Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Setiap manusia bukan merupakan makhluk individu yang tidak mungkin
hidup sendiri tanpa orang lain, karena Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
memang diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan orang lain atau
saling berpasangan.
Perkawinan merupakan sesuatu yang sacral, tidak dapat dipisahkan dari nilai-
nilai ajaran agama, dalam UU Perkawinan juga dikatakan bahwa pernikahan harus
atau wajib dilaksanakan sesuai ketentuan hokum agamanya dimana terdapat
beberapa ketentuan yang merupakan peraturan dalam memilih pasangan dan untuk
hidup bersama pasangan, baik itu peraturan agama, adat-istiadat maupun sosial
kemasyarakatan. Namun seiring dengan arus globalisasi dan mobilitas penduduk
yang tinggi banyak terjadi masalah yang bersangkutan dengan pernikahan, salah
satunya adalah pernikahan beda agama yang banyak diperdebatkan saat ini,
faktanya banyak kasus pernikahan beda agama yang berakhir di meja hijau, hal
inilah yang menjadi bukti bahwa manusia cenderung mengikuti nafsunya tanpa
memikirkan dampak yang dapat terjadi di masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang diatas kami mencoba untuk mengkaji fenomena
pernikahan beda agama yang sedang marak saat ini dari sudut pandang Islam
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami menuliskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dan makna pernikahan dalam Islam?
2. Apa sajakah ketentuan pernikahan dalam Islam?
3. Mengapa Islam melarang pernikahan beda agama?
4. Bagaimana Al-Qur`an dan hadist menyikapi pernikahan beda agama.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin kami capai dari pengkajian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dan makna pernikahan dalam Islam.
2. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan pernikahan dalam Islam.
3. Untuk mengetahui alasan mengapa Islam melarang pernikahan beda agama.
4. Untuk mengetahui ayat Al-Qur`an dan hadist dalam menyikapi pernikahan
beda agama.
BAB II
PEMBAHASAN
Syarat yang harus dipenuhi oleh wali mempelai perempuan antara lain pria
beragama islam yang sudah dewasa, tanpa ada paksaan, sedang tidak ihram haji
dan umroh, tidak fasik, sehat rohani (tidak gila), sadar, dan tidak ada halangan
atas perwaliannya serta punya hak atas perwaliannya. Terdapat beberapa macam
wali nikah menurut Islam, antara lain wali mujbir (wali dari bapaknya sendiri atau
kakek dari bapak yang mempunyai hak mewalikan pernikahan anak
perempuannya atau cucu perempuannya dengan persetujuannya), wali aqrab (wali
terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak menjadi wali), wali
ab’ad (wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali, jika wali
aqrab tidak ada), wali raja/hakim (wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh
pemerintah atau pihak berkuasa pada negeri tersebut dengan sebab-sebab
tertentu).
Syarat sah bagi saksi dalam suatu prosesi pernikahan, yaitu pria / laki-laki,
berjumlah dua orang, sudah dewasa / baligh, mengerti maksud dari akad nikah,
dan hadir langsung pada acara akad nikah.
Kata-kata dalam Ijab Kabul sendiri tidak boleh menggunkan kata-kata yang
samar atau tidak dimengerti secara jelas artinya, jumhur ulama berpendapat
bahwa Ijab Kabul boleh dengan tidak menggunakan bahasa arab jika salah
satumempelai tidak mengerti bahasa arab, namun wajib menggunakan bahasa
arab apabila keduanya memahami bahasa arab.
Syarat-syarat Ijab Kabul sendiri antar lain kedua mempelai sudah tamyîz,
dilaksanakan dalam satu majlis, ucapan Kabul tidak menyalahi ucapan Ijab, dan
pihak yang mengadakan akad harus mendengar ucapan masing-masing (Tihami,
2009 :79-88).
Maka dari uraian diatas dapat dikatakan jika akad nikah atau pernikahan yang
tidak dapat memenuhi syarat dan rukunnya menjadikan pernikahan tersebut tidak
sah menurut hukum.
a. Nikah atau pernikahan merupakan jalan yang paling baik dan sesuai untuk
menyalurkan dan memuaskan naluri seks yang dapat menjadikan jiwa menjadi
tenang, mata terpelihara dari perbuatan haram yang dapat menghindarkan kita
dari perbuatan zina.
b. Adanya pernikahan merupakan jalan terbaik untuk membuat anak-anak
menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta
memelihara nasib yang oleh Islam sangat diperhatikan.
c. Akan menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan serta sifat-sifat baik,
seperti cinta dan sayang yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.
d. Menyadari tanggung jawab bersuami maupun beristri dan menanggung anak-
anak, menimbulkan sikap rajin, dan memperkuat bakat dan pembawaan
seseorang. Juga dapat mendorong usaha untuk memanfaatkan hasil alam guna
kepentingan manusia.
e. Pembagian tugas akan menimbulkan rasa tanggungjawab antara suami dengan
istri
f. Perkawinan menambah tali persaudaraan, memperteguh kelanggengan rasa
cinta antara keluarga, dan memperkuat hubungan masyarakat (Tihami dkk,
2008: 19-20).
Artinya: “…..mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang
kafir itu tiada halal pula bagi mereka”. (QS. Al-Mumtahanah: 10)
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai seorang Muslim yang baik dan taat, hendaknya kita menjadikan
pernikahan sebagai salah satu upaya ibadah yang kita lakukan kepada Allah
SWT dan tidak menjadikannya sebagai alat pemuas nafsu sesaat saja. Selain
itu, kita juga harus menghindari segala hal yang dilarang oleh Allah SWT
dan menjadikan pernikan dengan latar belakang kepercayaan dan agama
yang berbeda sebagai suatu pilihan yang paling akhir yang akan diambil
karena masih banyak orang-orang muslim dan muslimah yang lebih layak
untuk menjadi pendamping hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA
Ajat Sudrajat dkk. 2013. Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi Umum. Yoyakarta: UNY Press.
Asep Abdul. 2013. Pernikahan Beda Agama Dalam Perspektif Al-Qur`an. Diunduh
dari http://thwalisongo.blogspot.com/2013/09/nikah-beda-agama-vs-stabilitas-
rumah.html. Pada hari Kamis, 19 Maret 2015 pukul 10.00 WIB.
Firdaus, Edwin. 2013. Ini Alasan Kenapa Ratu Atut Lebih Cepat Ditahan. Diunduh
dari www.Tribunnews.com.html. Pada hari Kamis, 19 Maret 2015 pukul
08.00 WIB.
Hsh-kenispri. 2013. Pandangan Al-Kitab tentang Pernikahan. Diunduh dari
http://hsh-kenispri.blogspot.com/2013/05/pandangan-alkitab-tentang-
pernikahan.html. Pada hari Jumat 20 Maret 2015 pukul 13.00 WIB.
Kompas. 2014. Majelis Tinggi Khonghucu: Perbedaan Agama tak Jadi Penghalang
Perkawinan. Diunduh dari
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/24/15470501/Majelis.Tinggi.Khong
hucu.Perbedaan.Agama.Tak.Jadi.Penghalang.Perkawinan. Pada hari Senin, 15
Maret 2015 pukul 13.00 WIB.
Kompas. 2014. Parisada Hindu Dharma Indonesia Tolak Revisi UU Perkawinan.
Diunduh dari
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/24/14411821/Parisada.Hindu.Dhar
ma.Indonesia.Tolak.Revisi.UU.Perkawinan?utm_campaign=related_left&utm
_medium=bp&utm_source=news. Pada hari Senin, 15 Maret 2015 pukul
13.20 WIB.
Kompasiana. 2013. Pernikahan dalam Perspektif Berbagai Agama. Diunduh dari
http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/17/pernikahan-beda-agama-dalam-
perspektif-berbagai-agama-611672.html. Pada hari Kamis, 19 Maret 2015
pukul 10.57 WIB.
Tihami dkk. 2008. Fikih Munahakat: Kajian fikih Nikah Lengkap. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Wikipedia. 2015. Pernikahan Dalam Islam. Diunduh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam . Pada hari Kamis, 19
Maret 2015 pukul 07.01 WIB.
Zarkasih, Ahmad. 2014. Pernikahan Beda Agama Dalam Perspektif Islam. Diunduh
dari https://sepdhani.wordpress.com/2014/09/23/pernikahan-beda-agama-
dalam-perspektif-islam/. Pada hari Jumat, 20 Maret 2015 pukul 11.00 WIB.