XII MIPA 2
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. Linda Fitriani
2. M. Dzacky Dzakwan
3. Nabilah Anatasnya
4. Nabilah Sahara
5. Nisa Nurfalah
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Makalah berjudul ‘‘MUNAKAHAT CERAI (PERNIKAHAN), RUJUK,
DAN INDAHNYA MEMBINA MAHLIGAI RUMAH TANGGA’’ ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Manusia memang tidak pernah luput dari kesalahan sebagaimana manusia biasa. Begitu juga
halnya dengan kami, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, baik dari segi penulisan maupun isi. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan
saran yang diberikan nantinya bisa membantu untuk mencapai keinginan kami agar terwujud,
dan terciptanya tulisan yang bermanfaat serta berguna.
Walaupun demikian, kami berharap dengan disusunya makalah ini dapat membantu dalam
proses belajar serta dapat bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa, dan negara.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup mendiami dunia ini dan kemudian
mengalami kematian tanpa adanya pertanggungjawaban kepada pencipta-Nya. Manusia
diciptakan Allah SWT, untuk mengabdi dan beribadah kepadanya. Ibadah merupakan usaha
untuk mendekatkan diri kepada tuhan yang disembahnya.
Ibadah adalah perbuatan yang dilakukan sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Salah satu ibadah dalam islam adalah pernikahan. Pernikahan merupakan suatu tahap
penting yang akan dilewati oleh semua orang. Pernikahan merupakan fase yang penting
sebab Allah SWT menghendaki lestarinya umat manusia secara turun temurun melalui
perkawinan. Namun masih banyak orang yang belum mengerti tentang apa itu makna
pernikahan. Padahal perkawinaan merupakan sunah Nabi Muhammad SAW, selain itu
perkawinan akan membawa kebahagiaan kepada umat manusia sekaligus memupuk rasa cinta
dan kasih sayang.
1
BAB II PEMBAHASAN
Dalil naqli tentang pernikahan terdapat dalam Q.S. al-Rūm/30: 21 berikut ini:
َ َِومِنْ ٰا ٰيت ٖ ِٓه اَنْ َخلَقَ لَ ُك ْم مِّنْ اَ ْنفُسِ ُك ْم اَ ْز َواجً ا لِّ َتسْ ُك ُن ْٓوا ِالَ ْي َها َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم م ََّو َّد ًة َّو َرحْ َم ًة ۗاِنَّ فِيْ ٰذل
ٍ ك اَل ٰ ٰي
ت لِّ َق ْو ٍم َّي َت َف َّكر ُْو َن
Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia
menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih angga. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
2
2.3 Macam Macam Pernikahan
1. Pernikahan Az Zawaj Al Wajib
Pernikahan Az Zawaj Al Wajib adalah pernikahan wajib yang harus dilakukan oleh individu yang
memiliki kemampuan untuk melakukan pernikahan serta memiliki nafsu biologis (nafsu syahwat),
dan khawatir pribadinya melakukan dosa paling berat dalam Islam yakni perbuatan zina yang dosa
dan dilarang Allah manakala tidak melakukan pernikahan.
2. Pernikahan Az Zawaj Al Mustahab
Pernikahan Az Zawaj Al Mustahab adalah pernikahan yang dianjurkan kepada individu yang mampu
untuk melakukan pernikahan dan memiliki nafsu biologis untuk menghindarkan pribadinya dari
kemungkinan melakukan zina yang dosa.
3. Pernikahan Az Zawaj Al Makruh
Pernikahan Az Zawaj Al Makruh merupakan pernikahan yang kurang atau tidak disukai oleh Allah.
Pernikahan ini bisa terjadi karena seorang muslim tidak memiliki kemampuan biaya hidup meskipun
memiliki kemampuan biologis,
4. Pernikahan Az Zawaj Al Mubah
Pernikahan Az Zawaj Al Mubah adalah pernikahan yang diperbolehkan untuk dilakukan tanpa ada
faktor-faktor pendorong atau penghalang.
5.Pernikahan Haram
Pernikahan Haram adalah pernikahan yang berdasarkan hukum Islam haram apabila seorang muslim
menikah justru akan merugikan istrinya, karena ia tidak mampu memberi nafkah lahir dan batin.
6.Pernikahan Mut’ah
Pernikahan ini terjadi karena seorang laki-laki menikahi seorang angga dengan memberikan sejumlah
harta dalam waktu tertentu, dan pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah di
tentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah atau tempat anggal.
7.Pernikahan Badal
Pernikahan badal adalah pernikahan tukar menukar istri. Hal ini terjadi karena seorang laki-laki
mengadakan perjanjian untuk menyarahkan istrinya kepada orang lain dan mengambil istri orang lain
tersebut sebagai istrinya dengan memberi sejumlah uang tambahan.
8. Pernikahan Syighar
Suatu pernikahan dianggap sebagai pernikahan syighar apabila seorang laki-laki berkata kepada laki-
laki lain, “Pernikahankanlah aku dengan puterimu, maka aku akan pernikahankan puteriku dengan
pribadimu”
“Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda Rasulullah ﷺ: ‘Perempuan tidak boleh menikahkan
(menjadi wali)terhadap perempuan dan tidak boleh menikahkan dirinya.” (HR. ad-Daruqutni dan Ibnu
Majah).
Jika mempelai perempuan masih memiliki ayah kandung, maka dialah pihak paling utama untuk
menjadi wali nikah. Namun, jika ayah perempuan sudah meninggal atau memiliki uzur tertentu bisa
diwakilkan.
Wali nikah biasanya bisa diwakilkan oleh saudara kandung laki-laki (kakak atau adik mempelai) yang
ada di keluarga, atau juga laki-laki tertua yang ada di keluarga yang masih ada misalnya kakek, paman
dan seterusnya berdasarkan nasab.
Jika wali nikah dari nasab keluarga tidak ada, bisa dicarikan alternatifnya yakni wali hakim dengan
syarat dan ketentuannya.
• Kewajiban istri
1. Taat kepada suami dalam batas sesuai dalam batas sesuai ajaran Islam
2. Melihara diri serta kehormatan dan harta benda suami
3. Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarga.
4. Menerima dan menghormati pemberian suami
5. Hormat dan sopan kepada suami dan keluarga nya
6. Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang soleh
2.8 Talak
Talak dalam syariat Islam adalah memutuskan hubungan antara suami istri dari ikatan pernikahan
yang sah menurut syariat agama Islam.
Talak Roj'i; yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya kurang dari tiga kali. Pada talak ini
seorang suami masih diperbolehkan rujuk kembali tidak melalui akad nikah dan mahar baru selama
masih dalam masa iddah.
Talak Ba'in; yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya tiga kali atau lebih. Pada talak ini
suami tidak boleh rujuk kembali kecuali adanya muhallil.
Ila', Yaitu sumpah seorang suami yang menyatakan bahwa dia tidak akan meniduri istrinya selama
empat bulan atau lebih. Akibat dari ila' adalah suami tidak boleh meniduri istrinya, kecuali setelah
membayar kafarat.
Li'an, Tuduhan seorang suami dengan disertai bersumpah atas nama Allah, bahwa istrinya telah
berbuat zina, sumpah tersebut diucapkan sekurang-kurangnya empat kali, kemudian pihak istri
membela dengan mengangkat sumpah bahwa dirinya tidak pernah melakukan seperti yang dituduhkan
suaminya. Akibat li'an suami tidak boleh menikah kembali terhadap mantan istrinya untuk selama-
lamanya.
Khulu', Gugatan seorang istri untuk minta diceraikan oleh suaminya, dengan cara pihak istri
memberikan tebusan (iwadh) kepada suaminya. Akibat dari khuluk adalah menjadi talak ba'in jika
seluruh ganti rugi terpenuhi, dan jika ganti rugi tidak terpenuhi maka menjadi talak biasa.
Fasakh, pembatalan pernikahan karena sebab-sebab tertentu. Akibat perceraian dengan fasakh, suami
tida boleh rujuk kepada bekas istrinya. Jika ingin kembali, harus melalui akad nikah baru.
Zihar, Ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya. Jika tidak dilanjutkan dengan
menalak istrinya, suami wajib bayar kafarat.
2.9 Iddah
Ikatan pernikahan antara suami-istri dinyatakan habis baik di waktu hidupnya (yakni bercerai)
maupun meninggal salah satu diantara keduanya. Disetiap keadaan ini terdapat kewajiban masa iddah
yaitu waktu terbatas (menunggu untuk menikah lagi) secara syar'i. Masa iddah ini terbagi atas
beberapa macam, yaitu :
Iddah masa kehamilan, yaitu waktunya sampai masa kelahiran kandungan yang dikarenakan thalaq
ba'in (perceraian yang mengakibatkan tidak kembali kepada suaminya) atau talaq raj'i (perceraian
yang dapat kembali kepada suaminya) dalam keadaan hidup atau wafat.
Iddah muthlaqah (masa perceraian), yaitu masa iddah yang terhitung masa haidh, maka wanita
menunggu tiga quru' (3 kalimasa suci)
Perempuan yang tidak terkena haidh, yakni ada dua jenis perempuan yaitu perempuan usia dini
yang tidak/belum terkena haidh dan perempuan usia tua yang telah berhenti masa haidhnya
(menopause)
Istri yang ditinggal suaminya karena wafat, Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 234
Al Quran Surah Al Baqarah Ayat 234 "Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan
meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan
sepuluh hari."
3.0 Rujuk
Rujuk adalah kembalinya suami istri pada ikatan pernikahan setelah terjadi talak roj'i dan masih
dalam masa iddah. Rujuk itu tidak memerlukan akad nikah lagi, cukup suami menyatakan niatnya
untuk kembali kepada istrinya yang telah diceraikan. Pada dasarnya hukum rujuk adalah jaiz (boleh).
Tetapi jika dilihat dari kondisi dan niat seseorang maka hukum rujuk dibedakan sebagai berikut:
Sunah, Jika suami bermaksud memperbaiki keluarganya dan rujuk dipandang lebih menguntungkan
kedua belah pihak.
Wajib, bagi suami yang menceraikan istrinya sebelum dia menyempurnakan pembagian waktunya
terhadap istri yang ditalaknya. Makruh, apabila perceraian itu dianggap lebih baik dan bermanfaat
bagi keduanya. Haram, Jika suami memiliki maksud menyakiti istrinya setelah ia rujuk.
Makruh, apabila perceraian itu dianggap lebih baik dan bermanfaat bagi keduanya
Haram, apabila suami memiliki maksud menyakiti istrinya setelah rujuk.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dalam pandangan Islam perkawinan merupakan sebuah ikatanlahir batin
yang kukuh antara dua insan manusia laki-laki dan perempuan.Berdasarkan penjelasan
pasal 2 ayat (1) Undang-Undang nomor 1 tahun1974 tentang perkawinan, perkawinan di
anggap sah apabila dilaksanakanmenurut agama dan kepercayaan masing masing.
Berdasarkan pada penjelasan dari bab I sampai dengan bab IIIdapat disimpulkan bahwa
Hukum nikah adalah mubah, artinya bolehdikerjakan dan boleh ditinggalkan.
Tujuan pernikahan adalah untukmemperoleh kebahagiaan dan ketenangan, membina
rasa cinta dan kasihsayang, melaksanakan perintah Allah SWT, dan untuk
memperolehketurunan. Adapun kewajiban suami yang harus istri ketahui
yaitumemberi nafkah, memimpin keluarga dan membantu tugas istri dalamsehari hari.
Rukun nikah nya yaitu: Sighat (akad), Wali (wali siperempuan), Dua orang
saksi dan Calon pengantin.Pernikahan merupakan penyambungan silaturahmi antara
umatmanusia, Memalingkan pandangan yang liar dan membebaskan
umatmanusia dari perbuatan maksiat atau perzinahan ”dimana Nikah adalahsuatu akad
yang menyebabkan kebolehan bergaul antara seorang laki-lakidengan seorang wanita
dan saling menolong diantara keduanya sertamenentukan batas hak dan kewajiban
diantara keduanya”
3.2 Saran
Penulis merekomendasikan beberapa saran kepada
masyarakat,diharapkan hendaknya senantiasa selalu berpedoman kepada
aturan Islam sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan, seperti dalam
proses dalammenuju pernikahan, dan hendaklah meninggalkan dan tidak
mengamalkantradisi yang bertentangan dengan hukum Islam itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
A. Zuhbi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan (Nikah, Talak, Cerai,
dan Rujuk), (Bandung: Al-Bayan, 1994), Cet. Ke-1
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Munakahat, ( Jakarta; Amzah)
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010)
Abdurrahman Al-Nahlawi, Ushul Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fi
al- bait wa al-madrasah wa al-mujtama’,( Beirut : Dar al-fikr, 1983).cet-2
Abustani Ilyas, Nikah Mut’ah dalam Islam (Jakarta : Restu Ilahi, 2004)
Ahamad Asy-syarbashi, Yas’alunaka 3 (tanya Jawab Lengkap Tentang
Agama
dan Kehidupan), (Jakarta) : lentera, 2006), cet, ke-2
Ahmad Al- Hajji Al-Kurdi, Hukum-Hukum Wanita Dalam Fiqih Islam,
(Diana
Utama, Semarang)
Alhamdani, Risalatun Nikhah, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Pusat,
104200
Burhanuddin S. Nikah sirri (Yogyakarta : Pustaka Yustisa, 2010), Cet I
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV.
Toha
Putra,1989)
Dewi Durotun Nasekhah,“Nikah Sirri Dan Akibatnya Terhadap Kejiwaan
Anak Di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak (Analisis Bki)",
(skripsi, Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2002)
Djaman Nur, Fiqih Munakahat, Semarang : Dina Utama Semarang, 1993,
cet. I Effi Setiawati, Nikah Siri Tersesat di Jalan yang Benar?, (Bandung:
Kepustakaan
Eja Insani,2005), Cet. Ke-1
Hilman Hadi Kusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, ( Bandung: Mandar
Maju, 1990), cet ke-I,
Imam Abi Abdul-Rahman Ahmad bin Su’aib An-nasai, Kitab Sunah Al-
kubro,( Beirut: Mu’sadisah Ar-risalah, 303H), Juz 6
Imam Annawawi, Syarah Riyadush Shalihin 1, Penerjemah Misbah,
( Jakarta : Gema Insani, 2012), Cet. 1,
Indi Aunullah, Ensiklopedi Fiqih Untuk Remaja jilid 2, (yogyakarta: Insan
Madani, 2008. H. 97