Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DIRI

( Review artikel tentang konsep diri remaja )

DISUSUN OLEH ;

Hassah Febriyanti ( 23010014 )

Mallika Azzahra ( 23010021 )

Siti Rahayu ( 23010047 )

Desviana Dwi Wahyuni ( 23010062 )

Fauzan Zaeni Zacky ( 23010214 )

INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWTyang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya adapun tema dari makalah
ini adalah "Review jurnal konsep diri remaja"

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Kesehatan Mental yang telah memberikan tugas terhadap kami.Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya.Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna
bagi kami dan pihak lain yang membacanya.

1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................ 3
REVIEW ARTIKEL NASIONAL DAN INTERNASIONAL ..................................................... 3
1.1 RINGKASAN JURNAL NASIONAL .......................................................................................... 3
1.2 RINGKASAN JURNAL NASIONAL .......................................................................................... 5
1.3 RINGKASAN JURNAL INTERNASIONAL................................................................................ 7
1.4 RINGKASAN JURNAL INTERNASIONAL................................................................................. 9
BAB II ......................................................................................................................................... 11
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................................... 11
2.1 Konsep Diri ........................................................................................................................ 11
2.2 Dimensi Konsep Diri ......................................................................................................... 12
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ............................................................... 12
2.4 Konsep Diri Negatif............................................................................................................ 13
2.5 Konsep Diri Positif ............................................................................................................. 15
2.6 Peran Konsep Diri Dalam Perilaku ..................................................................................... 16
2.7 Peran Konsep Diri dalam Aktualisasi Diri .......................................................................... 16
BAB III........................................................................................................................................ 19
PENUTUP ................................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 19
3.2 Saran.................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 20

2
BAB I
REVIEW ARTIKEL NASIONAL DAN INTERNASIONAL

1.1 RINGKASAN JURNAL NASIONAL


1.Identitas Jurnal

Penulis : Gita Kania Saraswatia, Zulfahinaya, Siti Arifah

Judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja di SMPN

13 Jakarta

Vol.3, No.1, tahun 2015

2.Metode penelitian : Observasional

3. Hasil Review

Menurut riview kami dalam jurnal tersebut ada beberapa factor yang mempengaruhu
konsep diri pada remaja di SMPN 13 Jakarta, yaitu :

❖ pengaruh pola asuh orang tua, semakin baik hubungan orang tua dengan anak
remajanya makin rendah tingkah kenakalannya.Proses pembentukan individu dalam
sebuah keluarga merupakan tempat pertama dan paling utama individu memperoleh
Pendidikan dan keterampilan untuk bekal dimasa yang akan dating.Melalui proses
pengasuhan peran orang tua terhadap anak merupakan hal yang sangat penting
dalam proses tumbuh kembang anak.
❖ Pengaruh teman sebaya, pengaruh teman sebaya pada pembentukan konsep diri
remaja memamg sangat besar hal ini dikarnakan pada usia remaja, kebutuhan
emosional individu beralih dari orang tua kepada teman sebayanya.Remaja selalu
berusaha untuk menemukan konsep dirinya didalam lingkungan teman sebayanya.
❖ Pengaruh peranan kondisi fisik, hal ini merupakan cara seseorang melihat fisiknya
yang meliputi tidak hanya apa yang dilihat dari tampilan cermin, tetapi juga
berdasarkan pengalaman melalui refleksi orang lain.

3
❖ Pengaruh peranan terhadap harga diri, harga diri adalah deskripsi secara lebih dalam
mengenai citra diri.Harga diri akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.

3.Kesimpulan dan saran

Faktor-faktor yang mempengaruhu konsep diri remaja di SMPN 13 Jakarta antara lain
adalah pola asuh orang tua, teman sebaya, penampilan fisik, dan peranan harga diri.Dari
4 faktor tersebut yang paling mempengaruhi adalah teman sebaya.Saran bagi orang tua
agar lebih meningkatkan perhatian dan memantau pergaulan anak.

4
1.2 RINGKASAN JURNAL NASIONAL
1. Identitas Jurnal
Penulis : Dahlia Novarianing Asri, Sunarto
Judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri remaja ( Studi
Kualitatif Pada Siswa SMPN 6 Kota Madiun )
Vol 6, No 1, Juni 2020.
2. Metode penelitian : Pendekatan deskriptif kualitatif
3. Hasil Review : faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri siswa, selanjutnya
dilakukan wawancara dan pengamatan terhadap subjek penelitian. Hasil wawancara
diuraikan sebagai berikut.Dalam wawancara terungkap bahwa konsep diri positif siswa
terbangun atas rasa percaya diri terhadap kompetensi yang dimiliki. Mereka merasa
memiliki kompetensi yang baik dalam mengikuti pembelajaran di kelas, terlebih lagi
mereka yang memiliki prestasi akademik yang menonjol di kelas. Siswa kelompok ini
memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi, mereka merasa dirinya mampu
menjalani tugas dan aktivitasnya secara baik. Sebaliknya, siswa yang memiliki konsep
diri negatif menyatakan ada rasa rendah diri dalam dirinya karena mereka merasa tidak
pintar seperti teman-temannya. Perasaan tidak pintar, tidak kompeten inilah yang
menjadi sebab utama mereka memiliki konsep diri negatif. Kompetensi siswa dalam
mengerjakan berbagai tugas akademik terlihat dari kemandirian siswa dalam
mengerjakan tugas yang tidak memerlukan bantuan orang lain.
2.Dari hasil wawancara diperoleh informasi dari subjek penelitian bahwa siswa merasa
memiliki konsep diri yang baik karena memiliki berbagai pengalaman dalam hidupnya.
Pengalaman empiris tersebut diperoleh melalui berbagai kejadian yang dialami dalam
hidupnya, yang diakui mampu mendorongnya dapat berpikir secara dewasa.
Pengalaman yang dimaksud diperoleh melalui keaktifan dalam mengikuti kegiatan-
kegiatan intra dan ekstrakurikuler sekolah, maupun pengalaman yang diperoleh dari
berbagai sumber, misalnya membaca, menonton film, menonton televisi, bergaul
dengan teman sebaya (peers), di lingkungan keluarga, dan sebagainya.
Ketiga. Beberapa subjek penelitian menyatakan bahwa konsep diri yang dimiliki
dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Subjek penelitian ini memiliki
sikap lebih egaliter, pandai bergaul, kemampuan berkomunikasinya baik, bersikap
santun dan ramah. Subjek penelitian menyatakan bahwa mereka memiliki komunitas di
luar sekolah seperti teman bimbingan belajar di luar sekolah, dan sering berkumpul
dengan teman-temannya pada komunitasnya. Dari interaksi dengan komunitasnya ini,
siswa merasa memiliki pengetahuan dan pengalaman yang beragam. Penerimaan dari
teman maupun orang lain mendorong siswa untuk memberikan dorongan dan bantuan
jika diperlukan.

5
4. Beberapa siswa menyatakan bahwa konsep diri yang dimilikinya terbangun karena
faktor citra diri yang dimilikinya. Citra diri didefinisikan sebagai keseluruhan dari
persepsi terhadap diri sendiri, termasuk di dalamnya citra terhadap tubuh atau fisik yang
mencakup persepsi tentang ukuran, bentuk, fungus, penampilan, dan potensi tubuh.
5. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek penelitian dapat diungkap bahwa faktor
jenis kelamin tidak berkaitan secara langsung dengan konsep diri. Mereka menyatakan
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama untuk
berkembang. Beberapa siswa laki-laki menyatakan bahwa justru siswa perempuanlah
yang memiliki prestasi akademik yang tinggi di kelasnya. Hasil studi dokumen
menunjukkan bahwa pada 2 kelas yang diteliti, peringkat 5 besar pada masing-masing
kelas diduduki semuanya oleh siswa perempuan. Seluruh siswa perempuan yang
diwawancarai menyatakan bahwa konsep diri dalam diri mereka tidak ada kaitannya
dengan faktor jenis kelamin, justru faktor kompetensi yang lebih menonjol.menurut
Brooks dan Emmert (Rakhmat, 2003)menguraikan lima tanda orang dengan konsep diri
negatif, yaitu peka pada kritik, responsive terhadap pujian, hiperkritis, cenderung
merasa tidak disenangi orang lain, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.
4. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil wawancara, studi, dokumen, dan pengamatan diketahui faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri yaitu faktor kompetensi, pengalaman yang diperoleh
selama berinteraksi dengan orang lain, interaksi subjek penelitian dengan lingkungan
sosial, dan citra diri.Sedangkan faktor jenis kelamin tidak memiliki korelasi dengan
tumbuhnya konsep diri dalam diri siswa. Selanjutnya, berdasarkan simpulan tersebut
maka disarankan kepada pihak sekolah untuk menciptakan budaya dan iklim akademik
yang menekankan pada pendekatan psikologis, khususnya guru kepada siswa agar siswa
merasa nyaman dan merasa diterima oleh lingkungan sekolah sehingga dapat
membentuk konsep diri positif.

6
1.3 RINGKASAN JURNAL INTERNASIONAL
1.Identit as JURNAL

Penulis : Sajal Kumar Char

Judul : A Descriptive Survey on the Self-Concept of the School-Going


Adolescent of Purulia District

Vol.10 Issue: XII Mont of Publication : December 2022

2. Hasil Review

Siswa di wilayah Purulia menganggap dirinya sebagai orang yang sangat() sosial,
kooperatif, ramah, bertanggung jawab, pekerja sosial, jujur, modis dan popular, (II) baik
hati, penvemburu, ceria, berani, tenang, percaya diri, fleksibel, amanah, praktis,
sensitive, bersemangat, damai, dan netral;(iii) sadar, kompeten dan sehat; (iv) pecinta
sastra, terampil bercakap-cakap, tekun, kreatif dan rajin belajar; (v) periang, terbuka,
menarik dan indah;(vi) demokratis, tidak memihak, memiliki kualitas kepemimpinan,
simpatik dan cinta politik (vii) jujur, adil, pekerja keras, patuh, hati-hati, liberal, dapat
diandalkan dan mendominasi;(vii) mandiri, berani, berani mengambil risiko, dan tegas
(3x) pekerja keras, jujur, religious, normal dan rendah hati,(x) sangat rendah hati, hati-
hati, berkelakuan baik, seimbang dan berpikiran terbuka.

3. Kesimpulan

Dari hasil penajjian deskriptif dapat disimpulkan bahwa remaja sekolah di Kecamatan
Purulia memiliki konsep diri yang terkontruksi tinggi. Secara geografis distrik Purulia
terletak di bagian Pletau Chotaragpur, di sini pemandangannya bergelombang dan
tanahnya berbatu. Ada banyak kelangkaan sumber daya alam di kabupaten ini. Jadi, di
sini penduduknya bergantung pada kegiatan pertannian untuk mata pencaharian mereka
dari generasi ke generasi, namun di sini hanya ada satu tanaman saja, yaitu padi, yang

menghasilkan hasil. Jadi, aktivitas perekonomian di sini tetap sama seperti pada massa
prakolonial, Struktur sosial dan kegiatan budaya juga tetap tenang. Modal kepribadian

7
penduduk Purulia sangat sederhana dan rendah hati. Mengingat latar belakang ini, hasil
penelitian ini mungkin dapat dibenarkan.

8
1.4 RINGKASAN JURNAL INTERNASIONAL
1.Identitas JURNAL

Penulis : T. Aruna Bharathi, Dr. P. Sreedevi

Judul : A Study on the Self-Concept of Adolescents

Vol.5 Issue 10, October 2016

2. Metode Penelitian : Pemilihan Sample

3. Hasil Review : Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa persentase remaja


yang memiliki konsep diri di atas rata-rata lebih tinggi pada dimensi berbeda,
temperamental (85%), intelektual (77,5%). fisik (60%) dan sosial (52,5%). Sekitar 47,5
persen remaja sama-sama memiliki konsep diri tinggi dan di atas rata-rata dalam bidang
pendidikan. Dan 57,5 persen remaja mempunyai konsep diri moral yang tinggi. Hal ini
mungkin disebabkan oleh fakta bahwa remaja memiliki persepsi yang lebih baik
mengenai diri mereka yang temperamental. Hilgard (1962) menjelaskan bahwa
temperamen adalah aspek kepribadian yang terungkap dalam kecenderungan mengalami
suasana hati atau perubahan suasana hati dengan cara yang khas. Kualitas temperamen
yang luar biasa adalah bahwa ia cenderung gigih dan, dengan demikian,
mengungkapkan emosi yang memainkan peran dominan dalam kehidupan seseorang.
Emosi, baik yang cepat berlalu maupun yang terus-menerus, mewarnai persepsi
individu tentang dirinya dan lingkungannya serta mempengaruhi perilakunya. Dengan
menentukan pola karakteristik penyesuaian diri seseorang terhadap kehidupan, hal
tersebut akan mempengaruhi kepribadiannya: Pengalaman yang bernuansa emosional
tidak hanya mempengaruhi konsep diri seseorang pada saat hal tersebut terjadi, namun
kenangan akan pengalaman juga terus meninggalkan jejaknya.

Hasil penelitian (Tabel2) mengungkapkan bahwa sekitar 27,5 persen remaja memiliki
konsep diri yang tinggi secara keseluruhan dan 72,5 persen memiliki konsep diri di atas
rata-rata. Konsep diri yang tinggi dianggap penting untuk kesehatan mental yang baik,
meningkatkan kesehatan mental, dan meningkatkan kesehatan mental. prestasi
akademik (Chapman, Tummer, Prochnow, 2000; Guay, Marsh, Boivin, 2003),

9
melindungi agar tidak menjadi korban intimidasi (Marsh, Parada, Craven, Finger, 2004),
dan dipandang sebagai tujuan utama pendidikan. Multidimensi, terlihat didukung oleh
para peneliti terkemuka (misalnya Byrne, 1988e; Harter, 1988; Marsh, 1987b, 1993;
Marsh & Shavelson. 1985; Song & Hattie, 1984; Yeung, Chui, Lau, Melnerney, &
Russell-Bowie, 2000 ) mengemukakan bahwa secara keseluruhan, konsep diri global
mengatur evaluasi konsep diri dalam berbagai domain seperti sosial, akademik, fisik.
dan pekerjaan. Pada gilirannya, konstruksi tingkat domain lebih tinggi dari banyak sub
aspek atau sub domain yang mewakili organisasi pernyataan deskriptif dan evaluasi diri
mengenai kompetensi dalam konteks yang lebih spesifik.

4. Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase remaja yang memiliki


tingkat konsep diri di atas rata-rata lebih tinggi pada dimensi temperamental (85%),
intelektual (77.5%), fisik (60%) dan sosial (52.5%). Sekitar 47,5 persen remaja sama-
sama memiliki konsep diri yang tinggi dan di atas rata-rata dalam bidang pendidikan.
Dan 57,5 persen remaja mempunyai konsep diri moral yang tinggi. Konsep diri remaja
secara keseluruhan ditemukan 27,5 persen berada pada kategori tinggi dan 72,5 persen
di atas rata-rata.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri

Merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan


lingkungan. Menurut Hurlock (1993) konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang
dirinya, baik yang bersifat fisik maupun psikologis yang diperoleh melalui interaksinya
dengan orang lain. Cawagas (dalam Hurlock, 1993) mengemukakan bahwa konsep diri
menyangkut seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi,
motivasi, kelemahan, kepandaian dan kegagalan. Konsep diri juga dapat diartikan sebagai
penilaian keseluruhan terhadap penampilan perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan
serta sumber daya yang dimiliki seseorang (Labenne dan Greene, dalam Hurlock 1969).
Konsep diri sebagai suatu penilaian terhadap diri, juga dijelaskan dalam defenisi konsep
diri yang dikemukakan oleh Partosuwido, dkk (dalam Hurlock,1974) yaitu bahwa konsep
diri adalah cara bagaimana individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya
terhadap diri sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan, baik ditinjau
dari segi fisik,moral, keluarga, personal, dan sosial.Konsep diri (self concept) mengacu
pada evaluasi bidang spesifik dari diri sendiri. Individu dapat membuat evaluasi
diri dalam banyak bidang kehidupan mereka seperti akademisi, penampilan dan lain-
lain.Secara ringkas konsep diri mengacu pada evaluasi bidang yang lebih spesifik
(Santrock, 2002) Hurlock (1974) mengatakan bahwa konsep diri memiliki tiga komponen
utama, yaitu: a) komponen perseptual, yaitu image seseorang mengenai penampilan
fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain. Komponen ini sering disebut
sebagai physical self concept, b)komponen konseptual, yaitu konsepsi seseorang
mengenai karakteristikkhusus yang dimiliki, baik kemampuan dan ketidakmampuan,
latarbelakang serta masa depannya. Komponen ini sering disebut sebagaipsychological
self concept, yang tersusun dari beberapa kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran,
percaya diri, kemandirian, pendirianyang teguh dan kebalikan dari sifat-sifat tersebut, c)
komponen sikap,yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap

11
statusnyasekarang dan prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan
pandangan diri yang dimilikinya.

2.2 Dimensi Konsep Diri


Menurut Coulhorn (1990) konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu: pengetahuan tentang
diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri dan evaluasi diri. Dimensi pertama dari konsep
diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri kita. Biasanya hal ini menyangkut hal-hal
bersifat dasar seperti; usia, jenis kelamin, kebangsaan, latar belakang etnis, profesi yaitu
pengharapan seseorang terhadap dirinya dan (2) “saya seharusnya menjadi apa” tentang
siapakah dirinya, yaitu standart seseorang bagi dirinya sendiri. Evaluasi terhadap diri
sendiri ini disebut harga diri (selfesteem), yang mana akan menentukan seberapa jauh
seseorang akan menyukai dirinya. Semakin jauh perbedaan antara gambaran tentang
siapa dirinya dengan gambaran seseorang tentang seharusnya ia menjadi, maka akan
menyebabkan harga diri yang rendah. Sebaliknya bila seseorang berada dalam standart
dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, yang menyukai siapa dirinya, apa yang
dikerjakan dan tujuannya maka ia akan memiliki harga diri yang tinggi Dalam hal ini,
tidak menjadi soal apakah standart itu masuk akal atau pengharapan itu realistis. Misalnya
jika standart seorang mahasiswa nilainya A semua, maka nilai rata-rata B+ (yang untuk
mahasiswa lain mungkin menjadi sumber dari rasa harga diri yang tinggi) akan
menyebabkan rasa harga diri yang rendah. Jelaslah bahwa evaluasi tentang diri sendiri
merupakan komponen konsep diri yang sangat kuat.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Mead (Hurlock, 1993) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan produk sosial, yang
dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis.
Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap
lingkungan fisik dan refleksi dari dirinya yang diterima dari orang-
orang penting di sekitar Oleh karena itu banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri
seseorang.yaitu: a) Peran orang tua dan anggota keluarga yang ditandai dengan adanya
integritas dan tenggang rasa yang tinggi antara anggota keluarga serta dirinya mendapat
dukungan kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam menghadapi masalah,

12
sehingga ia menjadi lebih bersikap positif serta realistis dalam memandang lingkungan
dan dirinya; (b) Peran faktor sosial dengan adanya interaksi seseorang dengan orang-
orang disekitarnya, apa yang dipersepsi seseorang tentang dirinya, tidak terlepas dari
struktur, peran dan status sosial yang disandang orang tersebut; (c) Konsep diri
merupakan produk belajar yang terjadi setiap hari dan umumnya tidak disadari oleh
individu. Lebih lanjut Verderher (dalam Hurlock, 1974) juga mengemukakan bahwa
terdapat empat faktor yang juga mempengaruhi konsep diri seseorang, yaitu: (a) Self
appraisa-viewing self as an object, merupakan suatu pandangan yang menjadikan diri
sendiri sebagai objek dalam komunikasi atau kesan kita terhadap diri sendiri, semakin
besar pengalaman positif yang kita miliki semakin positif konsep diri kita, namun
sebaliknya semakin besar pengalaman negatif yang kita miliki semakin negatif konsep
diri kita; (b) Reaction and response of other, yaitu reaksi dan respon orang lain terhadap
diri, dengan demikian, apa yang ada pada diri kita, dievaluasi oleh orang lain melalui
interaksi kita dengan orang sekitar; (c) roles you play-role taking, merupakan serangkaian
pola perilaku nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan
fungsi individu dalam kelompok sosial; (d) reference group, merupakan cara memandang
perilaku seseorang berdasarkan penilaian kelompoknya, dimana dngan penilaian tersebut

akan dapat mengembangkan konsep diri seseorang sebagai akibat adanya pengaruh
kelompok rujukan tersebut.

2.4 Konsep Diri Negatif


Orang yang mempunyai konsep diri negatif akan sangat sedikit mengetahui tentang
dirinya, Adapun menurut Coulhoun (1990) ada dua jenis konsep diri negatif. Tipe
pertama, yang merupakan sangat tidak teraturnya pandangan seseorang tentang dirinya,
ia tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri, dan ia benar-benar tidak tahu siapa
dirinya.Tipe kedua dari konsep diri negatif hampir merupakan kebalikan dari yang
pertama. Disini konsep diri terlalu stabil dan terlalu teratur, dengan kata lain kaku.
Mungkin karena didikan orang tua yang terlalu keras, individu tersebut menciptakan citra
diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dan aturan-aturan yang menurutnya
merupakan cara hidup yang tepat.Pada kedua tipe konsep diri negatif, informasi baru

13
tentang dirinya hampir pasti menjadi penyebab, kecemasan dan rasa ancaman pada diri.
Tidak satupun dari kedua konsep diri negatif cukup berfariasi dalam menyerap berbagai
informasi tentang dirinya. Setiap hari dalam pikiran manusia menjadi pemilihan yang
ketat tentang berbagai macam ingatan dan tanggapan, yang semua itu akan terefleksi
dalam diri. Jadi agar seseorang dapat memahami dan menerima diri sendiri, maka konsep
dirinya harus dilengkapi dengan pengertian yang cukup luas mencakup bermacam-
macam fakta yang berbeda tentang diri kita. Dengan kata lain konsep diri idealnya harus
luas dan tersusun dengan teratur. Orang dengan konsep diri yang tidak teratur dan konsep
diri yang sempit benar-benar tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan
informasi yang bertentangan tentang dirinya. Oleh karena itu ia mengubah terus menerus
konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau
menolak informasi yang baru.Dalam kaitannya dengan evaluasi diri, konsep diri negatif
sesuai dengan istilahnya merupakan penilaian negatif terhadap diri sendiri. Apapun yang
diketahui tentang dirinya, ia tidak pernah merasa cukup baik. Apapun yang diperolehnya
tidak berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Hal ini dapat menuntun
seseorang ke arah kelemahan emosional. Dari hasil penilaian Dobson dan Shaw
(Coulhoun, 1990) bahwa konsep diri yang negatif seringkali berhubungan dengan depresi
klinis. Atau seseorang akan merasa cemas terus menerus, karena menghadapi informasi
tentang dirinya. Dalam hal ini kecemasan atau depresi akan mengikis harga dirinya
sehingga menyebabkan kekecewaan emosional yang lebih parah.Harapan orang yang
memiliki konsep diri negatif terhadap dirinya sangat sedikit. Mereka menganggap dirinya
tidak akan merancang pengharapannya sedemikian rupa, sehingga dalam kenyataannya
ia tidak dapat mencapai suatu apapu yang berharga. Kegagalan ini akan merusak harga
dirinya yang memang sudah rapuh. Lebih lanjut lagi akan menyebabkan citra diri yang
lebih negatif dan pada akhirnya bisa menyebabkan penghancuran diri.Brook dan Emmert
(Rakmat,1995) menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif antara lain,
1) peka terhadap ktitik, 2) responsif terhadap pujian, meskipun mungkin ia berpura-pura
menghindarinya, 3) hiperkritis terhadap orang lain, 4) merasa tidak disenangi oleh orang
lain, sehingga sulit menciptakan kehangatan dan keakraban dengan orang lain, 5) pesimis
terhadap kompetisi.

14
2.5 Konsep Diri Positif
Dasar dari konsep diri yang positif adalah adanya penerimaan diri. Hal ini disebabkan
orang yang memiliki konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik. Tidak seperti
halnya dengan konsep diri negatif, konsep diri yang positif bersifat stabil dan bevariasi.
Konsep diri ini meliputi baik informasi yang positif maupun yang negatif tentang dirinya.
Jadi orang yang memiliki konsep diri positif dapat menerima dan memahami kenyataan
yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Karena konsep diri yang positif dapat
menampung seluruh pengalaman dirinya, maka hasil evaluasi dirinya pun positif. Ia dapat
menerima dirinya secara apa adanya. Hal ini tidak berarti bahwa ia tidak pernah kecewa
terhadap dirinya sendiri atau bahwa ia gagal mengenali kesalahannya sebagai suatu
kesalahan. Tetapi ia tidak perlu merasa bersalah terus menerus atas keberadaannya.
Dengan menerima diri sendiri ia dapat menerima orang lain.Orang yang memiliki konsep
diri positif merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan kemampuannya dan realistis,
artinya memiliki kemungkinan besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Disamping
itu tujuan itu cukup berharga sehingga kalau ia berhasil mencapainya akan meningkatkan
harga dirinya. Yang paling penting dari pengharapan yang realistis adalah pengharapan
tentang kehidupannya sebagai individu. Oleh karena konsep diri yang positif mampu
mengasimilasikan seluruh pengalaman individu, baik yang positif maupun yang negatif,
maka hal ini merupakan modal yang berharga dalam menghadapi kehidupan di masa
depan. Orang yang berkonsep diri positif dapat menyongsong masa depannya dengan
bebas. Baginya hidup merupakan suatu proses penemuan, yang dapat membuat dirinya
tertarik, memberi kejutan dan imbalan yang menyenangkan. Oleh karena itu konsep diri
yang positif akan menuntun seseorang untuk bertindak dengan spontan dan
memperlakukan orang lain dengan ramah dan hormat. Cara hidup seperti ini akan
membuat hidup terasa menyenangkan, penuh kejutan dan imbalan yang menyenangkan
Berlawanan dengan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif yang dikemukakan
Brook dan Emmert di atas, maka ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif antara
lain, 1) yakin akan kemampuannya untuk mengatasi suatu masalah, 2) merasa setara
dengan orang lain, 3) menerima pujian dengan tanpa merasa malu, 4) menyadari bahwa
setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya

15
disetujui oleh masyarakat, 5) mampu memperbaiki diri, karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk
mengubahnya.

2.6 Peran Konsep Diri Dalam Perilaku


Sebagai inti kepribadian, konsep diri akan menentukan keberhasilan seseorang dalam
menghadapi permasalahan yang timbul dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan konsep
diri merupakan internal frame of reference, yaitu merupakan kerangka acuan bagi tingkah
laku individu (Meichati, dalam Hurlock 1974). Menurut Pudjigjogyanti (dalam
Hurlock,1974), ada tiga alasan yang dapat mejelaskan peran konsep diri dalam
menentukan perilaku seseorang, yaitu: a) Konsep diri mempunyai peran penting dalam
mempertahankan keselarasan batin (inner consistency), apabila timbul perasaan atau
persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi
psikologis yang tidak menyenangkan, sehingga ia akan mengubah perilakunya; b)
Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu
dalam menafsirkan pengalamannya, sebuah kejadian dapat ditafsirkan secara berbeda-
beda oleh beberapa individu, karena masing-masing mempunyai sikap dan pandangan
berbeda terhadap diri sendiri; c) Konsep diri menentukan pengharapan individu, Mc
Candless (dalam Hurlock, 1974), mengatakan bahwa konsep diri merupakan seperangkat
harapan serta penilaian perilaku yang menunjuk kepada harapan-harapan tersebut.

2.7 Peran Konsep Diri dalam Aktualisasi Diri


Roger (Coulhorn, 1990) mengatakan bahwa meskipun diri mempunyai tendensi inheren
untuk mengaktualisasikan diri, namun sangat meudah dipengaruhi oleh lingkungan,
khususnya oleh lingkungan sosial. Pengalaman pada masa kanak-kanak memiliki peranan
yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan individu tersebut untuk
mengaktualisasikan diri.Sebagai bagian dari konsep diri, individu juga akan
mengembangkan gambaran akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa dirinya
nanti (diri ideal). Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai akibat dari bertambah
kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi orang lain
terhadap tingkah lakunya, individu secara ideal akan mengembangkan suatu pola

16
kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri yang sebagaimana adanya
dengan diri ideal dapat diperkecil. Karena ketidaksesuaian antara gambaran diri yang
sebenarnya dengan diri idea akan menimbulkan ketidakpuasan dalam
penyesuaian diri. Hal ini disebabkan sebagian besar penilaian tentang harga diri
tergantung pada seberapa dekat seseorang dengan ideal self-nya. Semakin dekat diri yang
sebenarnya dengan diri ideal, semakin tinggi pula harga diri seseorang.Harga diri
merupakan evaluasi seseorang terhadap diri sendiri, yang menyatakan sikap menerima
atau menolak, bahkan lebih jauh dikemukakan bahwa harga diri akan menunjukkan
seberapa besar seseorang percaya bahwa dirinya mampu, berarti berhasil dan beharga.
Harga diri ini akan menentukan penerimaan diri, menurut Jersild (Hurlock, 1974) adalah
individu dapat menerima emosi-emosinya, memiliki keyakinan akan kemampuannya
untuk mengatasi hidup, mau menerima tanggung jawab dan tantangan terhadap
kemampuannya, tanpa menjangkau hal-hal yang tidak mungkin dan mempunyai
penghargaan yang sehat terhadap hak-haknya dan diri sebagai orang yang berguna
meskipun tidak sempurna. Penerimaan diri ini bukan berarti merasa puas terhadap diri
sendiri, tetapi lebih cenderung kepada kemauan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan
dan kondisi-kondisi hidup, baik yang menyenangkan ataupun tidak, menurut
kemampuannya.

Dalam kaitannya dengan aktualisasi diri, Rogers (Coulhoun, 1990) mengatakan bahwa
kunci dari aktualisasi diri adalah konsep diri. Orang yang positif berarti memiliki
penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka menganggap dirinya berharga dan
cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki
konsep diri negatif, menunjukkan penerimaan diri negatif pula. Mereka memiliki
perasaan kurang berharga, yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap
diri sendiri. Johnson dan Medinnus (dalam Hurlock, 1974) mengatakan bahwa konsep
diri yang positif yang nampak dalam bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan
penerimaan diri adalah merupakan dasar perkembangan kepribadiaan yang sehat. Oleh
karena itu sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa kepribadian yang sehat
merupakan syarat dalam mencapai aktualisasi diri, maka hanya orang yang memiliki
konsep diri positif saja yang akan dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya. Sedangkan

17
orangorang yang memiliki konsep diri negatif cenderung mengembangkan gangguan
dalam penyesuaian diri. Hal ini disebabkan adanya ketidakharmonisan (incongruence)
antara konsep diri dengan kenyataan yang mengitari mereka atau dengan kata lain mereka
tidak dapat mengembangkan kepribadian yang sehat. Oleh karena itu mereka tidak dapat
mengaktualisasika semua segi dari dirinya.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

konsep diri (self concept ) merupakan perangkat prespektif yang di percaya


orang mengenai dirinya sendiri. Peranan,talenta,keadaan emosi,nilai keterampilan
dan keterbatasan sosial, intelektualitas , dan seterusnya yang membentuk konsep
diri ( West dan Turner, 2008 ). Hughes, Galbraith dan white ) (2011) yang juga
mengatakan bahwa konsep diri merupakan deskripsi mengenai diri sendiri yang
juga mengandung evaluasi terharap diri. Baron, Byne dan Brancombe ( sarwono
dan meinarno, 2009 )

3.2 Saran
Sehingganya setiap siswa haruskah menawarkan konsep diri yang positif
pada mereka. Dikarenakan dapat membentuk karakter karakter siswa yang baik
dalam hal ini mereka akan lebih bertanggung jawab pada tugas mereka sebagai
pelajar dan mempermudah dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Saraswatia, G. K., Zulpahiyana, Z., & Arifah, S. (2015). Faktor-faktor yang


mempengaruhi konsep diri remaja di SMPN 13 Yogyakarta. JNKI (Jurnal

Ners dan Kebidanan Indonesia)(Indonesian Journal of Nursing and

Midwifery), 3(1), 33-38.

Char, S. K., ProdipKarmakar, S. M., & Adhikari, S. A Descriptive Survey on the Self-
Concept of the School-Going Adolescent of Purulia District.

Marsela, R. D., & Supriatna, M. (2019). Konsep diri: Definisi dan faktor. Journal of
Innovative Counseling: Theory, Practice, and Research, 3(02), 65-69.

Asri, D. N. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri remaja


(studi kualitatif pada siswa SMPN 6 Kota Madiun). Jurnal Konseling Gusjigang, 6(1).

Bharathi, T. A., & Sreedevi, P. (2016). A study on the self-concept of adolescents.


International Journal of Science and Research, 5(10), 512-516.

20

Anda mungkin juga menyukai