Anda di halaman 1dari 39

Q.

S AL-ASHR, AT-TAKASTUR,
AL-QARI’AH DAN AL-ADIYAT
Kelompok 11

Mareta R.P Rosyta Devi A.P


01 02
19130310080 19130310094

Selvi Mayranti D.
03
19130310096
Qs. Al - Ashr
Q.S AL-ASHR

Artinya: demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam


kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling
menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
Asbabun nuzul QS al Ashr
Asbabun nuzul dari surat Al Ashr menurut Muhammad Abduh berkaitan
dengan kebiasaan dari masyarakat Arab. Di sore hari, mereka suka duduk dan
bercakap-cakap membicarakan tentang berbagai hal dalam kehidupan sehari-
hari. Banyak pula yang membanggakan asal usul nenek moyang mereka.
Kedudukan serta harta kekayaan mereka yang mengakibatkan pembicaraan
mereka tidak memiliki arah yang jelas dan seringkali menimbulkan pertikaian
dan permusuhan. Maka sebagian dari mereka ada yang mengutuk waktu
Ashar. Menganggap waktu Ashar adalah waktu yang celaka, waktu yang naas,
banyak bahaya yang terjadi pada waktu asar. Dari kejadian ini kemudian Allah
SWT menurunkan surat Al-Ashr yang menjelaskan mengenai kerugian
menusia yang menyia-nyiakan waktu asar.
• Surat Al Ashr menampilkan
pentingnya dan mulianya waktu,
sehingga Allah bersumpah
terhadapnya.
• Seluruh manusia disebut rugi,
Kandungan Qs. meskipun ia kaya akan materi.
• Orang yang akan selamat dari dunia
Al Ashr dan akherat adalah mereka yang
beriman dan beramal shalih.
Tafsir Qs. Al Ashr
Ayat 1: bersumpah dengan menyebut masa. Masa berarti waktu yang dilalui,
waktu yang dialami seseorang. Apabila Allah SWT, bersumpah dengan
makhluknya berarti suatu isyarat bagi Rasulullah SAW dan orang-orang yang
beriman agar memerhatikan terhadap makhluk yang digunakan untuk
bersumpah. Dengan demikian, maksud ayat pertama surat ini adalah agar
Rasulullah SAW dan orang-orang yang beriman lebih memerhatikan masalah
waktu. Dan mampu memanfaat waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang terpuji
sesuai ajaran Islam. Kita sadari atau tidak, waktu itu tidak akan berhenti
walaupun sedetik, apalagi terulang pagi hari ini bukan pagi hari kemarin bukan
pula pagi hari esok.
Tafsir Qs. Al Ashr

Ayat 2: Menjelaskan bahwa kebanyakan manusia dalam


keadaan merugi. Kerugian yang dialami manusia adalah bahwa
kesempatan di dunia tidak digunakan dengan sebaik-baiknya.

Ayat 3: Menjelaskan tentang cara yang harus ditempuh agar manusia


tidak termasuk orang yang rugi. Dalam ayat ini ada tiga syarat agar
orang tidak rugi, yaitu beriman dan beramal saleh, saling menasehati
dalam hal kebenaran, dan saling menasehati tentang kesabaran.
Hikmah Qs. Al - Ashr
Hikmah membaca Surat Al Ashr akan mampu menuntun
kita agar dapat membedakan mana perbuatan yang
sebaiknya dilakukan dan mana perbuatan yang sebaiknya
ditinggalkan. Dengan begitu, kita akan lebih mampu
menghargai setiap detik yang telah Allah berikan di dunia
ini.
Qs. At - Takastur
Artinya : Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke
dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya
kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu
pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-
megahkan di dunia itu).
Asbabun Nuzul Surah At-Takatsur
Surat At Takatsur termasuk surat Makkiyah, menurut pendapat
mayoritas ulama termasuk Ibnu Katsir. Sebagian pendapat menyebutkan,
ia merupakan surat ke-16 dari urutan turunnya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni setelah sutar at kautsar, sebelum surat
al maun. Ia diturunkan dengan mengecam orang-orang yang saling
berlomba untuk bermegah-megahan serta membangga-banggakan
harta. Saling berkompetisi dalam gemerlap duniawi. Mereka lalai dengan
nikmat akhirat yang abadi.
Tafsir Qs. At Takatsur

Surat At-Takatsur ayat 1


Hasan Al Basri menafsirkan, bermegah-megahan dan saling
berbangga dalam ayat ini adalah dengan harta dan anak-anak.
Sedangkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili menafsirkan, kalian
disibukkan oleh berbangga-bangga dengan harta, keturunan
dan kawan. Sibuk dengan memperbanyak hal itu
memalingkan kalian dari beribadah kepada Allah dan beramal
untuk akhirat.
Surat At-Takatsur ayat 2
“sampai kamu masuk ke dalam kubur”
Di sini ada pelipatgandaan beruntun yang menyesuaikan dengan
kecaman memperbanyak yang dikandung dalam ayat pertama, at
takatsur. Orang yang dikecam Allah terus sibuk berbangga-bangga dan
bermegahan hingga ia mati dan masuk ke kubur. Padahal, harta yang
diperbanyak dan dibangga-banggakan itu tidak akan dibawa ke alam
kubur.
Surat At-Takatsur ayat 3
“Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu
itu),”
Setelah mengecam perbuatan itu, Allah mengingatkan agar sekali-kali
jangan melakukan perbuatan berbangga-bangga dan saling berlomba
memperbanyak harta. Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan,
“Berbangga-bangga dan saling bermegahan itu menyebabkan saling
tidka menyapa, hasud, benci, menelantarkan amalan akhirat dan umat
serta tidak memperbaiki budi pekerti. Kalian akan mengetahui semua
itu kelak pada hari kiamat.”
Surat At-Takatsur ayat 4
“dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.”
Al Hasan mengatakan bahwa dalam ayat ini terkandung pengertian
ancaman sesudah ancaman. Jangan sekali-kali melakukan perbuatan
berbangga-bangga dan saling berlomba memperbanyak harta. Sebab
kelak kalian akan mengetahu akibatnya.
Surat At-Takatsur ayat 5
“Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin”
Syaikh Adil Muhammad Khalil dalam Awwal Marrah at Tadabbar al
Qur’an menjelaskan, ilmul yaqin adalah Anda mendengar sesuatu tapi
tidak melihatnya. Sedangkan ainul yaqin adalah Anda melihat sesuatu
dengan mata kepada sendiri. Ibnu Katsir menjelaskan, jika kalian
mengetahui dengan pengetahuan yang sebenarnya, niscaya kalian tidak
akan terlena dengan memperbanyak harta hingga lupa mencari pahala
akhirat. Sampai kalian masuk ke kubur.
Surat At-Takatsur ayat 6
“niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim”
Ibnu Katsir menjelaskan, Allah mengancam mereka dengan keadaan
saat ahli neraka melihat neraka. Ketika neraka bergolak dengan sekali
golak. Maka menyungkurlah semua malaikat terdekat karena takut
menyaksikan peristiwa yang sangat mengerikan itu.
Surat At-Takatsur ayat 7
“dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul
yaqin.”
Ainul yaqin adalah mengetahui secara yakin. Yakni karena telah melihat
dengan mata kepala sendiri. Saat seseorang dimasukkan neraka, saat itu
ia benar-benar mengetahui secara yakin bahwa neraka yang selama ini
dilalaikannya ternyata ada dan siap membakar mereka. Neraka bagi
orang-orang kafir adalah tempat tinggal selamanya. Sedangkan bagi
mukmin yang masuk ke sana, ia hanya tempat tinggal sementara karena
ia pasti akan Allah masukkan ke dalam surga.
Surat At-Takatsur ayat 8
“kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
Bahkan Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan lebih
rinci. “Sungguh kalian akan ditanya tentang nikmat-nikmat itu. Dari
mana kalian peroleh? Ke mana kalian belanjakan? Apakah kalian
peroleh melalui ketaatan dan kalian gunakan untuk ketaatan? Ataukah
kalian peroleh melalui kemaksiatan lalu kalian gunakan untuk
kemaksiatan pula? Apakah kalian peroleh secara halal dan kalian
gunakan untuk yang halal? Atau kalian peroleh secara haram dan kalian
gunakan untuk yang haram? Apakah kalian mensyukurinya? Apakah
kalian tunaikan kewajibannya? Lalu, apakah kalian gunakan juga untuk
kepentingan masyarakat atau kalian nikmati sendiri?”
Hikmah Qs. At Takatsur
Orang yangmeminta agar dilebihkan dari orang lain, dia dapat
dikatakan bermegah-megahan. Ini adalah perbuatan yang tercela,
kecuali jika bermegah-megahan itu tentang sesuatu yang
mendekatkan diri kepada Allah, seperti berlomba-lomba dalam
memperbanyak kebaikan dan berlomba-lomba dalam kebajikan.
Qs. Al – Qari’ah
Artinya : Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah
seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-
orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka
Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.
Asbabun nuzul QS Al Qariah
Secara urutan mushaf, Al-Qariah merupakan surat ke-101. Yakni
setelah Surat Al Adiyat. Jika surat Al Adiyat diakhiri dengan uraian
tentang hari kiamat, surat ini juga berbicara tentang hari kiamat sejak
awalnya. Jika surat Al Adiyat diakhiri dengan isyarat pertanyaan kapan
terjadinya itu, surat ini menjelaskan bahwa ia akan terjadi pada hari
kiamat yang disebut Al Qari’ah, yakni suara keras yang memekakkan
telinga.
Tafsir Surat Al-Qariah

Surat Al-Qariah ayat 1


ُ‫ا ْلقَا ِر َعة‬
“Hari Kiamat”
Ibnu Katsir menjelaskan, al Qari’ah adalah nama lain hari kiamat.
Sebagaimana juga disebut al Haaqqah, at Taammah, Ash Shaakhkhah, Al
Ghaatsiyah, dan lain-lain.

Surat Al-Qariah ayat 2


ُ‫َما ا ْلقَا ِر َعة‬
“Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?”
Pengulangan kata ini menggambarkan rasa heran dan mencekam. Seakan-
akan secara sederhana diilustrasikan pintu yang diketuk keras, tidak
seperti selama ini. Sehingga ditanyakanlah, “siapa yang mengetuk itu.”
Surat Al-Qariah ayat 3
ُ‫َو َما َأد َْرا َك َما ا ْلقَا ِر َعة‬
“Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?”
Kalimat ini sekaligus merupakan ta’kid (kalimat penguat) untuk
memberitahukan betapa dahsyatnya hari kiamat.

Surat Al-Qariah ayat 4


ِ ‫ش ا ْل َم ْبثُو‬
‫ث‬ ِ ‫اس َكا ْلفَ َرا‬
ُ َّ‫يَ ْو َم يَ ُكونُ الن‬
“Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran”
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa al faraasy adalah
hewan bersayap yang bodoh dan bingung jika ada di atas api. Maka
ia bisa bermakna laron, anai-anai, nyamuk maupun belalang.
Manusia waktu itu seperti anai-anai yang bertebaran, jumlahnya
banyak, lemah, hina dan terbang tak tentu arah.
Surat Al-Qariah ayat 5
ِ ‫َوتَ ُكونُ ا ْل ِجبَا ُل َكا ْل ِع ْه ِن ا ْل َم ْنفُو‬
‫ش‬
“dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”
Mujahid, Ikrimah Sa’id bin Jubair dan para mufassir lainnya mengatakan bahwa
al ‘ihn adalah bulu domba. Pada hari kiamat, gunung-gunung laksana bulu
domba yang diawut-awut hingga berterbangan. Dua kondisi ini saja, yakni
manusia yang seperti anai-anaik bertabaran dan gunung yang berhamburan,
sudah menggambarkan betapa dahsyat dan ngerinya hari kiamat.

Surat Al-Qariah ayat 6


ُ‫فََأ َّما َمنْ ثَقُلَتْ َم َوا ِزينُه‬
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya”
Ibnu Katsir menjelaskan maksudnya adalah timbangan amal kebaikannya lebih
berat daripada timbangan amal keburukannya. Setelah Allah menjelaskan
sekilas dahsyatnya hari kiamat, Dia mengarahkan pandangan manusia untuk
memperhatikan kesudahan mereka. Bahwa nantinya mereka akan ditimbang
amalnya dan nasibnya akan tergantung pada amal yang ditimbang itu.
Surat Al-Qariah ayat 7
‫ضيَ ٍة‬ َ ‫فَ ُه َو فِي ِعي‬
ِ ‫ش ٍة َرا‬
“maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.”
Memberikan isyarat bahwa kepuasan dan kenyamanan hidup di
akhirat itu bersambung, tidak terputus dan tidak berganti seperti di
dunia yang kadang senang kadang susah. Tempat yang demikian itu
tidak lain adalah surga.

Surat Al-Qariah ayat 8


ُ‫َوَأ َّما َمنْ َخفَّتْ َم َوا ِزينُه‬
“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,”
Yakni orang yang timbangan amal keburukannya lebih berat
daripada timbangan amal kebaikannya.
Surat Al-Qariah ayat 9
ٌ‫فَُأ ُّمهُ هَا ِويَة‬
“maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.”
Dinamakan haawiyah karena neraka itu tempat yang rendah dan
menghinakan. Qatadah menjelaskan, bahwa orang itu terjatuh ke dalam
neraka dengan kepala di bawah.

Surat Al-Qariah ayat 10


‫َو َما َأ ْد َرا َك َما ِه َي ْه‬
“Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?”
Seperti disinggung di ayat 3, maa adraaka digunakan terkait alam metafisika
yang pada ayat 10 ini adalah neraka.

Surat Al-Qariah ayat 11


ٌ‫نَا ٌر َحا ِميَة‬
“(Yaitu) api yang sangat panas.”
Inilah hakikat haawiyah yang Allah jelaskan. Api yang sangat panas lagi sangat
kuat nyala dan gejolak apinya. Panasnya api neraka 70 kali lipat dari panasnya
api dunia.
Hikmah Qs. Al Qariah
Dengan membaca surat iniakan menjadi
sebuah peringatan bagi kita tentang kejadian
yang mengerikan di hari kiamat nantinya.
Qs. Al - Adiyat
Artinya:
Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan
api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. sesungguhnya
manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia
itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya
kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam
kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu
Maha Mengetahui keadaan mereka. (QS. Al Adiyat: 1-11)
Asbabun nuzul QS Al Adiyat
Surat al Adiyat merupakan salah satu surat di dalam mushaf Al Quran
yang terdiri dari 11 ayat dan termasuk ke dalam golongan Makkiyah.
Surat Al Adiyat diturunkan setelah surat Al - Ashr. Nama Al-'Adiyat
diambil dari kata Al-'Adiyat pada ayat yang pertama, artinya kuda
yang berlari kencang. Surat Al Adiyat secara umum menggambarkan
kerugian kebanyakan manusia pada hari terjadinya kiamat. Yakni mereka
yang ingkar kepada nikmat Allah, bakhil karena cinta dunia dan tidak
mempersiapkan diri menghadapi akhirat.
Surat Al Adiyat ini diawali dengan sumpah Allah. Dia
bersumpah dengan kuda perang yang lari kencang
tengerah-engah hingga memercikkan api saat kakinya
bergesekan dengan batu. Semua itu rela dilakukan kuda
demi memenuhi kehendak tuannya. Mengingatkan
manusia, mengapa justru mereka ingkar kepada nikmat-
Kandungan Qs. nikmat Allah. Mengapa tidak seperti kuda yang siap

Al Adiyat
dikendalikan ke medan perang kapan saja. Maka manusia
diingatkan agar tidak mencintai dunia yang membuat
bakhil. Sementara nanti ketika dibangkitkan dari kubur,
harta dunia yang dulu dicintainya itu tak memberi
manfaat apa-apa.
Tafsir Surat Al Adiyat
Surat Al Adiyat ayat 1

‫حا‬ ِ َ‫َوال َْعا ِدي‬


ً ْ‫ات َضب‬

“Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-


engah,…”

Ibnu Abbas mengatakan, tidak ada binatang yang


mengeluarkan dengusan nafas saat berlari kecuali kuda dan
anjing. Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat ini Allah
Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan menyebut kuda
apabila dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencang
dan keluar suara dengus nafasnya.
Surat Al Adiyat ayat 2

ِ َ ‫وفَال ُْمو ِري‬


‫ات قَ ْد ًحا‬

dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “yakni suara detak teracaknya


ketika menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api
darinya.”

Surat Al Adiyat ayat 3

ِ ‫فَال ُْم ِغ َير‬


‫ات ُص ْب ًحا‬

dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,

Yaitu di waktu musuh sedang lengah, lalai atau mengantuk.


Angkatan perang itu tiba-tiba datang laksana diturunkan dari
langit,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.
Surat Al Adiyat ayat 4

‫فََأثَ ْر َن بِ ِه نَ ْق ًعا‬

maka ia menerbangkan debu,

Ibnu Katsir menjelaskan, maknanya adalah tempat yang kuda-kuda dan unta-
unta itu berada, baik dalam ibadah haji maupun dalam jihad, debu-debuh
beterbangan karenanya.

Surat Al Adiyat ayat 5

‫س ْط َن بِ ِه َج ْم ًعا‬
َ ‫ففَ َو‬

dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.

Sebagian mufassir menjelaskan, lima ayat yang dimulai dengan sumpah Allah
ini menggambarkan cepatnya kedatangan kiamat. Laksana serangan
mendadak pasukan berkuda di pagi hari pada zaman dulu.
Surat Al Adiyat ayat 6

ٌ‫ان لِ َربِّ ِه لَكَنُود‬


َ ‫ِإ نَّ الِْإن ْ َس‬

Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada


Tuhannya,

Ibnu Katsir menafsirkan, sesungguhnya manusia itu benar-benar


mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya.

Surat Al Adiyat ayat 7

‫َوِإ ن َُّه َعل َى َذلِ َك ل ََش ِهي ٌد‬

dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,

Kata syahiid (‫ )شــهيد‬berasal dari syahida (‫ )ش ـهـد‬yang artinya menyaksikan.


Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya manusia itu benar-
benar menyaksikan sendiri (mengakui) keingkaran dirinya melalui sepak
terjangnya. Terlihat jelas dari ucapan dan perbuatannya.
Surat Al Adiyat ayat 8

َ َ‫َوِإنَّهُ لِ ُح ِّب ا ْل َخ ْي ِر ل‬
‫ش ِدي ٌد‬

dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta

Kata al khair (‫لخير‬zz‫ )ا‬juga punya arti kebaikan. Namun di ayat ini, artinya adalah harta
benda. Ada dua penafsiran ayat ini. Pertama, sesungguhny manusia itu sangat mencintai
harta. Kedua, sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta membuatnya jadi kikir.
Ibnu Katsir membenarkan kedua penafsiran ini.

Surat Al Adiyat ayat 9

‫َأفَاَل َي ْعلَ ُم ِإ َذا بُ ْعثِ َر َما ِفي ا ْلقُبُو ِر‬

Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,

Menurut Ibnu Katsir, maknanya adalah dikeluarkannya orang-orang yang telah mati dari
dalam kuburnya. Az Zuhaili juga menafsirkan, orang-orang yang di dalam kubur akan
dibangkitkan. Begitu pula Sayyid Qutb dan Buya Hamka.
Surat Al Adiyat ayat 10

‫ور‬ ُّ ‫َو ُح ِّص َل َما ِفي‬


ِ ‫الص ُد‬

dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,

Menurut Ibnu Abbas, maknanya adalah apabila dilahirkan dan ditampakkan


apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam hati.

Surat Al Adiyat ayat 11

ٌ ‫ِإ نَّ َربَّ ُه ْم ِب ِه ْم يَ ْو َمِئذٍ ل ََخ ِب‬


‫ير‬

sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan


mereka.

Kata khabir (‫ )خبير‬berasal dari khabar (‫ )خبر‬yang artinya pencarian untuk


mencapai pengetahuan yang pasti tentang hakikat sesuatu. Jika dipakai
sebagai sifat Allah, ia mengandung arti pengetahuan-Nya menyangkut hal-hal
yang detil serta tersembunyi, betatapun kecilnya sesuatu dan betapapun
tersembunyi, pasti diketahui Allah.
Hikmah Qs. Al Adiyat

Hikmah dari surat Al Adiyat diantaralain adalah sebagai berikut


memotivasi hamba-Nya (Targhib) untuk berjihad dan bersiap untuk itu
dengan memiliki alatnya, menjelaskan hakikat manusia, bahwa selalu
mengingkari nikmat – nikmat Rabb-nya dan kebanyakan mereka akan
terus mengingat musibah yang pernah menimpanya serta melupakan
nikmat tatkala nikmat itu melimpah ruah, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh, menjelaskan tentang tabiat manusia
yang sangat cinta pada dunia (harta) sehingga membuat mereka
bakhil, dan memberikan keyakinan tentang hari kebangkitan dan
perhitungan (hisab).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai