Anda di halaman 1dari 7

Pandangan Mahasiswi Islam tentang Cinta dan Pacaran

Anggita Funny Nurcahyani


Pendidikan Geografi
E-mail: anggitafunny444@gmail.com

Abstract
This research is motivated by students' views of dating in Islam, especially at Universitas Negeri Jakarta. Many
people especially teenagers are dating, their reason is to know each other better before marriage. In fact ,
teenagers often think that the essence of religion is old. For example, why is religion especially Islam restrict
someone in socializing. Islamic education does not directly explain dating, but Islam teaches not to approach
adultery by lowering your eyes and not touching each other's skin. The purpose of this research is to find out
how far Universitas Negeri Jakarta female students views of love and dating.
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pandangan mahasiswi tentang pacaran dalam Islam khususnya di Universitas
Negeri Jakarta. Banyak orang terutama remaja yang berpacaran, alasannya adalah untuk lebih mengenal satu
sama lain sebelum menikah. Bahkan, remaja sering menganggap bahwa hakikat agama itu sudah tua. Misalnya
mengapa agama khususnya Islam membatasi seseorang dalam bersosialisasi. Islam tidak secara langsung
menjelaskan tentang pacaran, tetapi Islam mengajarkan untuk tidak mendekati zina dengan menundukkan
pandangan dan tidak saling menyentuh kulit. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pandangan mahasiswi Universitas Negeri Jakarta tentang cinta dan pacaran.
Kata kunci : cinta dan pacaran, pandangan mahasiswi, Islam

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kemajuan zaman mengakibatkan masuknya pengaruh dari negara barat, mereka cenderung berideologi
liberalisme yaitu menjunjung tinggi kebebasan individu. Ideologi ini sangat bertolak belakang dengan ideologi
yang diikuti Indonesia yaitu ideologi demokrasi. Khususnya para remaja yang masih belum bisa menyaring baik
dan buruknya pengaruh yang masuk, mereka pun akhirnya mengikuti tren yaitu berpacaran.

Pada zaman sekarang biasanya para remaja mulai menyukai lawan jenis lalu berusaha untuk mendapatkan hati
lawan jenisnya dengan cara mengungkapkan apa isi hatinya, setelah mereka melakukan pendekatan yang
melalui berbagai macam proses seperti jalan berdua, berpegang tangan, memandang lawan jenis penuh nafsu
yang mereka sebut dengan pandangan penuh cinta, akhirnya keduanya pun mulai berpacaran yang identik
dengan perbuatan yang sangat tidak sesuai dengan apa yang sudah diajarkan oleh agama Islam.

Dengan beralasan bahwa mereka menjalin hubungan (berpacaran) atas dasar cinta, dan tren ini pun akhirnya
dinormalisasikan. Mereka berpikir bahwa berpacaran merupakan hal yang normal dan tidak tabu lagi, padahal
Islam sudah melarang perbuatan zina. Beberapa hadist dan Ayat Al-Quran membuktikan bahwa Islam melarang
pacaran.

“Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak
boleh bepergian kecuali ditemani oleh muhramnya” (HR. Muslim).

‫اح َشةً َۗو َس ۤا َء َس ِب ْياًل‬


ِ َ‫الز ٰن ٓى اِنَّهٗ َكانَ ف‬
ِّ ‫َواَل تَ ْق َربُوا‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS.
Al-Isra [17]:32)

Hal inilah yang mendasari pemilihan topik cinta dan pacaran untuk dibahas, karena semakin maraknya pacaran
pada lingkup remaja khususnya mahasiswi Islam.

B. Tujuan

1. untuk mengetahui pandangan Islam mengenai pacaran.

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan mahasiswi UNJ mengenai pacaran.

3. Untuk menambah informasi tentang batasan-batasan perempuan dan laki-laki sebelum mereka menikah.

4. Untuk memperjelas pengetahuan tentang hukum pacaran dalam Islam.

5. Untuk menghindari perbuatan zina karena telah mengetahui dan melakukan pencegahan terhadap perbuatan
zina.

C. Kajian Teori
Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 112) “Pacaran adalah menjalankan suatu hubungan di mana dua orang
bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat mengenal satu sama lain”.

Sementara istilah pacaran tidak dikenal dalam islam, sementara istilah untuk menjalin hubungan antara laki-laki
dan perempuan pranikah, islam hanya mengenal istilah khitbah atau meminang.

Para ahli menyampaikan beberapa alasan tentang mengapa remaja berpacaran di antaranya adalah:
a. Suatu bentuk rekreasi. Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 146) menyebutkan salah satu alasan bagi
remaja berpacaran adalah untuk bersantai-santai, menikmati diri mereka sendiri dan memperoleh kesenangan.
b. Proses sosialisasi (Padgham & Bliyth dkk dalam Santrock, 2003, hlm. 239), dengan berpacaran akan terjadi
interaksi tolong menolong, sebagaimana berteman dengan orang lain.
c. Menjalin keakraban dengan lawan jenis, Padgham & Bliyth dkk (Santrock, 2003, hlm. 239) mengemukakan
bahwa dengan berpacaran memberikan kesempatan untuk menciptakan hubungan yang unik dengan lawan jenis.
Berpacaran juga dapat melatih keterampilan-keterampilan sosial, mengatur waktu, uang dan malatih
kemandirian (Degenova & Rice, 2005, hlm. 146).

d. Eksperimen dan penggalian hal-hal seksual (Santrock, 2003, hlm 239). Pacaran menjadi lebih berorientasi
seksual dengan adanya peningkatan jumlah kaum muda yang semakin tertarik untuk melakukan hubungan intim
(Degenova &Rice, 2005, hlm. 146).

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan Islam mengenai pacaran?

2. Bagaimana pandangan Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta mengenai pacaran?

3. Apa batasan-batasan perempuan dan laki-laki sebelum mereka menikah?

4. Apa hukum pacaran dalam Islam?

5. Apa saja pencegahan agar tidak melakukan ataupun menimbulkan perzinahan?


Pembahasan

Bila berbicara mengenai pandangan pacaran dalam Islam, biasanya yang akan muncul pertama kali adalah
mengenai dosa zina. Pacaran seringkali dikaitkan dengan perbuatan zina, mengapa demikian?
Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa Islam melarang adanya perbuatan zina, sejalan dengan ayat tersebut
pacaran merupakan perbuatan yang mendekati zina. Pacaran adalah hubungan dimana lawan jenis saling
bertemu satu sama lain, tanpa kita ketahui batasan-batasan apa saja yang akan mereka langgar, dalam hal ini kita
perlu tahu lebih dalam mengenai definisi zina itu sendiri:
1. Secara bahasa, kata zina merupakan bentuk mashdar dari kata kerja bahasa Arab, yaitu zana yang
memiliki arti berbuat jahat. Sedangkan secara terminologi, zina diartikan sebagai perbuatan
bersenggama antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya tanpa melalui jalur pernikahan
yang sah. Definisi di atas merupakan pengertian zina besar. Selain zina besar, ada pula yang disebut
dengan dengan zina kecil. Hal itu diartikan sebagai perbuatan yang dapat menghantarkan seseorang
melakukan zina besar.
2. Berikut ini ada pendapat lain mengenai pengertian zina menurut Mazhab atau pendapat imam, di
antaranya:

a. Mazhab Al-Hanafiyah
Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa pengertian zina adalah hubungan seksual yang dilakukan seorang
laki-laki kepada seorang perempuan pada kemaluannya, yang bukan budak wanitanya dan bukan akad yang
syubhat.
Definisi ini menegaskan kriteria zina itu dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Kalau laki-laki melakukannya
dengan sesama jenis atau perempuan dengan sesama jenis, maka tidak termasuk kriteria zina, walaupun tetap
berdosa.
b. Mazhab Al-Malikiyah
Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan bahwa pengertian zina adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh
seorang mukallaf yang Muslim pada faraj adami (manusia), yang bukan budak miliknya, tanpa ada syubhat dan
dilakukan dengan sengaja.
Definisi ini menjelaskan kalau tidak terjadi hubungan seksual seperti percumbuan, bukan termasuk zina, meski
tetap diharamkan. Makna yang dilakukan oleh seorang mukallaf artinya orang yang akil baligh, sehingga bila
pelakunya orang gila atau anak kecil, maka bukan termasuk zina.

c. Mazhab Asy-Syafi’iyah
Mazhab Asy-Syafi’iyah memberikan definisi tentang pengertian zina adalah masuknya ujung kemaluan laki-laki
meskipun sebagiannya ke dalam kemaluan wanita yang haram, dalam keadaan syahwat yang alami tanpa
syubhat.
Asy-Syairazi dari mazhab Asy-Syafi’iyah mendefinisikan zina adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh
seorang laki-laki dari penduduk darul-Islam kepada seorang perempuan yang haram baginya, yaitu tanpa akad
nikah atau syibhu akad atau budak wanita yang dimiliki, dalam keadaan berakal, bisa memilih dan tahu
keharamannya.

d. Mazhab Al-Hanabilah
Pengertian zina dari mazhab Al-Hanabilah adalah hilangnya hasyafah penis laki-laki yang sudah baligh dan
berakal ke dalam salah satu dari dua lubang wanita, yang tidak ada hubungan ishmah antara keduanya atau
syubhah
Dalam beragam pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pacaran termasuk kedalam dosa zina apabila
tindakan atau perbuatannya yang dilakukan bersama lawan jenis tersebut sampai kepada zina besar
( bersetubuh/bersenggama) .
Dari data yang kami dapat melalui wawancara secara langsung di Universitas Negeri Jakarta, terdapat banyak
mahasiswi yang sedang menjalin hubungan dengan berpacaran. Menurut mereka memiliki hubungan dengan
lawan jenis/berpacaran dapat meningkatkan afeksi serta rasa semangat yang tidak mereka dapatkan dari
hubungan lain seperti pertemanan atau hubungan keluarga. Mahasiswi tersebut banyak yang cenderung lebih
nyaman bila mengungkapkan isi hati dan pikirannya kepada kekasih ketimbang orang terdekat lainnnya,
menurut mereka hubungan tersebut dapat menimbulkan timbal balik yang positif selama kegiatan dalam
berpacaran tidak melewati batas yang ada pada agama.
Bagi seseorang yang kurang akan kasih sayang berpacaran dapat menjadi alternatif untuk mendapat cinta, jadi
begitulah pendapat akan cinta dan pacaran menurut mahasisiwi di Universitas Negeri Jakarta, mereka
berpacaran untuk mendapatkan cinta dan rasa nyaman yang tidak mereka dapatkan diluar hubungan “pacaran”.
Agar tidak terjadi zina antara dua orang muslim yang saling mencintai, maka jalan terbaik yang harus ditempuh
adalah dengan melaksanakan pernikahan. Hal ini sesuai dengan hadist berikut ini:

Rasulullah SAW bersabda,


“Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak
boleh bepergian kecuali ditemani oleh muhramnya.”(HR. Muslim).
Hadist tersebut menerangkan bahwa laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh berduaan karena
dikhawatirkan akan menimbulkan zina mata dan zina anggota tubuh yang lainnya. Wanita muslim juga
dianjurkan untuk tidak bepergian tanpa adanya muhrim yang menemani karena dikhawatirkan ada bahaya yang
menimpa ketika di perjalanan.
Solusi tersebut dapat dilakukan apabila kedua belah pihak benar-benar siap lahir dan batin, solusi lainnya adalah
dengan menjalankan puasa, serta lebih taat beribadah atau mencari kesenangan lain, seperti mencari hobi baru.

Pandangan masyarakat tentang pacaran berbeda beda, berikut pandangan masyarakat tentang pacaran dari
kuisioner yang telah kami bagi

data diatas merupakan yang melakukan pacaran

diatas merupakan alasan mereka berpacaran

diatas merupakan pandangan mereka mengenai cinta yang menjadi alasan berpacaran
diatas merupakan alasan alasan berpendapat mengenai berpacaran

Dari data diatas bisa kita lihat banyak yang berpacaran karena mereka merasa menemukan cintanya dan
berharap bahwa seseorang yang ia cintai menjadi jodohnya dan pada remaja sekitar 70% bahwa mereka sedang
berpacaran atau pernah berpacaran.

Penutup

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas Pada zaman sekarang para remaja mulai menyukai lawan jenis lalu berusaha untuk
mendapatkan hati lawan jenisnya dengan cara mengungkapkan apa isi hatinya, setelah mereka melakukan
pendekatan yang melalui berbagai macam proses seperti jalan berdua, berpegang tangan, memandang lawan
jenis penuh nafsu yang mereka sebut dengan pandangan penih (typo kata yang tepat adalah penuh) cinta,
akhirnya keduanya pun mulai berpacaran yang identik dengan perbuatan yang sangat tidak sesuai dengan apa
yang sudah diajarkan oleh agama Islam.Hal itu sudah menjadi hal yang umum pada saat ini bahkan hal tersebut
sudah diwajarkan walaupun hal tersebut bertentangan dengan ajaran agama islam.
Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca akan sadar bahwa pacaran dalam islam itu tidak baik dan
tidak dilakukan karena hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran islam, saran dari kami lebih baik melakukan apa
yang harus dilakukan dan menjauh kan apa yang dilarang agar senantiasa kita hidup dengan keberkahan di jalan
Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unpas.ac.id/30073/5/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwiQsq3Tq438AhXMxHMBHckYBy8QFnoECBAQAQ&usg=AOvVaw2BaNUMh
YhAyGhPFZXAVqBI
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.scribd.com/doc/295091733/Makalah-
Pacaran-Dalam-
Islam&ved=2ahUKEwiZu4u704z8AhXnS2wGHasHB2AQFnoECBcQAQ&usg=AOvVaw07Bu1JXUa5e5o3s7
nYtQcP
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.ikopin.ac.id/index.php/humantech/
article/view/
1510/1223&ved=2ahUKEwiGraGLxoz8AhU03nMBHR26CxkQFnoECC8QAQ&usg=AOvVaw3f6SLeSMbce
MA6uvxFbptc
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/
shautuna/article/view/
14918/9020&ved=2ahUKEwik_7mU24z8AhVYWGwGHZddCKcQFnoECBEQAQ&usg=AOvVaw1rlGtH8ov
LlpvfzdAz8DU5
https://mahasiswa.ung.ac.id/441414012/home/2015/2/15/hukum-pacaran-menurut-agama-islam.html

Penulisan daftar pustaka seharusnya menggunakan format daftar pustaka seperti:


Nama Belakang, Nama Depan. (Tahun). Judul Buku. Kota: Penerbit Buku.

Anda mungkin juga menyukai