A. PENDAHULUAN
Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat Islam, terdapat banyak surah
didalamnya, namun masih banyak dari kita yang belum memahami makna
dari ayat Al-Qur‟an tersebut. Al-Qur‟an juga merupakan mukjizat yang
paling besar yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai kitab
suci dan pedoman bagi seluruh umat Islam. Sehingga kita sebagai umat islam
hendaknya mampu mengkaji apa isi dan kandungan yang terdapat di dalam
Al-Qur‟an agar kita semua mengetahui makna dan hakekat sebenarnya yang
tertera di dalamnya.
Hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu tentang mengenal Q.S
Al-Humazah, At-Takasur dan Az-Zalzalah, baik dari segi penulisan ayat,
terjemahan, asbabun nuzul, tafsir, contoh perilaku yang mencerminkan surah
tersebut dan hikmah yang dapat diambil dari surah tersebut.
ِ ِ
)3( َُخلَ َده َّ ب أ
ْ َن َمالَوُ أ َ ) الَّذي ََجَ َع َماال َو َعد1( ٍَويْ ٌل ل ُك ِّل ُُهََزةٍ لُ َمَزة
ُ ) ََْي َس2( َُّده
) الَِِّت6( ُاَّللِ الْ ُموقَ َدة ْ ) َوَما أ َْد َر َاك َما4( اْلُطَ َم ِة
َّ ) ََن ُر5( ُاْلُطَ َمة ْ َكال لَيُ ْن بَ َذ َّن ِِف
ٍ ِ ِ ِ
َ ) إِن ََّها َعلَْي ِه ْم ُم ْؤ7( تَطَّل ُع َعلَى األفْئ َدة
َ ) ِِف َع َمد ُمَُد8( ٌص َدة
)9( َّدة
Artinya:
a. Asbabun Nuzul
1. Pada suatu waktu Utsman bin 'Affan dan Abdillah bin Umar
berkata: "masih terdengar segar dalam telinga kami, bahwa ayat
pertama dan kedua dari surah al-humazah diturunkan sehubungan
dengan Ubayyin bin Khalaf, seorang hartawan besar dalam
kalangan Quraisy. Ia selalu mengejek dan menghina Rasulullah
saw. dengan harta kekayaan yang dimilikinya”. Ubayyin senantiasa
membanggakan harta kekayaan yang dimiliki, dan beranggapan
bahwa ia dapat hidup kekal dengan hartanya, sehingga tidak perlu
beribadah kepada siapapun.1
2. Ayat pertama sampai ayat ketiga, diturunkan sehubungan dengan
Akhnas bin Syarik yang pekerjaan sehari-harinya hanya
mengumpat dan mengejek orang lain. Ayat ini diturunkan Allah
swt. sebagai peringatan dan teguran atas perbuatan yang tidak
terpuji tersebut. Balasan bagi mereka yang tidak memperhatikan
peringatan ini, tidak lain adalah siksa yang sangat dari sisi Allah
swt.
3. Ayat pertama sampai ayat ketiga, diturunkan sehubungan dengan
jamil bin Amir al-jumhi, seorang pendekar dan tokoh yang musyrik
yang pekerjaan dan sehari-harinya hanya menghina dan mengejek
orang lain. Ayat-ayat ini diturunkan sebagai peringatan dari sisi
Allah swt.
1
Mudjab Mahali, Asbabun Nuzum: Studi Pendalaman Al-Qur’an Surat Al-Baqarah- An-
Nas, (Jakarata: PT raja Grafindo Persada), h . 948-949.
menghimpun keburukan dan kesedihan.2 Dalam konteks ayat ini,
Imam al-Qurthubi menafsirkannya sebagai al-hizy wa al-„adzâb wa
al-halakah (kehinaan, azab, dan kecelakaan).3 Di samping itu,
menurut Muqatil dan an-Nasafi, al-humazah adalah orang yang
mencela orang lain ketika tidak ada, sedangkan al-lumazah adalah
mencela orang lain di hadapannya.
2. Al-ladzi jama‟a malan wa „addadah (yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitungnya). Para pencela itu disifati sebagai
orang-orang yang suka mengumpulkan harta dan menghitung-
hitungnya. Kata “malan” di sini berbentuk nakirah, memberikan
makna li al-tafkhîm (untuk mengagungkan). Artinya, dia
mengumpulkan harta yang banyak.4
3. Yahsabu anna malahu akhladahu (dia mengira bahwa hartanya itu
dapat mengekalkannya). Al-Khazin menjelaskan ayat ini dengan
ungkapan, “Dia mengira bahwa dia akan kekal di dunia dan tidak
mati karena kemudahan dan kekayaan yang dimilikinya.”
Setidaknya, seperti dinyatakan Ikrimah mereka mengira harta itu
dapat menambah usianya.
4. Kalla layunbadzanna fî al-huthamah (Sekali-kali tidak!
Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam
Huthamah). Kata kallâ menunjukkan penolakan terhadap anggapan
mereka. Harta yang dia punyai sama sekali tidak membuatnya
kekal. Yang mengekalkan mereka justru ilmu dan amal salih.5
5. Wama adraka ma al-huthamah (Tahukah kamu apa Huthamah
itu?). Dalam ayat ini digunakan kalimat berbentuk istifhâm (tanya).
Kalimat tersebut memberikan makna li at-tahwil wa at-tafzhi‟
(menakut-nakuti dan menumbuhkan kengerian) sehingga seolah-
2
Ibnu „Athiyah, Al-Muharrar al-Wajîz, vol. 5 (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2001),
h. 521.
3
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 20 (Riyadh: Dar „Alam al-Kutub,
2003), h. 181.
4
Az-Zuhaili, At-Tafsîr al-Munîr, vol. 30 (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), h. 398.
5
Al-Khazin, Lubâb at-Ta’wîl fî Ma’ânî at-Tanzîl, vol. 7 (Beirut: Dar al-Fikr, 1979), h.
289.
olah neraka tidak terbayangkan oleh akal dan tidak dapat
dimengerti.6
6. Narullahi al-muqadah (yaitu api yang disediakan Allah). Secara
bahasa, kata huthamah berarti al-katsîr al-hatham (banyak
memecahkan, banyak melahap).22 Dalam ayat ini, yang dimaksud
dengan huthamah adalah nama sebuah neraka, sebagaimana halnya
Jahannam, Saqar dan Lazhzhâ.23 Neraka itu dinamakan al-
huthamah karena memecahkan semua yang dijumpainya;
memecahkan dan meremukkan-nya.24
7. Al-Lati taththali‟u „ala al-af‟idah (yang membakar sampai ke hati).
Kata al-af‟idah merupakan bentuk jamak dari kata al-fu‟âd (hati).
Adapun kata al-ithlâ‟ bermakna al-bulûgh (sampai). Dengan
demikian, maknanya: neraka tersebut membakar sekujur tubuhnya
sampai ke hatinya.7
8. Innaha „alaihim mu‟shadah (Sesungguhnya api itu ditutup rapat
atas mereka). Kata mu‟shadah berarti muthbaqah mughlaqah
(tertutup dan terkunci).27 Artinya, semua pintunya tertutup rapat
sehingga mereka sama sekali tidak bisa keluar darinya.
9. Fî „amadin mumaddadah (sedangkan mereka itu) diikat pada tiang-
tiang yang panjang. Kata „amadin merupakan bentuk jamak dari
„amûd artinya tiang.8 Mereka diazab dengan diikat di tiang-tiang
panjang di nereka. Ayat ini menegaskan bahwa mereka tidak bisa
keluar dari neraka dengan siksa yang dahsyat itu.
6
Asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, vol. 5 (tt: Dar al-Wafa‟, tt), h. 664.
7
Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl, vol. 5 (Beirut: Dar Ihya‟ al-Turats al-„Arabiy, 2000), h.
304.
8
Al-Wahidi al-Naisaburi, Al-Wasîth fî Tafsîr al-Qur’ân, vol. 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyyah, 1993), h. 553.
3. Harta kekayaan yang dimiliki tidak menjadikan lalai dalam
mengingat Allah Swt.
4. Tidak suka mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.
5. Menganggap bahwa harta kekayaan yang dimiliki ialah amanah
yang kelak akan dimintai pertanggung tanggapan di hadapan Allah
SWT.
6. Tidak menjadikan harta kekayaaan sebagai tujuan
d. Hikmah
1. Haram perbuatan al-hamz dan al-lamz (mencela, memfitnah dan
menganggap rendah orang lain). Dalam ayat ini pun dijelaskan
mengenai perkara yang menjadi penyebab lahirnya sikap tercela
itu, yakni kesalahan dalam standar penilai rendah dan tingginya
kedudukan manusia. Kesalahan ini akan berakibat pada kesalahan
lainnya, yakni salah dalam memberikan celaan kepada seseorang.
2. Ayat ini dengan tegas membantah semua anggapan bahwa
keberadaan harta amat diperlukan manusia. Harta dapat melahirkan
sikap bakhil dan enggan menginfakkan harta di jalan Allah swt.
Apalagi harta dijadikan sebagai standar penilai kemuliaan
seseorang.
3. Kepastian kehidupan akhirat dan hukuman bagi pelaku kejahatan.
Secara jelas hal ini diberitakan dalam surah ini. Di dunia para
pelaku kejahatan itu boleh jadi masih bisa bernafas lega, mengelak
dari jeratan hukum, bahkan hidup dalam kemewahan. Akan tetapi,
itu tidak akan terjadi di akhirat kelak itu. Para pelaku kejahatan
dipastikan akan menerima azab yang amat pedih sebagai balasan
terhadap kejahatan yang dia lakukan.
ني
َ ْ ) ُُثَّ لَتَ َرُون ََّها َع6( اْلَح َيم ِ ) َك َّال لَ ْو تَ ْعلَمو َن ِع ْلم الْيَ ِق4( تَ ْعلَمو َن
ِ ْ ) لَتَ رو َّن5( ني
َُ َ ُ ُ
ِ)8( ) ُُثَّ لَتُ ْسأَلُ َّن يَ ْوَمئِ ٍذ َع ِن النَّعِيم7( ني
ِ الْيَ ِق
Artinya :
Surah At-Takasur adalah surah ke-102 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri
atas 8 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah, diturunkan sesudah
surah Al-Kausar. Dinamai At-Takasur (bermegah-megahan) diambil dari
perkataan At-Takasur yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
a. Asbabun Nuzul
اَ ْع َما َْلُْم ۗ فَ َم ْن يَّ ْع َم ْل ِمثْ َقا َل ذَ َّرةٍ َخْي ارا يََّرهٗ ۗ َوَم ْن يَّ ْع َم ْل ِمثْ َقا َل ذَ َّرةٍ َشارا يََّره
Artinya :
a. Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Said bin Jabir yang berkata,
“tatkala turun ayat, „dan mereka memberikan makanan yang disukaiNya,
kaum muslimin berpikiran bahwa mereka tidak akan diberi pahala jika
melakukan kebaikan yang kecil, sementara yang lain berpandangan bahwa
mereka tidak akan mendapat siksaan jika melakukan dosa-dosa kecil,
seperti berbohong, melihat kepada yang haram, menggunjing, dan hal-hal
sejenisnya. Mereka antara lain berkata, ”Maka barangsiapa mengerjakan
kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan-nya). Dan
barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan
melihat (balasan-nya)”.9
9
Jalaluddin as-suyuthi, Asbabun nuzul : sebab turunnya ayat al-qur’an, (Jakarta : Gema
insani, 2008)
zarrah. Adapun pokok-pokok kandungan Surah az-Zalzalah adalah sebagai
berikut :
1. Pada permulaan hari kiamat, bumi digoncangkan dengan sedahsyat-
dahsyatnya.
2. Kebingungan manusia pada saat terjadinya peristiwa tersebut.
3. Manusia akan dikumpulkan untuk mendapatkan hisab atas perbuatan-
perbuatannya di dunia.10
1. Allah SWT memberitahukan tentang hal yang akan terjadi pada hari
Kiamat, yaitu bahwa bumi akan diguncangkan dengan guncangan yang
dahsyat sehingga bangunan-bangunan di atasnya runtuh semua.
Demikian pula gunung-gunung dan perbukitan akan diratakan
sehingga menjadi datar sama sekali.
2. Yaitu perbendaharaannya dan orang-orang yang telah mati yang
dikubur di dalamnya. Semua itu akan dimuntahkan ke atasnya.
3. Yaitu orang yang kafir kepada kebangkitan.
4. Yakni memberitakan apa yang dikerjakan di atasnya; kebaikan atau
keburukan. Syaikh As Sa‟diy berkata, “Bumi akan bersaksi terhadap
orang-orang yang beramal tentang apa yang mereka kerjakan di
atasnya, baik atau buruk, karena bumi termasuk para saksi terhadap
hamba tentang amal yang mereka kerjakan.” Hal itu, karena Allah
SWT memerintahkan bumi untuk memberitahukan apa yang
dikerjakan di atasnya, maka ia tidak mendurhakai perintah-Nya.
5. Maksudnya, pada hari itu manusia tampil di padang mahsyar ketika
Allah SWT memberikan keputusan di antara mereka dengan keadaan
yang berbeda-beda; ada yang berbahagia dan ada yang celaka. Ada
yang yang diperintahkan ke surga dan ada yang diperintahkan ke
neraka. Ada yang putih mukanya dan ada pula yang hitam dan
sebagainya.
10
Muhammad abu fajr, Juz amma anak shaleh & pintar, (Bandung : Ruang kata imprint
kawan pustaka, 2013)
6. Yakni seukuran semut yang kecil. Jika amal seukuran itu saja
diperlihatkan, lalu bagaimana dengan amal yang lebih besar dari itu?
Tentu lebih diperlihatkan lagi. Allah SWT berfirman, “Pada hari ketika
setiap diri mendapatkan segala kebajikan dihadapkan kepadanya,
begitu (pula) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau
kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah
memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat
Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (Terj.Ali Imran: 30)
7. Dalam ayat di atas terdapat targhib (dorongan) untuk mengerjakan
kebaikan meskipun kecil, dan tarhib (penakut-nakutan) tehadap
perbuatan buruk meskipun ringan.
E. KESIMPULAN
F. DAFTAR PUSTAKA
Fajr, Muhamad Abu. 2013. Juz amma anak shaleh & pintar. Bandung :
Ruang kata imprint kawan pustaka.