Anda di halaman 1dari 16

PACARAN DITINJAU

DARI HUKUM ISLAM


DOSEN PENGAMPU
MATA KULIAH HUKUM ISLAM

Dr.Muhammad Halimi,M.Pd. Dede Iswandi,S.Pd.,M.Pd.


.
NAMA ANGGOTA :
GROUPS ARLA AZZAHRA (2009833) MEILAN SARI H (2005826)

INDAH PUSPITASARI (2008592) NURUL HANIFAH (2000899

KENANGA RAHMA (2007404) RIZKY RINALDI (2000582)

LISTIYA SEPTIANI (2006222) RUWINDYA DWI M (2001373)

MEIDINA SYIFA U (2000341) SITI AMALIAH(2007568)


1 2 3 4

PENDAHULUAN KAJIAN PUSTAKA PEMBAHASAN KESIMPULAN

.
1 PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial yg selalu membutuhkan orang
lain untuk menjalin korelasi atau komunikasi dengan orang lain. insan pula
memiliki dorongan buat bekerjasama dengan insan lain.Pacar artinya
kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan
berdasarkan cinta kasih. Pacar diartikan menjadi orang yang spesial pada
hati selain orangtua, keluarga dan sahabat kita.' dari DeGenova & Rice
(2005) pacaran merupakan menjalankan suatu korelasi dimana dua orang
bertemu serta melakukan serangkaian kegiatan bersama supaya dapat saling
mengenal satu sama lain.
2 PEMBAHASAN
01 KONSEP PACARAN TEORI PACARAN 02

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, pacaran berasal darikata Adapun teori pacaran menurut Benokraitis (1996) proses
“pacar” yang berarti kekasih; yang diintai dan dikasihi. Sedangkan kata dimana seseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam
“berpacaran” berarti bercintaan, berkasih-kasihan. Pacaran dapat dikatakan konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan
sebagai suatu ajang untuk dapat saling mengenal antara satu sama lain. Selain sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan
itu, menurut Abu Al-Ghifari pacaran juga berarti hubungan cinta kasih antara hidup. Sedangkan menurut Kyns (1989) menambahkan bahwa
lawan jenis diluar nikah, tidak meiliki kandungan nilai, dan terdapat kegiatan- pacaran adalah hubungan antara dua orang yang yang berlawanan
kegiatan yang membahayakan masa depan kedua pasangan tersebut baik jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan
dunia maupun akhirat . Adapun inti dari pacaran ialah suatu langkah awal ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam
dari hubungan batin yang terjalin diantara seorang remaja dengan lawan hati masing-masing..
jenisnya dan didasari atas cinta demi mewujudkan harapan dan cita-cita
kehidupan yang ideal.
DALIL TENTANG PACARAN

Dalil mengenai pacaran salah satunya terdapat pada surah Al-Isra ayat 32, yang berbunyi:
‫اح َشةً ۗ َو َس ۤا َء َسبِ ْياًل‬
ِ َ‫ا ال ِّز ٰن ٓى اِنَّهٗ َكانَ ف‬c‫َواَل تَ ْق َربُو‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan yang keji,
dan suatu jalan yang buruk”.
Hukum pacarana sendiri merujuk pada dalil-dalil yang sudah dijelaskan diatas adalah tidak
boleh, karena dalam islam sendiri tidak boleh mendekati zina, sesuai dengan petunjuk yang
terkandung dalam Al-Qur’an yaitu (QS. Al-Israa (17 ): 32) yang artinya:“Dan janganlah kamu
mendekati zina, karena sesunggunya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk”
Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah hubungan percintaan
antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam mengenalkan istilah “khitbah (meminang)” .
Khitbah (meminang) yaitu pihak laki-laki mengajukan lamaran terhadap pihak wanita, dalam
khitbah boleh melihat wanita itu secara teliti. Ketika seorang laki-laki menyukai seorang
perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu
dekat. Selama masa khitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-
aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti berduan, memperbincangkanaurat, menyentuh,
menyium, memandang dengan nafsu, dan melakukan hubungan selayaknya suami istri.
3 PEMBAHASAN
PACARAN DITINJAU
.
DARI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Hukum mencintai sebelum pernikahan menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yaitu jika
kecintaan timbul dengan sebab yang tidak ada bahayanya maka pelakunya tidak tercela.
Maksudnya adalah jika kita menyukai seorang lawan jenis namun kita bisa menahannya atau
mengendalikannya dengan cara tidak melakukan apapun tidak apa-apa atau tidak berdosa,
karena bisa menghindari diri dari perbuatan-perbuatan yang mendekati zina. Berbeda dengan
pacaran karena pacaran tidak menahan atau menyembunyikan perasaan melainkan terang-
terangan saling menyukai satu-sama lain maka hal ini dapat menyebabkan bahaya perbuatan
mendekati zina bagi keduanya.
Jika penggunaan istilah pacaran saat ini kembali diterapkan seperti pacaran pada budaya
melayu zaman dahulu maka itu sangat baik dan tidak menimbulkan dampak negatif seperti
penyimpangan budaya pacaran yang telah berkembang saat ini yang sebagian disalah gunakan
tidak sesuai syariat Islam
DAMPAK DARI PACARAN :
Berpacaran adalah suatu hal yang lumrah di kalangan muda-mudi
sekarang. Padahal, perbuatan tersebut merupakan suatu perangkap
setan untuk menjerumuskan anak cucu Adam ke dalam perbuatan
zina. Gaya pacaran para remaja zaman sekarang yang cenderung tidak
sehat, memiliki banyak sekali dampak negatif antara lain:
1.Meningkatnya tingkat aborsi.
2.Meningkatnya tingkat kematian wanita.
3.Adanya Free sex
4.Meningkatnya penggunaan narkoba
SOLUSI UNTUK MENGHINDARI PACARAN :
Sebetulnya Islam tidak mengenal istilah pacaran, sungguhpun begitu
dalam pandangan Islam, aktivitas mencintai dan dicintai tersebut
haruslah bersumber dan berdasar pada rasa cinta pada Allah. Di
samping itu, agar pacaran dapat benar-benar sesuai tuntunan Islam,
perlu kiranya mengindahkan beberapa hal.
1.Pacaran sebagai “batu loncatan”ke jenjang yang lebih serius.
2.Pacaran sebagai sarana mengenal karakter pasangan.
3.Pemberi motivasi. Pacaran harus dijadikan sarana untuk memotivasi
diri, yakni memperbaiki hal-hal yang buruk dan mengembangkan atau
meningkatkan hal-hal yang positif dalam diri yang bersangkutan.
4 KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pacaran menurut istilah adalah pergaulan antara pria dan wanita, pada dasarnya dibolehkan sampai
.
pada batas-batas wajar yang tidak membuka peluang untuk terjadinya perbuatan dosa (zina). Di dalam islam,
mengenai pacaran tidak secara langsung dikatakan dilarang hukumnya. Karena tidak terdapat larangan
mengenai pacaran dalam Al-Qur’an dan Hadist secara spesifik. Namun, sebagian besar ulama menentang
konsep pacaran yang dikenal dalam masyarakat serta menempatkan pacaran remaja dalam tempat yang
paling bawah dan terkeji. Menurut pandangan ulama perilaku pacaran merupakan sesuatu tindakan yang akan
mendekatkan kepada perzinaan. Hal ini dikarenakan pada saat ini pacaran merupakan suatu kegiatan
berduaan dengan lawan jenis.
Pada prinsipnya, Islam tidak melarang rasa cinta, Islam baru melarang bila cinta tersebut diwujudkan
dalam hubungan fisik. Islam hanya mengatur batas-batas interaksi fisik dua insan berlainan jenis, dan tidak
mengatur rasa cinta. Oleh karena itu selama bisa menghindari dan mengendalikan diri dari perbuatan zina
maka tidak apa-apa. Pacaran dapat benar-benar sesuai tuntunan Islam, apabila pacaran dijadikan sebagai
“batu loncatan”ke jenjang yang lebih serius, sarana mengenal karakter pasangan, dan pemberi motivasi.

THANK YOU
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai