Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Rancangan Intervensi pada Trauma Anak

Mata Kuliah: Intervensi Pekerja Sosial pada Individu dan Keluarga

Dosen Pembimbing:

Dr. Herry Koswara, M.Si

Disusun oleh:

Reyhant Darmadian Aditya Ivanno(2002117)

PROGRAM STUDI REHABILITASI SOSIAL

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Rancangan Intervensi pada Trauma Anak

guna memenuhi tugas UAS mata kuliah Permasalahan Rehabilitasi Sosial.

Didalam makalah ini, terdapat pembahasan tentang Profil dari klien dan pelayanan apa sayja
yang memumgkinkan diterapkan pada klien.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami
mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua pihak. Kami berharap semoga
makalah Rancangan Intervensi pada Trauma Anak secara langsung atau tidak langsung dapat
menambah Referensi dalam pelayanan Rehabilitasi.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4


1.1Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3Tujuan............................................................................................... 4

BAB II Pemabahasan.......................................................................................... 5
2.1Assesment ......................................................................................... 5
2.2Alat Assesment ................................................................................. 6
2.3 Mengapa Bermaslah ......................................................................... 8
2.4 Intervensi ......................................................................................... 9
2.5 Teknik Intervensi ............................................................................. 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10


3.1Kesimpulan ....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

selama bertahun-tahun, post-traumatic stress disorder (PTSD) atau trauma dianggap sesuatu yang hanya
dialami oleh veteran perang. Namun, dilansir dari Very Well Health, penelitian menunjukkan bahwa
peristiwa traumatis apa pun bisa sebabkan PTSD. Bahkan, secara mendalam bullying memiliki dampak
yang dalam pada korban. Mereka bisa sering mengalami kecemasan, ketakutan, mimpi buruk, sulit
tidur, depresi, dan berbagai gejala lainnya. Ini karena korban sering merasa tak berdaya dan urung
mampu membela diri, sehingga korban bullying bisa menyebabkan kondisi yang terkait dengan stres
seperti PTSD.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara bullying dan PTSD. Meskipun
segala jenis stres dapat mengarah ke PTSD, ini biasanya melibatkan pengalaman pribadi langsung.
Misalnya ketika para korban merasa terancam, terluka hingga hampir hilang nyawa, serta menyaksikan
orang lain meninggal dunia.

Ada pula penelitian lain yang menyebut bahwa anak perempuan lebih mungkin mengalami PTSD
dibandingkan dengan anak laki-laki. Selain itu, stres yang dialami tidak selalu berhenti ketika
perundungan selesai. PTSD bisa muncul dalam kehidupan korban meski bullying tak lagi dialami.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah
pokok dalam laporan ini adalah “ Bagaimana Melakukan Proses Assesment dan Intervensi
Pada Trauma Anak”

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana contoh rancangan assesmen dan intervensi terhadap Anak yang
mengalami Trauma
Bab 2

PEMBAHASAN

2.1.Assesment

Assesmen adalah suatu proses dan suatu produk/hasil pemahaman dimana tindakan
pertolongan diberikan kepada klien. Selama asesmen, informasi yang ada diolah sehingga
menggambarkan situasi klien. Hal ini menjadi dasar untuk membuat rencana tindakan.
Terdapat banyak sekali jenis asesmen, tergantung dari permasalahan klien. Assement pada
masalah anak yang mengalami trauma dan menarik diri dari lingkungan sosialnya yang
membuat tidak berfungsinya keberfungsian sosialnya yaitu menggunakan metode konseling.

a.Identitas Klien

Nama klien :Rizky (R)

Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 20 Januari 2010

Pendidikan : SDN 1 Cimahi

Pekerjaan : Pelajar

tempat tinggal : Jl. karanganyar RT 09/ RW 01

b. Alasan keterlibatan pekerja sosial :

Guru dan Kakak meminta pertolongan kepada peksos dengan mendatangi lembaga tempat peksos
bekerja

c. Pernyataan Masalah(Presenting Problem)


dijelaskan bahwa anak tersebut mengalami gangguan terhadap psikisnya atau trauma anak
tersebut menarik diri dari lingkungannya, mengalami tekanan karena dijauhi temanya, merasa
tidak percaya diri untu menyampaikan pendapat dan perasaannya.

2.1 Alat Asesmen:

1) Body Mapping
Body mapping adalah suatu alat asesmen yang biasanya digunakan untuk anak,
dimana anak diajak untuk membuat sebuah peta atau gambaran tubuh. Hal tersebut
bisa dilakukan dengan teknik menggambar, melukis, atau tekniklainnya. Biasanya
anak diajak bercerita sambil membuat body mapping sehingga akan mendapatkan
informasi atau fakta baru yang mungkin tidak ditemukan dengan alat lainnya.
Sumber data yang dapat digunakan yaitu anak tersebut yang sedang mengalami
permasalahan. Informasi yang didapatkan meliputi
o apa yang dirasakan?
o siapa yang mempermalukan?
o kapan biasanya dipermalukan?
o bagaimana keluarga biasanya mempermalukan?
o mengapa biasanya keluarga mempermalukan anak
2) Genogram
Genogram adalah alat asesmen yang digunakan untuk mengetahui asal usul atau
latar belakang kien dan keluarganya, sehingga akan membantu pekerja sosial dalam
mengidentifikasi permasalahan yang sedang dialami anak. Dalam alat asesmen
genogram ini biasanya terdapat simbol simbol yang membantu mempermudah
dalam proses asesmen.
Sumber data yang dapat digunakan yaitu nak tersebut yang sedang mengalami
masalah. Informasi yang didapatkan yaitu mengenai anggota keluarga :
o umur
o jenis kelaminnya
o status penikahan orangtua
o saudara yang dimiliknya, dan lain sebagainya

- BPSS
Perspektif BPSS yaitu seorang pekerja sosial harus mampu melakukan asesmen
kepada anak atau klien dengan memoerhatikan komponen:
o Biologi, keadaan fisik yang diamali anak tersebut
o Psikologi, peksos harus memahami keadaan psiki anak tersebut apakah
memiliki trauma tertentu dan lain sebagainya
o Sosial, peksos harus mampu memahami aktivitas atau kegiatan anak
tersebut dengan lingkungan sosialnya, bagaimana hubungan dan interaksi
dia dengan keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya
o Spiritual, peksos harus mampu memahami kondisi spiritual anak, akan yang
menjadi anutan atau kepercayaan anak sehingga dijadikan sebuah pedoman.

Perspektif
- Ekologi atau lingkungan
dalam perspektif ekologi, seorang pekerja sosial dalam melakukan asesmen dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan dari anak tersebut atau klien. Komponen
yang harus dipahami yaintu
o person, orang yang harus dihubungi ketika anak tersebut mendapatkan
permaslahan tersebut(peksos) serta orang yang membutuhkan bantuan
(klien). pekerja sosial juga harus mengetahui hubungannya anak tenga
lingkungan sosialnya (latar belakang).
o problem, maslaha yang sedang dialami anak apakah sangat berkaitan erat
dengan lingkungan sosialnya

2.3 Mengapa anak tersebut dikategorikan dalam anak bermasalah?


Karena dalam kasus tersebut dijelaskan bahwa anak tersebut mengalami gangguan
terhadap psikisnya atau trauma atas perlakuan keluarga kepada dirinya yang kemudian
menyebabkan anak tersebut menarik diri dari lingkungannya, mengalami tekanan
karena dijauhi temanya, merasa tidak percaya diri untu menyampaikan pendapat dan
perasaannya. Sehingga dengan penjelasan tersebut menujukkan bahwa anak tersebut
sedang mengalami ketidakberfungsian sosial atau dikategorikan sebagai nak
bermasalah yaitu meliputi:
 ketidakmampuan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dialaminya
 tidak mampu menjalankan tugas dan perannya sebagai siswa sekolah

Asumsi case work tentang penyebab maslah yang dialami anak tersebut
 Penson in Environtment (PIE)
Individu dengan lingkungan sosialnya yang saling berkaitan atau saling
berpengaruh, pendekatan atau asumsi tersebut merupakan salah satu penyebab
terjadinya permasalahan yang sedang dihadapi anak tersebut. Dengan perlakuan
yang tidak baik (dipermalukan) yang dilakukan oleh lingkungan sosialnya
(anggota keluarga) akan menyebabkan anak (individu) mengalami ssuatu
permaslahan (sikap-sikap seperti menarik diri, tidak tercaya diri, tertekan dn lain
sebagainya).

2.4. Intervensi
Berdasarkan kasus tersebut pendekatan intervensi yang digunakan meliputi
- Client Centered Model (medel yang berpusat pada klien)
Alasan :
Client centered model adalah sebagai pusat proses pertolongan yang
mempunyai fungsi untuk menciptakan suasana yang membantu klien dalam
mengatasi suatu permasalahannya. Pada model ini menekannkan pada aspek
emosional yang terdapat beberapa hal penting diantaranya genuiness (sikap jujur
atau ketulusan), Unconditional positive regard (pandangan yang positif), dan
empati (ikut merasakan).
Berdasarkan kasus tersebut terdapat seorang anak yang sering mendapatkan
perlakuan dipermalukan oleh keluarganya yang menyebabkan anak tersebut
menarik diri, minder,dan tidak berani tampil diri di Sekolahnya. Sikap yang
ditunjukkan anak tersebut memperlihatkan bahwa dia sedang mengalami
permasalahan pada kondisi psikisnya. Sehingga sangat dibutuhkan penyelesaian
masalah yang difokuskan pada klien sehingga dengan adanya pendekatan client
sentered model ini maka diharapkan anak tersebut akan mampu mandiri dan mampu
menciptakan integritas emosionalnya untuk mencapai pertumbuhan dirinya agar
mampu berani tampil di sekolahnya.
Asumsinya:
bahwa dengan adanya client centered model akan menciptakan kekuatan untuk
berubah pada anak tersebut
- Psycosocial Model
Alasan :
Psycosocial model atau teori psikososial merupakan suatu teori yang
menjelaskan bahwa individu dan lingkungan sosialnya saling terkait atau saling
mempengaruhi. Sehingga perilaku yang ditunjukkan oleh suatu individu merupakan
hasil dari kekuatan psikologis dan faktor sosial lingkungannya.
Berdasarkan kasus tersebut dijelaskan bahwa terdapat seorang anak yang
merasa tersiksa karena teman-temannya menjauhi dirinya karena dia menarik diri
dari lingkungan sekolahnya akibat perlakuan keluarganya yang sering
mempermalukannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara
permasalahan yang sedang dialami anak tersebut dengan pelakuan keluarganya atau
terdapat keterkaitan diamana antara individu dengen lingkungan sosialnya saling
berpengaruh. Oleh karena itu melihat masalah yang dialami annak tersebut saling
berkaitan dengan lingkungan sosialnya maka sangat sesuai menggunakan
pendekatan psycososial dalam mengatasi permaslaahan yang sedang dihadapi anak
tersebut.
Asumsinya :
bahwa dengan menggunakan psycososial model, seorang anak tersebut (klien)
akan menemukan kesesuaian antara harapan dirinya dengan lingkungan sosialnya.
2.5 Teknik case work yang digunakan dalam membantu anak tersebut, yaitu

1) Acceptance atau penerimaan


Teknik penerimaan ini dapat dilalkukan oleh seorang pekerja sosial dimana seorang
pekerja sosial dapat memperlakukan anak tersebut (klien), sehingga anak tersebut
(klien) dapat merasakan bahwa dirinya diterima oleh peksos ataunorang yanga akan
membantunya serta klien akan merasakan bahwa peksos akan bersedia untuk
membantu mengatasi permasaahan yang sedang dihadapinya.
Dalam menggunakan teknik case work seorang peksos dapat menggunakan
berbagai cara diantaranya dengan verbal maupun non verbal
o verbal : dengan menggunakan kata kata yang ramah, lembut dan mudah
dimengerti mengingan klien yang sedang dibantu adalah seorang anak
sekolah dasar
o non verbal : peksos dapat menggunakan geraktubuh seperti tersenyum
kepada anak, intonasi suara yang disesuaikan dengan anak, sikap duduk
yang santai kepada anak dan lain sebagainya
2) Being with the client
Teknik ini dilakukan oleh pekerja sosial dimana seorang pekerja sosial mampu
menemani seorang anak (klien) pada saat kondisi yang darurat sebagai bentuk dari
upaya pertolongan. Seorang pekerja sosial juga haris selali ada dengan klien untuk
selalu memberikan support atau dukungan ketika klien kurang merasa percaya diri
dan cemas untuk memulai berani dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya.
Teknik ini sangat penting digunakan oleh peksos mengingat permasalahan klien
yang fokus pada perasaan tersiksa dan ketidakberanian dirinya di sekolah.
3) Role Reversal atau pengembalian peran
Teknik ini dapat digunakan seorang pekerja sosial dalam membatu mengatasi
permaslahan tersebut. Pada teknik pengembalian peran memiliki tujuan untuk
membantu klien dalam memahami perasaan dan pandangan orang lain dengan
media bermain peran.
Berdasarkan kasus tersebut, teknik pengembalian peran ini dapat diterapkan
kepada klien maupun keluarganya. Misalnya saja saat diterapkan kepada keluarnga
yaitu anggota keluarga yang sering mempermalukan anak tersebut disuruh untuk
memainkan peran sebagai anak tersebut, yaitu selalu diperlakukan dengan tidak
baik dan selalu dipermalukan. Maka anggota keluarga yang telah bermain peran
akan ikut merasakan bahwa ketika diperlakukan tidak baik dan selalu dipermalukan
itu tidaklah enak, sehingga anggota keluarga tersebut berfikir untuk tidak lagi
mempermalukan anak dengan seperti itu.
4) Encouragement atau mensupport
Teknik ini dapat digunakan dalam proses pertolongan dalam upaya
penyelesaian masalah terhadap kasus tersebut. Seorang pekerja sosial dapat
mendorong dan membantu seorang anak (klien) dalam mengatasi rasa takut yang
dialaminya untuk melakukan atau memulai menyampaikan pendapat dan
perasaannya dikelas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan verbal atau kata-kata
yang positif yang dapat memotivasi anak bahwa dia sebenarnya mampu melakukan
itu.

Bab 3

Kesimpualn

3.1 Kesimpulan

Pada tahap assesmen merupakan tahap yang rentan dan sangat penting untuk pemecahan
masalah, ketika pada tahap ini pekerja sosial belum menemukan masalah yang klien hadapi,
maupun penyebab masalah, dan sumber potensial yang memaksa masalah untuk
diselesaikan., maaka itu akan sangat mempengaruhi rencana pertolongan dan menyebabkan
proses intervensi yang tidak tepat. Maka dari itu proses asesmen yang tepat akan
menghasilkan informasi yang akurat serta didukung oleh fakta/data yang ada. Keadaan ini
merupakan modal penting untuk merumuskan masalah yang dialami klien, dan kemudian
tentunya akan memudahkan pekerja sosial menemukan solusi pemecahan masalah, sehingga
sampai kepada perencanaan kegiatan dan intervensi yang tepat untuk klien
Daftar Pustaka

Rahardjo, Santoso T. 2014 Assesment dan Wawancara. Unpad

Seksono, Sugeng, Syarif Muhidin Abdurahman, Dwi Yuliani,dan Mira Wuryantari. 2018.
Dasar-dasar Praktik Pekerjaan Sosial. Intrans Publishing.

Pujileksono, Sugeng, dan Mira Wuryantari. 2017. Implementasi Teori, Teknik dan Prinsip
Pekerjaan Soisal. Cita Intrans Selaras.

UU RI NO 35 2014 Tentang Perlindungan Anak

Anda mungkin juga menyukai