Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERNIKAHAN DALAM ISLAM


D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Widya Anggreni
XII MIPA 4
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia. Sesungguhnya
Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjang
pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang
tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain. Namun di masyarakat kita, hal ini
tidak banyak diketahui orang. Menikah merupakan perintah dari Allah Swt. Seperti dalil berikut
ini:

‫ت هَّللا ِ هُ ْم‬ ِ َ‫ت ۚ َأفَبِ ْالب‬


ِ ‫اط ِل يُْؤ ِمنُ ونَ َوبِنِ ْع َم‬ ِ ‫َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َوا ًج ا َو َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْز َوا ِج ُك ْم بَنِينَ َو َحفَ َدةً َو َر َزقَ ُك ْم ِمنَ الطَّيِّبَ ا‬
َ‫يَ ْكفُرُون‬

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik.
Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”(An-Nahl;72)

Adapun secara Islam pernikahan itu sendiri mempunyai tatacara, syarat, tujuan, hukum, serta
hikmahnya tersendiri. Berdasarkan dalil dibawah ini merupakan salah satu tujuan dari
pernikahan:

ِ ‫ت فِي النِّ َك‬


‫اح‬ ُّ ‫فَصْ ُل َما بَ ْينَ ْال َحالَ ِل َو ْال َح َر ِام ال ُّد‬
ُ ْ‫ف َوالصَّو‬

“Pemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shaut (suara) dalam
pernikahan.” (HR. An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896. Dihasankan Al-Imam Al-Albani
rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994)

Berdasarkan dalil-dalil diatas jelas sekali Allah Swt. Telah mengatur sedemikian rupa
permasalahan mengenai pernikahan. Adapun pernyempurnaan dari wahyu yang diturunkan
oleh Allah swt. Telah disempurnakan oleh ahli tafsir dengan mengeluarkan dalil yang dapat
memperjelas mengenai pernikahan tanpa mengubah ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Allah Swt.
B.Rumusan Masalah

Beberapa Permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Pernikahan dari segi bahasa maupun istilah

2. Hukum Pernikahan

3. Peminangan (Khitbah)

4. Syarat Pernikahan

5. Tujuan Pernikahan

6. Pemilihan Calon suami/istri

7. Thalak (Perceraian)

8. Iddah

C.Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui pentingnya pengetahuan
terhadap Pernikahan (Munahakat) dimana setiap orang pasti akan mengalami sebuah
Pernikahan.

D.Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah:

1. Pembaca dapat memahami pengertian dari Pernikahan.

2. Pembaca dapat mengetahui proses dalam sebuah Pernikahan secara Islam.

3. Pembaca dapat mengetahui tujuan serta hikmah dari Pernikahan yang benar secara Islam.
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN PERNIKAHAN

Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan menyatu. Menurut
istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan pergaulan antara laki-
laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban diantara
keduanya yang diucapkan oleh kata-kata , sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam. Kata
zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga
dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan,
menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.

B.HUKUM PERNIKAHAN

Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh
dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah
Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah
berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan
dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang
akan menikah tersebut

· Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah

Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan
mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah. Sebagaimana sabda
Rasullullah SAW :

“Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka
hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat
memelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia
berpuasa, karena puasa itu menjadi penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)
· Pernikahan Yang Dihukumi Wajib

Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun
meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka
wajib baginya untuk segera menikah

· Pernikahan Yang Dihukumi Makruh

Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun meteriil dalam
menafkahi keluarganya kelak

· Pernikahan Yang Dihukumi Haram

Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut, baik
menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara materi.

SYARAT PERNIKAHAN

1.Rukun Nikah

•Pengantin laki-laki

•Pengantin perempuan

•Wali

•Dua orang saksi laki-laki

•Mahar

•Ijab dan kabul (akad nikah)

2.Syarat calon suami

•Islam

•Laki-laki yang tertentu


•Bukan lelaki muhrim dengan calon istri

•Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut

•Bukan dalam ihram haji atau umroh

•Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

•Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu

•Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri

3.Syarat calon istri

•Islam

•Perempuan yang tertentu

•Bukan perempuan muhrim dengan calon suami

•Bukan seorang banci

•Bukan dalam ihram haji atau umroh

•Tidak dalam iddah

•Bukan istri orang

4.Syarat wali

•Islam, bukan kafir dan murtad

•Lelaki dan bukannya perempuan

•Telah pubertas

•Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

•Bukan dalam ihram haji atau umroh

•Tidak fasik

•Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya


•Merdeka

•Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya

5.Jenis-jenis wali

Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang mempunyai hak mewalikan
pernikahan anak perempuannya atau cucu perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya
perlu mendapatkan kerelaan calon istri yang hendak dinikahkan)

Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak menjadi wali

Wali ab’ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali, jikalau wali aqrab
berkenaan tidak ada. Wali ab’ad ini akan digantikan oleh wali ab’ad lain dan begitulah
seterusnya mengikut susunan tersebut jika tidak ada yang terdekat lagi.

Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau pihak berkuasa pada
negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab
tertentu.

6.Syarat-syarat saksi

•Sekurang-kurangya dua orang

•Islam

•Berakal

•Telah pubertas

•Laki-laki

•Memahami isi lafal ijab dan qobul

•Dapat mendengar, melihat dan berbicara

•Adil

•Merdeka
7.Syarat ijab

•Pernikahan nikah ini hendaklah tepat

•Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran

•Diucapkan oleh wali atau wakilnya

•Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau pernikahan (ikatan
suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam persetujuan nikah
muataah)

•Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)

Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku nikahkan Anda dengan
Diana Binti Daniel dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai".

8.Syarat qobul

•Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab

•Tidak ada perkataan sindiran

•Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)

•Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)

•Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)

•Menyebut nama calon istri

•Tidak ditambahkan dengan perkataan lain


PENUTUP

A.Kesimpulan

Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban dan hak di antara keduanya melalui kata-
kata secara lisan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang diwajibkan secara Islam.
Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah:

“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah ummadku”.

Hadis lain Rasulullah Bersabda:

“Nikah itu adalah setengah iman”.

Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan yang mengikuti
aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun cangkupan pernikahan yang
dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat sebuah
Pernikahan, Perminangan, dan dalam pemilihan calon suami/istri. Islam sangat membenci
sebuah perceraian, tetapi dalam pernikahan itu sendiri terkadang ada hal-hal yang
menyebabkan kehancuran dalam sebuah rumah tangga. Islam secara terperinci menjelaskan
mengenai perceraian yang berdasarkan hukumnya. Dan dalam Islam pun dijelaskan mengenai
fasakh, khuluk, rujuk, dan masa iddah bagi kaum perempuan.

B.Kritik dan Saran

Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam makalah mengenai pernikahan ini pasti ada
kekurangan maupun kelebihannya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca mengenai pernikahan berdasarkan Islam.
Adapun kritik maupun saran dapat disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah ini
baik dari segi penulisan, materi, maupun tata bahasa yang disampaikan. Penulis mengharapkan
pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai