Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP


PERILAKU MENYIMPANG MAHASISWA DI KAMPUS”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dengan
dosen Dra. Nurlaila Suci Rahayu R., MM., MH.

Disusun Oleh:

Nama: Nadia Nur Azizah

NIM: 1914422914

UNIVERSITAS RAHARJA
TANGERANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Peranan Kelompok
Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menyimpang Mahasiswa di
Kampus ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai pentingnya peranan kelompok teman sebaya dalam
pergaulan mahasiswa. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya dan kita dapat
mengambil manfaatnya sehingga dapat memberikan ilmu
pengetahuan terhadap pembaca.

Tangerang, 14 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN/ISI ............................................................. 4
A. Definisi Mahasiswa ............................................................. 4
B. Perilaku Menyimpang ......................................................... 5
1. Pengertian Perilaku Menyimpang...................................... 5
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang ............................... 6
3. Faktor-Faktor Terjadinya Perilaku Menyimpang .............. 8
C. Kelompok Teman Sebaya ................................................ 10
1. Pengertian Kelompok Teman Sebaya ............................ 10
2. Fungsi Kelompok Teman Sebaya ................................... 11
D. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya .............................. 13
E. Solusi dan Kontribusi Terhadap Penyelesaian
Masalah .............................................................................. 15
BAB III. PENUTUP ........................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar
pada perguruan tinggi. Rentang usia mahasiswa pada
umumnya yaitu antara 17 sampai 22 tahun. Pada masa itu
mahasiswa mengalami serangkaian perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman atau disebut dengan perkembangan. Seperti
yang dikatakan Van den Daele (dalam Hurlock, 2002, hlm.
4) bahwa, “perkembangan berarti perubahan kualitatif”. Ini
berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan
ukuran pada tinggi dan berat badan seseorang atau
kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi
dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Berbagai
perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk
memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan
lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini,
maka realisasi diri adalah sangat penting. Bagaimana
manusia mengungkapkan dorongan aktualisasi diri
bergantung pada kemampuan bawaan dan latihan untuk
menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat.
Dalam usaha menyesuaikan diri tersebut, secara
sengaja maupun tidak sengaja akan terbentuk sebuah
kelompok yang didalamnya berisikan orang-orang dengan
keadaan dan kebutuhan yang sama. Tanpa sadar
pembentukan kelompok ini menjadi tradisi bagi sebagian
besar mahasiswa di kampus manapun. Sehingga
kelompok tersebut berpengaruh terhadap pergaulan dan
perilaku mahasiswa. Mirisnya, tidak semua kelompok
teman sebaya adalah kelompok yang membawa pengaruh
positif. Tidak menutup kemungkinan kelompok tersebut
dapat menularkan virus-virus negatif untuk sebagian
mahasiswa. Oleh sebab itu, kelompok teman sebaya
penting untuk diperhatikan karena memiliki peranan yang
cukup penting bagi perilaku mahasiswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusuan
masalah yang diperoleh yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan mahasiswa?


2. Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang?
3. Apa yang dimaksud dengan kelompok teman sebaya
dan fungsinya?
4. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku menyimpang di
kalangan mahasiswa dan apa saja faktor-faktornya?
5. Bagaimana pengaruh kelompok teman sebaya
terhadap perilaku menyimpang di kalangan mahasiswa
dan dampaknya?
6. Upaya apa yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
perilaku menyimpang di kalangan mahasiswa?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan
makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk dan


faktor-faktor perilaku menyimpang mahasiswa.
2. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya
kelompok teman sebaya terhadap perilaku mahasiswa.
3. Untuk mengetahui dan memahami dampak atau
pengaruh kelompok teman sebaya mahasiswa di dalam
kampus.
4. Untuk mengetahui dan memahami upaya untuk
mencegah terjadinya perilaku menyimpang mahasiswa.
BAB II

PEMBAHASAN/ISI
A. Definisi Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam
proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang
menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan
tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di
Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
kbbi.web.id)

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas


yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan
dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat
dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada
diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling
melengkapi. Seorang mahasiswa dikategorikan pada
tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun.
Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir
sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi
perkembangan, tugas perkembangan pada usia
mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf,
2012: 27).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa


mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai
25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di
perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas yang memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan
kerencanaan dalam bertindak.

B. Perilaku Menyimpang
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku,
perubahan, atau tanggapan seseorang terhadap
lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma
dan hukum yang berlaku di dalam masayarakat. Dalam
kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia
dibatasi oleh aturan untuk berbuat dan berperilaku
sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat. Namun di tengah kehidupan masyarakat
dewasa ini seringkali kita temukan tindakan-tindakan
atau perilaku mahasiswa bertentangan dengan norma
hukum bahkan tidak segan-segan untuk melanggar
aturan hukum.

Menurut Hordert, perilaku menyimpang adalah


setiap tindakan yang melanggar keinginan-keinginan
bersama sehingga dianggap menodai kepribadian
kepriabadian kelompok yang akhirnya si pelaku dikenai
sanksi. Keinginan yang dimaksud adalah sistem nilai
dan norma yang berlaku.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang
merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah
dan norma-norma yang berlaku di dalam lingkungan
hidup masyarakat. Dengan demikian perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh mahasiswa akan
berdampak pada lingkungan kampus dan lingkungan
masyarakat karena mengabaikan peraturan dan norma-
norma yang berlaku.

2. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang


Bentuk-bentuk perilaku menyimpang adalah
sebagai berikut:

a) Penyimpangan Individual (Individual Deviation)


Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh
orang telah mengabaikan dan menolak norma-
norma yang berlaku di dalam masyarakat. Orang
seperti ini biasanya mempunyai kelainan atau
mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat
mengendalikan dirinya.
b) Penyimpangan kelompok (Group Deviation)
Penyimpangan kelompok adalah
penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang tunduk pada norma kelompok yang
bertentangan dengan norma yang berlaku. Misalnya,
sekelompok orang menyeludupkan obat-obatan
terlarang, separatis,. Mereka memilki aturan yang
harus dipatuhi oleh anggota lainya.
c) Penyimpangan campuran (Mixture of Both Deviation)
Penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu
golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi,
sehingga individu atau pun kelompok di dalamnya
taat dan tunduk kepada norma golongan dan
mengabaikan norma masyarakat yang berlaku.
Misalnya, mahasiswa pengangguran yang frustasi
dari kehidupan masyarakat, dengan dibawah
pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok ke
dalam organisasi rahasia yang menyimpang dari
norma hukum.

Menurut Adler yang di tulis oleh Kartini Kartono,


bentuk-bentuk penyimpangan di kalangan mahasiswa
adalah sebagai berikut :

1) Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu


keamanan, dan membahayakan jiwa sendiri dan orang
lain.

2) Perilaku ugal-ugalan, berandalan, ukuran yang


mengacaukan ketentraman masyarakat sekitar.
Tingkah laku ini bersumber pada kelebihan energi dan
dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan
meneror lingkungan.

3) Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar suku,


sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa.

4) Membolos kelas lalu bergelandangan sepanjang


jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil
sambil melakukan bermacam-maca kedurjanaan dan
tindak asusila.

5) Kriminalitas mahasiswa antara lain berupa


perbuatan mengancam, mengintimidasi, memeras,
maling, mencopet, merampas, menjambret,
menyerang, membunuh, menyiksa dan pelanggaran
yang lainya.

6) Berpesta pora sambil mabuk-mabukan, melakukan


hubungan seks bebas, dan berbagai tindakan yang
mengganggu ketentraman dan ketenangan lingkungan.

Dapat disimpulkan bahwa sering membolos,


sering berkelahi, merokok, mabuk-mabukan, ugal-
ugalan, membuat kegaduhan yang meresahkan
lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat
merupakan bentuk perilaku menyimpang di kalangan
mahasiswa.

3. Faktor-Faktor Terjadinya Perilaku Menyimpang


Faktor penyebab perilaku menyimpang
diantaranya:

a) Faktor Sosialisasi
Sosialisasi yang dimaksud adalah sosialisai nilai.
Sosialisasi nilai bisa terjadi dalam keluarga,
lingkaran teman, lingkungan kerja, atau pergaulan
lain dalam keseharian mahasiswa. Mahasiswa yang
mempelajari perilaku-perilaku tersebut akhirnya tidak
merasa bahwa hal tersebut menyimpang, dan
menganggap bahwa perilaku yang ia pelajari normal
untuk dilakukan.
b) Faktor Anomie
Anomie adalah suatu keadaan tanpa norma dan
tanpa arah, sehingga masyarakat menjadi sulit untuk
mencari pegangan dalam menentukan arah perilaku
yang teratur.
c) Faktor Differential Association
Menurut Edwin H. Sutherland, perilaku
menyimpang terjadi akibat adanya differential
association atau asosiasi yang berbeda terhadap
suatu kejahatan. Semakin tinggi interaksi seseorang
dengan orang yang berperilaku menyimpang,
semakin tinggi pula kemungkinan orang tersebut
untuk bertingkah laku yang menyimpang.
d) Faktor Labeling
Perilaku menyimpang muncul karena adanya cap,
julukan, atau sebutan atas individu yang melakukan
suatu perbuatan yang dianggap menyimpang. Bila
kita memberi cap terhadap seseorang sebagai orang
yang menyimpang, maka secara tidak langsung cap
atau sebutan tersebut akan mendorong orang itu
untuk berprilaku yang menyimpang pula.

Menurut Ref, penyimpangan/ kejahatan


disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor subjektif dan
faktor objektif. Faktor subjektif adalah faktor yang
berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan
yang dibawa sejak lahir, ataupun faktor turunan). Faktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar
(lingkungan),. Misalnya keadaan rumah tangga, seperti
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Rozy (2010:168) faktor-faktor yang


mempengaruhi kenakalan lingkungan mahasiswa
yakni, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
kampus, faktor lingkungan masyarakat dan faktor
lingkungan pergaulan pertemanan menjadi salah satu
faktor penunjang terjadinya perilaku menyimpang.
Pada intinya, keadaan masyarakat dan kondisi
lingkungan dalam berbagai corak dan bentuknya akan
berpengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap perilaku menyimpang mahasiswa
yang pada kenyataanya mereka hidup secara
berkelompok.

C. Kelompok Teman Sebaya


1. Pengertian Kelompok Teman Sebaya
Kelompok sebaya adalah lingkungan kedua
setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan
individu. Terpengaruh tidaknya individu dengan teman
sebaya tergantung pada persepsi individu terhadap
kelompoknya, sebab 19 persepsi individu terhadap
kelompok sebayanya akan menentukan keputusan
yang diambil nantinya (Gerungan, 1986).

Tarakanita (2001) mengatakan bahwa, teman


sebaya selain merupakan sumber referensi bagi remaja
mengenai berbagai macam hal, juga dapat memberikan
kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran dan
tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan
(dukungan sosial).

Bentuk-bentuk dukungan sosial menurut Sarafino


(2007), yaitu dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan
informasi. Dukungan emosional yaitu berupa empati,
kepedulian, perhatian, penilaian positif, dan
memberikan semangat kepada individu yang
bersangkutan. Dukungan penghargaan yaitu dukungan
yang melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan
setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan
dan performa orang lain. Dukungan instrumental yaitu
berupa bantuan langsung seperti bantuan materi,
finansial atau hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
individu yang bersangkutan. Dukungan informasi yaitu
berupa pemberian nasehat, instruksi, saran, arahan,
masukan, atau pemberian informasi mengenai hal-hal
yang dibutuhkan individu.

2. Fungsi Kelompok Teman Sebaya


Kelompok sebaya menyediakan suatu
lingkungan, yaitu tempat teman sebayanya dapat
melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan
lagi nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan
oleh teman seusianya, dan tempat dalam rangka
menentukan jati dirinya, namun apabila nilai yang
dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai
negatif maka akan menimbulkan bahaya bagi
perkembangan jiwa individu.

Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur


dan kedewasaan yang kira-kira sama (Santrock 2007 :
55). Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman
sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan
komparasi tentang dunia di luar keluarga. Dari
kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik
mengenai kemampuan mereka. Remaja belajar tentang
apakah apa yang mereka lakukan lebih baik, sama
baiknya, atau bahkan lebih buruk dari apa yang akan
dilakukan remaja lain (Santrock, 2003:273). Hal
tersebut tidak hanya berlaku untuk remaja, tetapi juga
mahasiswa dan lingkungan masyarakat lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi kelompok teman


sebaya yakni; sebagai sumber informasi tentang dunia
di luar keluarga, sebagai tolak ukur kemampuan pribadi,
sebagai tempat menentukan jati diri, serta memberikan
kesempatan bagi mahasiswa untuk mengambil peran
dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian
dorongan. Semua poin tersebut kemudian berpusat
pada satu kesimpulan bahwa kelompok teman sebaya
menentukan pembentukan karakter serta perilaku
seseorang sebagai mahasiswa terutama di lingkungan
kampus.
D. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya
Lingkungan pergaulan sudah jelas dapat
mempengaruhi perilaku mahasiswa. Positif atau negatif,
tergantung bagaimana mahasiswa tersebut memilih
pergaulannya sendiri. Kelompok teman sebaya adalah
contoh dari lingkungan pergaulan seorang mahasiswa
yang dapat mempengaruhi pola pikir dan tolak ukur
perilaku mahasiswa tersebut. Sebagai contoh, mahasiswa
yang bergaul/berteman dengan orang yang sering
melakukan kebaikan maka ia akan terbawa pula ke dalam
kebaikan. Sebaliknya, mahasiswa yang bergaul/berteman
dengan orang yang sering melakukan penyimpangan-
penyimpangan, maka ia akan terbawa pula untuk
melakukan hal yang sama.

Kelompok teman merupakan tolak ukur mahasiswa


tersebut dalam berperilaku. Maka, mahasiswa yang
bergabung dengan kelompok yang membawa keburukan
akan menganggap bahwa perilaku buruk yang dilakukan
oleh teman-temannya tersebut adalah hal yang wajar,
bahkan sangat normal baginya bila perilaku tersebut
menjadi sebuah kebiasaan. Misalnya, sering bolos kelas,
mabok-mabokan, ugal-ugalan, dan lain sebagainya.

Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar


pada perguruan tinggi. Terlepas dari mahasiswa tersebut
bekerja atau tidak, yang disebut mahasiswa pastilah
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan
bergaul dengan teman-temannya di lingkungan kampus.
Maka dari itu, dapat dikatakan peranan kelompok teman
sebaya mahasiswa sangatlah besar sebagai penuntun
seorang mahasiswa untuk berperilaku, baik itu positif
maupun negatif.

Lalu, bila kita ingin menelaah dampak perilaku


menyimpang mahasiswa di lingkungan kampus, kita bisa
lihat pada studi kasus mengenai Penyimpangan Sosial
Komunitas Mahasiswa Papua di Denpasar yang dilakukan
oleh Jekson Wetipo dan rekan-rekannya(mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana)
pada tahun 2014. Diketahui bahwa 25 dari 163 mahasiswa
asal Papua di Universitas Udayana, Denpasar, terlibat
dalam kasus penyimpangan mengkonsumsi minuman
beralkohol. Perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol
yang terjadi berawal dari teman-teman dari asrama, kos,
kontrakan dan saudara terdekat mahasiswa Papua itu
sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan
mengkonsumsi minuman beralkohol dalam komunitas
mahasiswa Papua di Denpasar adalah sebagai berikut:
kurang pemahaman dari orang tua mahasiswa Papua,
mahasiswa sendiri control diri yang lemah, mudah
terpengaruh hubungan pergaulan dengan teman sebaya
dan minimnya pemahaman tentang moral.
Lingkungan pergaulan teman sebaya yang sering
mempunyai kebiasaan dengan mengkonsumsi minuman
beralkohol, sangat mempengaruhi mahasiswa Papua
sebagai individu yang merantau ke daerah lain. Terjadilah
bentuk-bentuk dan dampak penyimpangan sosial seperti :
mabuk-mabukan, mencuri, perilaku seks bebas di luar
nikah, wanita berpakain minimalisir di tempat umum,
perkelahian, dan lain-lain. Ini membuktikan bahwa
Dampak-dampak sosial, pengaruh perilaku individu
terhadap sosial, budaya dan politik, akan mempengaruhi
besar atau pemikiran seseorang terjumus dengan
penyimpangan minuman keras yang menyebabkan ide
seseorang yang baik untuk mencitakan sesuatu masa
depan bangsa dan negara.
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan dampak dari
perilaku menyimpang mahasiswa yakni menciptakan
keinginan untuk melakukan penyimpangan yang lebih
parah dari sebelumnya, bahkan mengganggu ketentraman
masyarakat sekitar, terutama masyarakat di lingkungan
kampus.
E. Solusi dan Kontribusi Terhadap Penyelesaian Masalah
Berdasarkan pendapat Y. Singgih D. Guarsa,
penanggulangan perilaku menyimpang ditempuh dengan
tiga tindakan untuk mencegah dan mengatasi perilaku
menyimpang yaitu:

a. Tindakan preventif, yakni tindakan yang bertujuan


mencegah timbulnya perilaku menyimpang.
b. Tindakan represif, yakni tindakan untuk menunda dan
menahan perilaku menyimpang mahasiswa atau
menghalangi timbulnya perilaku menyimpang lebih
parah. Tindakan represif ini bersifat mengatasi perilaku
menyimpang tersebut.
c. Tindakan kuratif dan rehabilitasi, yakni merevisi akibat
perbuatan menyimpang, terutama individu yang telah
melakukan perbuatan tersebut.

Kontribusi yang dapat diberikan sebagai mahasiswa


salah satunya adalah aktif dalam organisasi. Organisasi
sebagai wadah untuk para mahasiswa berekspresi dan
mempelajari ilmu yang tidak bisa didapat di dalam kelas.
Dengan aktif dalam organisasi, lingkungan pergaulan akan
lebih terjaga dan terarah, bisa membuka pola pikir serta
wawasan sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
perilaku penyimpangan.
Selain untuk diri sendiri, dampak positif organisasi
juga dapat berguna bagi orang lain. Misalnya, organisasi
itu mengadakan sosialisasi mengenai dampak perilaku
menyimpang, sehingga mahasiswa mengetahui seberapa
pentingnya menjaga pergaulan dan lingkungan agar tetap
positif dan terhindar dari dampak-dampak negatif perilaku
penyimpangan sosial.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai mahasiswa
hendaklah memperhatikan lingkungan pergaulan sendiri, baik di
dalam kampus maupun luar kampus. Hal ini untuk meminimalisir
kita terjerumus ke dalam perilaku yang bertentangan dengan
norma-norma dan hukum yang berlaku di dalam masyarakat.
Hendaklah kita senantiasa memelihara ketentraman lingkungan
sekitar kita, karena hal itu akan mempengaruhi berkembang atau
tidaknya suatu negara. Salah satu cara yang bisa kita lakukan
untuk menjaga lingkungan pergaulan yakni aktif mengikuti
kegiatan organisasi. Karena dengan organisasi, selain kita dapat
mengembangkan kemampuan diri sendiri, kita juga bisa
memberikan pengaruh positif tersebut ke orang lain. Sehingga
secara tidak langsung kita terlibat dalam upaya mensejahterakan
bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Gerungan, W. A.. (1986). Psikologi Sosial. Jakarta : Eresco.
Gunarsa, Singgih D. 1998. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Hartaji, Damar A. 2012. Motivasi berprestasi pada mahasiswa
yang berkuliah dengan jurusan pilihan orangtua. Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma. (tidak diterbitkan).
Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang. Rentang Kehidupan (Alih Bahasa
Istiwidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga.
Kartini Kartono. 1998. Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja.
Jakarta: CV. Rajawali.
Rozy. B, 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan
di Lingkungan Mahasiswa. Universitas Mulawarman,
Samarinda (Skripsi).
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://www.kbbi.web.id
http://armanmahaguru.blogspot.co.id/2016/02/makalah-
perilaku-menyimpang- di-sma.html
https://blog.ruangguru.com/faktor-penyebab-perilaku-
menyimpang-dalam-masyarakat
https://ojs.unud.ac.id/index.php/sorot/article/view/14764/9949

Anda mungkin juga menyukai