Anda di halaman 1dari 14

Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Nama: Zulia Rahmi


Nim : 1910115320003 C

Mata Kuliah: Praktikum Geografi


Penduduk dan Demografi E

Kelas: A1
F
Perkawinan dan Perceraian
Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas.
Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
fertilitas, yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Dalam
perencanaan pembangunan, data mengenai perkawinan merupakan masukan bagi
perencanaan pembangunan seperti penyediaan fasilitas perumahan bagi keluarga-
keluarga muda, fasilitas pelayanan kesehatan, dan pelayanan dasar lainnya.

Perkawinan jika dilakukan pada umur yang “tepat” akan membawa kebahagian
bagi keluarga dan pasangan (suami dan istri) yang menjalankan perkawinan tersebut.
Perkawinan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda (dini) akan membawa banyak
konsekuensi pada pasangan, antara lain adalah dalam hal kesehatan, pendidikan dan
ekonomi. Dalam hal kesehatan antara lain dalam hal kejiwaan, dimana perkawinan yang
dilakukan pada usia dini akan lebih mudah berakhir dengan kegagalan karena ketiadaan
kesiapan mental menghadapi dinamika kehidupan berumah tangga dengan semua
tanggung jawab, seperti antara lain tanggung jawab mengurus/mengatur rumah tangga,
mencukupi ekonomi rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak.
Selain memerlukan kesiapan mental, perkawinan terutama bagi anak perempuan
merupakan persiapan untuk memasuki tahap kehamilan dan kelahiran. Dari segi kesehatan
seorang perempuan yang hamil dan melahirkan pada usia terlalu muda secara fisik belum
sempurna perkembangan semua organ tubuhnya. Perempuan yang masih berusia muda
secara fisik perkembangan tulang panggulnya belum sempurna untuk menjadi jalan lahir
bagi bayi yang dikandungnya.

Perkawinan merupakan suatu perubahan dari status perkawinan lain menjadi status
“Kawin”, misalnya perubahan dari status “belum kawin” atau bujangan (single) menjadi
status “kawin” atau nikah. Sedangkan perceraian adalah perubahan status dari kawin
menjadi janda atau duda baik karena kematian maupun perceraian hidup.

Perkawinan merupakan hal esensial bagi kehidupan manusia, karena disamping


perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan juga merupakan kodrati
manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis, sebenarnya sebuah perkawinan tidak hanya
mengandung unsur hubungan manusia dengan manusia yaitu hubungan keperdataan tetapi
disisi lain perkawinan juga memuat unsur sakralitas yaitu hubungan manusia dengan
Tuhannya. Hal ini terbukti bahwa semua agama mengatur tentang pelaksanaan perkawinan
dengan peraturannya masing-masing.
Perkawinan
Perkawinan atau pernikahan dalam fikih berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Menurut
fiqih, nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna.
Pendapat-pendapat tentang pengertian perkawinan antara lain adalah:

a. Menurut Hanabilah: nikah adalah akad yang menggunakan lafaz nikah yang bermakna tajwiz dengan maksud
mengambil manfaat untuk bersenang-senang.

b. Menurut Sajuti Thalib: perkawinan adalah suatu perjanjian yang kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santunmenyantuni, kasih-mengasihi,
tentram dan bahagia.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pengertian perkawinan dalam ajaran Islam mempunyai nilai
ibadah, sehingga Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat untuk
menaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Perceraian

Perceraian merupakan suatu proses yang di dalamnya menyangkut banyak aspek seperti: emosi, ekonomi, sosial, dan pengakuan secara resmi
oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku layaknya sebuah perkawinan. Menurut Spanier dan Thompson (1984) perceraian merupakan suatu
reaksi terhadap hubungan pernikahan yang tidak berjalan dengan baik dan bukan merupakan suatu ketidaksetujuan terhadap lembaga perkawinan.
Penelitian yang dilakukan Murdock (1950) mengenai perbandingan perceraian di negara-negara berkembang menyimpulkan bahwa di setiap
masyarakat terdapat institusi/lembaga yang menyelesaikan proses berakhirnya suatu perkawinan (perceraian) sama halnya dengan mempersiapkan
suatu perkawinan. Berbeda dengan Mudorck, Goode mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai definisi yang berbeda tentang konflik antara
pasangan suami-istri serta cara penyelesaiannya. Goode sendiri berpendapat bahwa pandangan yang menganggap perceraian merupakan suatu
“kegagalan” adalah bias, karena semata-mata mendasarkan perkawinan pada cinta yang romantic (Erna Karim) dalam (T.O. Ihromi, 1999:135).
Padahal semua system perkawinan paling sedikit terdiri dari dua orang yang hidup dan tinggal bersama dimana masing-masing memiliki keinginan,
kebutuhan, nafsu, serta latar belakang dan nilai sosial yang bisa saja berbeda satu sama lain. Akibatnya system ini bisa memunculkan ketegangan-
ketegangan dan ketidakbahagiaan yang dirasakan oleh semua anggota keluarga. Karena, apabila terjadi sesuatu pada perkawinan atau perceraian
maka akan timbul masalah-masalah yang harus dihadapi baik oleh pasangan yang bercerai maupun anak-anak serta masyarakat di wilayah terjadinya
perceraian. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa perceraian merupakan putusnya hubungan perkawinan secara hukum dan permanen.
Faktor Penyebab Perceraian

Walaupun pada mulanya para pihak dalam suatu perkawinan bersepakat untuk
mencari kebahagiaan dan melanjutkan keturunan dan ingin hidup bersama sampai akhir
hayat, seringkali hasrat serupa itu kandas ditengah jalan oleh adanya berbagai hal (Drs. Lili
Rasjidi, SH, LLM, 1983:4). Melalui pasal 38, Undang-undang Perkawinan nomor
1/1974 mengemukakan tiga sebab yang dapat mengakibatkan terputusnya suatu
perkawinan yaitu kematian, perceraian, dan atas keputusan Pengadilan. Akibat
meninggalnya salah satu pihak dengan sendirinya perkawinan terputus. Kejadian
serupa bagaimanapun adalah merupakan sebuah takdir Ilahi, cepat atau lambat
semua manusia itu akan mengalami kematian, dan setiap manusia tidak bisa lari
dari takdir yang telah ditetapkan oleh sang penciptanya. Lain halnya dengan
terputusnya perkawinan karena perceraian dan putusan Pengadilan. Seringkali
undang-undang mengaturnya secara ketat, oleh karena itu tujuan diberlakukannya
undang-undang itu sendiri ialah justru untuk kekalnya perkawinan dan membatasi
perceraian.
Pasal 39 Udang-undang Perkawinan mensyaratkan bahwa untuk melakukan perceraian harus
terdapat cukup alas an, bahwa antara suami istri itu tidak akan hidup rukun sebagai suami istri.
Adapun alas an-alasan yang dapat dipergunakan untuk menuntut perceraian terurai dalam
Penjelasan pasal tersebut dan pasal 19 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Faktor-faktor penyebab
tersebut itu diantaranya:

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pecandu obat-obatan terlarang, penjudi dan
lain-lain yang sulit untuk disembuhkan;
2. Salah satu pihak meninggalkan yang lainnya selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak
yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemauannya;
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5(lima) tahun atau hukuman lebih berat setelah
perkawinan berlangsung;
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap
pihak lain;
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri;
6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan
akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
ANGKA PERKAWINAN KASAR
Angka Perkawinan Kasar menunjukkan persentase penduduk yang berstatus kawin terhadap jumlah penduduk
keseluruhan pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu.

kegunaan

Perkawinan merupakan variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, antara lain melalui pendek atau
panjangnya usia subur yang dilalui sebagai pasangan usia subur (PUS) yang menentukan banyaknya kelahiran.
Jika tidak memakai suatu alat kontrasepsi untuk mengatur kelahiran, maka perkawinan usia muda akan
membuat PUS melewati masa yang panjang dan berpotensi melahirkan jumlah anak lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan yang menikah diatas usia 25 tahun. Davis dan Blake (1974) mengelompokkan perkawinan
sebagai salah satu variabel antara dalam mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas.

Cara Menghitung

Jumlah penduduk yang berstatus kawin dibagikan dengan jumlah penduduk pertengahan tahun dan dikalikan
dengan 1000.
ANGKA PERKAWINAN UMUM
Angka Perkawinan Umum menunjukkan proporsi penduduk yang berstatus kawin terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun
keatas pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu.

Kegunaan

Seperti halnya dengan Angka Perkawinan Kasar, Angka Perkawinan Umum dipergunakan untuk memperhitungkan proporsi
penduduk kawin. Namun disini, pembaginya adalah penduduk 15 tahun keatas dimana penduduk bersangkutan lebih berisiko
kawin. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun tidak diikutsertakan sebagai pembagi karena umumnya mereka tidak berisiko
kawin. Sehingga Angka Perkawinan Umum menunjukkan informasi yang lebih realitas.

Cara Menghitung

Jumlah penduduk yang berstatus kawin dalam satu tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk berumur 15+ tahun pada
pertengahan tahun tertentu serta dikalikan dengan 1000.
ANGKA PERCERAIAN KASAR

Angka Perceraian Kasar menunjukkan persentase penduduk yang berstatus cerai terhadap jumlah
penduduk keseluruhan pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu.

Kegunaan

Perceraian mempunyai implikasi demografis sekaligus implikasi sosiologis. Implikasi demografi


adalah mengurangi fertilitas, sedangkan implikasi sosiologis lebih kepada status cerai terhadap
perempuan dan anak-anak mereka.

Cara Menghitung

Angka perceraian kasar dihitung dengan membagi kasus perceraian yang terjadi dalam suatu kurun
waktu tertentu dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun di suatu wilayah tertentu.
ANGKA PERCERAIAN UMUM
Angka Perceraian Umum menunjukkan proporsi penduduk yang berstatus cerai terhadap jumlah penduduk usia
15 tahun keatas pada pertengahan tahun untuk suatu tahun tertentu.

Kegunaan

Seperti halnya dengan Angka Perceraian Kasar, Angka Perceraian Umum dipergunakan untuk memperhitungkan
proporsi penduduk cerai. Namun disini, pembaginya adalah penduduk 15 tahun keatas dimana penduduk
bersangkutan lebih berisiko cerai. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun tidak diikutsertakan sebagai pembagi
karena umumnya mereka tidak berisiko cerai. Sehingga Angka Perkawinan Umum menunjukan informasi yang
lebih baik karena memperhitungkan umur dan faktor resiko.

Cara menghitung
Untuk memperoleh angka perceraian yang lebih spesifik bisa dihitung dengan angka perceraian umum, yang
sudah memperhitungkan penduduk yang terkena resiko perceraian yaitu penduduk berumur 15 tahun ke atas atau
disebut penduduk yang berumur divorceable.
KESIMPULAN
Perkawinan adalah ikatan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Batasan untuk kawin yang ditetapkan
oleh UU ini adalah minimal berusia 19 tahun bagi laki-laki boleh kawin sedangkan bagi perempuan adalah minimal usia 16
tahun. Dan jika mereka menikah dibawah usia 21 tahun harus dengan ijin kedua atau salah satu orangtua atau yang ditunjuk
sebagai wali. (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974).

Kawin adalah status dari mereka yang terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah.
Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dan sebagianya) tetapi juga mereka yang
hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sah sebagai suami istri (BPS, 2000). BPS mengambil kriteria
“kawin” selain terkandung unsur legalitas hukum, juga termasuk sepasang laki-laki dan perempuan yang oleh masyarakat
sekeliling “dianggap” sebagai “kawin”.

Perceraian adalah suatu pembubaran yang sah dari suatu perkawinan dan perpisahan antara suami istri oleh surat keputusan
pengadilan yang memberikan hak kepada masing-masing untuk melakukan perkawinan ulang menurut hukum sipil dan agama,
adat dan kebudayaan yang berlaku di tiap-tiap daerah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai