“PEDAGANG PERANTARA”
Dosen Pengampu
M Hendra Razak, S.H., M.H.,
Disusun oleh :
Nama : Samsul Komar
NIM : 442010076
Kelas : HKM.20.C.2
Salah satu objek Studi Hukum Dagang adalah Perantara Dagang (Pedagang
Perantara). Tugas utama Pedagang Perantara adalah menghubungkan produsen
dan konsumen. Untuk membakukan lembaga ini pemerintah melalui Menteri
Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan Nomor 23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga Usaha
Perdagangan, tanggal 21 Januari 1998. Dalam Kepmenperindag ini dgunakan
istilah lembaga perdagangan. Apa yang dimaksud dengan lembaga Perdagangan?
Dalam Pasal 1 butir 3 disebutkan: Lembaga Perdagangan adalah suatu
instansi/badan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha, baik sebagai
Eksportir, Importir, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer, ataupun lembaga-
lembaga perdagangan lain yang sejenis, yang di dalam tatanan pemasaran barang
dan/atau jasa, melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memindahkan barang
dan/atau ajasa, baik langsung maupun tidak langsung dari produsen sampai pada
konsumen.
Banyak istilah dalam teori hukum praktek ditujukan untuk pengertian agen atau
distributor ini. Misalnya adalah sebagai berikut :
1. Agen
2. Distributor
3. Broker
4. Pialang
5. Dealer
6. Komissioner
7. Ekspeditur
8. Representative
9. Perantara
10. Calo
Meskipun banyak istilah yang digunakan untuk pengertian agen ini, tetapi istilah
“agen” (dalam bahasa Inggris disebut “agent”) lebih sering digunakan dalam
literature dan lebih mempunyai karakteristik yang umum, sehingga dalam tulisan
ini akan konsisten digunakan istilah agen, kecuali memang ada hal-hal khusus
yang ingin ditekankan.
Sebenarnya, yang dimaksud dengan agen adalah seseorang atau suatu perusahaan
yang mewakili pihak lainnya (yang disebut dengan prinsipal) untuk melakukan
kegiatan bisnis (misalnya menjual produk) untuk dan atas nama principal kepada
pihak ketiga dalam suatu wilayah pemasaran tertentu, dimana sebagai imbalan atas
jerih payahnya itu, agen akan mendapatkan komisi tertentu.
Agen merupakan perantara yang ketiga, agen mempunyai perbedaan baik dengan
pedagang besar mupun pengecer. Hal ini diperlihatkan pada masalah hak
kepemilikan barang yang dijualnya. Kalau pedagang besar dan pengecer memiliki
hak milik pada barang yang dijual maka kalau pada agen sebaliknya. Biarpun
sebagai agen mereka bisa menjual dalam partai besar tetapi tetap hak miliknya ada
pada produsennya
Apabila dalam wilayah tertentu hanya ditunjuk 1 (satu) agen, maka untuk hal
seperti itu disebut dengan agen tunggal (sole agent).
Golongan Agen
Pada dasarnya perantara agen dapat digolongkan kepada dua golongan, yaitu :
1. Agen Penunjang
Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam
beberapa aspek pemindahan barang dan jas. Mereka terbagi dalam beberapa
golongan, yaitu :
1) Agen pengangkutan borongan ( Bulk Transportation Agent )
a Agen penyimpanan ( Storage Agent )
b Agen pengangkuta khusus ( Specialty Shipper )
c Agen pembelian dua penjualan ( Purchaseand Sales Agent )
Kegiatan agen penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-barang
sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan pembeli dua
penjual. Jadi agen penunjang ini melayani kebutuhan-kebutuhan dari setiap
kelompok secara serempak. Dalam praktek agen semacam ini dapat dilakukan
sendiri oleh si penerima barang.
2. Agen pelengkap
Agen pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam penyaluran
barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila
pedagang atau lembaga lain tidak dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan penyaluran barang, maka agen pelengkap dapat
menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukan antara lain berupa :
a. Jasa pembimbing/konsultasi
b. Jasa financial
c. Jasa informasi
d. Jasa khusus lainnya
Berdasarkan berbagai macam jasa yang mereka tawarkan tersebut, agen pelangkap
dapat digolongkan kedalam :
a. Agen yang membantu di bidang keuangan, seperti bank
b. Agen yang membantu dalam mengambil keputusan, seperti biro iklan,
lembaga penelitian, doter,dsb.
c. Agen yang membantu dalam penyediaan informasi, seperti televisi, dsb
d. Agen khusus yang tidak masuk dalam tiga golongan dimuka.
Kedua macam perantara ( agen dan pedagang ) tsb sama-sama pentingnya dalam
pemasaran. Perlu diketahui bahwa agen dapat menyewa agen-agen yang lain.
Sebagai contoh : sebuah biro periklanan dapat menggunakan radio atau televise
sebagai media periklanan bagi perusahaan, begitu pula dalam hal pengangkutan,
perusahaan angkutan dapat menyewa alat-alat transport kepada perusahaan lain.
3. Jenis-Jenis Keagenan
Suatu keagenan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut :
a Agen manufaktur
Agen maufaktur adalah agen yang berhubungan lansung dengan pabrik
untuk melakukan pemasaran atas seluruh atau sebagian barang-barang hasil
produksi pabrik tersebut.
b Agen penjualan
Agen penjualan adalah agen yang merupakan wakil dari pihak penjual,
yang bertuga untuk menjual barang-barang milik pihak principal kepada
pihak konsumen.
c Agen pembelian
Agen pembelian adalah agen yang merupakan wakil dari pihak pembeli,
yang bertugas untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang
telah ditentukan.
d Agen umum
Agen umum adalah agen yang diberikan wewenang secara umum untuk
melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan.
e Agen khusus
Agen khusus adalah agen yang diberikan wewenang khusus kasus per kasus
atau melakukan sebagian saja dari transaksi tersebut.
f Agen tunggal/eksklusif
Agen tunggal/eksklusif adalah penunjuka hanya satu agen untuk mewakili
principal untuk suatu wilayah tertentu.
4. Kontrak Keagenan
Suatu transaksi keagenan diatur oleh suatu kontak yang dibuat diantara pihak
principal dengan agen, yang disebut dengan kontak keagenan. Pada prinsipnya
kontak keagenan ini berisikan hal-hal sebagai berikut :
a Pengangkatan keagenan
b Hak dan keajiban principal
c Hak dan keajiban agen
d Masa berlaku kontrak keagenan
e Wilayah berlakunya keagenan
f Spesipikasi produk yang akan dijual oleh agen
g Tentang paten dan merk barang yang akan dijual
h Tentang komisi atau harga barang
i Target yang harus dicapai oleh agen
j Pelayanan penjualan
k Kemungkinan pengangkatan Sub-Agen
Hal-hal yang biasanya ada dalam setiap perjanjian. Seperti wanprestasi, force
majeure, penyelesaian perselisihan, hukum yang berlaku, dan sebagainya.
2.2.2. Distributor
Sebelumnya akan dibahas mengenai Distribusi, dimana pengertian distribusi
adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan
para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses
distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan
pengalihan hak milik. Sedangkan pelaku distribusi adalah distributor.
1. Membeli barang dan jasa dari produsen atau pedagang yang lebih besar
2. Mengklasifikasi barang atau memilahnya sesuai dengan jenis, ukuran,
dan kualitasnya.
3. Memperkenalkan barang atau jasa yang diperdagangkan kepada
konsumen, isalnya dengan reklame atau iklan.
1. Dasar Hukum
2. Karakteristik Perjajian
a Karakteristik Perjanjian Keagenan
Usaha dalam bidang keagenan adalah jasa perantara untuk melakukan transaksi
bisnis tertentu yang menghubungkan pelaku usaha yang satu dengan yang lain atau
yang menghubungkan pelaku usaha dengan konsumen di pihak yang lain.
Perjanjian Keagenan adalah perjanjian tidak bernama atau tidak terdapat dalam
BW.
Esensi perjanjian distributor adalah suatu perjanjian untuk dan atas namanya
sendiri melakukan pembelian, penyimpanan dan penjualan serta pemasaran barang
dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai dengan tujuan memperoleh keuntngan. Jadi
tidak ada hubungan perwakilan antara prinsipal dan distributor, hubungannya
adalah jual-beli dimana distributor membeli barang/jasa kepada prinsipal
kemudian oleh karena distributor menjadi pemilik barang/jasa tersebut oleh
distributor barang/jasa tersebut dijual kembali kepada konsumen.
Hubungan principal berbeda antara agen dengan distributor. Seorang agen akan
menjual barang atau jasa untuk dan atas nama pihak prinsipalnya, sementara
seorang distributor bertindak untuk dan atas namanya sendiri (independent tender).
2) Pendapatan Perantara
Pendapatan seorang agen adalah berupa komis dari hasil penjualan barang/jasa
kepada konsumen, sementara bagi distributor, pendapatannya adalah berupa laba
dari selisih beli (dari prinsipal) dengan jual kepada konsumen.
3) Pengiriman Barang
Dalam hal keagenan barang dikirim lansung dari principal kepada konsumen,
sedangkan dalam hal distribusi, barang dikirim kepada distributor dan baru dari
distributor dikirim kepada konsumen. Jadi dalam hal distribusi, pihak principal
bahkan tidak mengetahui siapa konsumen itu.
Prinsip prinsipal akan lansung menerima pembayaran harga dari pihak konsumen
tanpa melalui agen, sedangkan dalam hal distribusi, pihak distributorlah yang
menerima harga bayaran dari konsumen.
Perbedaan antara agen perusahaan dan pekerja keliling adalah pada hubungan
kerja dan tempat kedudukan, seperti diuraikan berikut:
2.2.4. Makelar
Pengertian
Makelar dalam kitab-kitab fiqh terdahulu disebut dengan istilah “samsarah” atau
simsarah. Makelar berasal dari bahasa arab, yaitu samsarah yang berarti perantara
perdagangan atau perantara antarapenjual dan pembeli untuk memudahkan jual
beli.
Makelar adalah pedagang perantara yag berfungsi menjualkan barang orang lain
dengan mengambil upah tanpa menanggung resiko, dengan kata lain makelar ialah
penengah antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli. Makelar yang
terpercaya tidak dituntut risiko sehubungan dengan rusaknya atau hilangnya
baarang dengan tidak sengaja.
Makelar ialah seorang perantara antara si pembeli dan si penjual barang. Pekerjaan
makelar, ialah mengadakan perjanjian-perjanjian atas nama, atas perintah dan
biaya orang lain.
Seorang makelar bertindak sebagai pesuruh dengan hak perwakilan, tetapi makelar
tidak boleh mempunyai hubungan kerja yang tetap dengan penyuruhnya, misalnya
seorang kuasa usaha(procutariehouder) dari suatu perseroan terbatas, tidak
diperbolehkan menjadi makelar dati PT itu.
Makelar bertindak atas nama mereka yang menyuruh, dengan kata lain ia
menyiapkan perjanjian yang diadakan oleh kedua belah pihak. Seorang hanya
dapat menjadi makelar untuk satu macam barang saja, misalnya makelar semen.
Makelar untuk beberapa barang atau makelar untuk segala macam barang dapat
juga, asal hal itu dinyatakan dengan tegas dalam akta pengangkatannya.
masyarakat perdagangan mengenal juga makelar barang-barang tak bergerak,
meskipun hal demikian tidak disebut dalam undang-undang.
Pada jaman hindia-belanda pejabat itu adalah Gubernur Jenderal atau pembesar
lainnya yang diwajibkan oleh gubernur jenderal itu. Pada waktu sekarang terdapat
dua pendapat tentang pejabat negara yang berhak mengangkat makelar itu:
Menurut pasal 65 ayat 2 KUHD, makelar tidak boleh berdagang untuk kepentingan
sendiri baik secara individu ataupun dengan perantara orang lain, atau bersama-
sama dengan orang lain, ataupun menjadi penanggung. Larangan ini berarti bahwa
seorang makelar yang diangkat dalam hal jual-beli efek misalnya, tidak
diperkenankan turut ambil bagian dalam transaksi yang bersangkutan, apabila ini
dilanggar maka menurut Pasal 71 KUHD ia harus dibebaskan dari tugasnya
(dischors) atau dilepaskan dari jabatannya, Schorsing dan pemecatan ini dilakukan
oleh pejabat umum yang mengangkatnya, dan berdasarkan Pasal 73 KUHD ia
(makelar) tidak dapat diangkat kembali dalam jabatan itu. Seorang makelar harus
bertanggung jawab atas kerugian akibat kesalahannya.
Selanjutnya dalam Pasal 69 KUHD disebutkan tentang Jual beli dengan contoh
(monster). Perjanjian jual-beli dengan contoh adalah berlainan dengan perjanjian
jual-beli secara percobaan (koop of proef), koop of proef diatur dalam pasal 1463
KUHS disebutkan suatu jual-beli ditentukan, bahwa barang yang dibeli harus
dicoba terlebih dahulu oleh si pembeli, misalnya jual-beli radio/mobil dan lain-
lain.
Dalam hal jual beli secara percobaan tergantung dari pendapat si pembeli pada saat
mencoba barang, apakah jual-beli akan dilanjutkan atau tidak. Selama pembeli
belum menentukan pendapatnya, tentang barang itu, jual beli belum dapat
dilalaksanakan. Akan tetapi perjanjian jual beli sudah terjadi, hanyalah dengan
syarat. Alasan menolak barang barang itu harus terletak pada pendapat tentang
baik buruknya barang yang dibeli. Jika barang ternyata baik, jual beli harus
dilanjutkan.
Dalam hal ini pihak pembeli yang berkuasa menetapkan pendapat apakah sesuatu
barang baik atau tidak. Berlainan halnya dengan jual beli dengan contoh (koop of
monster). Koop of monster tidak diatur dalam KUHS.
Jual beli dengan contoh hanya disinggung dalam pasal 69 KUHD tetapi
selanjtunya tidak diatur dalam undang-undang akan tetapi dalam praktek sehari-
hari sering terjadi. Apabila pada waktu jual-beli diadakan, si pembeli belum
melihat barang yang akan dibeli, melainkan ditunjukkan saja suatu contoh dari
barang yang akan dibeli, misalnya kain-kain, atau beras.
Dalam jual beli jenis ini sering timbul kesulitan, misalnya apabila contohnya
hilang, ataupun si pembeli menganggap bahwa barang yang diserahkan tidak
cocok dengan contoh, kesulitan ini dapat dihindarkan, apabila para pihak sejak
semula telah menegaskan maksud yang sebenarnya dari perjanjian mereka.
Kalau penegasan ini tidak ada, maka Hakimlah yang akan menentukan kebenaran
pendapat masing-masing pihak berdasarkan kejujuran. Bahwa demi untuk
kepentingan principal dan pihak lawannya dalam hal penjualan dengan contoh,
maka makelar harus menyimpan contoh itu sampai pada penyerahan barang –
barang yang dijual dengan diberi tambahan catatan sepatutnya untuk mengenali
contoh itu.
Menurut KUHD pasal 70 dalam hal jual-beli surat wesel dan surat-surat berharga
lainnya, maka tiap-tiap makelar yang telah menutup jual-beli surat-surat wesel
berharga harus menyerahkan itu kepada si pembeli.
Seperti halnya dengan setiap orang yang menerima perintah, maka makelar
mempunyai hak retentie disebutkan dalam pasal 1812 KUHS yang menyatakan,
hak pihak penerima kuasa untuk menahan segala apa kepunyaan si pembeli kuasa
yang berda di tangannya, sekian lamanya hingga telah dibayar lunas segala apa
yang dapat dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa (lastgeving).
Jika ditinjau dari segi hukum perdata, tugas makelar dikuasai oleh ketentuan-
ketentuan mengenai pemberian kuasa untuk menyelenggarakan sesuatu bagi yang
memberi kuasa(lastgeving), lihat pasal 1792 dst. KUH perdata dan pasal 63 KUH
Dagang.
Dengan cara yang sama, kita dapat mengesahkan suatu penyerahan barang-barang
yang berdasarkan suatu pembelian tidak sah, dengan perjanjian jual beli yang baru
kemudian diadakan. Demikian pula kita dapat dianggap suruhan yang kemudian
diadakan, sebagai pengesahan dari pada perbuatan makelar, yang membeli barang-
barang tanpa adanya suruhan terlebih dahulu itu.
Dalam hal makelar tidak dapat menemukan seorang pembeli yang betul-betul
menyuruhnya, dengan sendirinya penjual tidak boleh dirugikan pada pihak penjual,
dalam praktek ini dikenal 2 cara yaitu:
2.2.5. Komisioner
Pengertian
Hubungan pihak ketiga dengan komisioner adalah hubungan para pihak dalam
perjanjian dimana komiten tidak dapat menggugat pihak ketiga sedangkan pihak
ketiga tidak perlu tahu untuk siapa komisioner bertindak, begitu pula komiten tidak
perlu tahu dengan siapa komisioner bertindak, tetapi semua biaya yang dikeluarkan
oleh komisioner untuk melaksanakan perjanjian harus ditanggung oleh komiten
(Pasal 76&77).
1. Hak retensi, hak komisioner untuk menahan barang komiten, bila provisi
dan biaya yang lain belum dibayar
2. Hak istimewa, hak isitimewa komisioner terhadap barang komiten, yaitu :
a) Hak untuk jual
b) Hak untuk ditahan bagi kepentingan lain yang akan datang
c) Hak untuk dibeli dan diterimanya untuk kepentingan lain
1. Agen :
a) Sifat hubungan hukum tetap
b) Pengangkatan tidak dapat disumpah
c) Berkewajiban menjual barang sesuai yang ditentukan oleh prinsipalnya
d) Kebiasaan (dasar hukumnya)
e) Hak provisi
f) Aturan kebiasaan, KUHPerdata
2. Makelar
a. Hubungan hukum pemberian kuasa
b. Sifat hubungan hukum tidak tetap
c. Pengangkatan diangkat dan disumpah
d. Resiko ditanggung prinsipal
e. Hak komisi dan retensi
f. Aturan dalam KUHD
g. Menyimpan contoh barang, membuat pembukuan
3. Komisioner
a. Hubungan hukum pemberian kuasa khusus
b. Sifat hubungan hukum tidak tetap
c. Pengangkatan tidak ada
d. Bertindak atas nama sendiri
e. Resiko ditanggung komisioner
f. Hak berupa komisi, retensi, privillege
g. Aturan dalam KUHD, KUHPerdata
1. Sama – sama pemegang kuasa, bertindak atas nama pemberi kuasanya tapi
tanggungjawab masih berada ditangan si pemberi kuasa (Prinsipal), karena
pemberi kuasa merupakan para pihak dalam perjanjian
2. Sama- sama perantara .dan pembantu perusahaan
2.2.6. Ekspenditur
Dasar Hukum ialah Pasal 86-90 KUHD
Tugas ekspeditur
Kewajiban ekspeditur
Ciri-ciri Ekspeditur
Hubungan Hukum
1. Ekspeditur – Principal
Para Pihak
Rusaknya Barang
Ekspeditur Antara
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pedagang perantara adalah lastgeving yang kadang diterjemahkan secara
berganti-ganti dengan penyuruhan, pemberian kuasa, atau keagenan.
Salah satu objek Studi Hukum Dagang adalah Perantara Dagang (Pedagang
Perantara). Tugas utama Pedagang Perantara adalah menghubungkan produsen
dan konsumen. Untuk membakukan lembaga ini pemerintah melalui Menteri
Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan Nomor 23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga Usaha Perdagangan
Dalam UU No. 13 tahun 2003 dijelakan secara mendetail mengenai hak dan
kewajiban antara pengusaha dan pembantu-pembantunya, hal ini sebagai
penyempurnaan dari KUHPer dan KUHD yang telah dulu berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Bakry dan Nazar. 1994. Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam. Cipta Prakarsa:
Jakarta
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58feb3bf09c78/macam-
macam-pedagang-perantara-berdasarkan-hukum-dagang (Diakses 27-10-2021)
https://www.ats-konsultama.com/jawaban/perhitungan-pajak-penghasilan-atas-
pedagang-perantara (Diakses 27-10-2021)
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-peranta-pedagang-merchant-
middleman/14631 (Diakses 27-10-2021)
http://emodul.untad.ac.id/pluginfile.php/377/mod_resource/content/1/hd-mod1-
2.pdf (Diakses 27-10-2021)