22
Tagline yang kami buat yaitu speak up,stand up,level up dengan arti berani
bersuara,berani melindungi dan menghindari tidak perundungan serta berkembang
bersama.
d. Lanyard
Desain dari lanyard ini sendiri kami membuat opsi 2 warna yaitu warna putih dan
ungu, dengan menampilkan logo dari kampanye.
e. Kartu nama
Pada kartu nama terdapat 2 sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang. Pada bagian
depan kartu nama terdapat ilustrasi dari violet project beserta logo dan tagline. Pada
bagian belakang terdapat penjelasan singkat tentang violet project, logo, nomor yang
bisa dihubungi serta akun instagram violet project.
f. T-shirt
Pada t-shirt terdapat 2 sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang. Pada sisi depan
terdapat logo kampanye. Sedangkan pada sisi belakang terdapat ilustrasi karakter
yang digambarkan dengan teknik sketch, beberapa coretan abstrak dan juga pesan
tidak boleh melakukan tindak kekerasan.
g. Tumbler minum
Pada desain tumbler minum ada pilihan 2 warna yaitu kuning dan ungu. Kami
memberikan illustrasi karakter beberapa sketch dan kata kata seperti bla bla bla dan
nye nye yang merupakan salah satu cara untuk memblokade ejekan orang lain
terhadap kita, serta pesan untuk mencegah tindak kekerasan yang dibuat dengan
ukuran yang lebih besar.
i. Stiker
Kami menggunakan ilustrasi karakter,teks pencegahan tindak kekerasan,teks
pencegahan berkata kasar beserta tagline.
23
j. Poster
Kami membuat 3 tipe poster, yaitu poster untuk menanyakan keadaan anak, poster
untuk memberikan keberanian bagi anak untuk melaporkan tindak perundungan
yang terjadi, dan poster yang meyakinkan bahwa mereka tidak sendirian/ada orang
yang mau membantu dan mendengarkan keluh kesah mereka. Ketiga poster tersebut
mencantumkan logo, ilustrasi karakter, serta QR code untuk sosial media dari violet
project.
l. Instagram post
Untuk instagram post kami membuat desain per baris /3 post dengan thumbnail yang
bersambung. Pada post instagram menampilkan pengenalan terhadap kampanye
violet project dengan ilustrasi karakter dan logo kampanye.
Logo berupa gabungan wordmark dan logogram dari gambar toa yang
memvisualisasikan kata “menyuarakan”. dan nama dari project yaitu
“VIOLETPROJECT” beserta tagline. Penggunaan warna ungu menjadi representasi dari
nama lain dari kata Violet yaitu ungu. Kata VIOLET mempresentasikan sebuah
jembatan, karena violet dalam artian umum merupakan percampuran warna anatara
merah (bahaya/agresif) dan biru (kesunyian/kesedihan) jadi violet dapat diartikan
sebagai media yang mendamaikan kedua belah pihak.
Terdapat beberapa elemen-elemen dalam logo yang mempunyai arti masing – masing:
a. Toa
Pada umumnya toa dalam keseharian masyarakat Indonesia lebih dikenal sebagai
pengeras suara karena megafon buatan toa banyak dipakai di kantor dan fasilitas
umum serta dalam berbagai kegiatan.Arti toa pada violet projek ini yaitu
menyuarakan pentingnya berani berbicara kepada orang tua atau orang dewasa
lainnya ketika ada perundungan. Melatih anak-anak untuk saling mengasihi satu
sama lain dan memberitahu tentang akibat dari perundungan bagi mentalitas anak,
jadi anak tersebut akan belajar untuk mengeluarkan rasa empati dan juga diharapkan
hal tersebut akan mengurangi tingkat perundungan terhadap anak.
b. Text Violet
Kata VIOLET merepresentasikan sebuah jembatan karena ungu pada umumnya
merupakan percampuran warna antara merah (bahaya/agresif) dan biru
(keheningan/kesedihan), sehingga violet dapat diartikan sebagai media pendamaian.
c. Tagline
Seperti kalimat pada tagline, “speak up, stand up, level up”, yang berarti
mengajarkan anak untuk berani berbicara disaat mereka dirundung oleh temannya,
berani melapor saat melihat temannya menjadi korban perundungan, dan juga bisa
berkembang dengan bertambahnya pengetahuan mereka tentang perundungan.
3. Maskot
Maskot yang digunakan pada kampanye ini berupa gambaran abstrak yang terlihat
tersenyum yang menunjukan keramahan maskot ini. Maskot ini sendiri merupakan
maskot yang bebas direpresentasikan oleh setiap orang yang melihatnya.
25
4. Banner
5. X - banner
7. Kartu nama
Sesuai dengan namanya, kartu nama berfungsi sebagai tanda pengenal tentang
kampanye yang sedang berlangsung.
Wadah alat tulis ini merupakan salah satu hadiah yang akan didapat oleh siswa-
siswa SD Negeri 3 Sanur jika menang dalam kegiatan lomba menggambar, selain itu
dengan memberikan beberapa merchandise kepada siswa-siswa dapat membuat mereka
mengingat tentang edukasi perundungan yang telah diberikan.
9. Botol minum
27
Botol minum ini juga merupakan salah satu hadiah dari kegiatan lomba
menggambar, dengan desain yang lucu dan menarik, diharapkan banyak siswa dan
siswa di SD Negeri 3 Sanur yang tertarik untuk mengikuti kegiatan lomba menggambar.
10. Stiker
11. T-shirt
Selain akan digunakan oleh panitia pada saat kampanye, T-shirt juga akan diberikan
sebagai hadiah dalam kegiatan lomba menggambar.
12. Poster
28
Dengan poster yang minim tulisan dan hanya didominasi oleh ilustrasi, diharapan
siswa dan siswa SD Negeri 3 Sanur tertarik untuk melihat lebih lanjut dan menelaah
gambaran dan tulisan yang tertera pada poster selain itu diharapkan juga para
peserta didik dapat menerapkannya.
Untuk postingan instagram, sasaran target dari kampanye ini bukan lagi hanya
siswa-siswa SD Negeri 3 Sanur, melainkan sudah mencakup khalayak ramai.
Diharapkan dengan melihat postingan instagram dari violet project, kesadaran akan
perundungan yang terjadi di sekolah dasar tidak dapat dianggap sesuatu yang sepele
semakin meningkat.
Instagram story templateberguna pada saat diadakannya kampanye ini yaitu untuk
menandakan bahwa video tersebut berasal dari kampanye ini, dan juga bisa sebuah
update yang bisa dilihat oleh orang tua dari siswa-siswi SD Negeri 3 Sanur.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.1.1 Media yang cocok digunakan dalam kampanye anti perundungan Violet
Project.
Media yang cocok digunakan dalam kampanye anti-perundungan violet project
antara lain stationery yang akan digunakan oleh panitia kampanye saat sosialisasi
berupa lanyard, ID card dan kartu nama,merchandise yang akan diberikan kepada
khalayak sasaran sebagai suviner dan hadiah berupa wadah alat tulis, botol minum, T-
shirt, dan stiker, serta promotional content media yang digunakan untuk keperluan
promosi kegiatan sosialisasi violet project berupaposter, banner, x-banner, postingan
Instagram dan instagram story.
5.1.2 Cara merancang media dalam kampanye anti perundungan Violet Project.
Tahap Perancangan media kampanye anti-perundungan Violet Project antara
lain,penyusunan konsep untuk media kampanye,yaitu mencari sebuah ide bagaimana
cara memancing target audience untuk ikut dalam gerakan kampanye violet project
ini,yaitu fun learning karena target audience merupakan anak SD. Setelah menentukan
konsep,tahap selanjutnya adalah visualisasi dari media tersebut. Teknik visualisasi yang
digunakan adalah teknik vektor dengan menggunakan aplikasi CorelDraw untuk semua
jenis desain media kampanye Violet Project.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta simpulan yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya, kami memberikan saran kepada setiap orang yang berpartisipasi dalam
kesuksesan kampanye ini, diantaranya yaitu kepada orang tua, hendaknya sudah
membekali anak - anak mereka dengan pengetahuan bahaya perundunganyang
berdampak besar bagi pelaku maupun korban.
Bagi para guru lebih mewaspadai ejekan atau bentuk kekerasan lain yang dilakukan
oleh siswa sehingga perilaku perundungan dapat diidentifikasi sejak awal. Melakukan
pengawasan pada situasi sosial siswa, merupakan sikap yang tepat untuk memutus mata
rantai perilaku perundungan. Dan hendaknya, bagi para masyarakatumum lebih banyak
lagi melek akan kesehatan mental sehingga baik perilaku apapun yang membawa
pengaruh buruk pada orang tersayang mereka dapat segera ditangani dengan benar.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anang Arief Abdillah , Tri Kurniati 2018. Gambaran Pengalaman Bully Pada Remaja
Dengan Status Mental Berisiko Gangguan Psikosis.Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental Tahun 2018, Vol. 7, pp. (37-49).
Choirunnisa, A. (2020). Perancangan Corporate Identity Sebagai Media Promosi
Koperasi Nusa Sejahtera. IKONIK: Jurnal Seni Dan Desain, 2(1), 27-34.
Firaina, R. (2019). PENGERTIAN, JENIS-JENIS DAN KARAKTERISTIK BAHAN
AJAR CETAK MELIPUTI BROSUR, LEAFLET, FLYER, POSTER DAN
WALLCHART.
Irawan, B., & Tamara, P. (2013). Dasar-dasar desain. Griya Kreasi.
Nursariani 2021. Perundungan Oleh Anak Di Sekolah Dan Pencegahannya. Jurnal
Ilmu Hukum De Lega Lata Tahun 2021, Vol. 6 No. 2
Said, A. A., Cahyadi, D., & Arifin, I. (2019). Perancangan Media Pembelajaran.
T. A Hopeman dkk 2020. Dampak Perundungan Terhadap Sikap Sosial Anak Sekolah
Dasar (Studi Kasus Di Sekolah Tunas Bangsa Kodya Denpasar). Jurnal
Pendidikan Dasar Indonesia 2020,Vol. 4 No 1
32
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Dokumentasi kegiatan wawancara dengan Ibu Komang Yuli Wirahayu, S.Pd.,
M.Pd, selaku kepala sekolah SD Negeri 3 Sanur. Sekaligus membagikan kuisioner
kepada siswa dan siswi SD Negeri 3 Sanur, pembagian kuisioner dilakukan oleh wali
kelas masing-masing.
33
LAMPIRAN 2
SOAL KUISIONER DAN DATA HASIL RESPONDEN
ANGKET PENELITIAN
TENTANG PENGETAHUAN PESERTA DIDIK MENGENAI
PERUNDUNGAN DAN KESEHATAN MENTAL DI JENJANG SEKOLAH
DASAR
NAMA :
KELAS :
Isilah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (x) pada kolom salah satu
pilihan jawaban yang sudah disediakan.
ANGKET PENELITIAN
TENTANG PENGETAHUAN PESERTA DIDIK MENGENAI
PERUNDUNGAN DAN KESEHATAN MENTAL DI JENJANG SEKOLAH
DASAR
NAMA :
KELAS :
Isilah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (x) pada kolom salah satu
pilihan jawaban yang sudah disediakan.