Kelompok 6:
Nabila Afriliani (201912500257)
Nur Rahma Agustina P. (201912500081)
Lisna Dewi (201912500092)
A. Pendahuluan
Kasus seksual yang terjadi di Indonesia tiap tahunnya terus bertambah dan
sangat mengkhawatirkan. Sementara, nilai – nilai moral di masyarakat kian hari
terus menurun, dan akhirnya hal ini menjadi hal yang sudah biasa, padahal
penyimpangan seksual adalah salah satu kejahatan besar seperti kejahatan besar
lainnya yang mempengaruhi dan berdampak pada kerusakan tatanan sosial bangsa
Indonesia.
Kedatangan islam mengangkat derajat wanita, akan tetapi belakangan ini
banyak sekali berita berita mengenai kasus kasus pelecehan seksual dan kebanyakan
korbannya adalah perempuan. Meskipun laki – laki juga bisa menjadi korban
pelecehan seksual, akan tetapi tetap kebanyakan perempuan yang jadi korbannya.
Perempuan sering di lecehkan karna atas ketidakberdayaannya yang selalu berada di
bawah kuasanya laki – laki. Korban dari pelecehan pasti kecewa, marah, ketakutan
dan bahkan ada yang sampai mengalami gangguan jiwa, trauma yang mendalam
di sebabkan kecemasan yang ada dalam dirinya pasca kejadian yang menimpanya.
Tapi ada juga korban yang bisa keluar dari keterpurukan yang di alaminya.
Dalam ajaran islam, saling menghargai adalah salah satu cara untuk
menghindari perilaku penyimpangangan seksual, karna dengan saling menghargai
orang akan tau batasan batasan syari. Salah satu cara untuk menghindari
penyimpangan seksual yaitu dengan menjauhi perkara perkara yang menimbulkan
syahwat, untuk laki laki bisa dengan cara menundukkan pandangan, bagi perempuan
maka harus menutup aurat agar tidak mengundang syahwat laki – laki.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual terdiri dari 2 kata, pelecehan dan seksual . Definisi atau arti
kata pelecehan berdasarkan KBBI Online : berasal dari leceh yang berarti memandang
rendah, menghinakan orang lain. Sedangkan kata seksual berasal dari seks. Seks sering
di gunakan untuk merujuk pada status biologis manusia. Yaitu : laki laki dan
perempuan. Seksual menurut KBBI online adalah suatu hal yang berkenaan dengan
seks (jenis kelamin) dan berkenaan dengan perkara persetubuhan laki laki dan
perempuan. Dengan demikian, kedua kata di atas bisa di artikan merendahkan suatu hal
yang berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki laki dan perempuan, yang
mengandung unsur syahwat dan hawa nafsu.
Dari semua pengertian di atas bisa di fahami bahwa pelecehan seksual mengacu
pada perbuatan yang di rasakan oleh korbannya, karna perbuatan tersebut termasuk
bersifat intimidasi, menghina atau tidak menghargai dengan membuat seseorang
sebagai objek pelampiasan seksual. Sering sekali pelaku pelecehan seksual tidak
memandang fisik atau usia korban, yang ada hanyalah bangaiman caranya bagaimana
sang pelaku melampiaskan syahwatnya. Perempuan yang sering di jadikan korban
adalah perempuan yang masih belia dan remaja yang tidak memiliki cacat pada
anggota tubuhnya sedangkan pelaku dari pelecehan seksual adalah laki laki yang tidak
bermoral. Pelecehan seksual nyaris bisa ditemui setiap hari, setiap saat. Di tempat
kerja, jalan, bahkan rumah sendiri. Pelakunya bisa orang lain yang tak dikenal maupun
kerabat terdekat. Meskipun laki laki juga dapat menjadi korban, faktanya perempuan
masih lebih sering menjadi sasaran pelecehan seksual dibandingkan laki laki.
Pelecehan seksual bisa saja terjadi pada berbagai kesempatan, pelaku bisa siapa
saja, misalnya supervisor, klien, teman kerja, guru, dosen, murid,
mahasiswa/mahasiswi, teman atau bahkan orang asing. Pelaku pelecehan mungkin saja
tidak sadar bahwa perilakunya menggangu korban, atau tidak sadar bahwa perilakunya
di anggap sebagai perilaku seksual. Menurut myrtati D Artaria mengutip Dzeich &
Weiner, jenis jenis pelecehan seksual antara lain:
1. Pemain – kekuasaan atau “ liquid pro quo ” dimana pelaku melakukan pelecehan di
tukar dengan benefit yang bisa mereka berikan karna posisi sosialnya, misalnya dalam
memperoleh atau mempertahankan pekerjaan, mendapat nilai bagus, rekomendasi,
proyek, promosi, order, dan kesempatan kesempatan lain.
2. Berperan sebagai figur ibu/ayah, pelaku pelecehan mencoba untuk membuat hubungan
seperti mentor dengan korbannya, sementara itu intensi seksualnya di tutupi dengan
pretensi berkaitan dengan atensi akademik, profesional, atau personal. Ini di gunakan
oleh guru yang melecehkan muridnya.
3. Anggota kelompok (geng), di anggap sebagai anggota dari suatu kelompok tertentu.
Misalnya, pelecehan di lakukan pada seseorang yang ingin di anggap sebagai anggota
kelompok tertentu, biasanya di lakukan oleh anggota – anggota kelompok yang lebih
senior.
4. Pelecehan di tempat tertutup, pelecehan ini di lakukan oleh pelaku secara tersembunyi,
dengan tidak ingin terlihat oleh siapapun, sehingga tidak ada saksi.
5. Groper, pelaku yang suka memegang – megang anggota tubuh korban. Aksi
memegang- megang tubuh ini dapat di lakukan di tempat umum atau di tempat yang
sepi.
7. Confidante, yaitu pelaku yang suka mengarang cerita untuk menimbulkan simpati dan
rasa percaya diri korban. Sebagai contoh, korban mula – mula terbawa perasaan karna
pelaku membawa korban pada situasi dimana sikorban dipaksa untuk menjadi pelipur
lara atas penderitaan yang di ceritakannya.
8. Incompetent, yaitu orang yang secara sosial tidak kompeten dan ingin mendapatkan
perhatian dari seseorang yang tidak mempunyai perasaan yang sama terhadap pelaku
pelecehan, kemudian setealh di tolak, pelaku balas dendam dengan cara melecehkan si
penolak.
Pelecehan seksual dan bentuk bentuknya dapat terjadi karna ada beberapa
faktor. Diantara faktor tersebut adalah :
Manusia adalah makhluk sosial dalam kehidupan sehari – hari, laki laki dan
perempuan selalu hidup berdampingan, bahkan saling membutuhkan satu sama lain.
Namun kenyataannya yang tumbuh dan berkembang di fikiran masyarakat bukanlah
hal itu. Banyak fakta yang memperlihatkan ketimpangan relasi gender, posisi laki –
laki cenderung berbeda dalam sekian banyak aspek kehidupan.. Ketimpangan gender
adalah perbedaan peran dan hak perempuan dan laki – laki. Laki – laki mempunyai “
Hak Istimewa ” di dan di nilai sebagai subjek dan cakap hukum, sedangkan
perempuan di nilai sebagai makhluk yang pasif dan lemah dan objek kehidupan.
Akibatnya, tidak jarang laki – laki menjadikan perempuan sebagai “ barang” milik
laki laki yang di perlakukan semena – mena, termasuk dengan cara kekerasan.
Dengan demikian laki laki mempunyai kekuasaan terhadap perempuan bukan karna
senior di tempat kerja, sekolah, atau di lembaga – lembaga lainnya, akan tetapi karna
kedudukan sosial laki laki lebih tinggi di masyarakat. Di sepanjang waktu pelecehan
seksual sering terjadi karna laki laki menyalahgunakan kedudukan yang mereka
miliki.
2. Belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tindak
kejahatan pelecehan seksual secara khusus atau konsentrasi mengatur masalah
pelecehan seksual itu sendiri.
Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pelecehan seksual
kerap disandingkan dengan kejahatan kesusilaan atau kejahatan yang melanggar
kesopanan. Didalam pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana hanya
mengatur tentang kejahatan kesusilaaan dengan unsur “sengaja dan secara terbuka
melanggar kesusilaan” dan unsur “sengaja di depan orang lain bertentangan dengan
kehendaknya”. Disana tidak dijelaskan secara jelas mengenai bentuk-bentuk dari
pelecehan seksual, dimana pelecehan seksual terbagi menjadi dua yaitu verbal dan
non verbal. Pelecehan seksual secara verbal yaitu seperti ungkapan yang menggoda
secara seksual atau ungkapan sexist atau perkataan yang mengarah pada sesuatu
yang berkaitan dengan seksual. Sedangkan pelecehan dalam bentuk non verbal
adalah kebalikan dari bentuk pelecehan seksual secara verbal dimana hal yang
dilakukan adalah lebih menggunakan tindakan yang tidak bersentuhan langsung
maupun bersentuhan secara langsung, misalnya memperlihatkan alat kelamin kepada
lawan jenis baik secara personal maupun dimuka umum, selai itu perlakuan yang
dilakukan dalam bentuk lainnya seperti meraba bagian tubuh orang lain,
menggesekkan alat kelamin ke orang lain dan bahkan sampai kepada tindakan
perkosaan atau pemaksaan untuk melakukan perbuatan seksual. Selain itu didalam
pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pun tidak mengatur secara jelas
mengenai ciri-ciri atau yang dapat di kategorikan sebagai pelaku tindak kejahatan
pelecehan seksual, hal tersebutlah yang membuat sulitnya untuk mengungkap
mengenai kejahatan pelecehan seksual.
Terkadang sang anak yang menginjak masa remaja ini akan banyak
mengalami kebingungan, oleh sebab itu, ia butuh bimbingan, arahan dan dukungan
sosial dari orang orang sekitar agar tumbuh menjadi remaja yang baik secara jasmani
dan rohani. Perubahan fisik dan emosinya inilah yang membuat sang anak ingin
memisahkan dirinya dari orang tuanya dan mulai mencari jati dirinya. Dan masa
masa inilah sang remaja mudah terpengaruh oleh perbuatan negatif. Dimulai dari
rasa penasaran bahkan mencoba perbuatan negatif tersebut, seperti salah satunya
yaitu perilaku penyimpangan seksual. Ironisnya, anak anak remaja sering terjerumus
dalam perilaku penyimpangan seksual. Dampak dari perilaku ini tidak main – main,
perilaku ini bisa menyebabkan kehamilan yang tidak di inginkan, penyakit menular
seksual, hingga gangguan lainnya dalam tumbuh kembang anak. Sebagai orang tua
harus segera mengambil tindakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
D. Perbuatan Pelecehan Seksual Dalam Pandangan Islam
Pelecahan seksual merupakan penyimpangan terhadap norma agama dan moral.
Kedua bentuk ini mengakibatkan bahaya baik ditinjau dari aspek psikologis maupun
sosiologis sehingga penyimpangan ini masuk dalam ranah patologi sosial. Ajaran Islam
memandang bahwa prostitusi maupun pelecahan seksual merupakan perbuatan dosa/
keji dan melanggar larangan Allah SWT , sebagaimana firman dalam surat al - A’raf
ayat 33:
Artinya: Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk lelaki lelaki yang keji dan
lelaki lelaki yang keji adalah untuk perempuan perempuan yang keji dan perempuan
perempuan yang baik adalah untuk lelaki-lelaki yang baik, dan lelaki-lelaki baik adalah
untuk perempuan-perempuan yang baik. Dengan demikian, dalam AlQuran dijelaskan
bahwa kesucian dan kehormatan didasarkan pada perilaku bukan pada identitas atau
jenis kelamin. Selanjutnya salah satu ayat Alquran yang dapat dijadikan pedoman
mengenai hubungan seksual suami istri ialah surat Al- Baqarah ayat 223 yang
berbunyi:
وا ٱهَّلل َ َوٱ ْعلَ ُم ٓو ۟ا َأنَّ ُكم ُّم ٰلَقُوهُ ۗ َوبَ ِّش ِر
۟ ُوا َأِلنفُ ِس ُك ْم ۚ َوٱتَّق
۟ وا َحرْ ثَ ُك ْم َأنَّ ٰى ِشْئتُ ْم ۖ َوقَ ِّد ُم
E۟ ُث لَّ ُك ْم فَْأت
ٌ ْنِ َسٓاُؤ ُك ْم َحر
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(At-Tahrim: 6). Kedua, anak dilindungi oleh seluruh komponen yang ada dalam
masyarakat, dengan senantiasa beramar maruf nahi mungkar. Ketika salah satu anggota
masyarakat melihat ada ancaman terhadap anak maka masyarakat wajib berperan aktif
untuk mencegahnya. Dalam Islam harus ada kepedulian dan tidak boleh cuek dan
apatis terhadap keadaan di sekelilingnya. Ketiga, anak dijaga dan dilindungi oleh
Negara. Hal ini paling mendasar dalam memberikan perlindungan pada anak, karena
hanya Negara yang dapat memberikan regulasi terkait hak-hak anak. Negara
berkewajiban mendidik dan membina ketakwaan masyarakat sehingga visi dan misi
tujuan kehidupan ini semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Ketika sesuatu
terlarang dalam agama maka dengan kesadaran masyarakat akan meninggalkannya.
Sehingga masalah pornografi yang memicu kekerasan seksual anak dianggap sebagai
sebuah kemudaratan dan dosa yang harus dihindari. Negara harus dapat menjaga
suasana keimanan masyarakat dan memberikan rasa aman dalam menjaga harmoni
kehidupan sosial supaya tidak mengalami kerusakan di tengah-tengah masyarakat.
Berkaitan dengan persoalan seksual, agama Islam memerintah umatnya untuk
memelihara kemaluannya dari jalan yang tidak dihalalkan (zina). Jumhur ulama telah
berpendapat sesuai dengan ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi bahwa memelihara
kemaluan sudah merupakan kewajiban bagi umat Islam sebagai kehormatan baginya.
Kewajiban memelihara kemaluan merupakan bagian dari salah satu ajaran agama Islam
untuk menjauhkan umatnya dari berbagai praktik penyimpangan seksual.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Islam sudah mengatur batasan syar’i untuk menghindari salah satu perbuatan seksual
yaitu prnyimpangan seksual sebagaimana firman allah dalam surat al- ahzab ayat 33
2. Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan, permintaan
untuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau fisik atau isyarat yang bersifat
seksual, atau perilaku lain apapun yang bersifat seksual, yang membuat seseorang
merasa tersinggung, dipermalukan dan/atau terintimidasi, sehingga menciptakan
lingkungan yang mengintimidasi, bermusuhan atau tidak sopan.Pelecehan seksual
dapat dilihat sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan (dan laki-laki, yang juga
dapat dilecehkan secara seksual) dan sebagai perlakuan diskriminatif. Dari semua
pembahasan mengenai pengertian pelecehan seksual di atas bisa di fahami bahwa
pelecehan seksual mengacu pada perbuatan yang di rasakan oleh korbannya, karna
perbuatan tersebut termasuk bersifat intimidasi, menghina atau tidak menghargai
dengan membuat seseorang sebagai objek pelampiasan seksual.
3. Perempuan yang sering di jadikan korban adalah perempuan yang masih belia dan
remaja yang tidak memiliki cacat pada anggota tubuhnya sedangkan pelaku dari
pelecehan seksual adalah laki laki yang tidak bermoral.
4. Pelecehan seksual secara verbal yaitu seperti ungkapan yang menggoda secara seksual
atau ungkapan sexist atau perkataan yang mengarah pada sesuatu yang berkaitan
dengan seksual. Sedangkan pelecehan dalam bentuk non verbal adalah kebalikan dari
bentuk pelecehan seksual secara verbal dimana hal yang dilakukan adalah lebih
menggunakan tindakan yang tidak bersentuhan langsung maupun bersentuhan secara
langsung, misalnya memperlihatkan alat kelamin kepada lawan jenis baik secara
personal maupun dimuka umum, selai itu perlakuan yang dilakukan dalam bentuk
lainnya seperti meraba bagian tubuh orang lain, menggesekkan alat kelamin ke orang
lain dan bahkan sampai kepada tindakan perkosaan atau pemaksaan untuk melakukan
perbuatan seksual.
5. Ajaran Islam memandang bahwa pelecahan seksual merupakan perbuatan dosa/ keji
dan melanggar larangan Allah SWT.
6. Al-Quran tidak pernah memandang laki-laki dan perempuan secara berbeda, Al-
Quran tidak memandang perempuan dengan rendah, tidak mengajarkan untuk
berperilaku sewenang-wenang terhadap perempuan apalagi untuk menyiksa maupun
melukai perempuan.
7. Memperkenalkan Jenis kelamin Laki-Laki dan Wanita serta Batas Aurat Allah SWT
telah menciptakan manusia dari jens laki-laki dan perempuan, agar dapat saling
melengkapi satu sama lain, serta memerankan fungsi sesuai dengan kodratnya.
8. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mareka, atau putera- putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.