Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA

Laporam ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas


kelompok pada mata kuliah “Perkembangan Peserta Didik”
Dosen Pengampu:
Dra. Tri Umari, M.Si

Disusun Oleh
Kelompok 3

Fitri Rahmadhani 2102113134


Galuh Pramesthiningrum 2105110329

Putri cahyani Pernandes 2105112283

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Pekanbaru
2023
PRAKATA

Puji syukur telah terucap kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena


atas limpahan berkat dan rahmatnya ‘lah kami dapat menyelesaikan tugas
laporan yang berjudul “Perkembangan Sosial Remaja” penulisan laporan ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
“Perkembangan Peserta Didik” di program studi Bimbingan Konseling FKIP
Universitas Riau.
Ucapan terima kasih pun kami sampaikan kepada dosen pengampu
pada mata kuliah ini yaitu Ibu Dra. Tri Umari, M.Si. karena atas pemberian
tugas laporan ini kami bisa lebih banyak memperoleh ilmu dan pengetahuan
khusus “Perkembangan Sosial Remaja”.
Dalam laporan ini berisikan wawasan tentang perkembangan seorang remaja
mengenai sosial. Seperti apa mereka bertingkah laku, tanggapan mereka
terhadap pertemanan, ketertarikan kepad alawan jenis, dan berbagai sub
lainnya yang ada pada remaja. Adapun disuguhi hasil wawancara pada
beberapa peserta didik di usia remaja, memperlihatkan hambatan serta
solusi ynag dapat terapkan
Pekanbaru, 4 Oktober 2023

Tim pelapor

DAFTAR ISI

COVER.......................................................................... Error! Bookmark not defined.

Modifikasi Perilaku | ii
PRAKATA....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 4
1.4 Sistematika Makalah................................................................................................. 5
BAB II.............................................................................................................................. 6
KAJIAN TEORI............................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Pengurangan dan Penghapusan Perilaku................................6
2.2 Pembentukan Perilaku.............................Error! Bookmark not defined.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengahapusan Perilaku.........9
2.4 Menurunkan Perilaku dengan Hukuman...........Error! Bookmark not
defined.
2.5 Contoh Pengurangan dan Penghapusan Perilaku...Error! Bookmark
not defined.
BAB IV.......................................................................................................................... 13
PENUTUP....................................................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan....................................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20

Modifikasi Perilaku | iii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam seluruh jangka kehidupan manusia, semenjak dalam
kandungansampai meninggal di dalamnya terjadi perubahan-perubahan baik
fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena
pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa digunakan secara
bergantian. Keduanya tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi saling bergantung
satu dengan lainnya bahkan bisa dibedakan untuk maksud lebihmemperjelas
penggunaannya. Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi
secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang
menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian.
Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling
bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bias dipisahkan dalam
bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa
dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Perkembangan sosial pada remaja ditandai dengan meningkatnya
intensitas komunikasi dengan teman sebaya.Dimana perkembangan sosial
pada remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan dengan
keluarga. Bagi remaja, kelompok teman sebaya merupakan referensi utama
dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup dalam
kehidupan sosialnya, seperti bagaimana cara berpakaian yang baik, musik,
film apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah.
Hal ini menjelaskan bahwa pada diri remaja, teman sebaya memberikan
pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya..

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan beberapa
rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial remaja?
b. Bagaimana karakteristik perkembangan sosial remaja?
c. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja?
d. Bagaimana upaya dalam membimbing perkembangan sosial remaja?
e. Apa hambatan dalam perkembanagn sosial remaja beserta solusinya?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini memiliki
tujuan penulisan sebagai berikut:
a. Memahami perkembangan sosial remaja

Modifikasi Perilaku | 4
b. Mengetahui karakteristik perkembangan sosial remaja
c. Memahami faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja
d. Mengetahui upaya dalam membimbing perkembangan sosial remaja
e. Mengetahui dan memahami hambatan dalam perkembangan sosial
remaja serta solusinya

1.4 Sistematika Laporan


Laporan disusun dengan susunan sebagai berikut:
a. BAB I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, serta sistematika penulisan.
b. BAB II Kajian Materi, menjelaskan tentang Perkembangan Sosial Remaja
yang pembahasannya dibuat menjadi tiga sub judul, yaitu:
1. Perkembangan Sosial Remaja
2. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja
4. Upaya dalam Membimbing Perkembangan Sosial Remaja
c. BAB III Hasil Wawancara: Hambatan dan Solusi.
d. BAB IV Penutup, memberikan kesimpulan dan saran tentang
Perkembangan Sosial Remaja.

Modifikasi Perilaku | 5
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Perkembangan Sosial Remaja


Perkembangan Sosial Remaja adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial dan dapat diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diiri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi
serta melibatkan diri menjadi suatu kesatuan yang salibg berkomunikasi dan
bekerja sama.

2.2 Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja


1. Ketertarikan terhadap lawan jenis.
Suatu perubahan hubungan sosiaql yang menonjol pada periode
remaja adalah ketertarikan terhadap lawan jenis. Ketertarikan ini dapat
dilihat dari kesukaan dan kegembiraan dalam kelompok yang anggota
kelompoknya heterogen, yaitu terdiri dari wanita dan pria yang
sebelumnya remaja menyukai berkelompok yang homogen, yaitu wanita
sama wanita dan pria sama pria. Remaja bangga kalau dirinya populer di
antara teman sebayanya terutama di antara lawan jenis. Remaja populer
memiliki banyak teman dan penggemar di antara lawan jenisnya. Ada
beberapa kriteria yang harus dimiliki remaja untuk dapat menjadi
populer di antaranya penampilan fisik yang menarik (pria dengan bentuk
tubuh gagah, dan wanita dengan wajah yang menawan dan tubuh yang
seimbang , sikap yang tenang namun periang dan penuh perhatian
(Hurlock, 1980) Kedekatan hubungan dengan lawan jenis pada remaja
awal mudah berakhir dan dalam waktu yang relatif singkat (cinta
monyet). Remaja sering jatuh cinta namun kecintaan itu cepat dan cepat
pula berakhir. Menurut Hurlock hal ini terjadi karena
1) Kurangnya pengalaman dengan lawan jenis maka remaja memilih
teman yang kurang sesuai berdasarkan kriteria harapannya. Jika
tidak sesuai dengan harapannya maka keadaan ini sering
menimbulkan pertengkaran, dan putusnya hubungan mereka.
2) Remaja terlalu idealis dalam menetapkan standar tingkahlaku
temannya khususnya teman lawan jenis. Oleh karena sukar
mengerti dan kurang mampu mentolerir tingkahlaku teman lawan
jenisnya, maka perselisihan sering terjadi yang menjadi sumber
putusnya hubungan percintaan, namun lambat laun remaja
menjadi realistis dalam menetapkan standar bertingkahlaku
teman-teman lawan jenisnya, dan mampu menerima atau
mentoleransi tingkahlaku teman-teman lawan jenis yang kurang
sesuai dengan harapan-harapannya.

Modifikasi Perilaku | 6
2. Kemandirian bertingkahlaku sosial
Tingkahlaku sosial lainnya yang berkembang pada periode remaja
adalah tingkahlaku sosial yang mandiri. Artinya remaja memilih dan
menentukan sendiri dengan siapa dia akan berteman. Mereka tidak ingin
orang lain turut campur termasuk orang tuannya dalam menentukan
hubungan sosial mereka, khususnya dengan teman sebaya. Usaha remaja
untuk mandiri dalam hubungan sosial ini sering menimbulkan
pertentangan dengan orang tua. Untuk mengurangi pertentangan ini
orang tua hendaknya bersikap toleransi dan mendorong sikap sosial
mandiri remajanya sambil memberikan pengarahan-pengarahan. Jika
antara orang tua dan remaja terdapat saling pengertian dan pandangan
yang sama tentang sampai berapa jauh tingkat kemandirian remaja yang
pantas dimiliki remaja, maka pertentangan yang tidak dinginkan itu dapat
diatasi. Jika ada remaja yang menginginkan kemandirian yang lebih besar
dari yang pantas menurut orang tua, maka perselisihan antara orang tua
dengan remaja menjadi lebih parah lagi. Salah satu akibat dari
pertentangan ini retaknya hubungan antara orang tua dengan remaja.
Karena remaja membutuhkan kemandirian dalam bersosialisasi maka
diharapkan remaja dapat mengambil keputusan tingkahlaku yang tepat
dalam menghadapi orangorang dewasa yang baru dikenal dalam situasi
yang baru, dan semua itu memerlukan proses belajar berpengalaman.
Kemampuan bertingkahlaku sosial yang sesuai dengan tuntutan nilai
kehidupan masa sekarang belum tentu menjamin kemampuan sosial
remaja di masa yang akan datang, karena rumitnya keadaan sosial di
masa yang akan datang. Oleh karena itu remaja harus disiapkan dengan
kondisi-kondisi diri yang menjadi dasar dalam bertingkahlaku sosial yaitu
:
1) Konsep diri. Konsep diri remaja mempengaruhi tingkahlaku sosial
karena bagaimana memandang dirinya sendiri akan diproyeksikan
terhadap tingkahlakunya terhadap orang lain. Remaja yang
memiliki konsep diri yang positif realistis, cendrung penampilan
tingkahlaku sosial yang positif dalam menghormati, menghargai
dan mengasihi orang lain.
2) Memahami moral-moral yang berlaku dalam lingkungan sosial.
Remaja harus diperkenalkan dan diberi model serta latihan
berprilaku yang bermoral agar dapat menyesuaikan diri dengan
kehidupan sosial dengan teman sebaya maupun dengan orang
dewasa di luar keluarga dan sekolah
3) Kontrol emosi yang mandiri. Remaja harus dilatih untuk
mengontrol emosi dengan cara membiasakan kesabaran, pemaaf
dan berpikir positif terhadap orang lain, dalam arti mempunyai
pandangan bahwa setiap orang itu pada dasarnya baik. Namun

Modifikasi Perilaku | 7
kalau terjadi prilaku yang menyakitkan berarti orang itu dalam
keadaan bermasalah yang memerlukan bantuan.
4) Kemampuan memecahkan masalah hubungan sosial. Remaja harus
dibekali dengan ketrampilan - ketrampilan dalam menghadapi
konflik dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa.
3. Kesenangan berkelompok.
Suatu prilaku sosial yang menonjol pada para remaja adalah
kesenangan berkelompok. Hidup dalam kelompok teman sebaya
merupakan kebutuhan pada masa remaja. Hurlock (1980)
mengemukakan bahwa terjadi perubahan bentuk kelompok sesuai
dengan peningkatan perkembangan mereka, Bentuk-bentuk kelompok
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kelompok teman dekat.
Kelompok ini muncul pada masa remaja awal puber. Kelompok terdiri
dari dua atau tiga orang teman dekat dengan jenis kelamin yang sama.
Dalam kelompok terjadi saling membantu pemecahan masalah,
berbagi rasa suka dan duka, namun tidak jarang terajadi
pertengkaran, namun mereka akan rukun kembali.
2) Kelompok kecil.
Anggota kelompok terdiri dari teman dekat jumlahnya lebih kecil dari
kelompok sebelumnya dan jenis kelamin yang berbeda wanita dan
pria. Fungsi kelompok adalah tempat saling menyokong dan belajar
bergaul dengan lawan jenis. Sokongan kelompok sangat penting
dalam rangka mencapai kemandirian dari ketergantungan terhadap
orang tua.
3) Kelompok besar.
Kelompok ini jumlah anggotanya besar karena terdiri dari anggota
kelompok teman dekat dan anggota kelompok kecil. Kelompok ini
terbentuk sejalan dengan peningkatan aktivitas remaja seperti
kegiatan rekreasi acara-acara kesenian, olah raga, pesta ulang tahun
dan syukuran atas kesuksesan yang mereka peroleh.
4) Kelompok terorganisasi.
Kelompok ini merupakan kelompok pemuda yang diorganisir oleh
orang dewasa untuk tujuan pembinaan terhadap remaja. Kegiatannya
diarahkan kepada kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan
remaja sendiri maupun masyarakat, misalnya organisasi pemuda
untuk membina dan meningkatkan ketrampilan para anggotanya
sehingga memiliki kesiapan untuk bekerja. Kegiatan kelompok ini
dapat juga diarahkan kepada kegiatan yang mensejahterakan
masyarakat, seperti gotong royong, membangun balai desa, membuat
lapangan olah raga, membantu musibah dan lain -lain.
5) Kelompok geng.
Kelompok ini beranggotakan remaja yang ditolak atau tidak puas
dalam kelompok organisasi, lalu menggabungkan diri menjadi

Modifikasi Perilaku | 8
kelompok geng. Kegiatan geng cendrung merusak dan mengganggu
kehidupan masyarakat bahkan bertingkahlaku anti sosial seperti
mencuri, merampok dan membunuh. Kelompok geng yang merusak in
dapat kita lihat seperti kegiatan geng motor yang prilakunya sering
membuat kegaduhan dalam masyarakat.
Fungsi teman sangat penting bagi remaja terutama sebagai tempat
berbagi rasa dan penderitaan maupun kebahagiaan serta belajar cara-cara
menghadapi masalah yang banyak timbul, karena tugas-tugas
perkembangaan yang harus mereka kuasai. Pada masa remaja akhir teman
lawan jenis sangat penting walaupun teman sesama jenis tetap
dibutuhkan. Teman yang dipilih cendrung sama pandangan dalam
memahami permasalahan kehidupan.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja


1) Pengaruh Orang Tua
Orang tua sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku sosial
remaja. Remaja telah diperkenalkan tingkah laku-tingkah laku sosial dan
nilai-nilai bertingkah laku yang dijunjung tinggi oleh orang tua.
Disamping itu hubungan dengan orang tua merupakan hubungan paling
akrab dibandingkan dengan siapapun dalam kehidupan remaja.
Hubungan yang mendalam dan akrab besar pengaruhnya terhadap proses
sosialisasi remaja.
Para ahli social learning seperti Bandura (1980), Gewirz (1969)
menyatakan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh orang tua diadopsi oleh
anak dengan cara meniru jika mereka remaja maka nilai-nilai itu
mempengaruhi tingkah laku social remaja. Berikut ini dikemukakan
berbagai tipe pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua dan bentuk
tingkah laku sosial yang akan dimiliki remaja
a) Tipe pemeliharaan menunjukkan cinta yang tulus dan sepenuh
hati atau cinta tanpa syarat terhadap anak dan remajanya, maka
anak dan remajanya memperlihatkan hubungan sosial yang baik
dengan orang lain, cenderung memperlihatkan penilaian yang
positif terhadap orang lain karena ia memiliki penilaian yang
positif terhadap dirinya sendiri.
b) Tipe pemeliharaan yang hangat, dalam memberikan batasan-
batasan dan disiplin terhadap anak dan remaja maka dalam
bersosialisasi menampakkan tingkah laku yang sopan santun,
mudah bekerja sama, kurang agresif, mandiri dan memiliki sifat
bersaing yang sehat dengan teman sebaya.
c) Tipe pemeliharaan yang hangat tetapi terlalu bebas dibandingkan
dengan tingkat perkembangan mereka, anak-anak dan remaja
mereka cenderung bertingkah laku sosial yang tegas. Mereka
cenderung agresif dan kurang mampu bekerja sama.

Modifikasi Perilaku | 9
d) Tipe pemeliharaan yang menolak atau memusuhi mengakibatkan
remaja bertingkah laku sosial yang buruk sehingga cenderung
menampilkan hubungan sosial yang buruk dengan teman sebaya
maupun dengan orang dewasa akan bertingkah laku nakal.
Disamping itumereka menjadi berprestasi rendah dibandingkan
kemampuan kognitif yang mereka miliki.
e) Tipe pemeliharaan yang terlalu membatasi tingkah laku anak dan
remajanya menimbulkan tingkah laku sosial yang salah suai
karena anak memiliki perasaan yang tidak puas tentang dirinya
Anak yang dibesarkan dengan pemeliharaan seperti ini
mempunyai dorongan keingintahuan yang rendah, kurang kreatif
dan fleksibel dalam menghadapi masalah.
Status orang tua mempengaruhi hubungan sosial remaja. Status orang
tua yang dimaksud adalah status pernikahan tanpa suami atau tanpa
istri. Jika remaja wanita hanya dibesarkan oleh ibu saja maka
hubungan sosialnya dengan pria kurang lancar karena memiliki
perasaan malu yang berlebihan, merasa tidak nyaman kalau
berhadapan dengan pria dan bahkan ada yang bersikap keras
terhadap pria. Remaja pria yang dibesarkan tanpa ayah kurang
menampakkan sikap yang tegas dalam berhubungan sosial dengan
teman sebaya terutama lawan jenis
2) Pengaruh sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan resmi
yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada
siapapun yang berhak. Oleh karena itu remaja banyak menghabiskan
waktunya di sekolah semenjak berumur 4 tahun. Dengan demikian
sekolah mempengaruhi tingkah laku remaja khususnya tingkah laku
sosial remaja. Di sekolah seharusnya banyak dilakukan kegiatan
kelompok untuk mengembangkan tingkah laku sosial seperti
kerjasama, saling membantu, saling menghormati dan menghargai
misalnya kelompok belajar kelompok pengembangan bakat khusus
seperti kelompok menyanyimenariolahraga dan keterampilan khusus
lainnya Fungsi sekolah lainnya dalam mengembangkan tingkah laku
sosial adalah menyiapkan model-model bertingkah laku sosial baik itu
guru, petugas administrasi maupun siswa-siswa lainnya.
3) Pengaruh teman sebaya. Kelompok teman sebaya memungkinkan
remaja belajar keterampilan sosial mengembangkan minat yang sama
dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan dalam rangka
mencapai kemandirian. Teman sebaya dijadikan tempat memperoleh
sokongan dan penguatan guna melepaskan diri dari ketergantungan
terhadap orang tua. Begitu pentingnya peranan teman sebaya bagi
perkembangan sosial remaja, maka apabila terjadi penolakan dari
kelompok teman sebaya dapat menghambat kemajuan dalam
hubungan sosial.

Modifikasi Perilaku | 10
2.4 Upaya dalam Membimbing Perkembangan Sosial Remaja
Hal yang harus dilakukan remaja dalam Upaya menumbuhkan
kembangkan perkembangan sosialnya adalah:
1) Di lingkungan keluarga; seperti menjalin hubungan yang baik
dengan para anggota keluarga, menerima otoritas orang tua dan
mau mentaati peraturan yang ditetapkan, menerima tanggung
jawab dan batasan-batasan keluarga, berusaha untuk mebantu
anggota kelaurga, sebagai individu maupun kelompok dalam
mencapai tujuannya
2) Di lingkungan sekolah; seperti bersikap respek dan mau menerima
peraturan sekolah, berpartisipasi aktif dalam ekgiatan sekolah,
menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah, bersikap
hormat dan penuh terhadap guru dan semua personal sekolah,
membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya
3) Di lingkungan Masyarakat; mengakui dan respek terhadap hak-hak
orang lain, memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain,
bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain, bersikap
respek terhadap nilai-nilai hukum, tradisi, dan kebijakan
masyaraka.
Adapun upaya guru Bk dalam masalah perkembangan sosial remaja
seperti;
1) Mengenal peserta didik yang mengalami masalah sosial
Dalam mengenali peserta didik yang mengalami masalah sosialcara
yang paling mudah adalah dengan melaksanakan sosiometri.
Sosiometri merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data
tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam
suatu kelompok. Sehingga, akan tergambar siswa yang mengalami
masalah sosial.
2) Memahami sifat dan jenis masalah sosial
Langkah kedua dari diagnosis masalah sosial ini mencari dalam
hubungan apa saja peserta didik mengalami masalah sosial, dalam
hal ini guru pembimbing memperhatikan bagaimana perilaku siswa
dalam pergaulan baik di sekolah rumah dan masyarakat.
3) Menetapkan latar belakang masalah sosial
Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar
belakang yang menjadi sebab timbulnya masalah sosial yang
dialami siswa. Cara ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku
siswa yang bersangkutan, selanjutnya dilakukan wawancara dengan
guru, wali kelas, orang tua dan pihak-pihak lain yang dapat
memberikan informasi yang luas dan jelas.
4) Menteapkan usaha-usaha bantuan
Setelah diketahui sifat dan jenis masalah sosial serta latar
belakangnya, maka langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa
kemungkinan tindakan-tindakan usaha bantuan yang akan
diberikan, berdasarkan data yang diperoleh.

Modifikasi Perilaku | 11
5) Pelaksanaan bantuan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya,
yakni melaksanakan kemungkinan usaha bantuan. Pemberian
bantuan dilaksanakan secara terus menerus dan terarah dengan
disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang
diperkirakanBantuan untuk mengentaskan masalah sosial terutama
menekankan akan penerimaan sosial dengan mengurangi
hambatanhambatan yang menjadi latar belakangnya. Pemberian
bantuan ini bisa. dilakukan melalui layanan konseling kelompok
yang memanfaatkan dinamika kelompok.
6) Tindak lanjut
Tujuan langkah ini ialah untuk menilai sejauh manakah tindakan
pemberian bantuan telah mencapai bantuan telah mencapai hasil
yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus menerus,
baik selamamaupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah
ini dapat diketahui keberhasilannya.

Modifikasi Perilaku | 12
BAB III
HASIL WAWANCARA: HAMBATAN DAN SOSIAL

3.1 Konseli Pertama


1) Identitas Konseli
Nama : ARF
Status : Pelajar (Kelas)
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 16 Tahun
Hari / Tanggal : Rabu, 04 Oktober 2023
Waktu : 15.30
Tempat : Google Meet
2) Rincian Hambatan Konseli
Pada dasarnya, hambatan yang dirasakan oleh konseli berasal dari
permasalahan sekolah yang dialami oleh konseli itu sendiri. Konseli
adalah seorang siswa kelas X di salah satu SMA. Karena merupakan
seorang peserta duduk baru, maka konseli merasa kesulitan
adaptasi pada bulan awal. Hal ini terjadi karena konseli merasa
tidak percaya diri dengan caranya berkomunikasi dengan orang lain
karena sering terbata-bata. Namun, menuju bulan kedua, konseli
sudah dapat menjalin komuniksi dengan banyak teman bahkan
teman lain local.
Namun, disaat konseli sedang berusaha untuk keluar dari krisis
adaptasi yang dialaminya dan mulai dapat membangun interaksi
dan relasi yang baik, konseli justru mendapat suatu problema yang
cukup besar. Apalagi konseli adalah seorang siswa baru. Konseli
mengaku bahwa terjadi adu argument salah paham antara konseli
dengan teman sekelasnya. Kemudian, teman konseli ini
menyebarkan berita hoax terkait konseli pada siswa di sekolah lain.
Karena hendak memvalidasi berita yang didapat, maka siswa
sekolah lain tersebut mendatangi sekolah konseli dan menghakimi
konseli secara verbal didepan banyak siswa. Sontak konseli shock
dan menangis dan terdengar sampai penjuru sekolah. Berita ini
menyebar degan cepat. Konseli segera diminta menghadap kepala
sekolah dan guru BK.
Konseli merasa sangat malu dan takut untuk kembali ke sekolah
setelah kejadian tersebut. Konseli menjadi pemurung dan tertekan
karena banyak yang membicarakannya sehingga konseli memilih
untuk tidak keluar kelas sama sekali. Ketika ditanya oleh temannya
juga iya menjadi tidak antusias.
3) Solusi Guru BK
a) Bimbingan Konseling Kelompok

Modifikasi Perilaku | 13
Guru BK mengadakan kegiatan bimbinga kelompok guna
memfasilitasi konseli dalam meningkatkan kepercayaan dirinya
berkomunikasi dan mengadakan konseling kelompok agar masalah
konseli dapat dicari jalan keluarnya oleh banyak sudut pandang.
b) Konseling individual
Hal ini diharapkan dapat menjadi fasilitas konseli untuk
mencurahkan segenap hal yang dirasakan dan mengentaskan
masalahnya
c) Bimbingan Klasikal
Konselor dapat mengadakan bimbingan klasikal dengan
mengangkat topik “Kiat-kiat berkomunikasi”, “Tips bersosialisasi”,
dan “Upaya membangun koep diri positif.
4) Dokumentasi

Modifikasi Perilaku | 14
3.2 Konseli Kedua
1) Identitas Konselin
Nama : SC
Status : Siswi Kelas 10
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 16 Tahun
Hari/Tanggal : Selasa, 4 Oktober 2023
Waktu : 20.54
Tempat : via Chat Whatsapp
2) Rincian Hambatan konseli
Sesuai dengan karakteristik perkembangan sosial pada BAB II,
konseli menunjukkan karakteristik yang tidak berbanding jauh.
Seperti ketertarikan terhadap lawan jenis, konseli ketika ditanya, ia
menjawab sedang tidak tertarik dengan siapapun akan tetapi
memiliki kriteria tertentu untuk tertarik dengan lawan jenisnya.
Selanjutnya konseli menunjukan karakteristik kemandirian dalam
bertingkah laku sosial, dimana konseli menyebutkan bahwa ia
memilih teman yang sekiranya cocok dan menyesuaikan dengan
teman-teman lainnya. Ketika menghadapi seseorang yang tidak
menguntungkannya, ia tetapi bersikap tegas. Begitu juga ketika
seseorang mengatakan kata kasar terhadapnya atau orang lain, ia
justru menegur dan memberikan pengertian bahwasannya hal itu
tidak baik untuk dikatakan. Akan tetapi dalam kemampuannya
untuk menyelesaikan suatu problem masih sangat minim. Konseli
menyebut sikapnya ketika ada suatu konflik baik kepadanya
ataupun teman lainnya, ia bertindak tegas akan tetapi berujung
diam bahkan menghindari konflik. Alasan yang ajukannya karena ia
takut ikut campur dan berakhir rumit permasalahannya.
Karakteristik dalam berkelompoknya yaitu kelompok teman dekat,
dimana ia berteman dengan empat hingga lima orang. Konseli
menyebutkan bahwa ia berteman dengan semua orang akan tetapi
lebih memilih teman dekat ketimbang teman yang lainnya.
Permasalahan yang menjadi hambatan dalam dirinya yaitu
komunikasi. Konseli masih sulit untuk mengatakan yang sebenarnya
dan susunan kata yang tidak teratur. Konseli juga menyebutkan
bahwa cara ia berkomunikasi masihlah berlibet atau tidak rapi.
Sehingga memiliki kepercayaan yang rendah ketika berusaha ikut
dalam suatu obrolan. Hal ini juga menjadi faktor yang menyebabkan
konseli sulit melerai teman yang sedang adu mulut atau perang
dingin. Konseli juga tipe yang takut untuk mengambil resiko ketika
konflik datang melanda sehingga ia lebih memilih menghindar.
3) Solusi Guru BK
Beberapa pemberian solusi yang dapat dilakukan dengan cara
berikut;

Modifikasi Perilaku | 15
a) Memberikan motivasi-motivasi kecil serta pujian kepada diri
sendiri ketika telah mencoba untuk berkomunikasi atau
bercerita bersama teman, ketika konseli telah dapat
menyesuaikan obrolan dengan temannya, konseli dapat
memberikan pujian pada dirinya dengan mengatakan “kamu
sudah lebih baik daripada kemarin” atau sejenisnya.
b) Konseli juga dapat self-talk atau berlatih berkomunikasi
didepan cermin atau bermonolog, membayangkan jika ia
sedang membicarakan suatu hal kepada temannya atau berpikir
dan menerapkan tindakan yang tepat ketika teman sedang
berkonflik ataupun berlatih berkomunikasi dengan baik,
memilah-milah suatu kata untuk dikatakan nantinya.
4) Dokumentasi

Modifikasi Perilaku | 16
3.3 Konseli Ketiga
1) Identitas Konseli
Nama : Frs
Status : Pelajar
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 17 Tahun
Tanggal : 4 Oktober 2023
Melalui : Video Call WA
2) Rincian Hambatan Konseli
Responden merasa hambatannya yaitu susah untuk bersosialisasi
dengan lingkungan dan orang baru karna dia merupakan anak yang

Modifikasi Perilaku | 17
pemalu dan pendiam, bagaimana cara responden berteman atau
bersosialisasi dengan teman sesama jenis ia mengatakan kalau dia
sudah merasa dekat dengan seseorang akan merasa lebih aman,
nyaman dan santai dalam berkomunikasi, dan juga selalu berbagi
cerita satu sama lain. Sedangkan cara responden berteman atau
bersosialisasi dengan teman lawan jenis sama saja seperti yang
sejenis tapi sebagai cewe akan ada batasanbatasannya jika
berteman dengan cowo dan tidak melampaui batas saat
bersosialisasi. Dalam bersosialisasi responden harus bersama-sama
dengan teman yang lain atau berani bersosialisasi dengan orang lain
tanpa ditemankan oleh teman dekat? Dia merasa lebih berani kalau
bersosialisasi jika ditemani oleh teman dekatnya, seperti berbicara
dengan guru untuk menanyakan tugas misalnya..
3) Solusi Guru BK
Melakukan Bimbingan Kelompok, hal ini bermanfaat bagi responen
untuk dapat mengenal dan bersosialisasi terhap orang lain maupun
teman temannya, selain itu dengan dilaksanakannya bimbingan
kelompok responden dapat menjadi pribadi yang lebih terbuka dan
belajar untuk menjadi lebih percaya diri.
4) Dokumentasi

Modifikasi Perilaku | 18
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Peserta didik mampu mengenali karakteristik perkambangan sosial
selama usia remajanya. Dimana mengenal lawan jenis dan memiliki
ketertarikan serta kriteria tertentu. Peserta didik juga mampu memiliah
teman, seperti dengan siapa ia berteman dan bagaimana cara bersosialisasi
serta bergabung dengan kelompoknya. Peserta didik juga harus mengenal
kelompok bertemannya sendiri serta mampu bersikap serta berperilaku baik
serta positif. Peserta didik juga telah mengeskplor dunia sosial dengan cara
sendiri. Apabila memiliki hambatan dalam perkembangan sosial, peserta
didik dapat melakukan beberapa kiat dari orang terdekatnya maupun guru
BK yang dapat membimbing peserta didik untuk melengkapi perkembangan
sosial remaja.

4.2 Saran
Sebagai pemakalah menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna, baik dalam format penulisan hingga
kata perkata yang masih tidak beraturan. Tentunya, kami akan terus
memperbaiki laporan dengan mengacu sumber yang dapat di
pertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran tentang pembahasan laporan diatas

Modifikasi Perilaku | 19
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Syamsu. 2017. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :


PT Remaja Rosdakarya.
Soetjiningsih, S. (2004). Tumbuh kembang remaja dan
permasalahannya. Sagung Seto. Jakarta, 320.
Aldina, F. (2018). Efektifitas Bimbingan Kelompok Teknik Empty Chair Dan
Self Talk Untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal Siswa. JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan
Konseling, 4(1), 1-16.

Modifikasi Perilaku | 20

Anda mungkin juga menyukai