ABSTRAK
Lembar Pengesahan
Guru Pembimbing
iii 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga laporan yang
berjudul “Kebiasaan Labeling di Masyarakat” ini dapat tersusun dengan baik sampai selesai
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas pada mata pelajaran
Sosiologi. Selain itu laporan ini dibuat juga untuk menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca
maupun penulis tentang Teori Labeling oleh Edwin M. Lamert saya mengucapkan terima kasih
kepada Ibu ROSMAYANI S.Pd. selaku Guru mapel Sosiologi yang telah memberikan materi dan
tugas proyek ini kepada kami ,Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran,data maupun materinya.
Saya sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar laporan ini dapat berguna bagi pembaca dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
iv5
Daftar Isi
Halaman Judul
Abstrak ............................................................................................................................................................. i
Bab I Pendahuluan
• Labelling ............................................................................................................................................................... 3
• Penyimpangan sosial ...................................................................................................................................... 5
• Penjurusan di sma ............................................................................................................................................ 6
Bab V Penutup
• Kesimpulan ...................................................................................................................................................... 11
• Saran ................................................................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Labeling adalah pemberian label kepada seseorang yang menjadi bagian dari konsep
diri seseorang. Label yang akan diberikan kepada seseorang itu akan cenderung
melanjutkan penyimpangan tersebut. Label tersebut dapat berasal dari ciri fisik yang
menonjol (misalnya belang dan cacat), karakter (misalnya homoseksualitas), kelompok
sosial (misalnya ras atau bangsa). Pemberian label tersebut biasanya didapat dari hasil
interaksi sosialnya. Seseorang yang diberi label biasanya mengikuti label yang telah
ditetapkan kepada dirinya dan akan menjadi dasar orang tersebut beradaptasi sepanjang
hidupnya. Anak yang memandang dirinya baik akan mendekati orang lain dengan rasa
percaya dan memandang dunia sebagai tempat yang aman, dan kebutuhan-kebutuhannya
akan terpenuhi. Sementara anak yang merasa dirinya tidak berharga, tidak dicintai akan
cenderung memilih jalan yang mudah, tidak berani mengambil resiko dan tetap saja tidak
berprestasi. Penerimaan dan penolakan terhadap berbagai perubahan dalam tubuhnya akan
sangat mempengaruhi kesiapannya memasuki dunia dewasa dalam masa remaja. Masa
remaja adalah masa pencarian identitas dan pada masa ini remaja harus bisa melewati
krisisnya agar tidak terjadi kebingungan identitas. Salah satu penyebab kebingungan
identitas remaja adalah labeling. Bagi para remaja pengalaman mendapatkan label tertentu
(terutama yang negatif) memicu pemikiran bahwa dirinya ditolak. Pemikiran bahwa
dirinya ditolak dan kemudian dibarengi oleh sikap penolakan yang sesungguhnya, dapat
menghancurkan kemampuan berinteraksi, mengurangi rasa harga diri, berpengaruh negatif
terhadap kinerja seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan kerjanya, dan yang lebih
utama adalah menjadi beban pada dirinya sendiri.
B. Identifikasi Masalah
Jadi dari latar belakang diatas dapat saya simpulkan indentifikasi masalah yang akan
saya angkat dalam laporan ini adalah sebagai berikut.:
• Pelabelan masyarakat sekitar terhadaap perilaku menyimpang dari siswa ips
• “Penjulukan seseorang”
C. Perumusan Masalah
• Bagaimana teori labelling melihat penyimpangan sosial terhadap siswa
27
D. Tujuan Laporan
Tujuan dari laporan ini ialah agar kita dapat melihat asumsi orang orang terhadap
penyimpangan yang dilakukan oleh siswa jurusan ips atau yg bisa kita semua sebut
“labelling” atau penjulukan seseorang.
83
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. labelling
Menurut Lemert teori labeling adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian
cap/ label dari masyarakat kepada seseorang yang kemudian cenderung akan melanjutkan
penyimpangan tersebut. Teori labeling, diinspirasi oleh perspektifinteraksionisme
simbolik dan telah berkembang dalam berbagai bidang seperti kesehatan mental,
kesehatan dan pendidikan.
Labeling adalah identitas yang diberikan oleh kelompok kepada individu berdasarkan
ciri-ciri yang dianggap minoritas oleh suatukelompok masyarakat. Labeling cenderung
diberikan pada orang yang memiliki penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan
norma di masyarakat. Seseorang yang diberi label akan mengalami perubahan peranan dan
cenderung akan berlaku seperti label yang diberikan kepadanya.
Teori labeling disebut juga teori pelabelan atas perilaku menyimpang yang sering
digunakan masyarakat terhadap penyimpangan. Pandangan tentang penentuan situasi
(definition of the situation) digunakan untuk menyatakan bahwa jika individu/kelompok
disebut menyimpang, akan ada konsekuensi yang tidak diharapkan pada tingkat
perilakunya.
Teori labeling memiliki dua proposisi. Pertama, perilaku menyimpang bukan
merupakan perlawanan terhadap norma, tetapi berbagai perilaku yang berhasil
didefinisikan atau dijuluki menyimpang. Deviant atau penyimpangan tidak selalu dalam
tindakan itu sendiri tetapi merupakan respon terhadap orang lain dalam bertindak.
Proposisi kedua, labeling itu sendiri menghasilkan atau memperkuat penyimpangan.
Respon orang-orang yang menyimpang terhadap reaksi social menghasilkan
penyimpangan sekunder yang mana mereka mendapatkan citra diri atau definisi diri
sebagai seseorang yang secara permanen terkunci dengan peran orang yang menyimpang.
Penyimpangan merupakan outcome atau akibat dari kesalahan sosial dan penggunaan
kontrol sosial yang salah.
Konsep lain dari teori labelling, bagaimana individu menjadi devian adalah :
a) Master Status
Teori penjulukan memiliki label dominan yang mengarah pada suatu keadaan yang
disebut dengan Master Status. Maknanya adalah sebuah label yang dikenakan
(dikaitkan) biasanya terlihat sebagai karakteristik yang lebih atau paling penting atau
menonjol dari pada aspek lainnya pada orang yang bersangkutan.Bagi sebagian orang
label yang telah diterapkan, atau yang biasa disebut dengan konsep diri, mereka
menerima dirinya seperti label yang diberikan kepadanya. Bagaimanapun hal ini akan
membuat keterbatasan bagi seseorang yang diberi label, selanjutnya di mana mereka
akan bertindak. Bagi seseorang yang diberi label, sebutan tersebut menjadi
94
menyulitkan, mereka akan mulai bertindak selaras dengan sebutan itu. Dampaknya
mungkin keluarga, teman, atau lingkungannya tidak maulagi bergabung dengan yang
bersangkutan, dengan kata lain orang akan mengalami label sebagai
penyimpang/menyimpang dengan berbagai konsekuensinya, ia akan dikeluarkan dan
tidak diterima oleh lingkungan sosialnya. Kondisi seperti ini akan sangat menyulitkan
untuk menata identitasnya menjadi dirinya sendiri tanpa memandang label yang
diberikan kepadanya. Akibatnya, ia akan mencoba melihat dirinya secara mendasar
seperti label yang diberikan kepadanya, terutama sekarang ia mengetahui orang lain
memanggilnya seperti label yang diberikan.
b) Deviant Career
Konsep Deviant Career mengacu pada seseorang yang diberi label telah benar-benar
bersikap dan bertindak seperti label yang diberikan kepadanya secara penuh. Kai T.
Erikson dalam Becker menyatakan bahwa label yang diberikan bukanlah keadaan
sebenarnya, tetapi merupakan pemberian dari anggota lingkungan yang mengetahui dan
menyaksikan tindakan mereka baik langsung maupun tidak langsung. Kemudian F.M.
Lemert, terkait dengan masalah kejahatan yang dilakukan, membedakan tiga bentuk
penyimpangan, yaitu:
4. Orang tidak menjadi penjahat karena melanggar hukum, tapi karena ditetapkan
demikian oleh penguasa.
5. Pada dasarnya semua orang pernah melakukan kejahatan, sehingga tidak patut jika
dibuat dua kategori, yaitu jahat dan orang tidak jahat.
perubahan dan spesifikasi menjadi A1, A2, A3 dan A4. Pada akhirnya tahun 1994
penjurusan yang ada di SMA mengalami perubahan menjadi IPA, IPS dan Bahasa.
Penjurusan tersebut berlaku sampai sekarang. Program penjurusan yang dilakukan di
SMA tersebut pada kenyataanya malah menimbulkan tindakan diskriminasi. Tindakan
driskiminasi tersebut berupa pemberian cap (label) pada jurusan IPS. Label yang
diberiakan bukanlah label yang positif, melainkan label yang buruk. Posisi IPS mulai
tersudutkan dalam aktifitas pendidikan. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa
jurusan IPS ditempati oleh siswa-siswa yang memiliki nilai akademis yang rendah,
memiliki sifat tidak bisa diatur dan suka melanggar peraturan sekolah. Sebab itulah
masyarakat memberikan label negatif pada jurusan IPS. Akhirnya para peserta didik
dalam menjalani proses pendidikan mengalami kendala terutama pada siswa jurusan IPS
Pemberian cap (label) pada siswa jurusan IPS juga terjadi dalam kehidupan sosial di
masyarakat. Masyarakat mengaggap bahwa siswa jurusan IPS memiliki kompetensi
akademis rendah, tidak hanya itu saja siswa IPS juga sering dipandang sebagai siswa
yang sering melanggar peraturan sekolah. Sehingga tanpa disadari cap tersebut melekat
pada siswa IPS. Cap yang diberikan tentu akan memberi efek atau pengaruh tehadap
8
siswa, sehingga hal tersebut akan mengantarkan siswa itu untuk melakukan
penyimpangan atau perbuatan yang melanggar norma.
Durkheim dalam bukunya yang berjudul The Rules of Sociological Method
menjelaskan jika masyarakat tidak dalam kondisi yang biasanya mesti dimilkinya, maka
bisa jadi masyarakat itu sedang mengalami patologi. Labelling merupakan pemberian
label kepada seseorang yang menjadi bagian dari konsep diri seseorang. Label yang
diberikan kepada seseorang cenderung melanjutkan penyimpangan tersebut. Label
mampu membentuk suatu persangkaan atau persepsi terhadap perilaku yang terbentuk.
Seseorang yang diberi label biasanya akan mengikuti label yang ditetapkan pada diri
orang tersebut dan juga menjadi dasar untuk melakukan sesuatu dalam kehidupnya. Dua
konsep penting dalam teori labeling adalah primary deviace dan secondary deviance.
Primary deviance ditujukan pada perbuatan penyimpangan tingkah laku awal, sedangkan
secondary deviance adalah berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman
seseorang sebagai akibat dari penangkapan dan cap sebagai penjahat. Sekali cap atau
label diberikan pada orang maka sulit bagi orang tersebut untuk melepaskan cap yang
sudah diberikan, kemudian orang tersebut mengidentifikasikan dirinya dengan cap yang
sudah diberikan oleh masyaarakat. Teori label ini memfokuskan analisisnya pada
perilaku menyimpang yang sudah mencapai tahapan secondary deviance. Selain itu,
analisis teori tersebut juga terpusat pada reaksi orang terhadap peyimpang yang
kemudian memunculkan label kepada pelaku penyimpangan. Teori tersebut tidak
berusaha mencari penyebab individu melakukan penyimpangan, tetapi menekankan pada
pentingnya definisi sosial dan sanksi sosial negatif yang dihubungkan dengan tekanan-
tekanan individu untuk masuk pada tindakan yang lebih menyimpang . Remaja
merupakan masa pencarian identitas. Menurut Erikson masa remaja berkisaran umur 12-
18 tahun, dimana pada masa remaja, orang harus menyelesaikan krisis identitasantara
penemuan identitas dan kebingungan identitas. Pada masa ini remaja mengembangkan
identitas diri melalui interaksi dengan orang lain, terutama pada kelompok sebaya .
Remaja yang berumur 16-18 sedang dalam masa transisi akan dengan mudah menyerap
segala macam pengaruh dari luar. Pengaruh yang dapat dengan mudah diterima pada
13
psikologis remaja terutama adalah pengaruh dari lingkungan sekitar. Pada masa itulah
remaja harus bisa meliwati krisis agar tidak terjadi kebingungan identitas diri yang salah
satunya penyebabnya adalah label itu sendiri. Seorang remaja yang pernah mendapatkan
cap negatif akan memicu pemikiran bahwa dirinya menyimpang. Tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa pemberian label tersebut kerap terjadi di lingkungan sekolah padahal sekolah
sendiri merupakan lembaga yang berfungsi sebagai agen sosialisasi yang efektif bagi
para remaja.
Pada dasarnya pemberian label merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam
proses sosialisai. Dalam buku Pengantar Sosiologi Pendidikan disebutkan bahwa teori
label digunakan sebagai pendekatan dalam proses pendidikan. Akan tetapi, karena terjadi
kesalahan dalam proses sosialisasi yang dilakukan. Akhirnya peserta siswa menjadi
disosialisasi, akibatnya siswa akan tumbuh rasa ketidakpercayaan diri. Kesalahan dalam
proses sosialisasi mengakibatkan siswa melakukan perilaku yang menyimpang. Perilaku
menyimpang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku pada
suatu kelompok. Perilaku menyimpang siswa biasanya timbul dari kebiasaan yang
diulang-ulang oleh teman dari kalangannya. Soekanto mejelaskan sebagai kelompok
yang dianggap berbeda, tentu akan mengakibatkan kelompok tersebut menciptakan
aturan, nilai atau norma yang mencerminkan kelompoknya. Dari fenomena yang sering
terjadi dimasyarakat, gejala kenakalan muncul pada saat masa pubertas atau masa remaja,
dimana seorang anak masih dalam keadaan labil, sehingga mudah sekali terpancing oleh
lingkangan yang ada. Perilaku menyimpang pada remaja dapat dikatakan sebagai
kenalakan remaja, seperti pengertian kenakalan remaja yang diungkapkan dalam
Bakolak Inpres No.6/1971 sebagai berikut: “Kenakalan remaja ialah kelainan tingkah
laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asocial bahkan arti sosial yang
melanggar norma-norma sosial agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Kemudian perilaku menyimpang pada remaja juga sering disebut dengan
kenalakan anak yang dikenal dengan kata Juvenile Delinquency. Menurut Dr.
Kusumanto “Juvenile Delinquency atau kenakalan anak dan remaja ialah tingkah laku
individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap
sebagai acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu
masyarakat. Sementara John W. Santrock (1995) mendefinisikan, kenakalan remaja
(Juvenile Delinquency) mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari
perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan disekolah),
pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal
(seperti mencuri). Pada umumnya remaja yang melakukan penyimpangan dilihat dari
tingkah laku, perbuatan dan kegiatan yang dilakukan berbeda atau menyimpang dari
norma yang berlaku dalam suatu kelompok yang ditempatinya. Dan begitu juga dengan
sanksi yang diberikan oleh masyarakat kepada pelaku penyimpangan itu tidak sama
antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain
Label yang diberikan pada siswa jurusan IPS merupakan permasalahan yang tidak
dapat dianggap remeh dalam dunia pendidikan. Pemberian label itu akan megganggu
siswa dalam proses aktivitas pendidikan. Padahal dalam hakikatnya lembaga pendidikan
harus menyajikan suasana yang tentram dalam kegiatan transfer ilmu dari guru ke murid,
sehingga siswa bisa merasa nyaman.
14
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melihat fakta-fakta yang
terjadi dengan jenis penelitian expos facto, hal ini untuk memaparkan pengaruh labeling
siswa IPS terhadap perilaku menyimpang. Peneliti menemukan praktek labeling yang
dilakaukan pada siswa IPS. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa keas X IPS .Mode
analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah uji korelasi product moment dan uji
t dengan tingakat kepercayan 95% (α = 0,05). Penelitian ini bertujan untuk mengetahui
adakah pengaruh jenis labeling siswa IPS terhadap tingkat perilaku menyimpang dan
mengetahui besar pengaruh jenis labeling siswa IPS terhadap tingkat perilaku
menyimpang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis terkait pengaruh labeling siswa IPS
terhadap perilaku menyimpang, penulis akan memberikan beberapa simpulan yaitu :
(1) Ada pengaruh yang sedang jenis labeling terhadap tingkat perilaku menyimpang
(2) Besar pengaruh jenis labeling yang dilakukan oleh guru terhadap tingkat perilaku
menyimpang termasuk dalam kategori cukup. Sedangkan tingkat pengaruh jenis
labeling yang dilakukan oleh teman terhadap tingkat perilaku menyimpang termasuk
dalam kategori rendah. Hal tersebut menunjukan bahwa jenis labeling yang dilakukan
oleh guru lebih berpengaruh dari pada jenis labeling yang dilakukan oleh teman.
(3) Besar pengaruh variabel jenis labeling terhadap variabel tingkat perilaku menyimpang
termasuk dalam kategori sedang
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
saran yang dapat diberikan dari peneliti adalah:
(1) Perlu adanya sosialisasi yang ditujukan kepada guru dan siswa lain bahwa tidak ada
perbedaan antara siswa IPS, IPA dan Bahasa.
(2) Perlunya usaha dari perangkat sekolah untuk mengurangi kegiatan-kegiatan yang
menimbulkan perilaku labeling kepada siswa IPS, serta membuat kegiatan yang
bersifat umum yang bisa dihadiri oleh semua jurusan. Seperti kegiatan Seminar dan
Workshop atau yang lainya.
12
17
Daftar Pustaka
Aprianti, Suhadi dan Raharjo. (2013). Hubungan Labeling dengan Perilaku menyimpang
Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Jakarta. Jurnal PPKN UNJ Online. Jakarta:
FIS Universitas Negeri Jakarta.
Atmasasmita, Romli. (2005). Teori & Kapita Selekta Kriminologi. Bandung: Refika Aditama.
Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Erianjoni. (2014). Pelabelan Etnis Minangkabau pada Wanita Pelaku Penyimpangan Sosial
di Kota Padang. Skripsi. Padang: Fakultas Ilmu Sosial.
Hanafi, Bagus Andre. (2014). Diskriminasi Terhadap Siswa IPS di SMA Surabaya (Studi
Deskriptif tentang Fenomena labeling yang dialami siswa IPS di SMAN 3 Surabaya dan SMA
Barunawati Surabaya). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univesitas Airlangga
Idrus, Mohammad. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif &
kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.
Jaclyn Isabella, Yunita. (2011). Analisis Pengaruh Labeling terhadap Konsep Diri pada
Tokoh Shinigawa Daichi dalam Drama Yankee-Kun To Megane-Chan. Undergraduate
Thesis. Binus.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (2013). Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi
Klasik Sampai Perkembangan Mtakhir Teori Sosial Postmodern.
Santrock. John W. (1995), Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda
Damanika & Ach. Chusairi, Jakarta: Erlangga.
Soekanto, Soerjono dan Lestarini, Ratih. (1988). Howard Becker; Sosiologi Penyimpangan.
Jakarta: Rajawali.