Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan
didalam dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari
seorang manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada
pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara
atau aturan – aturan Allah SWT. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah,
tidak akan memilih tata cara yang lain. Namun dimasyarakat kita, hal ini tidak
banyak diketahui orang. Menikah merupakan perintah dari Allah SWT seperti
dalil berikut ini:
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis
kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (An-Nahl:72)
Adapun secara islam pernikahan itu sendiri mempunyai tata cara, syarat,
tujuan, hukum, serta hikmahnya tersendiri. Berdasarkan dalil dibawah ini
merupakan salah satu tujuan dari pernikahan:
“Pemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shauf
(suara) dalam pernikahan”(HR. An-Nasa )
Berdasarkan dalil – dalil diatas jelas sekali Allah SWT. Telah mengatur
sedemikian rupa permasalahan mengenai pernikahan. Adapun penyempurnaan
dari wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. Telah disempurnakan oleh ahli
tafsir dengan mengeluarkan dalil yang dapat memperjelas mengenai
pernikahan tanpa mengubah ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja syarat sah dan rukun pernikahan ?
2. Apa yang di maksud dengan Walimatul Ursy ?
3. Bagaimana tuntunan bercita dalam Islam ?
4. Bagaimana tuntunan Aqiqah dalam Islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui syarat sah dan rukun pernikahan.
2. Mengetahui maksud dari Walimatul Ursy.
3. Mengetahui tuntunan bercinta dalam Islam.
4. Mengetahui tuntunan Aqiqah dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rukun dan Syarat Sah Pernikahan


Rukun dan syarat nikah menjadi hal yang wajib ada, pada setiap prosesi
akan melaksanakan sebuah pernikahan. Ketika seluruh rukun dan syarat ini
terpenuhi, maka akan menjadikan sah nya sebuah hubungan pernikahan. Tetapi
ketika dalam melaksanakan pernikahan tanpa adanya sebuah rukun dan syarat
yang terurut dan tertib, maka tidak akan sah dan berlaku pernikahan tersebut.
Rukun dan syarat untuk melakukan sebuah pernikahan ini sejatinya
sesuatu yang saling terkait dan tidak bisa untuk dipisahkan. Ketika antara dua
hal ini dipisahkan, maka akan mengakibatkan sebuah pernikahan tidak akan
bisa berjalan secara lancar. Adapun beberapa hal dalam rukun dan syarat ini
menjadi kesatuan dalam tercapainya sebuah pernikahan yang baik.
Adapun rukun nikah adalah sebagai berikut:
1. Kedua Calon Mempelai
Adanya calon mempelai ketika melaksanakan sebuah akad nikah,
tentunya merupakan salah satu hal yang wajib adanya. Bagaimana
mungkin ketika melangsungkan sebuah pernikahan, namun calon
mempelai-nya tidak ada. Ketika memang ada sebuah pernikahan tanpa
adanya calon mempelai ataupun diwakilkan, maka tidak akan berlaku
ataupun tidak sah pernikahan tersebut.
2. Wali
Seorang wanita senantiasa memiliki seorang wali, yang mana wali ini
memiliki hak sepenuhnya untuk menikahkan pengantin wanita. Seorang
wali ini berasal dari keluarga inti dari keluarga bapak. Bisa bapak kita
sendiri, paman, ataupun kakek dari bapak kita. Kalaupun memang tidak
ada yang bisa menjadi wali karena misalkan telah tiada, maka bisa
diwalikan oleh saudara laki – laki kita sendiri.

3
Adapun ketika pengantin wanita ini tidak memiliki wali seorang pun,
maka bisa dicarikan wali hakim dari pihak penghulu. Hal ini masih bisa
dilakukan sebagai terlaksananya sebuah pernikahan yang sah menurut
hukum dan agama.
Sebuah pernikahan yang dilakukan tanpa sepengetahuan oleh seorang
wali, maka tidak sah untuk pernikahannya. Meskipun prosesi dari
pernikahan tersebut dilakukan secara khidmat. Maka dari itu, keberadaan
dari seorang wali sangatlah penting dalam sebuah pernikahan. Hal ini
bisa terjadi dikarenakan kelak di akhirat, penanggung jawab dari sebuah
pernikahan akan ditanyai oleh Allah SWT.
3. Mahar
Mahar adalah harta yang diberikan pihak calon suami kepada calon
istri untuk dinikahi sebagai penghalal hubungan keduanya. karena itu
mahar merupakan bentuk pemuliaan Islam kepada seorang wanita.
4. Ijab dan Qabul
Pengantin pria dan wanita beserta wali dan saksi telah berkumpul,
maka akan telah sah dan sesuai dengan ketentuan rukun nikah. Ketika
dibacakan tentang besaran dan ketentuan mahar maka cukuplah setelah
itu, tanggung jawab seorang ayah ataupun wali bagi pengantin wanita
berpindah kepada sang pria sebagai pemangku tanggung jawab,
selanjutnya bagi pengantin wanita tersebut.
Ijab dan qabul ini dimaknai sebagai perwujudan di hadapan Allah
SWT. Mengutarakan janji suci di hadapan penghulu, dan wali beserta
saksi. Yang mana di dalam perbincangan tersebut mengatasnamakan janji
yang terikat dan tidak dapat dengan mudah dipisahkan. Oleh karena itu,
ketika kata ijab dan qabul telah terucap akan terus terikat antara satu
dengan lain.
5. Saksi
Pada sebuah pernikahan yang akan dilakukan bagi seorang pengantin
pria dan pengantin wanita, maka haruslah ada nya 2 orang saksi dari
seorang pria. Karena dengan adanya sebuah saksi ini, maka akan semakin

4
memperkuat hubungan sebuah janji suci yang senantiasa diucapkan oleh
seorang yang sedang melangsungkan sebuah pernikahan.
Ketika dalam akad nikah tidak adanya sebuah saksi dan wali, maka
pastilah pernikahan tersebut tidak akan mendapatkan pengakuan secara
hukum maupun tidak sah secara syariat agama Islam. Karena undang –
undang dan peraturan yang berlaku pun tidak memperbolehkan
pernikahan tanpa adanya wali dan saksi. Maka cukup sederhana dalam
praktiknya, yaitu dengan adanya saksi 2 orang pria.

Adapun syarat sah pernikahan adalah sebagai berikut:


1. Beragama Islam
Pernikahan yang dilandasi dengan ikatan syariat Islam, maka
mengharuskan pengantin pria maupun pengantin wanita beragama Islam.
Tidak sah dan tidak diperkenankan ketika seorang muslim menikahi
orang non muslim dengan menggunakan ijab dan qabul secara Islam.
Tentunya ini akan mengakibatkan kekeliruan yang nyata.
2. Bukan Pria Mahrom Bagi Calon Istri
Syarat nikah ialah salah satunya yang tidak memiliki ikatan mahrom
dengan bapak kita. Ketika hal ini bisa dihindari, maka pernikahan pun
akan bisa berjalan lancar dan tidak adanya pelarangan dan tidak
melanggar dengan ketentuan syariat Islam.
3. Mengetahui Wali Akad Nikah
Wali nikah ini sejatinya harus jelas jalur dari keturunannya. Maka
kenapa saat ini pemroses pencarian akta kelahiran itu sangatlah penting,
guna ketika melaksanakan sebuah pernikahan ini bisa berjalan lancar dan
tidak terjadi pernikahan di luar syariat Islam. Bagi seorang pengantin pria
haruslah mencari tahu seperti apa kehidupan seorang pengantin wanita
tersebut.
Ketika telah mengetahui kehidupan seorang pengantin wanita, maka
selanjutnya ialah mengetahui tentang wali bagi seorang wanita tersebut.
Jika wali seorang wanita tersebut mengalami kendala dan ataupun sulit

5
untuk dimengerti, memang berarti dahulu nya terjadi hal yang kurang
baik pada wanita tersebut. Oleh karena itu, menentukan pilihan
berdasarkan keturunannya sangatlah penting.
4. Tidak Sedang Melakukan Haji
Ibadah haji merupakan ibadah yang semua amalannya mendapatkan
pahala yang berlipat ganda. Setiap ibadah solat senantiasa perumpamaan
perhitungannya ini, selalu menakjubkan dan membuat siapapun pastilah
ingin untuk mengunjunginya Mekah dan Madinah. Adapun perihal nikah
ini, yaitu ketika dalam pelaksanaan haji maka tidak diperkenankan
menikah.
Dalam Islam ada bulan tertentu dan cara sesuai adab syariat yang
memang tidak diperkenankan untuk melangsungkan sebuah pernikahan.
Salah satu nya ialah ketika melaksanakan ibadah haji. Oleh karena itu,
memang perlu diperhatikan bagi Anda yang akan melaksanakan ibadah
haji sebaiknya menunda pernikahan. Ketika telah selesai melaksanakan
ibadah haji di Mekah dan Madinah.
5. Tidak Menikah Secara Terpaksa
Syarat nikah ini ialah ketidakpaksaan akan sebuah pernikahan. Bisa
dibayangkan dahulunya seorang pengantin itu haruslah mengikuti
permintaan orang tua, namun kini telah diberikan keleluasaan kepada
calon pengantin.
Namun meskipun begitu, tetap haruslah diperjelas kepada para
pengantin agar ketika kata sah telah terucap, maka seluruh tanggung
jawab dan beban menjadi tanggung jawab bersama dan berusaha sekuat
tenaga untuk bisa mempertahankan keutuhan rumah tangga, yang diawali
dengan ijab qabul. Ketika telah mampu menjaga keutuhan rumah tangga,
maka akan langgeng dan sesuai syariat Islam.

6
B. Walimatul Ursy
Nikah dianggap sah apabila telah dilaksanakan akad nikah. Dengan
ketentuan harus ada kedua calon pengantin yang secara syariat diperbolehkan
untuk menikah (bukan mahram), wali nikah dari pihak perempuan, dua saksi
muslim laki-laki, dan ijab qobul. Setelah selesai akad nikah, diadakanlah
walimah sebagai ungkapan syukur kepada Allah.
Walimatul ‘Ursy atau disingkat walimah adalah sebuah jamuan makan
sebagai ucapan rasa syukur setelah diadakannya akad nikah. Dalam walimah,
kedua mempelai beserta keluarga menyiapkan jamuan makan bagi para tamu
undangan, kerabat, dan sanak saudara.
Walimah dalam Islam hukumnya sunnah. Ketika Rasulullah Saw
mengetahui bahwa Abdurrahman bin ‘Auf telah menikah, beliau bersabda:
‫أ َ ْو ِل ْم َولَ ْو بِشَـاة‬

“Buatlah walimah walaupun (sekadar) dengan seekor kambing.” (HR. Bukhari)


Rasulullah Saw sangat menganjurkan walimah walau hanya
menyembelih seekor kambing. Walimah hendaknya juga tidak dilaksanakan
dengan bermewah-mewahan.
Meskipun kita tahu bahwa Abdurrahman bin ‘Auf merupakan sahabat
yang terkenal dengan hartanya yang melimpah, namun Rasulullah Saw
memerintahkannya untuk mengadakan walimah secara sederhana. Dari sini
kita dapat memetik ilmu bahwa walimah merupakan tanggungjawab laki-laki
(suami), bukan tanggung jawab perempuan. Bahkan, setelah akad maka
kewajiban dari seorang bapak berpindah kepada seorang suami. Diantaranya
untuk memberi nafkah berupa makan, pakaian, tempat tinggal, dan perasaan
kepada istrinya.
Saat ini sudah sering kita jumpai umat muslim mengadakan walimah.
Dalam praktiknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar walimah
dapat bernilai ibadah dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam.

7
1. Tidak Memaksakan Diri
Walimah sebagai rasa syukur atas nikmat Allah Swt berupa prosesi
akad nikah. Dibuktikan dengan memberikan makanan kepada tamu, kerabat,
dan sanak saudara. Dengan demikian makanan walimah dihukumi sebagai
sedekah atau hadiah.

2. Sesuaikanlah walimah dengan kemampuan


Tidak berlebih-lebihan, bermewah-mewahan, dan berlaku mubadzir.
Jangan memaksakan diri berutang guna menggelar resepsi yang wah agar
meninggalkan kesan meriah. Untuk membayar utangnya, biasanya berharap
dari sumbangan tamu. Ini tentu tidak benar.

3. Walimahan jangan merepotkan orang banyak lantaran harus menyumbang


Meskipun menyumbang atau memberi hadiah itu boleh. Umumnya
dalam walimah terdapat kotak infaq. Seakan-akan tamu diwajibkan memberi
infaq. Secara tersirat, hal ini dapat dikatakan sebagai transaksi antara tuan
rumah dengan para tamu. Tamu yang hadir juga belum tentu ikhlas ketika
memberikan infaq. Buktinya infaq mereka diberi nama. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka mengharapkan timbal balik dari pihak tuan rumah. Mestinya,
makanan walimah diberikan dengan gratis agar bernilai sedekah.

4. Mempelai Wanita di hadapan tamu laki-laki


Biasanya saat walimah, kedua mempelai menempati panggung
pernikahan. Tidak hanya dipajang, kedua mempelai juga didandani layaknya
raja dan ratu. Padahal menurut Islam ketika seorang wanita berdandan yang
paling berhak melihat hanya suaminya.

C. Tuntunan Bercinta

Agama Islam bukan hanya agama yang mengatur tata cara ibadah
hamba kepada Tuhannya, melainkan juga segala aspek kehidupan, termasuk
masalah sex. Masalah satu ini memang sangat prbadi ketika melakukan tapi
dampaknya kadang terlihat keluar. Kehormatan dalam Islam adalah milik

8
insan yang paling berharga bahkan dalam beberapa kasur dia lebih dihargai
daripada nyawa. Hubungan kelamin adalah fitrah manusia, bahkan fitrahnya
makhluk hidup, sampai-sampai tumbuhan saja punya sifat untuk kawin.
Itulah sebabnya Islam sebagai agama yang komprehensif mengatur
dengan memberikan batasan mana yang boleh dan yang dilarang ketika
seseorang berhubungan suami istri. Perbuatan zina terjadi karena motivasi
yang tinggi dari rasa tak pernah puas sebagai watak manusia. Dan kapan,
dimana saja, perasaan tak pernah puas itu selalu memegang peranan termasuk
dalam berpacaran. Pacaran adalah sebuah proses ketidakpuasan yang terus
berlanjut untuk sebuah pembuktian cinta.
Berikut secara umum tahapan dalam berpacaran :
1. Pertemuan pertama
2. Berlanjtnya gelora cinta
3. Pembuktian
Keseringan berduaan yang selalu ditemani setan telah menjerumuskan
dalam nafsu syahwat, lagu-lagu iblis telah mengikat. Mereka jadi terbiasa
jalan berdua yang pada hakikatnya setan telah berada diantara mereka,
bergandengan dengan canda gurau.
Setelah sekian lama berpacaran, perasaan bosan pun muncul.
Segalanya telah diberikan oleh wanita dan dia pun menuntut tanggung jawab.
Namun, pada akhirnya sang pria pun telah pergi tanpa pesan. Hal ini
menandakan bahwa bayang-bayang cinta yang suci bukanlah dengan cara
pacaran.

D. Aqiqah
Pengertian aqiqah, secara bahasa aqiqah berarti memutus. Al-Ash-
mu’i berpendapat : aqiqah asalnya adalah rambut dikepala anak yang baru
lahir. Kambing yang dipotong disebut aqiqah karena rambut anak tersebut
dipotong ketika kambing itu di sembelih.
Sedangkan secara istilah syara’ aqiqah berarti menyembelih kambing
untuk anak pada hari ketujuh dari kelahirannya.

9
Dalil yang berkenaandengan aqiqah
Rasulullah SAW bersabda :
“ sesungguhnya anak itu di aqiqahi. Maka tumpahkanlah darah baginya dan
jauhkanlah penyekit daripadanya ( dengan mencukur ) “ ( Hadits shahih
riwayar Bukhari, dari Salman Bin Amar Adh-Dhabi ).
Aqiqah adalah tanda syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat yang
diberikannya. Juga sebagai washilah ( sarana ) memohon kepada Allah SWT
agar menjaga dan memelihara sang bayi. Dari hadist diatas pula ulama
menjelaskan bahwa hukun aqiqah adalah sunnah muakkadah ( sunah yang
sangat dianjurkan ) bagi para wali bayi yang mampu, bahkan tetap dianjurkan
sekalipun wali bayi dalam kondisi sulit.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam aqiqah :
1. Kambing yag akan disembelih mencapau umur minimal 1 tahun dan sehat
tanpa cacat sebagaimana persyaratan untuk hewan kurban.
2. Jika bayi yang dilahirkan laki-laki, dianjurkna untuk menyembelih 2 ekor
kambing yang sepadan ( sama besarnya ), sedangkan bayi perempuan
disembelihkan 1 ekor kambing.
3. Dianjurkan agara aqiqah itu disembelih atas nama anak yang dilahirkan.
4. Adapin daging aqiqah tersebut selain dimakan oleh keluarga sendiri, juga
disedekahkan dan di hadiahkan.
5. Di sunahkan daging aqiqah dimasak, sedangkan daging kurban
disunahkan dibagikan mentah.
6. Umumkan nama anak pada hari ketujuh dengan memilihkannya nama-
nama yang baik.
7. Mencukur rambunya, kemudian bersedekah senilai harga perak yang
setimbang dengan berat rambutnya.

Makna filosofis ibadah aqiqah


“setiap anak itu terasuransikan dengan aqiqahnya. Ia disembelihkan
(binatang) pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya, dan dicukur
kepalanyakemudian diberi nama pada hari itu “. (Ash-habus-Sunan)

10
Dari teks hadits diatas, mengisyarakatkan bahwa pada setiap kelahiran bayi
yang disertai prosesi aqiqah, setidaknya ada dua tanda yang mesti
diperhatikan ole setiap muslim;
1. Penyembelihan kambing atau domba. Penyembelihan intinya adalah pada
tumpahnya darah ke tanah, ia merupakan simbolik dari kencintaan,
ketauhidan, optimisme dan pengorbanan. Tumpahnya darah bagi seorang
muslim adalah suatu niscaya, sesuatu yang tidak perlu ditakuti, sebab
tidak ditumbuhkan pada jalan yang haq, darah suatu saat akan hilang atau
beku (mati).
2. Dicukur plontos adalah simbol dari kebebasan, kesucian dan simbol yang
mendapat rahmat. Dicukurnya rambut sampai plontos, adalah simbol
pembersihan diri dari segala perkara-perkara yang memberatkan
kehidupan manusia baik secara jasmani maupun rohani.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rukun dan syarat nikah menjadi hal yang wajib ada, pada setiap prosesi
akan melaksanakan sebuah pernikahan. Ketika seluruh rukun dan syarat ini
terpenuhi, maka akan menjadikan sah nya sebuah hubungan pernikahan. Tetapi
ketika dalam melaksanakan pernikahan tanpa adanya sebuah rukun dan syarat
yang terurut dan tertib, maka tidak akan sah dan berlaku pernikahan tersebut.
Walimatul ‘Ursy atau disingkat walimah adalah sebuah jamuan makan
sebagai ucapan rasa syukur setelah diadakannya akad nikah. Dalam walimah,
kedua mempelai beserta keluarga menyiapkan jamuan makan bagi para tamu
undangan, kerabat, dan sanak saudara.
Agama Islam bukan hanya agama yang mengatur tata cara ibadah
hamba kepada Tuhannya, melainkan juga segala aspek kehidupan, termasuk
masalah sex. Itulah sebabnya Islam sebagai agama yang komprehensif
mengatur dengan memberikan batasan mana yang boleh dan yang dilarang
ketika seseorang berhubungan suami istri. Perbuatan zina terjadi karena
motivasi yang tinggi dari rasa tak pernah puas sebagai watak manusia. Dan
kapan, dimana saja, perasaan tak pernah puas itu selalu memegang peranan
termasuk dalam berpacaran.
Secara bahasa aqiqah berarti memutus. Al-Ash-mu’i berpendapat :
aqiqah asalnya adalah rambut dikepala anak yang baru lahir. Kambing yang
dipotong disebut aqiqah karena rambut anak tersebut dipotong ketika
kambing itu di sembelih.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca agar dapat
memahami bagaimana pelaksanaan pernikahan dan aqikah. Selain itu
diharapkan pembaca dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam makalah ini
dalam penulisan karya ilmiah ataupun sejenisnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
https://ydsf.org/berita/walimatul-ursy-dalam-islam-ydsf-7qD3.html
Lamabawa, Dahlan dkk. 2013. Meniti Diatas Sunnah Menggapai Keluaga
Sakinah. Makassar : LSQ Makassar.

13

Anda mungkin juga menyukai