Anda di halaman 1dari 33

TUGAS AGAMA ISLAM

MERANGKUM MATERI BAB 1-5

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu


Mata Pelajaran : Agama Islam

Disusun Oleh :

Hanum Paramesti Zahra


XII IPS 3

SMA NEGERI 97 JAKARTA


Jl. Brigif II No.2, RT.9/RW.6, Ciganjur, Kec. Jagakarsa,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12630
TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023
MATERI 1
Beriman Kepada Hari Akhir

A. Pengertian Hari Akhir


Hari akhir disebut juga dengan hari kiamat yang berarti hari Pembalasan
sebagaimana diterangkan di dalam Q.S. Al-Fatihah (1): 4). Haria kiamat yaitu
hari penegakkan hukum Allah seadil-adilnya (Q.S. Al-Mumtahanah (60): 3
dimana manusia di hari tersebut mempertanggungjawabkan semua amal
perbuatannya selama hidup di dunia.

Menurut Istilah, Hari Akhir adalah hari hancurnya alam semesta secara total,
termasuk isinya dan berakhirnya kehidupan semua makhluk Allah SWT. Iman
kepada Hari Akhir adalah percaya dengan penuh keyakinan bahwa hari akhir itu
ada dan akan terjadi, serta adanya kehidupan yang kekal abadi di akhirat kelak.
Tanpa beriman kepada hari kiamat, iman seseorang tidak akan diterima. Oleh
karena itu, keimanan kepada hari kiamat sama halnya pentingnnya dengan
keimanan kepada Allah dan rukun iman yang lain.

Datangnnya hari kiamat, Allah menegaskan dalam firman-Nya yaitu pada QS.
At-Taghabun ayat: 7

“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan


dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At Taghabun
ayat: 7)

B. Macam - Macam Hari Kiamat


1) Kiamat Sughra (kiamat kecil)
Secara bahasa artinya datangnya kematian atau kerusakan bagi setiap
makhluk, termasuk manusia yang bersifat lokal, atau individu. Adapun

1
pengertian secara istilah yaitu datangnya kematian yang menimpa setiap
manusia.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung.
kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(Q.S. Ali Imran (3): 185)

Kematian adalah berpisahnya ruh dan jasad seseorang. Ruh akan kembali
kepada Allah SWT, sedangkan jasad akan kembali ke asal kejadiannya yaitu
tanah.

Setelah proses kematian, setiap manusia akan memasuki alam barzakh. Alam
barzakh adalah alam yang membatasi alam dunia dan alam akhirat, sebuah
alam yang seakan-akan tembus pandang (bisa melihat dunia dan juga bisa
melihat akhirat).

2) Kiamat Kubra (kiamat besar)


Kiamat besar yang dimaksudkan disini adalah berakhirnya seluruh kehidupan
makhluk secara serempak. Kematian semua makhluk tersebut bersamaan
dengan hancurnya alam semesta. Islam menegaskan kepastian terjadinya
kiamat kubra tetapi tidak dipastikan secara mendetail kapan waktu terjadinya.
(Q.S. At-Takwir (81): 1,2,3,6, dan 11)

C. Hari Kiamat menurut Teori Ilmu Alam

Menurut Ilmu Fisika

Sekitar 150 juta km jauhnya, letak matahari dari bumi, tetapi sinarnya sampai ke
bumi sekitar 8 menit 20 detik. Luas permukaannya 616 X 1010km = 622.160
km, sedangkan garis tengah matahari = 1,4 juta km. energi matahari
dipancarkan ke angkasa dan sekitarnya 5,7 X 1027 kalori = 585,9 kalori/menit,
dan dapat menyala 50 miliar tahun dengan panas 150C. jika cahayanya telah
2
redup karena tenaganya sudah habis, pasti tidak ada ada angin dan awan yang
akibatnya hujan tidak akan turun, selanjutnya terjadilah kehancuran di
permukaan bumi, gunung-gunung meletus, ombak bergulung-gulung, maka
hancurlah bumi

Menurut Ilmu Geologi

Keberadaan bumi terjadi dari gas yang berputar/chaos catastrope. Jika daya
putarannya hilang/diam, gas tersebut menjadi dingin dan akibatnya memberat
dan mengendap di bawahnya menjadi beku sedangkan yang ringan di atasnya.
Jika peristiwa ini berlangsung lama sekali maka gas bagian luar akan mengeras
menjadi batu, kerikil, pasir dan sebagainya. Akibatnya bagian tengah menjadi
panas, zat panas bercampur lava, lahar, batu, dan pasir panas. Bumi akan
bergeser dari matahari, akibatnya putarannya bumi semakin cepat dan akan
mengalami nasib seperti meteor yang menyala dan kemudian hancurlah bumi
tersebut.

D. Tanda-Tanda Datangnya Hari Kiamat


1) Tanda kecil
 Diutusnya Rasulullah saw sebagai penutup para Nabi dan Rasul
 Segala urusan dipegang oleh yang bukan ahlinya
 Sungai Eufrat berubah menjadi emas
 Baitul Maqdis dikuasai umat Islam
 Banyak terjadi pembunuhan
 Perang antara Yahudi dan Umat Islam
 Banyak terjadi fitnah
 Sedikit ilmu agama karena ilmu tersebut telah diangkat
 Merebaknya perzinaan
 Jumlah kaum wanita lebih banyak daripada pria, dan lain-lainnya

2) Tanda Besar:
o Terbitnya matahari dari arah barat dan terbenam di timur
o Munculnya binatang yang dapat berbicara dengan manusia
o Datangnya al Mahdi
o Munculnya Dajjal
o Hilangnya dan lenyapnya Al Quran yang berupa mushaf dan yang berupa
hapalan dalam hati

3
o Turunnya Nabi Isa as
o Terpecahnya bulan
o Munculnya ya‟juz makjuz dan tanda-tanda lainnya

E. Periode Hari Akhir

Yaumul Ba‟as : hari kebangkitan manusia dari kuburnya. Hal ini ditandai tiupan
trompet kedua oleh malaikat Israfil. Dimana ketika manusia dibangkitkan ini
manusia kembali menjadi makhluk yang bernyawa, saat itu diantara manusia
ada yang memiliki wajah yang putih berseri-seri dikarenakan kebaikan yang
dilakukan didunia, tetapi ada juga yang hitam kelam, dikarenakan kesengsaraan
dikarenakan perbuatan kufurnya saat di dunia, hal ini ditegaskan pada QS. Ali
Imran: 106-107.

Yaumul Hasyr : hari berkumpulnya semua manusia di hadapan Allah setelah


kebangkitan mereka dari kubur. Semua manusia dikumpulkan secara bersama-
sama di satu tempat tanpa ada yang ketinggalan, tempat tersebut di sebut
dengan padang makhsyar, dimana replikanya seperti pada saat kegiatan wukuf
di padang arafah ketika pelaksanaan ibadah haji

Yaumul Hisab : hari perhitungan amal baik dan buruk manusia. Dimana
manusia tanpa terlewatkan sedikit pun dari amal perbuatannya di dunia, apakah
yang baik atau buruk, keseluruhannya akan dihitung. Mulai tangan, kulit dan
anggota tubuh yan lain akan berbicara dan menjadi saksi akan perbuatan mereka
selama di dunia

As-Shirat : Jembatan yang membentang di antara dua tepi neraka menuju surga.
Mudah dan sulitnya melewati As-Shirat tergantung amal perbuatan yang
disandang seseorang ketika hidup di dunia.

Yaumul Fashl : Hari Keputusan Allah terhadap orang-orang beriman dan orang-
orang kafir di akhirat kelak, apakah menjadi manusia beruntung atau
sebaliknya.

Yaumul Jaza‟ : Hari pembalasan bagi setiap manusia atas segala amal
perbuatannya di dunia. Bagi mereka yang banyak memiliki amal kebajikan

4
maka surga adalah tempatnya, dan bagi mereka yang memiliki dosa yang
banyak maka nerakalah tempat akhirnya kelak.

Surga adalah balasan yang terbaik bagi hamba Allah yang gemar melakukan
kebajikan. Dan dalam surga pun terdiri berbagai macam tingkatan, dalam surga
terdapat tujuh tingkatan yaitu:
1) Surga Firdaus
2) Surga Adn
3) Surga Na‟im
4) Surga Ma‟wa
5) Surga Darussalam
6) Surga Darul Muqamah
7) Surga Khuldi

Neraka adalah tempat penyiksaan bagi manusia yang membangkang terhadap


syariat Allah dan menginhkari Rasulullah SAW Kata neraka diulang ulang
penyebutannya di dalam Al Quran. Kata neraka ditulis dengan redaksi an nar
yang artinya adalah api. Hal ini dikarenakan, neraka identik dengan api. Dan api
juga identik dengan kesakitan atau penyiksaan. Oleh karena itu kondisi di
neraka berbeda jauh dengan kondisi dan suasana di surga yang penuh
kenikmatan. Di neraka siksaan yang paling ringan adalah diberikan sandal yang
terbuat dari api neraka dan kemudian ketika dipakai menyebabkan otak
mendidih. Hal ini dsabdakan Rasulullah SAW: “Sesungguhnya penghuni neraka
yang paling ringan siksaannya ialah orang yang diberi sepasang sandal yang
terbuat dari api neraka lalu mendidihlah otaknya karena panasnya” (HR.
Muslim)

Neraka memiliki tingkatan tingkatan, yaitu:


1) Hawiyah : artinya adalah api yang sangat panas. Neraka ini diperuntukkan
bagi mereka yang ketika di dunia mencampurkan kebajikan dengan
keburukan
2) Jahim : artinya adalah api yang menghanguskan. Neraka ini disiapkan untuk
manusia yang ketika didunia mengingkari hari kebangkitan serta mengingkari
adanya azab di hari kiamat
3) Saqar : artinya yang menghanguskan kulit manusia. Neraka ini teruntuk
manusia yang ketika di dunia menyombongkan diri atas segala karunia yang
telah Allah berikan kepadanya.

5
4) Laza : artinya api yang bergejolak. Neraka ini teruntuk bagi mereka yang saat
di dunia enggan bersedekah dan zakat
5) Hutamah : api yang dinyalakan dan sampai membakar di hati. Neraka ini
disiapkan bagi mereka yang suka mengumpat an menggibah.
6) Sa‟ir : artinya api yang menyala-nyala. Neraka ini teruntuk orang-orang kafur
yang mengikuti petunjuk syaitan.
7) Wail : kecelakaan. Adalah neraka yang disiapkan untuk pengusaha atau
pedagang yang licik dan curang saat berdagang
8) Jahanam : neraka yang paling dalam dan berat siksaannya, maka yang
ditempatkan di neraka ini adaah mereka yang mengingkari dan mendustakan
Allah swt.

F. Fungsi Iman kepada Hari Akhir


 Menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
 Lebih taat kepada Allah dan Rasulnya
 Senantiasa hidup dengan hati-hati, waspada, dan selalu memohon ampunan
Allah
 Memberi motivasi untuk beramal dan beribadah.
 Selalu menghias diri dengan dzikir kepada Allah
 Membenci perbuatan maksiat.

6
MATERI 2
Berpikir Kritis
A. Hadist Berpikir Kritis
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya orang-orang
Quraisy mendatangi Kaum Yahudi dan bertanya: Bukti-bukti kebenaran apakah
yang dibawa Musa kepadamu?, dijawab: “Tongkatnya dan tangannya yang
putih bersinar bagi yang memandangnya.” Mereka juga mendatangi Kaum
Nasrani, dan bertanya: Bagaimana halnya dengan Isa? Dijawab: “Isa
menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak, serta
menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya, mereka juga mendatangi
Rasulullah SAW, dan berkata: “Mintalah kepada Tuhanmu agar Bukit Shafa itu
jadi emas untuk kami.”Maka Nabi Muhammad SAW berdoa, dan turunlah Q.S.
Ali Imran (3) : 190-191)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan
siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal”
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuha kami, tidaklah Engkau menciptakan semua itu sia-
sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”(Q.S. Ali Imran
(3):190-191).
B. Pengertian Berpikir Kritis
Berfikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan
untuk menafsirkan dan mengevaluasi dan pengalaman, Dalam sejumlah sikap
reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.
Berpikir kritis adalah berfikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
Berpikir kritis menurut Islam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir
kritis itu artinya tajam dalam penganalisaan. Dimana bersifat tidak lekas

7
percaya dan bersifat berusaha untuk menemukan kesalahan, kekurangan atau
kekeliruan. Selain itu orang-orang yang ahli memberikan kritik atau
memberikan pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau sesuatu itu salah.
Tepat atau keliru sudah lengkap atau masih kurang di sebut seorang kritikus.

C. Isi dan Kandungan ayat Q.S. Ali Imran (3) : 190-191


Tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang tersebar di alam raya harus dijadikan
media berpikir oleh umat Islam, sehingga menghasilkan hikmah, manfaat, dan
kemaslahatan.
Semua tanda Kebesaran Allah SWT hanya dapat dipahami oleh orang-orang
yang memiliki akal sehat dan akal budi yang disebut dengan Ulil Albab.
Ulil Albab adalah hamba-haba Allah SWT yang selalu mengisi setiap waktunya
untuk mengingat Allah SWT dalam keadaan apapun dan selalu menggunakan
akal pikirannya, sehingga menghasilkan maslahat yang banyak untuk orang lain
Semua ciptaan Allah SWT memiliki manfaat, dan tidak ada satu makhluk pun
yang diciptakan dengan sia-sia, meskipun tidak semua manusia dapat
memahaminya.
Pemikiran yang dilakukan oleh Ulil Albab menimbulkan kesadaran diri bahwa
semuanya bersumber dari Allah SWT dan mengajak terhadap diri sendiri dan
pihak lain untuk Taqarrub kepada Allah SWT, sehingga jika pemikiran ini
diterapkan akan mengantarkan pada keselamatan dunia dan akhirat.

8
D. Sikap yang Mencerminkan Q.S. Ali Imran (3) : 190-191
Berusaha memahami Al-Quran dan Al-Hadits dengan baik dan benar, serta
kritis dan objektif dalam menghadapi permasalahan yang ada melalui berbagai
sumber atau rujukan yang terpercaya
Berusaha bersikap kritis dalam memahami semua fenomena alam, sehingga
mampu menemukan manfaat dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang ada
di alam raya.
Mengedepankan pemikiran kritis yang muncul, sehingga tidak menimbulkan
keburukan bagi orang lain
Bukti orang bersyukur adalah menggunakan akal pikirannya, hatinya, dan
nafsunya secara seimbang dan proporsional.
Mengingat Allah SWT dalam segala kondisi, baik dalam keadaan senang
maupun susah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya.

E. Hikmah Berpikir Kritis


1) Dapat memahami makna-makna yang tersembunyi dibalik penciptaan alam
semesta dan fenomena yang terjadi.
2) Dapat memanfaatkan alam untuk kepentingan umat manusia secara optimal.
3) Semakin tertantang untuk melakukan penelitian terhadap fenomena alam
yang terjadi, sehingga , mampu mengungkap lebih banyak makna, faedah dan
manfaat yang terkandung di balik penciptaan alam semesta dan permasalahan
yang muncul.
4) Semakin bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah berupa akal sehat,
bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan, dan bersemangat
untuk beramal shalih sebagai bekal untuk akhirat kelak.

9
MATERI 3
Bersikap Demokratis

A. Apa Itu “Demokrasi dan Syura” ?


1) Demokrasi
Secara kebahasaan, demokrasi terdiri atas dua rangkaian kata, yaitu “demos”
yang berarti rakyat dan “cratos”yang berarti kekuasaan. Secara istilah, kata
demokrasi ini dapat ditinjau dari dua segi makna.
 Pertama, demokrasi dipahami sebagai suatu konsep yang berkembang
dalam kehidupan politik pemerintah.
 Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang menghargai hak-
hak dan kemampuan individu dalam kehidupan bermasyarakat.
2) Syura
Menurut bahasa, dalam kamus Mu‟jamMaqayisal-Lugah, syura memiliki dua
pengertian, yaitu menampakkan dan memaparkan sesuatu atau mengambil
sesuatu.

Adapun menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi


syura. Mereka diantaranya adalah sebagai berikut.

Ar Raghibal-Ashfahani dalam kitabnya Al MufradatfiGharibal-Quran,


mendefinisikan syura sebagai “proses mengemukakan pendapat dengan saling
mengoreksi antara peserta syura”.

Ibnu al-Arabial-Maliki dalam Ahkam al-Quran, mendefinisikannya dengan


“berkumpul untuk meminta pendapat (dalam suatu permasalahan) yang peserta
syuranya saling mengeluarkan pendapat yang dimiliki”.

Definisi syura yang diberikan oleh pakar fikih kontemporer dalam asy Syur
fiZilliNizamial-Hukmal-Islami, di antaranya adalah “proses menelusuri
pendapat para ahli dalam suatu permasalahan untuk mencapai solusi yang
mendekati kebenaran”.

Islam telah memberikan sinyal bagaimana kaum muslimin menyelesaikan


perbedaan dengan bermusyawarahlah dalam segala urusan (QS.Ali-
Imran/3:159), kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah Swt. (al-Quran) dan Rasul (Sunahnya) (QS.an-

10
Nisa‟/4:59). Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah Swt. dan hari
kemudian, dan janganlah kebencian kepada kelompok lain menjadikan kamu
tidak berlaku adil atau obyektif (QS.al-Maidah/5:8). Oleh karena itu, Indonesia
dengan kebhinnekaan dan keragamannya dalam berbagai aspek
mengembangkan sistem demokrasi dalam bernegara.

3) Titik Temu (Persamaan) antara Demokrasi dan Syµra


Dari beberapa definisi Syµra dan demokrasi di atas, yaitu dapat memahami
bahwa Syµrahanya merupakan mekanisme kebebasan berekspresi dan
penyaluran pendapat dengan penuh keterbukaan dan kejujuran. Hal tersebut
menjadi pertanda adanya penghargaan terhadap pihak lain. Sementara
demokrasi, menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. Demokrasi menyoal
nilai-nilai egaliter, penghormatan terhadap potensi individu, penolakan terhadap
kekuasaan tirani, dan memberi kesempatan kepada semua pihak untuk
berpartisipasi dalam mengurus pemerintahan. Secara tegas demokrasi bermain
pada wilayah politik.

Jika demikian halnya, maka pada satu sisi, Syµramerupakan bagian dari proses
berdemokrasi. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang diusung demokrasi.

Namun demikian, pro dan kontra tentang demokrasi dalam Islam masih terus
berlanjut. Oleh karena itu, untuk mempertajam analisis kalian dalam menyikapi
konsep demokrasi, ada baiknya kalian mengenali lebih lanjut pandangan-
pandangan para ulama tentang hal tersebut.

B.Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Ali-Imran/3:159 serta Hadis


tentang Demokrasi
Di dalam al-Quran terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan mulia tentang
bersikap demokratis, tentang musyawarah dan toleransi dalam perbedaan.

1. Ayat al-Quran dan Terjemahannya yang Mengandung Perintah Berpikir


Kritis.
Q.S. Ali 'Imran/3:159

11
Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah Swt. lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt. menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” Q.S. ali-Imran/3:159

Makna Surat Ali Imran/3:159


Ayat di atas menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti
terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam
Perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan,
tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para
pelanggar. Bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka.
Seandainya Rasulullah saw. bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci
kepada beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi
maaf terhadap orang yang berbuat salah serta memohonkan ampun kepada
Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan mereka.

2. Menyajikan Hadits Tentang Demokrasi Beserta Penjelasannya


HR. at-Tirmizi

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat seseorang
yang lebih sering bermusyawarah dengan para sahabat dari pada Rasulullah
saw.” [HR. at-Tirmizi].

Hadis di atas menjelaskan bahwa menurut pandangan para sahabat,


Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka bermusyawarah. Dalam hal
urusan penting, beliau senantiasa melibatkan para sahabat untuk dimintai
pendapatnya, seperti dalam urusan strategi perang. Sikap Rasulullah saw.
tersebut menunjukkan salah satu bentukkebesaran jiwa beliau dan kerendahan
hatinya (tawadhu‟), meskipun memiliki status sosial paling tinggi dibanding
seluruh umat manusia, yaitu sebagai utusan Allah Swt. Namun
demikian,kedudukannya yang begitu mulia di sisi Allah Swt. itu sama sekali

12
tidak membuatnya merasa “paling benar” dalam urusan kemanusiaan yang
terkait dengan masalah ijtihadiy (dapat dipikirkan dan dimusyawarahkan
karena bukan wahyu),padahal dapat saja Rasulullah saw. memaksakan
pendapat beliau kepada para sahabat, dansahabat tentu akan menurut saja.
Tetapi itulah Rasulullah saw. manusia agung yang tawadhu‟ dan bijaksana.

C. Keterkaitan antara Demokrasi dengan Sikap Tidak Memaksakan


Kehendak sesuai Pesan Q.S. Āli-Imrān/3:159 dan Hadis Terkait
Demokrasi memberikan kebebasan berpendapat bagi rakyat. Namun demikian,
dalam pandangan para ulama/cendekiawan muslim tentang demokrasi terbagi
menjadi dua pandangan utama, yaitu; pertama menolak sepenuhnya, dan kedua
menerima dengan syarat tertentu. Berikut pandangan para ulama yang mewakili
kedua pendapat tersebut.

1. Abul A‟la Al-Maududi


Al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnyademokrasi adalah
buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama,
sehingga cenderung sekuler. Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi
modern (Barat) merupakan sesuatu yang bersifat syirik. Menurutnya, Islam
menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum Tuhan).

2. Mohammad Iqbal
MenurutMohammad Iqbal demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama.Parlemen
sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang
bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya,
menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah
kehilangan basis moral dan spiritual.
Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang
dilandasi oleh etik dan moral ketuhanansebagai berikut ;
a. Tauhid sebagai landasan asasi.
b. Kepatuhan pada hukum.
c. Toleransi sesama warga.
d. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.
e. Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.

13
3. Muhammad Imarah
Menurut Imarah, Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak
menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat
dan menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara,
dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah
Swt.. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia
hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang
digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan
Allah Swt.. Jadi, Allah Swt. berposisi sebagai alSyâri‟ (legislator) sementara
manusia berposisi sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan hukum-
Nya).

Sementara, dalam pandangan Islam, Allah Swt. pemegang otoritas tersebut.


Allah Swt. berfirman: “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah Swt. Maha Suci Allah Swt., Tuhan semesta alam”. (Q.S.al-A‟râf/7:54)

4. Yusuf al-Qardhawi
Menurut Al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa
dilihat dari beberapa hal, misalnya sebagai berikut:
Dalam demokrasi, proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk
mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan
mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak
mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi
imam salat yang tidak disukai oleh ma‟mum di belakangnya

5. Salim Ali al-Bahasnawi


Menurut Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi yang baik yang
tidak bertentangan dengan Islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan
dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama
tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan
hak legislatif secara bebas yang dapat mengarah pada sikap menghalalkan yang
haram dan mengharamkan yang halal.
Karena itu, ia menawarkan adanya Islamisasi demokrasi sebagai berikut:
a. Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah Swt..
b. Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas
lainnya.

14
c. Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak
ditemukan dalam al-quran dan Sunnah (Q.S. an-Nisa/4:59) dan (Q.S. al-
Ahzab/33:36).
d. Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan jabatan, sehingga hanya
yang bermoral yang duduk di parlemen.

D. Manfaat Demokrasi
1. Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)
2. Masalah dapat segera terpecahkan
3. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan
4. Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak
5. Dapat menyatukan pendapat yang berbeda
6. Adanya kebersamaan
7. Dapat mengambil kesimpulan yang benar
8. Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan
9. Menghindari celaan
10. Menciptakan stabilitas emosi

15
MATERI 4
Pernikahan Dalam Islam

A. Pengertian
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Menurut bahasa Indonesia,
kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah syariat, nikah itu
berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menghasilkan hubungan kelamin
antara keduanya dengan suka rela dan persetujuan bersama, demi terwujudnya
keluarga (rumah tangga) bahagia, yang di ridai oleh Allah SWT.

B. Hukum Nikah
Menurut sebagian besar ulama, hukum nikah pada dasarnya adalah mubah,
boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Hukum nikah dapat berubah menjadi
sunah, wajib, makruh, atau haram. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Sunah
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula
mengendalikan diri dari perzinaan, walaupun tidak segera menikah, maka
hukum nikah adalah sunah.
2. Wajib
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat zina
jika tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah wajib.
3. Makruh
Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu member nafkah terhadap
istri dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah makruh.
4. Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi, maka hukum
nikah adalah haram.

C. Tujuan Pernikahan
Secara umum, tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat
manusia (pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan
rumah tangga yang bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam.
Apabila tujuan pernikahan yang bersifat umum itu diuraikan secara terperinci
tujuan pernikahan yang islami dapat dikemukakan sebagai berikut:

16
 Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang. Allah SWT berfirman: ”Dan
jadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang…” (Q.S. Ar-Rum, 30:
21)
 Untuk memperoleh ketenangan hidup (sakinah). Allah SWT
berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kebiasaan-Nya ialah Dia
menciptakan istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya…” (Q.S. Ar-Rum, 30:21)
 Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat.

D. Rukun Nikah
Rukun nikah ada lima macam yakni sebagai berikut:
1. Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang sudah berusia dewasa (19
tahun), beragama Islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak ssedang dalam ihram
haji atau umrah, dan bukan mahram calon istrinya.

2. Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang sudah cukup umur (16 tahun):
bukan perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain,
bukan mahram bagi calon suami dan tidak dalam keadaan ihram haji atau
umrah.

3. Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai laki-laki dengan
mempelai wanita atau mengizinkan pernikahannya.
a. Wali Nasab, yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan
mempelai wanita yang akan dinikahkan.
b. Wakil Hakim, yaitu kepala negara yang beragama Islam.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali nikah adalah sebagai
berikut:
Beragama Islam.
o Laki-laki.
o Balig dan berakal.
o Merdeka dan bukan hamba sahaya.
o Bersifat adil.
o Tidak sedang ihram haji atau umrah.

4. Ada dua orang saksi.

17
5. Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul. Ijab adalah ucapan wali (dari pihak
mempelai wanita), sebagai penyerahan kepada mempelai laki-laki. Qabal
adalah ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda penerimaan. Suami wajib
memberikan mas kawin (mahar) kepada istrinya, tetapi mengucapkannya
dalam akad nikah hukumnya sunnah. Suruhan untuk memberikan mas kawin
terdapat dalam Al-Qur‟an yang artinya: “Berikanlah mas kawin (mahar)
kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan…” (Q.S. An-Nisa‟, 4: 4)

E. Muhrim
Menurut pengertian bahasa, muhrim berarti yang diharamkan. Dalam ilmu fikih,
muhrim adalah wanita yang haram dinikahi. Adapun penyebab seorang wanita
haram dinikahi ada empat macam, yaitu sebagai berikut:

Wanita yang haram dinikahi karena keturunan:


 Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah).
 Anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan seterusnya).
 Saudara perempuan (sekandung, sebapak atau seibu).
 Saudara perempuan dari bapak
 Saudara perempuan dari ibu.
 Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah.
 Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya ke bawah.

Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan:


o Ibu yang menyusui.
o Saudara perempuan sesusuan.
o Wanita yang haram dinikahi karena perkawinan:
o Ibu dari istri (mertua).
o Anak tiri (anak dari istri dengan suami lain), apabila suami telah berkumpul
dengan ibunya.
o Ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah dicerai atau belum. Allah SWT berfirman
yang artinya, “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang pernah
dikawini oleh ayahmu.” (Q.S. An-Nisa‟, 4: 22)
o Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum.

18
Wanita yang haram dinikahi karena pertalian muhrim dengan istri. Misalnya,
haram melakukan poligami (memperistri sekaligus) terhadap dua orang
bersaudara, terhadap seorang perempuan dengan bibinya, terhadap seorang
perempuan dengan kemenakannya.

F. Kewajiban Suami dan Istri


Secara umum kewajiban suami-istri adalah sebagai berikut:

1) Kewajiban Suami
a. Memberi nafkah, sandang, pangan, dan tempat tinggal kepada istri dan
anak-anaknya, sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara
maksimal.
b. Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak, agar menjadi orang
yang berguna, keluarga, agama, masyarakat, serta bangsa dan negaranya.
c. Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik (makruf).
d. Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan
mendidik anak-anak agar menjadi anak saleh.

2) Kewajiban Istri
a) Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran Islam.
b) Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami, baik di hadapan
atau di belakangnya.
c) Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan
keluarga.
d) Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta
mencukupkan nafkah yang diberikan suami, sesuai dengan kekuatan dan
kemampuannya, hemat, cermat, dan bijaksana.
e) Hormat dan sopan kepada suami dan keluarganya
f) Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang
saleh.

G. Perceraian

Perceraian berarti pemutusan ikatan perkawinan antara suami dan istri. Sebab
terjadi perceraian adalah perselisihan atau pertengkaran suami-istri yang sudah
tidak dapat didamaikan lagi, walaupun sudah didatangkan hakim (juru damai)
dari pihak suami dan pihak istri. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap wanita

19
(istri) yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan, haramlah baginya
wangi-wangi surga.” (H.R. Ashabus Sunan kecuali An-Nasa‟i)

Hal-hal yang dapat memutuskan ikatan perkawinan adalah meninggalnya salah


satu pihak suami atau istri, talak, fasakh, khulu‟, li‟an, ila‟, dan zihar.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Talak

Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara


suka rela ucapan talak dari pihak suami kepada istrinya. Talak dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Talak Raj‟i, yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya untuk
pertama kalinya, dan suami boleh rujuk (kembali) kepada istri yang telah
ditalaknya selama masih dalam masa „iddah.
b. Talak Ba‟i n, yaitu talak yang suami tidak boleh rujuk (kembali)
kepada istri yang ditalaknya itu, melainkan mesti dengan akad nikah baru.

Selesai akad nikah biasanya mengucapkan ta‟lik talak, yaitu talak yang
digantungkan dengan sesuatu (syarat atau perjanjian). Misalnya, suami
berkata kepada istrinya, “bila selama 3 bulan berturut-turut saya tidak
memberi nafkah kepada engkau, berarti saya telah mentalak
engkau.” Ta‟lik talak hukumnya sah dan dibenarkan syara‟.

b. Fasakh

Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami-istri karena sebab-


sebab tertentu. Fasakh dilakukan oleh hakim agama, karena adanya
pengaduan dari istri atau suami dengan alasan yang dapat dibenarkan.

Akibat perceraian dengan fasakh, suami tidak boleh rujuk kepada bekas
istrinya. Berbeda dengan khulu‟, fasakh tidak memengaruhi bilangan talak.
Artinya, walaupun fasakh dilakukan lebih dari tiga kali, bekas suami-istri
itu boleh menikah kembali, tanpa bekas istrinya harus menikah dulu dengan
laki-laki lain.

c. Khulu’
Menurut istilah bahasa, khulu‟ berarti tanggal. Dalam ilmu
fikih, khulu‟ adalah talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya, dengan
20
jalan tebusan dari pihak istri, baik dengan jalan mengembalikan mas kawin
kepada suaminya, atau dengan memberikan sejumlah uang (harta) yang
disetujui oleh mereka berdua.

Khulu‟ diperkenankan dalam Islam, dengan maksud untuk mengatasi


kesulitan-kesulitan yang dihadapi istri. Allah SWT berfirman yang artinya,
“Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-istri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya.” (Q.S.
Al-Baqarah, 2: 229)

Akibat perceraian dengan cara khulu‟, suami tidak dapat rujuk, walaupun
bekas istrinya masih dalam masa „iddah. Berbeda
dengan fasakh, khulu‟ dapat memengaruhi bilangan talak. Artinya, kalau
sudah tiga kali dianggap tiga kali talak (talak ba‟in kubra), sehingga suami
tidak boleh menikah lagi dengan bekas istrinya, sebelum bekas istrinya itu
menikah dulu dengan laki-laki lain, bercerai, dan habis masa „iddah-nya.

d. Li’an

Li‟an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina (karena suami
tidak dapat mengajukan 4 orang saksi yang melihat istrinya berzina).
Dengan mengangkat sumpah 4 kali di depan hakim, dan pada ucapan
kelima kalinya dia mengatakan, “Laknat (kutukan) Allah akan ditimpakan
atas diriku, apabila tuduhanku itu dusta.”

Apabila suami sudah menjatuhkan li‟an, berlakulah hukum rajam terhadap


istrinya, yaitu dilempari dengan batu yang sedang sampai mati. Ayat Al-
Qur‟an yang menjelaskan tentang li‟an ini terdapat dalam Surah An-Nur,
24: 6-10.

e. Ila’

Ila‟ berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri
istrinya selama 4 bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak ditentukan.
Jika sebelum 4 bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik, maka dia
diwajibkan membayar denda sumpah (kafarat).

21
Akan tetapi, jika sampai 4 bulan ia tidak kembali pada istrinya, maka hakim
berhak menyuruhnya untuk memilih di antara dua hal, kembali kepada
istrinya dengan membayar kafarat sumpah atau mentalak istrinya. Apabila
suami tidak bersedia menentukan dengan pilihannya, maka hakim
memutuskan bahwa suami telah mentalak istrinya dengan talak ba‟in
sugra, sehingga ia tidak dapat rujuk lagi.

Ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang Ila‟ ialah Surah Al-Baqarah, 2:


226-227.

f. Zihar

Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya,


seperti suami berkata kepada istrinya, “Punggungmu sama dengan
punggung ibuku.” Jika suami mengucapkan kata-kata tersebut, dan tidak
melanjutkannya dengan mentalak istrinya, wajib baginya
membayar kafarat, dan haram meniduri istrinya sebelum kafarat dibayar.

g. „Iddah

„Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai
dengan suaminya untuk dibolehkan menikah kembali dengan laki-laki lain.
Tujuan „iddah adalah untuk melihat perkembangan, apakah istri yang
bercerai itu hamil atau tidak.

Lama masa „iddah adalah sebagai berikut:


1.„Iddah karena suami wafat
a. Bagi istri yang tidak hamil, baik sudah campur dengan suaminya yang
wafat atau belum, masa „iddah-nya adalah empat bulan sepuluh hari.
(Q.S. Al-Baqarah, 2: 234)
b. Bagi istri yang sedang hamil, masa „iddah-nya adalah sampai
melahirkan. (Q.S. At-Talaq, 65: 4)
2. „Iddah karena talak, fasakh, dan khulu‟
a. Bagi istri yang belum campur dengan suami yang baru saja bercerai
dengannya, tidak ada masa „iddah. (Q.S. Al-Ahzab, 33: 49)
b. Bagi istri yang sudah campur, masa „iddah-nya adalah:
1) Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa „iddah-nya ialah
tiga kali suci. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 228)

22
2) Bagi istri yang tidak mengalami menstruasi, misalnya karena usia
tua (menopause), masa „iddah-nya adalah 3 bulan. (Q.S. At-Talaq,
65: 4)
3) Bagi istri yang sedang mengandung, masa „iddah-nya ialah
sampai dengan melahirkan kandungannya (Q.S. At-Talaq, 65: 4)
H. Rujuk
Rujuk berarti kembali, yaitu kembalinya suami kepada ikatan nikah dengan
istrinya sebagaimana semula, selama istrinya masih dalam masa „iddah raj‟iyah.
Hukum rujuk asalnya mubah, artinya boleh rujuk dan boleh pula tidak. Akan
tetapi, hukum rujuk bisa berubah, sebagai berikut:
1. Sunah, misalnya apabila rujuknya suami kepada istrinya dengan niat karena
Allah, untuk memperbaiki sikap dan perilaku serta bertekad untuk
menjadikan rumah tangganya sebagai rumah tangga bahagia.
2. Wajib, misalnya bagi suami mentalak salah seorang istinya, sedangkan
sebelum mentalaknya, ia belum menyempurnakan pembagian waktunya.
3. Makruh (dibenci), apabila meneruskan perceraian lebih bermanfaat dari
pada rujuk.
4. Haram, misalnya jika maksud rujuknya suami adalah untuk menyakiti istri
atau untuk mendurhakai Allah SWT.

Rukun rujuk ada 4 macam, yaitu sebagai berikut:


a. Istri sudah bercampur dengan suami yang mentalaknya dan masih berada
pada masa „iddah raj‟iyah.
b. Keinginan rujuk suami atas kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
c. Ada dua orang saksi, yaitu dua orang laki-laki yang adil. (Q.S. At-Talaq, 65:
2)
d. Ada sigat atau ucapan rujuk, misalnya suami berkata kepada istri yang
diceraikannya selama masih berada dalam masa „iddah raj‟iyah, “Saya rujuk
kepada engkau!”

I. Hikmah Pernikahan
Fuqaha (ulama fikih) menjelaskan tentang hikmah-hikmah pernikahan yang
islami, antara lain:
o Memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang diridai Allah (cara yang
islami), dan menghindari cara yang dimurkai Allah seperti perzinaan atau
homoseks (gay atau lesbian).

23
o Pernikahan merupakan cara yang benar, baik, dan diridai Allah untuk
memperoleh anak serta mengembangkan keturunan yang sah.
o Melalui pernikahan, suami-istri dapat memupuk rasa tanggung jawab
membaginya dalam rangka memelihara, mengasuh dan mendidik anak-
anaknya, sehingga memberikan motivasi yang kuat untuk membahagiakan
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
o Menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga suami dan keluarga istri,
sehingga sesama mereka saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan
serta tidak tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.

24
MATERI 5
Stratgi Dakwah dan Perkembangan
Agama Islam di Indonesia

A. Masuknya Islam di Indonesia


Terdapat tiga teori besar mengenai masuknya islam di Indoensia.

➠ Teori Gujarat (13 M)


Islam dipercaya datang dari wilayah Gujarat, India melalui peran para pedagang
muslim India.

➠ Teori Mekah (7 M)
Islam langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang arab islam.
Bukti Teori Mekah:
 Sebelum Nabi Muhammad menerima wahyu telah terjadi kontak dagang
pedagang Cina, Arab, dan Nusantara.
 Ditemukan jalur perdagangan utama yang menghubungkan Nusantara
terutama Sumatra dan Jawa dengan Cina jauh sebelum Nab Muhammad
lahir.
 Ditemukan perkamungan Arab muslim di Barus abad ke-7 M. Barus
dianggap kota tertua di Indonesia dan merupakan daerah awal masuknya
agama Islam di Nusantara.
 Ditemukan bahwa barus merupakan perkampungan multi-etnis dari
berbagai suku bangsa termasuk Arab, India, dan Cina.
 HAMKA menyebut bahwa seorang pencatat sejarah Tiongkok yang
mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa
Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera.
 Pada tahun 674 khalifah Utsman bin Affan, mengirimkan utusannya ke
tanah Jawa.
 Ditemukan makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik.

➠ Teori Persia (13 M)


Dibawa oleh peagang asal Persia yang singgah ke Gujarat sebelum ke
Nusantara. Teori Mekkah merupakan teori yang menyatangkan islam tiba di
Indonesia paling dahulu yaitu abad ke-7 M, sehingga jika terdapat bukti cukup
pada teori Mekah, teori lain tidak perlu dibuktikan.

25
B. Strategi Dakwah Islam di Nusantara
1. Perdagangan
Perdagangan dimanfaatkan oleh pedagang muslim sebagai media dakwah. Oleh
karena itu, banyak orang yang berinteraksi dengan pedagang Islam.

2. Perkawinan
Pedagang Islam banyak yang menikah dengan wanita lokal yang diIslamkan
terlebih dahulu. Dari hasil perkawinan tersebut semakin bertambah jumlah
masyarakat muslim sehingga banyak yang mendirikan perkampungan muslim.

3. Pendidikan
Proses Islamisasi dilakukan melalui pesantren-pesantren. Di saat santri
dianggap telah mendapat ilmu yang cukup mereka akan kembali ke kampung
halaman untuk menyebar luaskan Islam.

4. Tassawuf
Salah satu sifat khas ajaran tasawuf adalah akomodasi terhadap budaya lokal
dengan ajaran Islam, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang tertarik untuk
masuk islam.

5. Kesenian
a) Saluran dakwah dalam kesenian yang paling dikenal adalah melalui wayang
yang dibawa oleh Sunan Kalijaga.
b) Seni bangunan masjid yang khas.
c) Juga melalui seni tari, musik, pahat ukir, dll.

6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah
rajanya masuk islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di wilayah ini. Jalur politik juga ditempuh ketika kerajaan
Islam menaklukkan kerajaan non Islam, baik di Sumatera, Jawa, maupun
Indonesia bagian Timur.

C. Perkembangan Dakwah Islam di Nusantara


1. Perkembangan Islam di Sumatera

26
Tempat mula-mula masuknya Islam di pulau Sumatera adalah PantaiBarat
Sumatera. Dari sana berkembang ke daerah-daerah lainnya. Pada umumnya,
buku-buku sejarah menyebutkan perkembangan agama Islam bermula dari
Pasai, Aceh Utara. Orang yang menyebarkan Islam di daerah ini adalah
Abdullah Arif. Ia seorang mubaligh dari Arab, dengan misi penyebarannya
dengan berdakwah dan berdagang. Dengan kesopanan dan keramahan orang
Arab yang berdakwah itu, maka penduduk Pasai sangat terkesan. Akhirnya
mereka menyatakan diri masuk Islam. Bahkan raja dan pemimpin negeri,
setelah melihat kesopanan orang Arab yang berdakwah itupun, masuk Islam
pula. . Kerajaan Islam Pasai berdiri sekitar tahun 1297, yang kemudian dikenal
dengan sebutan “Serambi Mekkah”. Setelah agama Islam berkembang di Pasai,
dengan cepat tersebar pula ke daerah-daerah lain yaitu ke Pariaman, Sumatera
Barat. Ulama yang terkenal membawa Islam ke Pariaman itu adalah Syekh
Burhanuddin. Penyiaran agama Islam dilakukan secara pelan-pelan dan
bertahap, sebab adat di Sumatera Barat sangat kuat.

Masyarakat Sumatera Barat dengan kerelaan dan kesadaran menerima islam


dengan membuat istilah yang mengatakan: Adat bersendi syura‟, syara‟
bersendi Kitabullah. Jadi, adat istiadat yang
dipegang teguh oleh masyarakat Sumatera Barat itu adalah adat yang
bersendikan Islam, artinya Islam menjadi dasar adat.

Sekitar tahun 1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang
paling berjasa membawa Islam ke Sumatera Selatan adalah Raden Rahmat
(Sunan Ampel). Arya Damar yang kemudian terkenal dengan nama Aryadillah
(Abdillah) adalah bupati Majapahit di Palembang waktu itu. Kemudian Raden
Rahmat (Sunan Ampel) memberi saran kepada Abdillah agar bersedia
menyebarkan agama Islam di Sumatera Selatan. Atas rahmat dan petunjuk Allah
Swt., saran Raden Rahmat tersebut dilaksanakan oleh Aryadillah, sehingga
agama Islam di Sumatera Selatan berkembang dengan baik.

2. Perkembangan Islam di Kalimantan,Maluku, dan Papua


Di pulau Kalimantan, agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan,
dengan ibukotanya Banjarmasin. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan
ini adalah para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari Pulau Jawa.
Perkembangan agama Islam di Kalimantan Selatan itu sangat pesat dan
mencapai puncaknya setelah Majapahit runtuh tahun 1478.

27
Daerah lainnya di Kalimantan yang dimasuki agama Islam adalah Kalimantan
Barat. Islam masuk ke Kalimantan Barat mula-mula di daerah Muara Sambas
dan Sukadana. Dari dua daerah inilah baru tersebar ke seluruh Kalimantan
Barat. Pembawa agama Islam ke daerah Kalimantan Barat adalah para pedagang
dari Johor (Malaysia), serta ulama dan mubaligh dari Palembang (Sumatera
Selatan). Sultan Islam yang pertama (tahun 1591) di Kalimantan Barat
berkedudukan di Sukadana, yaitu Panembahan Giri Kusuma.

Penyebaran Islam di Kalimantan Timur terutama di Kutai, dilakukan oleh Dato‟


Ri Bandang dan Tuang Tunggang melalui jalur perdagangan. Kemudian sejak
abad ke-15, antara tahun 1400 sampai 1500 Islam telah masuk dan berkembang
di Maluku. Pedagang yang beragama Islam dan para ulama/mubalih banyak
yang datang ke Maluku sambil menyiarkan agama Islam. Daerah-daerah yang
mula-mula dimasuki Islam di Maluku adalah Ternate, Tidore, Bacau, dan
Jailolo. Raja-raja yang memerintah di daerah tersebut berasal dari satu
keturunan, yang semuanya menyokong perkembangan Islam di Maluku.

Perkembangan agama Islam di papua berjalan agak lambat. Islam masuk ke


Irian terutama karena pengaruh raja-raja Maluku, para pedagang yang
beragama Islam dan ulama atau mubaligh dari Maluku. Daerah-daerah yang
mula-mula dimasuki Islam di papua adalah Misol, Salawati, Pulau Waigeo,dan
Pulau Gebi.

3. Perkembangan Islam di Sulawesi


Pada abad ke-16 Islam telah masuk ke Sulawesi, yang dibawa oleh Dato‟ Ri
Bandang dari Sumatera Barat. Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki Islam
di Sulawesi adalah Goa, sebuah kerajaan di Sulawesi Selatan. Sebelum Islam
datang ke daerah ini penduduknya menganut kepercayaan nenek moyang.
Setelah Dato‟ Ri Bandang berkunjung ke Sulawesi Selatan, Raja Goa yang
bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam. Kemudian atas usul Dato‟ Ri
Bandang, Raja Goa berganti nama dengan Sultan Alauddin. Jauh sebelum Raja
Goa ini masuk Islam, para pedagang telah menyiarkan agama Islam di tengah-
tengah masyarakat Sulawesi Selatan dan banyak penduduk yang telah menganut
agama Islam. Setelah Sultan Alauddin wafat, beliau diganti oleh putranya yang
bernama Sultan Hasanuddin. Dari Goa Islam terus berkembang ke daerah-
daerah lainnya seperti daerah Talo dan Bone.

28
4. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara
Sebagaimana daerah-daerah lain, pada tahun 1540 agama Islam masuk pula ke
Nusa Tenggara. Masuknya agama Islam Ke Nusa Tenggara dibawa oleh para
mubaligh dari Bugis (Sulawesi Selatan) dan dari Jawa. Agama Islam
berkembang di Nusa Tenggara mula-mula di daerah Lombok yang
penduduknya disebut Suku Sasak. Dari daerah Lombok, secara pelanpelan
selanjutnya tersebar pula ke daerah-daerah Sumbawa dan Flores.

5. Perkembangan Islam di Pulau Jawa


Agama Islam masuk ke Pulau Jawa kira-kira pada abad ke-11 M., yang dibawa
oleh para pedagang Arab dan para mubaligh dari Pasai. Tempat yang mula-mula
dimasuki Islam di pulau Jawa yaitu daerah-daerah pesisir utara Jawa Timur.
Tokoh terkenal yang berdakwah di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim.
Beliau menetap di Gresik, kemudian mendirikan pusat penyiaran agama Islam
dan pusat pengajaran. Dalam majlisnya itu beliau mengkader beberapa orang
murid. selanjutnya mereka menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah lain di
pulau Jawa. Di Jawa Tengah, penyiaran Agama Islam berpusat di Demak.
Penyiaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali yang berjumlah
9 yang dikenal dengan Wali Songo (Wali Sembilan). Kemudian murid-murid
Wali Songo turut pula menyiarkan agama Islam ke daerah pedalaman
pulauJawa, sehingga agama Islam berkembang dengan pesatnya.

➥ Samudera Pasai
Samudera Pasai adalah keajaan Islam yang dipandang sebagai kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Akan tetapi jika dikaitkan dengan dua kerajaan
sebelumnya (Jeumpa dan Peurelak), maka kerajaan Samudera Pasai adalah
kelanjutan dari kerajaan Islam Peurelak (Perlak). Kerajaan ini didirikan oleh
Sultan Malik al-Saleh pada tahun 1285 (abad 13 M) sekaligus sebagai raja
pertama. Setelah meninggal, ia digantikan putranya Sultan Muhammad atau
yang dikenal dengan nama Malik Al Tahir I. Ia memerintah sampai tahun 1326
M, kemudian digantikan oleh Sultan Ahmad Malik Al Tahir II.

➥ Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Sultan Ali
Mughayat Syah atau disebut juga Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mencapai
masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Selanjutnya
Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya yaitu Iskandar Tani.

29
➥ Demak
Kesultanan Demak didirikan oleh seorang adipati yang bernama Raden Patah.
Untuk menghadapi Portugis Armada Demak yang dipimpin Pati Unus (Putra
Raden Patah) melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena
itu, Pati Unus diberi Gelar Pangeran Sabrang Lor yang artinya pangeran yang
pernah menyeberangi lautan di sebelah Utara kesultanan Demak. Setelah Raden
Patah meninggal, ia digantikan oleh Pati Unus, selanjutnya Pati Unus diganti
oleh Trenggana. Setelah Sultan Trenggana meninggal, terjadi pertikaian antara
Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana) dengan Pangeran Prawoto
(anak Trenggana). Pangeran Prawoto berhasil membunuh pangeran Sekar Seda
Ing Lepen. Tetapi kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang
(anak Pangeran Sekar Seda ing Lepen). Arya Penangsang kemudian tampil
menjadi Sultan Demak ke-4. Pemerintahan Arya Penangsang dipenuhi dengan
kekacauan karena banyak orang yang tidak suka dengannya. Hingga pada
akhirnya seorang adipati Pajang bernama Adiwijaya atau Jaka Tingkir atau Mas
Karebet berhasil membunuhnya. Setelah kematian Arya Penangsang, kerajaan
Demak berpindah ke tangan Jaka Tingkir.

➥ Pajang
Pendiri Kesultanan Pajang adalah Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya
meninggal, seharusnya Pangeran Benawa yang menduduki tahta Pajang, akan
tetapi ia disingkirkan oleh Arya Pangiri (putra Pangeran Prawata). Tindakan
Arya Pangiri menimbulkan upaya-upaya perlawanan, hal ini kemudian
dimanfaatkan oleh Pangeran Benawa untuk merebut kembali tahta Pajang.
Karena itu, ia menjalin kerja sama dengan Mataram yang dipimpin oleh
Sutawijaya. Setelah Arya Pangiri dapat dikalahkan, Pangeran Benawa justru
menyerahkan kekuasaan pada Sutawijaya. Selanjutnya Sutawijaya
memindahkan Pajang ke Mataram sehingga berakhirlah kekuasaan Pajang.

➥ Mataram Islam
Mataram merupakan hadiah dari Adiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan
karena ia telah berjasa membantu Adiwijaya menaklukkan Arya Penangsang.
Ketika Ki Ageng Pamanahan meninggal, Mataram dipegang oleh putranya,
Sutawijaya. Sutawijaya diangkat menjadi Adipati Mataram dan diberi gelar
Senopati ing Alogo Sayidin Panatagama yang berarti panglima perang dan
pembela agama. Sepeninggal Senopati, Tampuk kekuasaan dipegang oleh

30
putranya (Mas Jolang), tetapi Mas Jolang meninggal sebelum berhasil
memadamkan banyak pemberontakan. Penggantinya adalah Raden Rangsang
atau lebih dikenal dengan Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan
Agung, Mataram mencapai masa kejayaan. Akan tetapi Mataram mulai
mengalami kemunduran ketika masa pemerintahan pengganti-pengganti Sultan
Agung. Kemunduran Mataram yang lebih utama karena aneksasi yang
dilakukan Belanda. Setelah terjadinya perjanjian Gianti, kerajaan Mataram
dipecah menjadi dua bagian, Kerajaan Surakarta dan Kerajaan Yogyakarta.
Lebih dari itu, dengan adanya Perjanjian Salatiga, Kerajaan Surakarta terpecah
lagi menjadi dua yaitu Mangkunegaran dan Pakualaman/Kasunanan.

➥ Cirebon
Kasultanan Cirebon didirikan oleh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati. Dengan bantuan Fatahillah, kesultanan Cirebon dapat meluaskan
kekuasaannya meliputi Jayakarta dan Pajajaran. Kemenangan-kemenangan
Fatahillah membuat Sunan Gunung Jati tertarik dan menjodohkan Fatahillah
dengan Ratu Wulung Ayu. Ketika Sunan Gunung Jati menua, Kesultanan
Cirebon diserahkan kepada putranya Pangeran Muhammad Arifin dengan gelar
Pangeran Pasarean. Sepeninggal Pangeran Pasarean, kedudukan Sultan
diserahkan kepada Pangeran Sebakingking atau yang bergelar Sultan Maulana
Hasanuddin. Pada abad ke-17 terjadi perselisihan dalam keluarga, sehingga
kesultanan Cirebon pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.

➥ Banten
Daerah Banten di-Islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan dipegang
oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, ia
digantikan oleh putranya Maulana Yusuf. Kesultanan Banten mencapai masa
keemasan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Akhir pemerintahan Sultan
Ageng ditandai dengan persengketaan dengan putranya Sultan Haji yang
bersekongkol dengan Belanda.

➥ Makassar
Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo.
Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tallo. Makassar dengan ibu kota
di Somba Opu, dan dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Sulawesi.
Bertindak sebagai rajanya adalah Raja Goa, Daeng Manrabia dengan gelar
Sultan Alauddin dan sebagai mangkubumi (Perdana Menteri) adalah Raja Talo,

31
Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah, yang pada masa
pemerintahannya adalah puncak kejayaan Makassar.

➥ Ternate dan Tidore


Kerajaan Ternate berdiri kira-kira abad ke-13. Ternate mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Sedangkan raja yang
terkenal dari Tidore adalah Sultan Nuku. Muncullah Sultan Khaerun yang
sekarang menjadi nama universitas di Ternate.

32

Anda mungkin juga menyukai