DISUSUN OLEH:
Muhaikal Ramadha
(2020203874230026)
Muh fadli
(2020203874230019)
1
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Allah yang Maha Pengasih tak pilih kasih,
lagi Maha Penyayang tak pandang sayang.Allah yang senantiasa menganugerahkan
nikmat dan kasih sayang-Nya kepada setiap manusia, sehingga dengan rahmat, taufiq
dan inayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya,
meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan masih terdapat kekurangan yang
masih memerlukan perbaikan seperlunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas [Hj.
Rusdaya Basri, Lc, M. Ag] Selain itu makah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan kami sebagai penulis.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
1. Pengertian perkawinan.............................................................................................5
A. KESIMPULAN..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Nikah bersifat kontraktual, artinya baik pengantin laki-klaki dan perempuan itu
berhak menetapkan syarat-syarat dan memilih pasanganya masing-masing. Menurut
ketentuan agama Islam, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan
perempuan yang bermaksud untuk membangun rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan rahmah.
Akad nikah memiliki posisi penting dalam pernikahan. Sah atau tidaknya suatu
pernikahan sangat bergantung kepada akad pernikahan. Akad pernikahan dapat
dianggap sah jika rukun dan syaratnya terpenuhi. Selain berhubungan dengan rukun
dan syarat, pernikahan di Indonesia juga bergantung kepada Undang-Undang yang
berlaku.
1.2RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian perkawinan
2. Dasar hukum perkawinan
3. Hukum melakukan perkawinan
4.Hikma dan Tujuan perkawinan
5. Prinsip-prinsip perkawinan
6. Rukun dan syarat sah perkawinan
1.3. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pernikahan
Perkawinan yang dalam istilah agama disebut (Nikah) ialah melakukan suatu akad
atau perjanjian untuk mengikat antara seorang pria dan wanita untuk menghalalkan
hubungan kelamin antara kedua belah pihak sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku
serta diridhoi Allah SWT.
Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal yang didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ada 5 unsur dari pengertian perkawinan menurut UU No. 1 tahun 1974, sebagai
berikut:
d. Adanya Tujuan.
Tujuan dalam perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal. Seorang pria dan seorang wanita yang telah mempunyai ikatan lahir
batin dengan melangsungkan perkawinan haruslah menuju pada suatu perkawinan
yang kekal, bukan untuk masa tertentu.
__________________________________________
Ibid. Hlm 15.
5
b. Pengertian Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam
Dalam Kompilasi Hukum Islam (Inpres No. 1 Tahun 1991) mengartikan perkawinan
adalah akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
Dr. Anwar Haryono SH, dalam bukunya Hukum Islam juga mengatakan:
“pernikahan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan untuk membentuk keluarga bahagia”.
Prof. Subekti, SH, Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama.
Abdullah Sidiq, Penikahan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang
perempuan yang hidup bersama (bersetubuh) dan yang tujuannya membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan, serta mencegah perzinaan dan menjaga
ketentraman jiwa atau batin.
__________________________________________
Riduan Syahrani, Seluk beluk Asas-asas hukum perdata, (Banjarmasin; PT. Alumni, 2006)
Subekti dan Tjitrosudibio. 2013. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan UU No. 1 Tahun
1974. Jakarta: Pradnya Paramita
http://smktpi99.blogspot.com/2013 /01/pernikahan/15.html diakses pukul 11.34 WIB, 17 agustus 2016.
ABD. Shomad, Hukum Islam (Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia) Kencana Prenada Media Group ,
Jakarta, 2010.
6
2. Dasar hukum perkawinan
1. QS. Ar. Ruum (30):21 : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.
2. QS. Adz Dzariyaat (51):49 : Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
3. HR. Bukhari-Muslim : Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah
mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih
dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang
belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa
menjadi perisai baginya.
1. UUD 1945 Pasal 28B Ayat 1, yang mengatur hak seseorang untuk melakukan
pernikahan dan melanjutkan keturunan. Adapun bunyi dari Pasal 28B Ayat 1 adalah
“Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.”
3. Kompilasi Hukum Islam melalui instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 1991
Tanggal 10 Juni 1991 dan diantisipasi secara Organik oleh keputusan Menteri Agama
No. 154 Tahun 1991 tanggal 22 Juli 1991. Terdapat nilai – nilai hukum Islam di bidang
perkawinan, hibah, wasiat, wakaf, dan warisan. Yang berkaitan dengan perkawinan
terdapat dalam buku I yang terdiri dari 19 bab dan 170 pasal (Pasal 1 sampai dengan
pasal 170).
Ada beberapa asas dan prinsip perkawinan seperti: Asas sukarela, Partisipasi keluarga,
Perceraian dipersulit, Poligami dibatasi secara ketat, Kematangan calon mempelai,
Memperbaiki derajat kaum wanita
__________________________________________
Asro Sastroatmodjo dan Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang, hlm 31.
7
3. Hukum melakukan perkawinan
Pada dasarnya Islam menganjurkan perkawinan, akan tetapi para ulama berbeda
pendapat dalam hukum asal perkawinan. Menurut jumhur ulama hukum asal
perkawinan adalah wajib hukumnya. Sedangkan Syafi'iyyah mengatakan bahwa hukum
asal perkawinan adalah mubah. Dan seseorang dibolehkan melakukan perkawinan
dengan tujuan mencari kenikmatan. Hukum Perkawinan ada lima macam yaitu Wajib,
Sunnah, Haram, Makruh dan Mubah. sebagai mana diuraikan oleh Abdurrahman al-
Jaziri sebagai berikut :
1. Wajib
Perkawinan hukumnya wajib bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan dan memikul beban kewajiban dalam hidup perkawinan serta ada
kekhawatiran apabila tidak kawin maka akan mudah untuk melakukan zina. Menjaga
diri dari perbuatan zina melakukan perkawinan hukumnya wajib.
2. Sunnah
Perkawinan hukumnya sunnah bagi orang yang berkeinginan kuat untuk kawin dan
telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul kewajiban-kewajiban
dalam perkawinan, tetapi apabila tidak melakukan perkawinan dan juga tidak ada
kehawatiran akan berbuat zina itu hukumya sunnah.
3. Haram
Perkawinanan hukumnya haram bagi orang yang belum berkeinginan serta tidak
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul kewajiban- kewajiban
hidup perkawinan atau punya tujuan menyengsarakan istrinya, apabila perkawinan
akan menyusahkan istrinya dengan demikian Perkawinanan merupakan jembatan
baginya untuk berbuat zolim. Islam melarang berbuat zolim kepada siapapun, maka alat
untuk berbuat zolim di larangnya juga.
4. Makruh
Perkawinanan menjadi makruh bagi seseorang yang mampu dari segi materiil, cukup
mempunyai daya tahan mental sehingga tidak akan kawatir terseret dalam perbuatan
zina. Tetapi mempunyai kekhawatiran tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajiban
terhadap istri. Meskipun tidak berakibat menyusahkan pihak istri misalnya, pihak istri
tergolong orang yang kaya atau calon suami belum mempunyai keinginan untuk
perkawinan.
5. Mubah
Perkawinanan hukumnya mubah bagi orang-orang yang mempunyai harta benda tetapi
apabila tidak kawin tidak akan merasa khawatir berbuat zina dan tidak akan merasa kawatir
akan menyia-nyiakan kewajibannya terhadap istri. Perkawinan dilakukan hanya sekedar
memenuhi kesenangan bukan dengan tujuan membina keluarga dan menjaga keselamatan
hidup beragama.
__________________________________________
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu alā al- Madhahibi Al-Arba'ah, 15
4. Hikma danTujuan perkawinan
8
Islam menganjurkan dan menggalakkan perkawinan maksudnya tiada lain karena
banyaknya faedah manfaat yang terkandung di dalamnya, baik bagi diri pribadi
seseorang maupun bagi masyarakat, bahkan bagi seluruh manusia. Maka anjuran untuk
menikah bagi manusia ini tentunya tidak terlepas dari adanya hikmah dan tujuan.
a. Naluri seksual merupakan naluri yang paling kuat, yang selalu mendesak manusia
untuk mencari penyaluran. Dan jika itu jalannya tersumbat dan ia tidak akan
mempunyai kepuasan, manusia akan mengalami kegelisahan dan keluh kesah, yang
akan menyeretnya ke dalam penyelewangan-penyelewengan yang tidak dinginkan.
Maka perkawinan adalah suatu cara yang paling baik, dan corak kehidupan yang paling
tepat untuk memuaskan naluri dengan jalan yang diridhoi Allah SWT.
c. Perkawinan adalah cara yang tepat untuk menumbuhkan naluri keibuan dan naluri
kebapakan.
2. Tujuan Perkawinan
c. Menyempurnakan agama.
d. Mendapatkan keturunan.
e. Memperoleh ketenagan
__________________________________________
Shayh Sayyid As-Sā biq, Fiqh Sunnah, wali nikah dan Pesta Kawin (tarj.), Kahar Masyhur, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990 )
5. prinsip-prinsip perkawinan
9
Ada empat yang didasarkan pada ayat-ayat Al-Quran yaitu :
Prinsip ini sebenarnya kritik terhadap tradisi bangsa arab yang menempatkan
perempuan pada posisi yang lemah, sehingga untuk dirinya sendiri saja ia tidak
memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang terbaik pada dirinya. Oleh sebab itu
kebebasan memilih jodoh adalah hak dan kebebasan laki-laki dan perempuan sepanjang
tidak bertentangan dengan syariat islam.
Prinsip ini didasarkan pada firman Allah QS. Ar-Rum: 21. mawaddah wa rahmah
adalah karakter manusia yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. Jika binatang
melakukan hubungan seksual semata-mata untuk kebutuhan seks itu sendiri juga
dimaksudkan untuk berkembang biak. Sedangkan perkawinan manusia bertujuan
untuk mencapai ridha Allah.
Prinsip ini didasarkan pada firman Allah SWT yang terdapat pada surah al-Baqarah :
187 yang menjelaskan istri-istri adalah pakaian sebagaimana layaknya dengan laki-laki
juga sebagai pakaian untuk wanita. Perkawinan laki-laki dan perempuan dimaksudkan
untuk saling membantu dan melengkapi, karena setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangan.
Prinsip ini didasarkan pada firman Allah yang terdapat para surah an-Nisa’: 19 yang
memerintahkan kepada setiap laki-laki untuk memperlakukan istrinya dengan cara
ma’ruf.
__________________________________________
Maslahah, Vol.2 No.1
10
Dalam melaksanakan suatu perkawinan terdapat rukun yang harus di penuhi. Dalam
buku Fiqih Islam Lengkap karangan Moh. Saifulloh Al- Azis telah diterangkan mengenai
rukun dan syarat- syarat pernikahan, yaitu :
1. Rukun Nikah
a. Pengantin laki- laki
b. Pengantin perempuan
c. Wali
d. Dua orang saksi
e. Ijab dan qabul
Sedangkan kata syarat oleh Ahmad Warson Munawwir dalam kamusnya al-
Munawwir dikemukakan sebagai berikut :
Syarat Nikah
__________________________________________
Moh. Saifullah Al- Aziz S. Fiqih Islam Lengkap (Surabaya: Terbit terang Surabaya), 475.
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Yogyakarta: Pon-Pes al- Munawwir, 1984 ), 760
BAB III
11
PENUTUP
A. Kesimpualan
3. hukum prkawinan ada 5 macam wajib, sunat, haram, makruh dan mubah
1. Rukun Nikah
a. Pengantin laki- laki
b. Pengantin perempuan
c. Wali
d. Dua orang saksi
e. Ijab dan qabul
12
DAFTAR PUSTAKA
Jaziri, Abd al- Rahman al-. Tanpa Tahun. al-Fiqh ala Mazahib al-Arba’ah. Mesir :
Maktabah al-Tijariyah al-Kubra.
Mahmood, Tahir. 1972. Family Law Reform in the Muslim World. Bombay:Tripathi.
Mahmood, Tahir.1987. Personal Law in Islamic Countries : History, Text and Comparative
Analysis. New Delhi : Academy of Law and Religion.
Ali Afandi, Hukum mawaris, Hukum Keluarga, Dan Hukum Pembuktian, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
13