Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SOSIOLOGI KELUARGA

PACARAN, JODOH, DAN PERKAWINAN

OLEH

KELOMPOK 6

1. MIRNAWATI (E1S017048)
2. MUASILATURRAHMI (E1S017050)
3. NAZAR AMRULLAH (E1S017056)
4. NINA ATMAGIANTI (E1S017058)

KELAS B/IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Mataram, 14 Maret 2019

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada hakikatnya di berikan sebuah fitrah yang dinamakan hati dan
perasaan di Dunia ini. Nabi Adam pun diciptakan di dunia ketika tidak ada seseorang
yang menemaninya. Maka hati dan perasaan akan galau atau kesepian. Akhirnya
dengan melihat Nabi seperti itu maka Dia menciptakan Hawa sebagai pelengakap
hidupnya. Perlu kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk social yang tidak pernah
bias hidup tanpa orang lain dan saling membutuhkan.

Di dunia ini manusia diciptakan laki-laki dan wanita untuk meneruskan


keturuan. Akan tetap pada realiasnya yang terjadi pada masayrakat kita saat ini sangat
berbeda jauh. Di zaman mileneal kata pacarana tidak lagi asing di dengar terutama
dikalanagan para remaja. Seolah-seolah pacaran itu penentu sebuah jodoh dan akan
mengantarkan kepada perkawinan/pernikahan. Pacaran ialah sebuah hubungan yang
biasa dikatakan sah menurut kedua belah pihak. Padahal secara agama dan pemerintah
pacaran tersebut tidak sah. Akan tetapi itu sebuah kebudayaan yang sudah merajalela
di masyarakat kita.

Maka dari itu penyusunan makalah ini bisa dijadikan sebagai gambaran awal
mengenai konsep pacaran, jodoh dan perkawinan. Sehingga didalam kehidupan
sehari-hari kita dapat lebih memahami lagi penerapan konsep pacaran, jodoh dan
perkawinan yang akan disampaikan pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pacaran?
2. Apa pengertian dari Jodoh?
3. Jelaskan Jenis-jenis dari jodoh?
4. Apa pengertian dari perkawinan?
5. Jelaskan bentuk-bentuk dari perkawinan ?
6. Bagaiamana langkah-langkah penyesuaian diri dalam perkawinan ?
7. Bagaiamana dampak perkawinan terhadap keluarga ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetauhi apa itu pacaran.
2. Mengetahui apa itu jodoh.
3. Memahami berbagai jenis-jenis jodoh.
4. Mengetahui apa itu Perkawinan.
5. Memahami berbagai jenis-jenis perkawinan.
6. Mengetahui langkah-langkah peneyesuaian diri dalam perkawinan.
7. Mengetahui dampak perkawinan terhadap keluaga.

D. Manfaat

Manfaat penyusunan makalah ini untuk menambah wawasan kami terhadap


materi yang dibahas yaitu tentang pacaran, jodoh dan perkawinan. Sehingga kami
akan lebih memahami terkait materi tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pacaran
Menurut DeGenova & Rice (2005) pacaran adalah menjalankan suatu

hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama

agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran

adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah,

dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal

balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.

Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana

seseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan

untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan

pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu

peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara

dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan

jenis).

Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua

orang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana

hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati

masing-masing.1

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan pacaran

adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan untuk saling

1
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23381/3/Chapter%20II.pdf
mengenal dan melihat kesesuaian satu sama lain yang digunakan sebagai

pertimbangan sebelum menikah.

B. Pengertian Jodoh

Menurut kamus besar bahasa Indonesia jodoh adalah orang yang cocok

menjadi suami atau istri; pasangan hidup; imbangan.2 Jodoh merupakan satu

anugerah Allah yang amat bermakna dalam proses untuk melengkapkan kehidupan

manusia. Jodoh itu juga akan bertambah bermakna jika terjalin dengan ikatan yang

berlandaskan syariat Islam dan melalui pasangan yang beriman.

Hakikatnya, setiap perkara yang kita inginkan dalam kehidupan

memerlukan usaha. Allah Swt berfirman dalam surah ar-Rad ayat 11 yang artinya

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu

sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”. Ayat ini jelas

menunjukkan bahawa Allah tidak akan mengubah kehidupan kita jika kita sendiri

tidak berusaha mengubahnya, begitu juga halnya dalam perkara yang berkaitan

dengan jodoh. Jodoh seperti rezeki, ia telah ditentukan. Namun, kita tidak tahu apa

yang telah ditentukan oleh Allah.

Jika kita lihat masyarakat sekeliling hari ini, dapat kita simpulkan bahwa

ramai yang keliru berkenaan persoalan jodoh. Mereka menganggap usaha yang

dimaksudkan ini adalah dengan membenarkan seseorang untuk mencari pasangan

hidup melalui perkenalan dengan bukan muhrim dan seterusnya menjalinkan

hubungan cinta. Sehingga mereka lupa bahwa perkara yang paling utama dan

penting dalam persoalan jodoh adalah percaya dengan takdir dan ketentuan dari

2
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/jodoh.html
Allah Swt. Yakinlah bahawa Dia yang telah mengaturkan segala yang terbaik

untuk kita, dan Dia lebih Maha mengetahui apa yang terbaik untuk kita.3

C. Jenis-jenis Jodoh

Ada 3 jenis jodoh yang telah ditetapkan yaitu sebagai berikut:

1. Jodoh dunia tapi tidak di akhirat


Di dunia bersama, tapi di akhirat tidak. Seperti Asiyah dengan Firaun-
Asiyah beriman sedangkan Firaun tidak. Juga dengan pasangan yang sama-
sama kafir. Mereka tidak akan disatukan di akhirat.

2. Tidak jodoh di dunia, tapi jodoh di akhirat


Ini terjadi ketika sesama mukmin menikah, salah satu dari mereka ada yang
terlebih dahulu meninggal. Maka mereka akan disatukan di surga.

3. Jodoh di dunia dan di akhirat


Pernikahan sesama mukmin yang diridhoi Allah dan cintanya kepada
suami/istrinya tidak melebihi cinta kepada Allah.4

D. Pengertian Perkawinan
Perkawinan atau pernikahan dalam fikih berbahasa Arab disebut dengan dua
kata, yaitu nikah dan zawaj. Menurut fiqih, nikah adalah salah satu asas pokok hidup
yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pendapat-
pendapat tentang pengertian perkawinan antara lain adalah:

a. Menurut Imam syafi’i, nikah (kawin), yaitu akad yang dengannya menjadi halal

hubungan seksual pria dengan wanita.5

3
https://www.academia.edu/9094504/Berbicara_tentang_jodoh_mencari_atau_menanti

4
https://herlybangkit.wordpress.com/2014/05/30/3-jenis-jodoh/

5
Moh. Idris Ramulyo, 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 1
b. Menurut Sajuti Thalib: perkawinan adalah suatu perjanjian yang kuat dan

kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang

perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun menyantuni, kasih-

mengasihi, tentram dan bahagia.6

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Perkawinan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pengertian perkawinan dalam ajaran

Islam mempunyai nilai ibadah, sehingga Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam

menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat untuk menaati

perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah. 7

E. Bentuk-bentuk Perkawinan

Dimasyarakat pernikahan merupakan hal yang sangat sakral. Pernikahan juga


lebih dikenal dimasyarakat dengan nama perkawinan. Bentuk-bentuk pernikahan
yang ada di masyarakat adalah:
a. Monogami
Monogami sendiri berasal dari bahasa Yunani, monos berarti satu atau sendiri,
sedangkan gamos yang berarti pernikahan. Pernikahan monogami merupakan
pernikahan antara seorang laki- laki dan seorang perempuan pada saat tertentu.
Bentuk ini merupakan bentuk yang biasanya dikenal dan paling banyak dilakukan
oleh masyarakat umum dan disepakati oleh masyarakat. Dalam ajaran agama
kristen pernikahan ini sangat diwajibkan karena mereka beranggapan bahwa Tuhan
menciptakan manusia, pada awalnya hanya membuat dua orang, yaitu monogami.
Oleh karena itu, janji pernikahan di hadapan Tuhan, adalah stabil dan pernikahan
murni, suci melanjutkan, Sekarang bahwa pernikahan tidak harus bercerai.
Monogami produksi sendiri, lembaga pernikahan telah menjadi negara Kristen
6
Moh. Idris Ramulyo, 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 2
7
Zainuddin Ali, 2007. Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 7
yang mendasar, telah menjadi arus utama dunia institusi perkawinan. Selain itu
alasan mereka melakukan pernikahan monogami adalah lebih mudah
mempertanggungjawabkan akan anak dan istrinya.
b. Poligami
Poligami berasal dari bahasa yunani. Kata ini merupakan penggalan dari kata
Poli atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang berarti
kawin atau perkawinan. Maka ketika kedua kata ini digabungkan akan berarti suatu
perkawinan yang banyak. Islam membolehkan seorang suami memiliki istri lebih
dari satu (berpoligami) tetapi tidak mewajibkannya.8 Oleh itu Islam tidak dengan
mudah membolehkan poligami. Seluruh ulama islam telah menyepakati beberapa
syarat dan konsiderasi yang harus dipenuhi seorang suami bila hendak melakukan
poligami, diantaranya adalah suami harus memberikan tempat tinggal yang layak
dan memisahkan tempat tinggal itu dari istri pertama, memberi nafkah yang adil di
antara keduanya, tidur secara adil diantara mereka, dan memperlakukan mereka
dengan adil pula. Dengan kata lain diantara syarat melakukan poligami adalah
berlaku adil terhadap masing-masing istri dalam berbagai hal.
Namun poligami juga di bedakan menjadi 3 tipe, antara lain:
1. Poligini
Pernikahan antara seorang laki-laki dengan lebih dari satu wanita
diwaktu yang sama. Sebenarnya setiap laki-laki memiliki kecenderungan untuk
melakukan poligini, akan tetapi karena adanya nilai-nilai dan kaidah-kaidah
dalam masyarakat maka kecenderungan untuk berpoligini dapat dikekang. Ada
beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya poligini, antara lain:

 Karena faktor kebudayaan, perang misalnya yang mengakibatkan banyak


kaum laki-laki meninggal dan pada akhirnya terjadi ketidak seimbangan
antatra jumlah laki-laki dan perempuan, jadi kondisi seperti itu
memungkinkan seorang laki-laki melakukan poligini.

 Lingkungan sosial, seperti penyakit yang memperkecil jumlah laki-laki.

 Untuk mendapatkan status dimasysrakat. Karean anggapan di masyarakat


makin banyak istri maka makin tinggi pula status sosial di masyarakat.

8
Titik Tri Wulantutik.2017. Poligami Perspektif Perikatan Nikah. Jakarta: Prestasi
Pustaka hal 34.
 Untuk tujuan ekonomi, karena makin banyak anak maka makin mudah
dalam pengelolaan sawah atau ladang.

 Ingin mendapatkan keturunan karena istri pertama tidak dapat


memberikan keturunan jadi laki-laki melakukan poligini.

2. Poliandri

Jika poligini dilakukan oleh seorang laki-laki maka poliandri dilakukan


oleh perempuan. Pernikahan yang dilakukan oleh seorang perempuan dengan
laki-laki yang jumlahnya lebih dari satu di waktu yang sama. Contohnya
seorang wanita yang memiliki suami lebih dari satu bahkan empat suami
sekaligus di dalam pernikahannya. Di Indonesia poliandri jarang terjadi
kareana budaya Indonesia yang masih sangat dipegang erat oleh
masyarakatnya.

3. Conogami

Merupakan pernikahan antara dua orang laki-laki atau lebih dengan dua
orang wanita atau lebih dalam pernikahan kelompok. Penyebab terjadinya
pernikahan ini belum jelas, namun jenis pernikahan ini telah terjadi di
kepulauan pasifik di marquess. Praktik poligami banyak dilakukan oleh
masyarakat dengan tidak lagi mengarah pada misi kemanusiaan dan keadilan.
Hal ini diindikasikan dengan banyaknya kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) yang muncul serta masih banyaknya praktik poligami sirri
dengan jumlah istri yang lebih dari empat.9

Diatas merupakan bentuk-bentuk pernikahan menurut jumlah istri dan


pasangan. Namun ada juga bentuk-bentuk pernikahan menurut asal istri atau
asal suami. Bentuk-bentuk tersebut antara lain:

1. Pernikahan Endogami

Pernikahan suatu bentuk perkawinan yang berlaku dalam masyarakat


yang hanya memperbolehkan anggota masyarakat kawin atau menikah

9
Agus Sunaryo,” Poligami Di Indonesia (Sebuah Analisis Normatif-Sosiologis “jurnal Uin
Sunan Kalijaga
dengan anggota lain dari golongan sendiri.10 Tegasnya perkawinan
endogami ini adalah perkawinan antar kerabat atau perkawinan yang
dilakukan antar sepupu (yang masih memiliki satu keturunan) baik dari
pihak ayah sesaudara (patrilineal) atau dari ibu sesaudara (matrilineal).
Kaum kerabat boleh menikah dengan saudara sepupunya karena mereka
yang terdekat dengan garis utama keturunan dipandang sebagai
pengemban tradisi kaum kerabat, perhatian yang besar dicurahkan
terhadap silsilah atau genealogy.

2. Pernikahan Eksogami

Eksogami adalah pernikahan antar ras, klan, suku di lingkungan yang


berbeda. Pernikahan ini dibagi menjadi dua yaitu:
 Eksogami connobium asymetris terjadi bila dua atau lebih lingkungan
bertindak sebagai pemberi atau penerima gadis seperti pada
perkawinan suku batak dan ambon.
 Eksogami connobium symetris apabila pada dua atau lebih lingkungan
saling tukar-menukar jodoh bagi para pemuda.
Eksogami melingkupi heterogami dan homogami. Heterogami adalah
perkawinan antar kelas sosial yang berbeda seperti misalnya anak
bangsawan menikah dengan anak petani. Homogami adalah perkawinan
antara kelas golongan sosial yang sama seperti contoh pada anak saudagar
atau pedangang yang kawin dengan anak saudagar atau pedagang.
Zaman sekarang ini pernikahan seperti diatas sudah jarang dilakukan
karena memang budaya-budaya barat telah masuk dalam diri mereka.
Budaya itu membawa dampak buruk jika orang-orang ini tidak dapat
membatasi diri mereka.11

10
Kurnia rizkia.“Pernikahan Endogami Pada Masyarakat Keturunan Arab : Studi Di
Kampung Arab Al Munawar Keluran Ulu Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang “ (
Skripsi, Universitas Sriwijaya, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Jurusan
Sosiologi, Palembang 2012) hal 6.

11
Helga Septiani Manik. “Makna dan Fungsi Tradisi Sinamot dalam Adat Perkawinan Suku
bangsa Batak Toba di Perantauan Surabaya”. jurnal hal 19.
F. Langkah-langkah Penyesuaian Diri dalam Perkawinan

Hurlock (2002) mengemukakan beberapa aspek dari penyesuaian perkawinan, sebagai


berikut.
1. Penyesuaian dengan pasangan
Penyesuaian yang paling penting dan pertama kali harus dihadapi saat seorang
individu memasuki dunia perkawinan adalah penyesuaian dengan pasangan.
Semakin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan
wanita yang diperoleh di masa lalu, maka semakin besar pengertian dan wawasan
sosial antara satu dengan yang lainnya sehingga memudahkan dalam penyesuaian
dengan pasangan. Hubungan interpersonal tersebut antara lain bagaimana individu
belajar untuk berkomunikasi serta memberi dan menerima afeksi.
2. Penyesuaian seksual
Penyesuaian seksual merupakan penyesuaian utama yang kedua dalam
perkawinan, hal ini akan menjadi masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan
salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan
dalam perkawinan. Permasalahan biasanya dikarenakan pasangan belum
mempunyai pengalaman yang cukup dan keduanya tidak mampu mengendalikan
emosi
3. Penyesuaian keuangan
Uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
penyesuaian diri individu dalam perkawinan. Apabila suami tidak mampu
menyediakan barang-barang keperluan keluarga, maka hal ini bisa menimbulkan
perasaan tersinggung yang dapat berkembang ke arah percekcokan. Banyak istri
yang menghadapi masalah seperti ini kemudian bekerja untuk mencukupi
keluarga, namun banyak suami yang keberatan kalau istrinya bekerja karena dapat
menimbulkan prasangka orang lain bahwa suami tidak dapat mencukupi
kebutuhan keluarga.
4. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan
Setiap individu yang menikah secara otomatis memperoleh sekelompok
keluarga baru yaitu anggota keluarga pasangan dengan usia yang berbeda, mulai
dari bayi hingga kakek atau nenek, yang kerapkali mempunyai minat dan nilai
yang berbeda, bahkan seringkali sangat berbeda dari segi pendidikan, budaya, dan
latar belakang sosialnya. Suami istri tersebut harus mempelajari dan
menyesuaikan diri dengannya bila tidak menginginkan hubungan yang tegang
dengan sanak saudara.
Sementara itu, Spanier (1976) mengemukakan bahwa ada beberapa komponen
dalam penyesuaian perkawinan, yaitu:
1. Kesepakatan dalam perkawinan (dyadic consensus)
Menyangkut tingkat persetujuan antar pasangan suami istri tentang hal-hal
yang penting dalam perkawinan, seperti keuangan, rekreasi, keagamaan.
2. Kedekatan hubungan (dyadic cohesion)
Kebersamaan atau kedekatan, yang menunjukkan seberapa banyak
pasangan melakukan berbagai kegiatan secara bersama-sama dan menikmati
kebersamaan yang. Aspek ini ditunjukkan dengan solidaritas pasangan suami
istri.
3. Kepuasan hubungan dalam perkawinan (dyadic satisfaction)
Menyangkut tingkat kepuasan antar pasangan suami istri atau derajat
kepuasan dalam hubungan perkawinan.
4. Ekspresi afeksi (affectional expression)
Kesepahaman dalam menyatakan perasaan yang ditunjukkan dengan
persetujuan pasangan suami istri dalam mengungkapkan perasaan cinta dan
hubungan seksual.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dalam
penyesuaian perkawinan yaitu penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian
seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan pihak keluarga
pasangan.12

G. Dampak Perkawinan terhadap Keluarga

12
http://repository.ump.ac.id/3645/3/BAB%20II_NUNUN%20FAUTIA%20HILDA_PSIKO
LOGI%2717.pdf
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pacaran adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan

untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian satu sama lain yang digunakan

sebagai pertimbangan sebelum menikah. Jodoh adalah orang yang cocok menjadi

suami atau istri, yang lazim disebut sebagai pasangan hidup. Selain itu juga jodoh

dapat diartikan bahwa percaya dengan takdir dan ketentuan dari Allah Swt. Dalam

hal ini jodoh dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: Jodoh dunia tapi tidak di akhirat,

Tidak jodoh di dunia, tapi jodoh di akhirat, Jodoh di dunia dan di akhirat.

Pernikahan lebih dikenal dimasyarakat dengan nama perkawinan.

Perkawinan adalah akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah, dan
13
melaksanakannya merupakan ibadah. Adapun bentuk-bentuk pernikahan yang

ada di masyarakat itu yaitu monogami dan poligami. Dalam sebuah perkawinan

suami istri perlu melakukan penyesuaian diri. Langkah-langkah yang perlu di

jalankan anatara lain : Penyesuaian dengan pasangan, Penyesuaian seksual,

Penyesuaian keuangan dan Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan tentunya.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi
kelompok kami yang menyusun makalah ini sehingga dapat membantu kami lebih
memahami tentang apa itu pacaran, jodoh, perkawinan dan bagaimana bentuk-
bentuknya serta bagaimana langkah-langkah menyesuaikan diri dalam perkawinan.
Terutama bagi para kaum dan bagi para pasangan suami istri agar memahami apa itu
pacaran, jodoh dan perkawinan yang ada di atauran masayarakat .

13
Zainuddin Ali, 2007. Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai