Anda di halaman 1dari 13

DASAR-DASAR UMUM

PERKAWINAN

NAMA KELOMPOK :
1. ARISKA DEVI AGUSTIN S. (19130310060)
2. LAELA MOHIMMATUL K. (19130310065)
PENGERTIAN PERKAWINAN

Dalam Bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut
Bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan
kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga “pernikahan” berasal dari kata
nikah yang menurut Bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan
digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Kata nikah sendiri sering digunakan untuk
arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah.
SIKAP AGAMA ISLAM TERHADAP PERKAWINAN

Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodoh adalah


naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia, sebagaimana firman – Nya dalam surah adz-
Dzariyaat ayat :49

Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
akan kebesaran Allah SWT
• Dalam Surat Yasin ayat 36 di nyatakan :

Artinya : Maha suci tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan


semuanya, bai kapa yang ditumbuhkan dari bumi dan dari diri mereka maupun
apa yang tidak mereka ketahui.
Dari makhluk yang diciptakan oelh Allah SWT. Berpasang-pasangan inilah Allah SWT, menciptakan manusia
jadi berkembang biak dan berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya, sebagaimana tercantum dalam
surat An-Nisa’ ayat : 1

Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari pada nya Allah menciptakan istrinya,
dan dari keduanya Allah mengembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak.
• Hal ini pun disebutkan dalam surat An-Nahl ayat : 72

Artinya : Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari
istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu.
HUKUM MELAKUKAN PERKAWINAN
• Melakukan perkawinan yang hukumnya wajib

• Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk kawin dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan
zina seandainya tidak kawin, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah wajib.

• Melakukan perkawinan yang hukumnya sunat

• Orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melangsungkan perkawinan, tetapi kalua tidak kawin tidak
dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah sunat.

• Melakukan perkawinan yang hukumnya haram

• Bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan
kewajiban-kewajiban dalam rumah tangga sehingga apabila melangsungkan perkawinan akan terlantarlah dirinya dan istrinya,
maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram.

• Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan
diri sehingga tidak ` memungkinkan dirinya tergelincir bernuat zina sekiranya tidak kawin.
TUJUAN PERKAWINAN

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk


agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan
bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota
keluarga. sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan
terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah
kebahagiaan, yakni kasih sayang antar-anggota keluarga.
MEMPERHATIKAN URAIAN IMAM AL-GHAZALI DALAM HALNYA
TENTANG FAEDAH MELANGSUNGKAN PERKAWINAN, MAKA TUJUAN
PERKAWINAN ITU DAPAT DIKEMBANGKAN MENJADI LIMA, YAITU:

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.


2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih
sayangnya.
3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban,
juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal.
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta
dan kasih sayang.
PRINSIP-PRINSIP PERKAWINAN

2. KERELAAN DAN KESETUJUAN


1. MEMENUHI DAN MELAKSANAKAN PERINTAH
AGAMA
sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pihak
yang hendak melangsungkan perkawinan itu ialah ikhtiyar
Sebagaimana telah dijelaskan pada uraian yang lalu bahwa
(tidak dipaksa). Pihak yang melangsungkan perkawinan itu
perkawinan adalah sunnah Nabi. Itu berarti bahwa
dirumuskan dengan kata-kata kerelaan calon istri dan suami
melaksana kan perkawinan itu pada hakikatnya merupakan atau persetujuan mereka. Untuk kesempurnaan itulah perlu
pelaksanaan dari ajaran agama. Agama mengatur adanya Khithbah atau peminangan yang merupakan satu
perkawinan itu memberi batasan rukun dan syarat-syarat langkah sebelum mereka melakukan perkawinan, sehingga
yang perlu dipenuhi. Apabila rukun dan syarat-syarat tidak semua pihak dapat mempertimbangkan apa yang akan me
dipenuhi, maka perkawinan itu batal atau fasid. Demikian reka lakukan. Kerelaan dari calon suami dan wali jelas dapat
pula agama memberi ketentuan lain di samping rukun dan dilihat dan didengar dari tindakan dan ucapannya,
syarat, seperti harus adanya mahar dalam perkawinan, dan sedangkan kerelaan calon istri, mengingat wanita
juga harus adanya kemampuan. mempunyai ekspresi kejiwaannya yang berbeda dengan pria.
RUKUN DAN SYARAT SAH PERKAWINAN

• Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang • Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang
menentukan sah dan tidaknya suatu menentukan sah dan tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu
termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, tidak termasuk dalam rangkaian
seperti membasuh muka untuk wudhu' pekerjaan itu, seperti menutup aurat
dan takbiratul ihram untuk shalat." Atau untuk shalat." Atau, menurut Islam,
adanya calon pengantin calon pengantin. laki-laki/perempuan itu
laki-laki/perempuan dalam perkawinan. harus beragama Islam.
RUKUN DAN SYARAT PERKAWINAN

Rukun Perkawinan Jumhur ulama sepakat bahwa rukun Syari'at Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi
perkawinan itu ter diri atas: oleh calon suami berdasarkan ijtihad para ulama, yaitu:

• Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan. • 1) Calon suami beragama Islam.

• Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita. Akad nikah akan • 2) Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki.
dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan • 3) Orangnya diketahui dan tertentu.
menikahkannya, berdasarkan sabda Nabi Saw. • 4) Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon
• Adanya dua orang saksi. Pelaksanaan akat nikah akan sah istri.
apabila 2 orang saksi yang menyaksikan akad nikah tersebut, • 5) Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu
berdasarkan sabda nabi Saw. betul calon istrinya halal baginya.
• Sighat akad nikah, yaitu ijab Kabul yang diucapkan oleh wali • 6) Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan
atau wakilnya dari pihak Wanita, dan dijawab oleh calon itu.
pengantin laki-laki.
• 7) Tidak sedang melakukan ihram
HIKMAH PERKAWINAN

Menurut Ali Ahmad Al-Jurjawi hikmah-hikmah perka winan itu banyak antara lain:
• Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan. Ketika keturunan itu banyak, maka proses memakmurkan
bumi berjalan dengan mudah, karena suatu perbuatan yang harus dikerjakan bersama-sama akan sulit jika
dilakukan secara individual. Dengan demikian keberlangsungan keturunan dan jumlahnya harus terus
dilestarikan sampai benar-benar makmur.
• Keadaan hidup manusia tidak akan tenteram kecuali jika keadaan rumah tangganya teratur. Kehidupannya
tidak akan tenang kecuali dengan adanya ketertiban rumah Beltangga. Ketertiban tersebut tidak mungkin
terwujud kecuali harus ada perempuan yang mengatur rumah tangga itu. Dengan alasan itulah maka nikah
disyariatkan, sehingga keadaan kaum laki-laki menjadi tenteram dan dunia se makin makmur.
• Laki-laki dan perempuan adalah dua sekutu yang berfungsi memakmurkan dunia masing-masing dengan
ciri khasnya berbuat dengan berbagai macam pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai