Oleh :
Pengaruh bertambahnya pemilikan saham darisemula 75% dari jumlah saham yang beredar
menjadi 80% pada tanggal 1 Juli 1977 dan perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak
para pemegang saham pada PT Wijaya sejak pemilikan saham-sahamnya oleh PT Dani,
terhadap saldo rekening Investasi Saham dari Laba Yang Ditahan pada buku-buku PT Dani
akan nampak seperti tabel berikut :
Keterangan Metode Harga Perolehan Metode Equity
PT Dani memiliki 400 lembar saham-saham PT Wijaya sampai dengan tanggal 31 Desember 1997.
saham-saham tersebut diperoleh masing-masing dengan harga dan pada tanggal :
1 Januari 1976
150 lembar @Rp 65.000,00 = Rp 9.750.000,00
1 Juli 1976
250 lembar @Rp 70.000,00 = Rp 17.500.000,00
Jumlah, 400 lembar = Rp 27.250.000,00
Baik PT Dani maupun PT Wijaya masing-masing mempunyai 500 lembar saham yang beredar
pada tanggal 31 Desember 1977, nominal @Rp 50.000,00 per lembar.
Berikut ini data mengenai saldo laba yang ditahan pada tanggal 31 Desember
1975, serta laba (rugi) usaha dan deviden yang dibagikan selama 2 (dua) tahun
berturut-turut untuk masing-masing perusahaan.
Pengaruh pembelian 250 lembar saham PT Wijaya pada tanggal 1 Juli 1977,
sehingga diperolehnya posisi kontrol oleh PT Dani terhadap PT Wijaya pada
rekening investasi saham dan saldo laba yang ditahan pada buku-buku PT
Dani. (seperti pada halaman 434)
Pembelian dan penjualan kembali sebagian dari
saham perusahaan anak, yang dimiliki oleh
perusahaan induk.
Hak pemilikan saham oleh perusahaan induk pada perusahaan anak bisa berubah-ubah,
tidak saja disebabkan oleh transaksi pembelian dan penjualan saham-saham yang
bersangkutan oleh perusahaan induk melainkan juga transaksi-transaksi modal (saham)
yang terjadi pada perusahaan anak sendiri.
Transaksi-transaksi modal (saham) pada perusahaan anak akan mempengaruhi secara
tidak langsung pada bagian pemilikan perusahaan induk. Pengeluaran saham-saham baru
(emisi saham) oleh perusahaan anak misalnya, akan mengakibatkan berkurang nya hak-
hak pemilikan perusahaan induk, apabila atas emisi saham tersebut perusahaan induk
tidak berhasil memperoleh/memiliki saham-saham yang baru tersebut sama dengan
persentase pemilikannya semula.
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 1977 PT Wijaya menjual saham baru sebanyak 100 lembar
dengan harga @Rp 75.000,00. Dengan adanya penjualan 100 lembar saham baru
oleh PT Wijaya tersebut pada tanggal 1 Januari 1977, maka hak pemilikan saham-
saham PT Dani yang dalam tahun 1976 sebesar 90% (450 x 100%) akan turun
menjadi sebesar 75% (450/600 x 100%) dalam tahun 1977. oleh PT Wijaya transaksi
penjualan 100 lembar saham tersebut dicatat sebagai berikut :
Kas (piutang pemegang saham Rp 7.500.000,00
Modal Saham Rp 5.000.000,00
Agio Saham Rp 2.500.000,00
Oleh sebab itu struktur permodalan PT Wijaya pada tanggal 1 1977, akan
menjadi sbb :
Modal saham, 600 lembar nominal x Rp 50.000 Rp 30.000.000,00
Agio saham Rp 2.500.000,00
Laba yang ditahan Rp 6.250.000,00
Transaksi-transaksi saham yang ditarik dari
peredaran (Treasury Stock) pada perusahaan anak
Perusahaan menarik kembali dari peredaran terhadap modal sahamnya, akan tetapi tidak diartikan
sebagai pelunasan, melainkan untuk dijual kembali.
Saham-saham yang ditarik dari peredaran biasanya dicatat sesuai dengan harga perolehannya (harga
belinya).
Apabila perusahaan induk membeli sebagian besar saham-saham perusahaan anak, dan ada sebagian
saham perusahaan anak yang ditarik dari peredaran, maka hak pemilikan perusahaan induk dihitung
berdasarkan atas jumlah saham yang beredar.
Pada neraca, saham yang ditarik dari peredaran dianggap sebagai modal saham yang dilunasi,
sehingga sebesar harga perolehannya harus dikurangkan dari saldo hak-hak para pemegang saham
dengan memperhatikan harga(kurs) pada saat mula-mula saham itu dikeluarkan.
Apabila penarikan kembali modal saham yang beredar dianggap sebagai pelunasan, maka selisih
lebih harga pelunasan diatas nilai nominal (nilai yang ditetapkan) dan agio saham harus dikurangkan
dari saldo laba yang ditahan, seakan-akan sebagai deviden likuidasi.
Sebaliknya apabila harga pelunasan dibawah nilai nominal (nilai yang ditetapkan) dan agio
sahamnya, maka diperlukan untuk menghapuskan seluruh jumlah agio saham dan memindahkan
sebesar selisihnya pada rekening (elemen) hak-hak para pemegang saham yang lain sebagai modal
yang disetor berasal dari pelunasan kembali modal saham.
Contoh :
PT Karya Pembangunan membeli 400 lembar saham-saham PT Karya
Nugraha, pada tanggal 1 Januari 1978 dengan harga @Rp 75.000,00
per lembar. Berikut ini posisi hak-hak para pemegang saham dari
kedua perusahaan tersebut pada tanggal 1 Januari 1978.