Anda di halaman 1dari 7

Upaya Urgensi Pendidikan Dalam Masa Demokrasi

Pendahuluan
Pendidikan karakter saat ini penting untuk para generasi muda, generasi
muda akan menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan bangsa. Sebagai
penerus bangsa generasi muda diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik dari
segi sikap maupun tingkah lakunya. Generasi muda bukan hanya pintar dalam
intelektual saja namun harus pintar dan cerdas secara moral. Pendidikan karakter
tidak hanya untuk generasi muda tetaoi juga untuk seluruh Warga Negara
Indonesia, di mana hal ini sejalan dengan program pemerintah pusat melalui
Kementrian Pendidikan sejak tahun 2010 yang di mana setiap sekolah dapat
menanamkan dan menerapkan nilai-nilai karakter suatu bangsa. Untuk
memperoleh usaha dan mengimplementasikan Pendidikan Karakter bagi generasi
muda adalah dengan melalui pembinaan, pemeliharaan, dan pengembangan
karakter anak yang akan menjadi bekal di masa depan. Menurut Undang-Undang
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang
menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan generasi muda. Pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Tujuan dan fungsi Pendidikan sudah sangat baik tetapi dalam realita di
lapangan yang terjadi masih banyaknya generasi muda yang berkarakter dan
rendahnya moral yang dimiliki oleh generasi penerus bangsa. Pendidikan karakter
adalah suatu proses penularan nilai-nilai luhur bangsa yang dilakukan dengan cara
yang membangun secara logika, akhlak dan keimanan. Dengan begitu diharapkan
terbentuknya jati diri manusia yang berakhlak, berwatak, dan bermartabat yang
dimulai dari Pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengat Atas (SMA), sampai dengan jenjang Universitas.
Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai bentuk perilaku
menyimpang karena tidak sesuai dengan norman yang berlaku dimasyarakat dan
perbuatan tersebut juga dapat merugikan orang lain serta melanggar hukum yang
berlaku. Perilaku menyimpang yang kerap terjadi dan kerap dilakukan adalah
penganiayaan, bentrok, tawuran antar pelajar, pencurian, pencopetan, penggunaan
napza, pornografi, seks bebas, judi, geng-gengan, dan lain sebagainya. Kenakalan
remaja muncul sebagai permasalahan yang harus ditangani dengan benar karena
remaja sebagai penerus generasi bangsa yang harus memiliki karakter dan etika
yang baik. Orang tua sebagai pendidik pertama dan yang utama harus memiliki
wawasan dan pengetahuan yang luas dalam memberikan bimbingan pada anak
remaja. Orang tua harus mengetahui tentang masa remaja, yaitu masa remaja
merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa meliputi kondisi
psikologis dan kondisi fisik perindividu. Jika orang tua tidak memiliki
pengetahuan tentang masa remaja anaknya ditakutkan tidak bisa mendidik dan
memberikan pendampingan dengan tepat sehingga remaja akan bisa terpengaruh
dan terjerumus dalam perbuatan yang menyimpang. Perilaku kenakalan remaja
merupakan perilaku yang global, mulai dari perilaku yang tidak bertoleransi
secara sosial, hingga tindakan criminal yang merugikan orang lain. Peran dari
orang tua sangatlah penting sebagai lingkungan sosial anak sehingga anak
mendapat pengalaman atau menjadi pribadi yang peka terhadap lingkungan
disekitar. Kenakalan remaja dapat terjadi karena banyak faktor seperti
pergaulannya dengan teman dan pengaruh dari lingkungan luar tempat
bersosialisasi serta pengaruh dalam diri sendiri. Pada masa ini remaja mengalami
perubahan pada pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya yang dimaksud adalah fisik, sosial, emosi, dan psikologisnya.
Remaja yang sedang mengalami masa pertumbuhan sangat rentan terhadap
tingkah laku yang dirasakan seperti ingin melakukan perilaku yang menyimpang
yang ditandai dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma
dimasyarakat dan hal tersebut dapat menimbulkan keresahan bahkan kerugian
bagi orang-orang disekitarnya. Motif kenakalan remaja yang dilakukan adalah
bersifat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang bersifat harus terlaksana
yang bertujuan untuk menghindari kejadian yang tidak mereka sukai dengan
melampiaskannya pada suatu bentuk kenakalan remaja yang dilakukan. Pada
remaja kepribadian seorang anak dibentuk karena anak berproses untuk
menemukan jati dirinya. Cara yang dilakukan utnuk mencari jati diri adalah
dengan cara yang positif dan negative. Pergaulan dan pengaruh lingkungan sekitar
menjadi salah satu faktor terbentuknya kepribadian dalam remaja. Dalam
perbuatan yang nyata dilakukan oleh remaja dan bersifat melanggar maka hukum
serta berlawanan dengan keadaan sosial yang seharusnya, sehingga kondisi itu
merupakan problem sosial. Problem atau permasalahan sosial menyangkut nila-
nilai sosial dan moral, serta menyangkut tingkah laku yang menyimpang,
berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Maka permasalahan sosial tidak
akan selesai jika tanpa adanya dukungan dari semua aspek seperti keluarga dan
tentunya masyarakat, dalam hal ini untuk menilai hal apa yang dianggap baik dan
kurang baik. Masa remaja merupakan masa peralihan dan pertumbuhan yang
ditandai dengan perubahan fisik, emosi, dan psikis. Ada dua hal yang berpengaruh
terhadap kepribadian remaja yaitu adanya pengaruh dari eksternal dan internal.
Pengaruh dari eksternal adalah pengaruh lingkungan dimana remaja itu
bersosialisasi dan jufa membentuk sifat dan karakter remaja. Kemudian pengaruh
internal adalah pengaruh yang berasak dari dalam diri remaja itu sendiri.
Dalam pengembangan Pendidikan karakter pada siswa sebagai upaya
meminimalisir kenakalan remaja di SMP Negeri 16 Yogyakarta berdasarkan
melalui observasi selama Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) menyatakan
bahwa banyak siswa yang melanggar aturan sekolah, adanya siswa yang
terlambat, adanya siswa yang berani dengan guru, adanya siswa yang membolos,
adanya siswa yang bajunya tidak rapi, adanya juga masalah yang ditemukan saat
Pengenalan Lapangan Persekolahan yaitu tawuran antar pelajar dan pengaruh
lingkungan pergaulan. Masalah ini muncul dikarenakan akibat dari kurangnya
pengawasan dari pihak sekolah terhadap siswa, kurangnya kedisiplinan yang
dibuat oleh pihak sekolah, kurangnya penguatan pendidikan karakter yang
diterapkan oleh sekolah. Pendidikan karakter merupakan salah satu solusi dan alat
yang ditawarkan terkait masalah sosial yang terjadi dikalangan masyarakat. Oleh
karena itu, hal ini sangat perlu dibahas untuk siswa mendapatkan solusi yang
terbaik dalam membangun karakter siswa. Sekolah mampu memiliki
pengembangan karakter yang lebih baik terhadap anak yang dibutuhkan untuk
mendidik anak supaya anak memperoleh Pendidikan karakter. Pendidikan
karakter yang akan membantu karakter siswa sekolah menjadi cikal bakal warga
negara yang berguna bagi masa depan bangsa dan penerus bangsa.
Pembahasan
Beberapa masalah yang perlu dibahas berdasarkan permasalahan dari
definisi Pendidikan karakter, penilaian karakter, dan pengembangan karakter
terhadap siswa di sekolah untuk mengupayakan meminimalisir adanya kenakalan
remaja bagi semua peserta didik. Definisi pendidikan karakter akan dibahas untuk
menindak lanjuti atau memberi informasi mengenai penjelasan-penjelasan yang
berkaitan dengan Pendidikan karakter. Penilaian karakter dibahas untuk
mengetahui nilai dari karakter dan nilai yang digunakan di dalam sekolah.
Pengembangan karakter dibahas untuk mengetahui cara dan Langkah-langkah
yang harus dilakkan untuk mengembangkan karakter siswa sesuai dengan
karakternya. Pengertian dari Pendidikan karakter adalah sistem dari penilaian nila-
nilai karakter pada kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan karakter telah dijelaskan sebagaimana upaya dalam
mengembangkan kepada para generasi muda untuk beretika dan berkinerja yang
banyak dalam penegasan di culture budaya yang ada pada remaja tersebut. Agar
terciptanya keefektifan, Pendidikan karakter harus mencakup semua pemangku
kepentingan dalam komunitas sekolah dan harus menetapkan kebijakan ini dan
meresap iklim generasi serta kurikulum yang diimplementasikan dalam sekolah
itu sendiri agar terciptanya keefektifan dalam memberikan Pendidikan karakter
pada siswanya. Pendidikan karakter juga berupaya untuk mengembangkan
karakter siswanya agar menjadi baik berlandaskan kebaikan-kebaikan yang
diperbuat nantinya agar secara objektif baik individu maupun masyarakat. Seperti
yang dijelaskan dalam Kementrian Pendidikan Amerika Serikat pada tahun 2007
di mana dijelaskan adalah istilah insklusif yang merangkul semua aspek
bagaimana sekolah, lembaga-lembaga sosial terkait, dan orang tua dapat
mendukung pengembangan karakter positif anak-anak dan orang dewasa.
Karakter tersebut meliputi kualitas emosional, intelektual, dan moral dari
seseorang atau sekolompok seperti demonstrasi dari kualitas-kualitas dalam
berperilaku prososial. Pendidikan karakter melingkupi tidak hanya di lingkungan
sekolah saja namun ruang lingkup Pendidikan karakter ada di keluarga yang
paling utama, masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta, serta ruang
lingkup di luar negeri. Oleh karena itu, Pendidikan karakter merupakan tanggung
jawab suatu bangsa juga, terlahir dari bangsa juga untuk memberikan yang terbaik
menurut bangsa.
Dalam penilaian karakter Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun
2010 telah merilis tentang nilai-nilai yang ada pada Pendidikan Budaya da
Karakter Bangsa. Ada 18 nilai karakter yang harus ditanamkan di sekolah. Seperti
nilai karakter pada religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter maka dilakukan
dengan penilaian karakter, penilaian ini merupakan serangkaian kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan untuk memperoleh data dan informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik. Nilai-nilai karakter dapat dilakukan dengan
penilaian sikap di sekolah, Teknik penilaian karakter yang digunakan adalah
melalui observasi, wawancara, catatan anekdot (anecdotal record), dan catatan
kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur penilaian pertama. Dalam
penilaian sikap, diamsusikan setiap peserta didik dapat mempunyai karakter dan
perilaku yang baik. Dari perilaku yang baik dapat dijumpai ketika proses
pembelajaran dimasukkan ke dalam catatan pendidik. Selanjutnya, untuk
menambah informasi, guru mengumpulkan data dari hasil penilaian sikap yang
dilakukan oleh guru muatan pelajaran, kemudian merangkum menjadi deskripsi
(bukan angka atau skala). Penilaian karakter dilakukan dengan secara serius
dilakukan oleh setiap guru sekolah. Guru melihat catatan yang dibuat oleh guru,
selain itu guru dapat memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau
kejadian yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan
kemampuan atau nilai dalam dirinya. Dari hasil pengamatan, catatan, anecdotal,
tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan nantinya atau
sebagai bahan pertimbangan tentang indicator atau nilai dari karakter siswa
tersebut. Penanaman nilai karakter dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan agar siswa dapat mempratikkan nilai-nilai
karakter yang ditargekan teraktual melalui kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, penanaman nilai karakter dapat
dilakukan, contohnya adalah guru datang tepat waktu (nilai yang ditanamkan
disiplin), guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki
ruangan kelas (nilai yang ditanamkan santun dan peduli), guru berdoa sebelum
membuka pelajaran dan siswa belajar memimpinnya (nilai yang ditanamkan
religius dan partisipatif), guru mengecek kehadiran siswa (nilai yang ditanamkan
disiplin), guru mendoakan siswa yang tidak hadir atau karena halangan lainnya
(nilai yang ditanamkan religius dan peduli), guru menegur siswa yang terlambat
dengan sopan (nilai yang ditanamkan disiplin, santun, dan peduli), guru meminta
siswa menghapus papan tulis (nilai yang ditanamkan peduli dan bersih), guru
mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan karakter, guru menyampaikan
butir-butir nilai yang akan dicapai dalam pembelajaran. Pada kegiatan inti,
penanaman nilai karaket dapat dilakukan dengan kegiatan eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi. Contohnya adalah guru melibatkan peserta didik mencari
informasi dari tema yang dipelajari berdasarkan aneka sumber belajar
(menanamkan kemandirian, berfikir logis, kreatif dan kerja sama), guru
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran yang menantang dan
memotivasi (menanamkan kreatif dan kerja keras), guru memfasilitasi interaksi
antar peserta didik, guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (menanamkan
saling menghargai dan peduli lingkungan), guru melibatkan peserta didik secara
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (menanamkan percaya diri dan mandiri),
dan guru memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan (menanamkan mandiri,
kerja keras, dan teliti). Pada kegiatan inti yang kedua adalah elaborasi, contoh
penanaman nilai karakter yang dilakukan adalah guru membiasakan membaca dan
menulis melalui tugas tertentu (menanamkan tekun, kreatif, dan gemar membaca),
guru memfasilitasi diskusi kelas (menanamkan kreatif, analitis, kritis, saling
menghargai, dan santun), guru memfasilitasi pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif (menanamkan kerja sama, saling menghargai, dan tanggung jawab),
guru memfasilitasi kompetisi antar warga kelas secara sehat (menanamkan jujur,
menerima keputusan, dan kerja keras), guru memfasilitasi pembuatan laporan
hasil eksplorasi/kerja secara individual maupun kelompok (menanamkan mandiri,
Kerjasama, tanggung jawab, dan menghargai), dan guru memfasilitasi peserta
didik menampilkan karya (menanamkan percaya diri, menghargai karya, jujur,
dan kerja sama). Pada kegiatan inti yang ketiga adalah kegiatan konfirmasi,
contohnya adalah guru memberikan umpan balik positif terhadap siswa
(menanamkan percaya diri, saling menghargai, dan santun), guru memfasilitasi
peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalam belajar yang telah dilakukan
(menanamkan menerima keadaan dan syukur), guru memfasilitasi peserta didik
menggali pengalaman dan pengetahuan lebih jauh (menanamkan rasa ingin tahu,
tidak cepat puas). Kegiatan terakhir adalah penutup, contohnya adalah guru
beserta peserta didik membuat rangkuman atau kesimpulan (menanamkan kritis,
logis, dan kerja sama), guru melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan (menanamkan jujur, syukur, menerima kelebihan dan kekurangan),
guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
(menanamkan saling menghargai, percaya diri, santun, dan kritis), guru
merencanakan tindak lanjut baik remedy atau pengayaan (menanamkan tanggung
jawab), dan guru memfasilitasi siswa untuk berdoa dan berterima kasih
(menanamkan religiousitas dan hormat kepada guru).
Strategi atau upaya untuk pengembangan karakter guna meminimalisir
kenakalan remaja dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan berbagai program
kerja yang ada seperti pemanduan, pujian dan hadiah, pelatihan, penegakan
disiplin, serta penghargaan setiap bulannya. Pihak sekolah dapat menggunakan
strategi pada penanaman nilai karakter bagi siswa. Pada kriteria sekolah dalam
pencapaian Pendidikan karakter dapat berawal dari terbentuknya budaya sekolah
yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikan
dan berlandaskan bagi semua warga sekolah. Pengembangan karakter dapat
dilakukan diberbagai linimasa dalam civitas di sekolah. Dalam pengembangan
nilai-nilai kepribadian siswa, siswa dituntut untuk melakukan atau menelaah mana
yang baik dan mana yang buruk bagi siswa itu sendiri. Dalam pengembangan
karakter siswa dituntut untuk melakukan komponen yang diterapkan oleh sekolah
seperti siswa harus mengetahui mana yang baik, siswa harus menginginkan yang
terbaik, siswa harus mencotohkan yang terbaik, siswa harus menyukai hal yang
terbaik, siswa harus melakukan yang terbaik. Dalam pengembangan karakter yang
dilakukan oleh guru atau civitas akademik sekolah adalah dengan cara guru
menanamkan nilai kebaikan pada siswa pada konsep yang telah diberikan seperti
halnya memasuki jam sekolah atau jam pelajaran, guru menggunakan cara yang
membuat anak memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik, guru
memberikan beberapa contoh yang baik kepada semua siswa mengenai karakter
yang sedang dibangun misalnya melalui cerita dengan tokoh atau sejarah sehingga
siswa menganalisis dari tokoh atau sejarah yang bisa dijadikan tauladan, guru
mengembangkan sikap mencintai perbuatan yang baik dan memberikan
penghargaan kepada anak yang membiasakan melakukan kebaikan dan yang
melanggar diberi hukuman yang mendidik, dan guru melaksanakan perbuatan
yang baik dalam pengimplementasian karakter dalam proses pembelajaran di
sekolah.
Penutup
Pembangan karakter dibentuk agar siswa mempunyai bekal dari
pendidikan dan penilaian karakter bagi siswa nantinya. Pengembangan karakter
dilakukan untuk mengembangkan karakter siswa di sekolah sesuai dengan
karakter yang telah dibentuk secara baik. Pengembangan karakter berguna untuk
membuat sistem dari penilaian-penilaian nilai karakter pada siswa, karakter siswa
dibentuk agar siswa berupaya dan mempunyai etika dalam norma yang berlaku
agar tidak menyimpang, karena sebagai penerus generasi muda diciptakan
pendidikan karakter yang baik. Civitas akademika sekolah harus mampu
mengefektifkan pengembangan karakter mulai dari orang tua, guru, masyarakat
dan jajaran staf lainnya di lingkup sekolah. Dalam hal pengimplementasian terkait
dengan pengembangan karakter dapat dilakukan dengan penilaian karakter dari
guru di sekolah itu sendiri, guru harus mampu menciptakan nilai-nilai karakter
yang dapat membantu siswanya untuk menjadi yang terbaik, guru sebagai
tauladan bagi siswa. Guru diharuskan menerapkan sistem dari nilai-nilai dan
diberikan kepada siswanya agar kelak menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam
pengembangan karakter melalui nilai-nilai ini juga dalat diberikan saat jam
pembelajaran berlangsung maupun di luar jam pembelajaran berlangsung. Guru
atau civitas akademika di sekolah diharap mampu menciptakan ruang dan
membuat manajemen pendidikan yang agar bertujuan untuk mengembangkan
pendidikan karakter melalui civitas akademika di sekolah yang berguna untuk
meminimalisir kenakalan remaja dengan melalui berbagai program kerja yang
telah dikonsep oleh civitas akademika di sekolah itu sendiri berdasarkan etika dan
norma yang berlaku. Pihak sekolah dapat menggunakan strategi dalam penilaian
karakter pada siswa yang berawal dari kriteria sekolah itu sendiri seperti cultural
di sekolah agar tidak terjadinya program atau sistem yang tidak terlaksana dengan
baik. Dalam pengembangan karakter guru atau civitas akademika mampu
memberikan contoh sebagai tauladan yang baik bagi siswa.

Anda mungkin juga menyukai