Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH LIBERALISME DAN SOSIALISME

SEBAGAI PERJUANGAN MORAL

Disusun Oleh :
Kelompok F

1. Hilda Kusuma Berlani (141170174)


2. Radita Ridhanisa (141170184)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah keadilan muncul antara lain dalam kaitan dengan milik. Tentang itu liberalisme dan
sosialisme mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Liberalisme menekankan milik pribadi
sebagai salah satu hak manusia yang terpenting. Sosialisme berpendapat bahwa milik tidak boleh
dibatasi pada kepentingan individu saja, melainkan mempunyai fungsi sosial.
Perjuangan ideologis antara liberalisme dan sosialisme selama abad ke-19 dan ke-20
sebagian besar menghasilkan tatanan sosial ekonomi dunia sekarang dan dengan jelas mempunyai
aspek-aspek etis.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini diangkat beberapa topik permasalah yang nantinya akan di bahas.
Permasalahan tersebut antara lain :
1. Pengertian dari liberalisme dan sosialisme?
2. Pertentangan dari Perdamaian antara Liberalisme dan Sosialisme.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan bagi penulis membuat makalah ini diantaranya untuk :
1. Mengerti dan memahami arti dari liberalisme dan sosialisme.
2. Mengetahui Pertentangan dari Perdamaian antara Liberalisme dan Sosialisme
BAB II
PEMBAHASAN

1. TINJAUAN HISTORIS

1.1. John Locke dan Milik Pribadi


John Locke (1632-1704) diakui sebagai orang yang pertama kali mendasarkan teori
liberalisme tentang milik. Menurut Locke manusia mempunyai tiga ”hak kodrat” (natural rights):
”life, freedom, and property”. Yang paling penting adalah hak atas milik kerena kehidupan dan
kebebasan kita miliki juga.
Setiap manusia adalah tuan serta penguasa penuh atas kepribadiannya, tubuhnya, dan tenaga
kerja yang berasal dari tubuhnya. Dengan menambahkan pekerjaanya, manusia membuat sesuatu
menjadi miliknya sendiri. Bila sesuatu yang tidak bertuan diolah oleh pekerjaan manusia, maka
dengan itu ia menjadi pemiliknya. Tetapi ada pembatasan bagi cara menjadi pemilik. Dari bahan
yang tidak bertuan, orang hanya boleh mengambil sebanyak dapat dikonsumsi oleh orang itu
sendiri (bersama keluarga dan teman) sehingga masih tertinggal cukup banyak dan sama baik
mutunya untuk orang lain.yang tidak boleh adalah mengambil banyak buah dari hutan, sehingga
sebagian diantaranya menjadi busuk dan tidak bisa di manfaatkan lagi. Jadi orang tersebut
mengambil berlebihan, dan yang bukan bagiannya. Dengan demikian dia merugikan orang lain,
karena mereka tidak bisa memanfaatkan bagian yang telah busuk itu.
Dengan adanya uang keadaan pemilikan berubah. Karena uang tidak bisa busuk, alasan untuk
membatasi milik yang disediakan oleh alam tidak berlaku lagi. Dengan adanya uang milik dapat
diakumulai sehingga manusia dapat mengumpulkan kekayaan tanpa batas.
Dalam pandangan Locke ini, sudah tampak beberapa ciri kapitalisme liberal yang dengan
tegas akan ditolak Karl Mark. Pertama, Locke mengandaikan begitu saja bahwa pekerjaanpun
harus diukur atas dasar nilai tukarnya, artinya sebagai komoditas di pasaran. Kedua, Locke
mengandaikan juga bahwa hasil kerja karyawan menjadi milik sah dari pemilik tanah atau pemilik
sarana produksi lain.

1.2. Adam Smith dan Pasar Bebas


Smith (1723-1790) menjadi terkenal karena gigih membela pasar bebas di bidang ekonomi.
Ia memerangi apa yang disebut ”merkantilisme” yang menandai Inggris pada waktu itu: peraturan
dan regulasi berlebihan tentang perdagangan yang banyak dikeluarkan oleh pemerintah Inggris.
Seperti Locke, Smith memandang pekerjaan sebagai sumber hak milik. Karena itu ia melihat
tenaga kerja sebagai ”milik yang paling suci dan tidak boleh diganggu gugat”. Manusia secara
khusus memiliki produktivitas dari pekerjaannya, dan produktivitas kerja itulah yang
menghasilkan kemakmuran. Smith menggarisbawahi pentingnya pembagian kerja.
Kegiatan ekonomis di pasar bukan saja menguntungkan bagi pihak-pihakyang langsung
terlibat di dalamnya, tetapi bermanfaat juga untuk masyarakat sebagai keseluruhan. Smith
menekankan bahwa dengan mengejar kepentingan diri masing-masing dalam sistem pasar para
anggota masyarakat mewujudkan kesejahteraan umum yang paling besar.
Menerima pasar bebas, Smith menerima juga kompetisis sebagai cara yg efisien untuk
mewujudkan kebebasan di bidang ekonomi. Tetapi supaya benar-benar terwujud, kompetisi
Dengan perlu ditandai persamaan(equality), artinya semua peserta harus bisa berangkat dari posisi
yang sama.

1.3. Marxisme dan kritiknya atas milik pribadi


Marxisme merupakan ajaran social, ekonomi, politik yang sangat kompleks dan tidak mudah
untuk disingkatkan tanpa mengorbankan cukup banyak unsure yang sebenarnya hakiki juga. Kita
memandang Marxisme sebagai kritik atas teori liberalisme tentang milik yang serentak, juga
merupakan usaha untuk menyajikan suatu alternative. Usaha tersebut meliputi dua aspek,yaitu:
aspek ilmiah dan aspek etis.
Ilmu pengetahuan selalu berbicara tentang hokum-hukum tetap, dan atas hokum-hukum itu
dapat dilakukan prediksi, yang berartu kita dapat meramalkan apa yang terjadi, jika beberapa
syarat terpenuhi. Teori marxisme mempunyai sutu segi etis juga. Inti kritik etis itu adalah paham
“alienasi” atau “keterasingan”. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang bekerja, yang
meliputi dua hal: di satu pihak, ia menjadi manusia yang sungguh-sungguh dengan bekerja, ia
sendiri dihumanisasikan dengan mengolah alam kerena pekerjaannya, dan di lain pihak ia
menghumanisasikan alam dengan pekerjaanya, ian membuat alam bersahabat dengan manusia.
Mark dan Engels menekankan, sama sekali tidak memaksudkan dihapuskannya milik pribadi
yang diperlakukan dengan bekerja keras, seperti hasil kerja dari petani kecil atau tukang. Mereka
justru membela kaum kecil itu. Tetapi, kapitalisme sendiri menghindarkan orang-orang kecil
menikmati buah hasil dari kerja keras mereka. Kapital dihasilkan karena pekerjaan kita semua
dalam masyarakat dan juga memungkinkan kita semua untuk bekerja. Ciri kapitalisme yang paling
jelek adalah bahwa mereka mempekerjakan orang lain untuk memperkaya diri. Menurut
marxisme, lembaga milik pribadi pada dasrnya merupakan penindasan atau eksploitasi kaum
pekerja.

2. PERTENTANGAN DARI PERDAMAIAN ANTARA LIBERALISME DAN


SOSIALISME
Setelah mempelajari beberapa sumber filosofis untuk liberalism dan sosialisme, sekarang
kami ingin melukiskan liberalisme dan sosialisme sebagai dua ideology yang untuk sebagian besar
menentukan keadaan di bidang ekonomi-politik selama abad ke-19 dan ke-20. Liberalisme
menekankan hak untuk mempunyai milik pribadi sebagai suatu kegiatan dasar bagi setiap manusia,
sedangkan sosialisme menilai masyarakat diatur tidak adil, terutama karena lembaga milik pribadi.

2.1 Liberalisme
Inti pemikiran liberalism adalah tekanannya pada kebebasan Individual. Negara harus
menjaga agar warganya beserta miliknya dalam keadaan aman sehingga tidak akan terjadi tindakan
yang meresahkan masyarakat, seperti perampokan atau pencurian. Selain itu, Negara member
kesempatan seluas-luasnya kepada warganya untuk menjalankan kebebasannya sendiri. Di bidang
ekonomi pun, liberalisme mengagungkan kebebasan pribadi. Keadaan ekonomi pali baik akan
tercapai bila mekanisme pasar dapat menentukan semua hal: harga jual, besarnya gaji, kesempatan
kerja, volume produksi, dan lain-lain.
Liberalisme yang murni atau tanpa campur tangan Negara, tentu belum pernah terwujud
sepanjang sejarah. Pda abad ke-19 Inggris menjadi Negara adikuasa yang paling penting di dunia.
William Gladstone(1809-1898) sebagai Perdana Menteri sampai empat kali memimpin cabinet
berhaluan liberal. Kemudian Inggris dan Negara-negara modern lain juga, campur tangan Negara
dalam urusan ekonomi semakin bertambah, khususnya sesudah resesi tahun 1930-an, krisis
ekonomi paling dahsyat yang pernah dialami dunia.

2.2 Sosisalisme
Sebaiknya sosialisme dilihat sebagai reaksi atas ketidak beresan dalam masyarakat yang
disebabkan oleh liberalisme. Bentuk sosialisme yang dianggap penting :
a. Sosialisme Komunitis
Sosialisme Komunitis atau komunisme menolak milik pribadi. Menurut mereka, milik pribadi
harus menjadi milik bersama atau milik kolektif. Misalnya, komunisme tidak berkeberatan bila
orang mempunyai rumah sendiri dan pekarangan dimana dihasilkan buah-buahan dan sayur-
sayuran untuk pemakaian pribadi bersama dengan keluarga dan kenalan. Yang tidak boleh jadi
milik pribadi adalah pabrik dan tanah. Akhirnya, kapital atau modal juga tidak boleh menjadi milik
pribadi sebab yang memiliki modal dapat juga menjadi pemilik pabrik dan tanah. Tinggal ia
membeli pabrik atau tanah, atau membangun pabrik baru dengan uangnya. Dengan amat tepat
system ekonomi komunitas sering disebutplanned economy,”ekonomi berencana”. Di negara-
negara komunis, ekonomi direncanakan dengan ketat dari atas harga jual, besarnya gaji dan upah,
volume produksi, dan semua factor ekonomi lain dikomando oleh pemerintah. Bleh dibilang,
ekonomi komunistis merupakan kebalikan dari system ekonomi pasar bebas.
b. Sosialisme Demokratis
Sosialisme demokratis juga menempatkan masyarakat di atas individu. Tetapi, berbeda dengan
komunisme, mereka tidak bersedia mengorbankan sistem pemerintahan demokratis mereka
anggap sebagai sebuah perolehan modern yang sangat berharga. Karena itu, mereka ingin
mewujudkan cita-cita sosialitas melalui jalan demokratis. Contoh terkemuka adalah Labour
Party di Inggris. Partai sosialis ikut dalam pemlihan umum. Jika menang, mereka membentuk
kabinet yang mengatur politik dan ekonom menurut cita-cita sosialistis.
Salah satu program pokok bagi pemerintah sosialistis adalah nasionalisasi industri yang
penting, di satu pihak industri dasar, seperti pabrik baja, bahan kimia, semen, pupuk buatan dan
sebagainya, artinya industri yang dibutuhkan oleh industri lain, dan di lain pihak industri lain yang
mengusai hajat hidup orang banyak, seperti telekomunikasi, energi, transportasi, dan sebagainya.
Nasionalisasi adalah kebalikan dari privatisasi.
Usaha sosialisme demokratis antara lain :
1. Memperbaiki kesejahteraan kaum pekerja melalui perundangan-undangan social.
2. Kesehjateraan dan keselamatan kerja ditingkatkan.
3. Ditentukan syarat-syarat untuk memberhentikan para pekerja.
4. Dibangun sistem jaminan sosial untuk mereka yang suda tidak bisa bekerja lagi karena
sakit atau sudah tua.
5. Ditetapkan upah minimum.
2.3 Kekuatan dan Kelemahan
 Kekuatan Liberalisme adalah bahwa milik pribadi diakui sebagai cara penting untuk
mewujudkan kebebasan pribadi. Kita semua menyetujui, kebebasan merupakan suatu nilai
sangat hakiki bagi manusia.
 Kelemahan Liberalisme adalah bahwa mereka kurang memperhatikan nasib kaum miskin dan
orang yang kurang beruntung dalam perjuangan hidup, seperti kaum buruh dalam masyarakat
berindustri. Kalau dirumuskan agak ekstrem, bagi liberalism miskin sama dengan malas.
 Sosialisme mempunyai kekuatan yaitu mereka menemukan dimensi transindividual dari milik.
Milik selalu mempunyai suatu fungsi sosial dan tidak pernah boleh dibatasi pada kepentingan
pribadi saja.
 Sosialisme juga mempunyai kelemahan yang terasa cukup besar bahkan menjadi fatal untuk
sistem pemerintahan sosialistis. Ekonomi yang dijalankan menurut pandangan sosialisme
demokratis memiliki nasib yang sama.

2.4 Menuju Perdamaian


Liberalisme dan sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideologi antagonis yang berjuang
merebut hegemoni (kepemimpinan) di panggung politik ekonomi selama kira-kira satu setengah
abad. Pada saat sekarang dua ideologi ini tampaknya mencapai titik perdamaian. Saat pergantian
abad sekarang, liberalisme dan sosialisme dua-duanya gagal dan serentak juga berhasil, dua-
duanya kalah dan serentak juga menang. Situasi ini mencuat di negara-negara industri di mana
pertentangan historis antara liberalisme dan sosialisme berlangsung sekian lama. Sosialisme gagal
karena harus mengakui keunggulan sistem ekonomi pasar bebas.
Sosialisme demokratis belum mati, tetapi mengalami banyak kesulitan dan sebenarnya
kehilangan arah. Di negara-negara industri, serikat-serikat buruh dalam keadaan lesu dan jumlah
anggota mereka menurun drastis. Salah satu sebab utama adalah bahwa cita-cita kaum buruh
sebagian besar sudah tercapai.
Sosialisme berhasil karena negara-negara industri modern sudah menjadi welfare state atau
negara kesejahteraan. Dengan welfare state dimaksudkan negara-negara memasang sebuah social
safety net atau jaring pengaman sosial. Negara kesejahteraan mewujudkan sebuah gagasan etis
yang selalu sudah menggerakkan sosialisme, yaitu perhatian kaum buruh dan mereka yang kecil
dan sial dalam perjuangan hidup. Karena itu, negara kesejahteraan bisa dilihat sebagai
keberhasilan sosialisme demokratis. Sistem welfare state didasarkan atas solidaritas antara
angkatan kerja dan mereka yang tidak bisa bekerja (lagi) karena sakIt, menganggur atau sudah tua.
Sistem negara kesejahteraan bisa dilihat sebagai koreksian sosial atas akibat-akibat negatif
ekonomi pasar bebas, seperti misalnya pengangguran mendadak.
Kesulitan terbesar yang mengancam kelangsungan negara kesejahteraan adalah
pembiayaannya. Jumlah orang tua bertambah besar dan umur mereka semakin tinggi. Mereka yang
tidak bekerja berjumlah semakin besar dan jaminan sosial mereka harus di bayar dengan premi
sosial dari angkatan kerja yang semakin kecil jumlahnya.Premi sosial yang semakin tinggi akan
mengakibatkan pekerjaan menjadi terlalu mahal.Hal itu akan mendorong naik angka
pengangguran.
Kelemahan lain adalah bahwa sistem negara kesejahteraan mudah disalah gunakan.Banyak
karyawan pura-pura sakit dan gaji mereka dibayar terus.
Tentu saja selalu ada kontrol,tetapi menjalankan kontrol yang lebih efektif dan intensif dengan
menambahinspektur sosial akan berarti juga membuat sistem menjadi lebih mahal lagi. Dengan
adanya welfare state dalam liberalisme, campur tangan negara dalam bidang sospol dimana
seluruh sisten jaminan sosial direncanakan dan diselenggarakan oleh negara.Kemenangan
liberalisme yaitu diakuinya keunggulan sisten ekonomi pasar.
Sosialisme sistem ekonomi pasar bebas
Liberalisme welfare state
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Liberalisme dan sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideologi antagonis yang berjuang merebut
hegemoni (kepemimpinan) di panggung politik ekonomi selama kira-kira satu setengah abad. Pada
saat sekarang dua ideologi ini tampaknya mencapai titik perdamaian. Saat pergantian abad
sekarang, liberalisme dan sosialisme dua-duanya gagal dan serentak juga berhasil, dua-duanya
kalah dan serentak juga menang. Situasi ini mencuat di negara-negara industri di mana
pertentangan historis antara liberalisme dan sosialisme berlangsung sekian lama. Sosialisme gagal
karena harus mengakui keunggulan sistem ekonomi pasar bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya: 21), Yogyakarta, Penerbit
Kanisius, 2000.

Anda mungkin juga menyukai