Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKHLAK DAN ETIKA

ETIKA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL

DOSEN PENGAMPU: Dr. Dalmeri, M.Ag.

Kelompok 6:
Nabila Afriliani (201912500257)
Nur Rahma Agustina P. (201912500081)
Lisna Dewi (201912500092)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Kasus seksual yang terjadi di Indonesia tiap tahunnya terus bertambah dan
sangat mengkhawatirkan. Sementara, nilai – nilai moral di masyarakat kian hari
terus menurun, dan akhirnya hal ini menjadi hal yang sudah biasa, padahal
penyimpangan seksual adalah salah satu kejahatan besar seperti kejahatan besar
lainnya yang mempengaruhi dan berdampak pada kerusakan tatanan sosial bangsa
Indonesia.
Kedatangan islam mengangkat derajat wanita, akan tetapi belakangan ini
banyak sekali berita berita mengenai kasus kasus pelecehan seksual dan kebanyakan
korbannya adalah perempuan. Meskipun laki – laki juga bisa menjadi korban
pelecehan seksual, akan tetapi tetap kebanyakan perempuan yang jadi korbannya.
Perempuan sering di lecehkan karna atas ketidakberdayaannya yang selalu berada di
bawah kuasanya laki – laki. Korban dari pelecehan pasti kecewa, marah, ketakutan
dan bahkan ada yang sampai mengalami gangguan jiwa, trauma yang mendalam
di sebabkan kecemasan yang ada dalam dirinya pasca kejadian yang menimpanya.
Tapi ada juga korban yang bisa keluar dari keterpurukan yang di alaminya.

Dalam ajaran islam, saling menghargai adalah salah satu cara untuk
menghindari perilaku penyimpangangan seksual, karna dengan saling menghargai
orang akan tau batasan batasan syari. Salah satu cara untuk menghindari
penyimpangan seksual yaitu dengan menjauhi perkara perkara yang menimbulkan
syahwat, untuk laki laki bisa dengan cara menundukkan pandangan, bagi perempuan
maka harus menutup aurat agar tidak mengundang syahwat laki – laki.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelecehan Seksual

Perbuatan pelecehan seksual di pandang perbuatan tercela, karna ajaran islam


mengajarkan pada manusia untuk saling menghargai, saling menghormati dan tidak
menyakiti orang lain apalagi sampai mengambil hak orang lain. Saling menghormati
termasuk salah satu cara agar terhindar dari penyimpangan seksual karna hal tersebut
membuat orang tau batasan dalam setiap perbuatannya. Islam sudah mengatur batasan
syar’i untuk menghindari perbuatan pelecehan seksual sebagaimana firman allah dalam
surat al- ahzab ayat 33 yang berbunyi :
‫ ٰلوةَ و ٰات ْينَ ال َّزكٰ وةَ واَط ْعنَ هّٰللا‬EEE‫الص‬ َّ َ‫رُّ َج ْال َجا ِهلِيَّ ِة ااْل ُوْ ٰلى َواَقِ ْمن‬EEEَ‫رَّجْ نَ تَب‬EEEَ‫وْ تِ ُك َّن َواَل تَب‬EEEُ‫رْ نَ فِ ْي بُي‬EEEَ‫َوق‬
َ ِ َ ِ َ
ْ ‫م ت‬Eْ ‫ت َويُطَه َِّر ُك‬ ‫هّٰللا‬
‫َط ِه ْي ًر ۚا‬ ِ ‫س اَ ْه َل ْالبَ ْي‬ َ ‫َو َرسُوْ لَهٗ ۗاِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ُ لِي ُْذ ِه‬
َ ْ‫ب َع ْن ُك ُم الرِّج‬
Artinya: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
(bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.

Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan,


permintaanuntuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau fisik atau isyarat
yang bersifat seksual, atau perilaku lain apapun yang bersifat seksual, yang membuat
seseorang merasa tersinggung, dipermalukan dan/atau terintimidasi, sehingga
menciptakan lingkungan yang mengintimidasi, bermusuhan atau tidak sopan.
Pelecehan seksual dapat dilihat sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan (dan
laki-laki, yang juga dapat dilecehkan secara seksual) dan sebagai perlakuan
diskriminatif. Kunci dari definisi pelecehan seksual adalah kata "tidak diinginkan".

Pelecehan seksual terdiri dari 2 kata, pelecehan dan seksual . Definisi atau arti
kata pelecehan berdasarkan KBBI Online : berasal dari leceh yang berarti memandang
rendah, menghinakan orang lain. Sedangkan kata seksual berasal dari seks. Seks sering
di gunakan untuk merujuk pada status biologis manusia. Yaitu : laki laki dan
perempuan. Seksual menurut KBBI online adalah suatu hal yang berkenaan dengan
seks (jenis kelamin) dan berkenaan dengan perkara persetubuhan laki laki dan
perempuan. Dengan demikian, kedua kata di atas bisa di artikan merendahkan suatu hal
yang berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki laki dan perempuan, yang
mengandung unsur syahwat dan hawa nafsu.

Berdasarkan buku "Psikologi Keselamatan Kerja" yang ditulis Tulus Winarsunu,


pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya. Bentuknya dapat
berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan tindakan yang berkonotasi seksual.

Sementara itu Collier dalam buku "Pelecehan Seksual. Hubungan Dominasi


Mayoritas dan Minoritas", mendefinisikan pengertian pelecehan seksual sebagai segala
bentuk perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan oleh yang mendapat perlakuan
tersebut. Ia menekankan bahwa pelecehan seksual itu dapat terjadi atau dialami oleh
semua perempuan.Menurut Beuvais1 pelecehan seksual ini tidak hanya terjadi pada
kaum perempuan saja, akan tetapi pada kaum lelaki juga bisa menjadi korban
pelecehan seksual. Dan juga Beuvais juga mengelompokkan menjadi empat kelompok
yang menjadi pelecehan seksual antara lain: laki laki melecehkan perempuan,
perempuan melecehkan, heteroseksual melecehkan homoseksual dan homoseksual
melecehkan heteroseksual.

Dari semua pengertian di atas bisa di fahami bahwa pelecehan seksual mengacu
pada perbuatan yang di rasakan oleh korbannya, karna perbuatan tersebut termasuk
bersifat intimidasi, menghina atau tidak menghargai dengan membuat seseorang
sebagai objek pelampiasan seksual. Sering sekali pelaku pelecehan seksual tidak
memandang fisik atau usia korban, yang ada hanyalah bangaiman caranya bagaimana
sang pelaku melampiaskan syahwatnya. Perempuan yang sering di jadikan korban
adalah perempuan yang masih belia dan remaja yang tidak memiliki cacat pada
anggota tubuhnya sedangkan pelaku dari pelecehan seksual adalah laki laki yang tidak
bermoral. Pelecehan seksual nyaris bisa ditemui setiap hari, setiap saat. Di tempat
kerja, jalan, bahkan rumah sendiri. Pelakunya bisa orang lain yang tak dikenal maupun
kerabat terdekat. Meskipun laki laki juga dapat menjadi korban, faktanya perempuan
masih lebih sering menjadi sasaran pelecehan seksual dibandingkan laki laki.

B. Jenis – Jenis Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual bisa saja terjadi pada berbagai kesempatan, pelaku bisa siapa
saja, misalnya supervisor, klien, teman kerja, guru, dosen, murid,
mahasiswa/mahasiswi, teman atau bahkan orang asing. Pelaku pelecehan mungkin saja
tidak sadar bahwa perilakunya menggangu korban, atau tidak sadar bahwa perilakunya
di anggap sebagai perilaku seksual. Menurut myrtati D Artaria mengutip Dzeich &
Weiner, jenis jenis pelecehan seksual antara lain:

1. Pemain – kekuasaan atau “ liquid pro quo ” dimana pelaku melakukan pelecehan di
tukar dengan benefit yang bisa mereka berikan karna posisi sosialnya, misalnya dalam
memperoleh atau mempertahankan pekerjaan, mendapat nilai bagus, rekomendasi,
proyek, promosi, order, dan kesempatan kesempatan lain.

2. Berperan sebagai figur ibu/ayah, pelaku pelecehan mencoba untuk membuat hubungan
seperti mentor dengan korbannya, sementara itu intensi seksualnya di tutupi dengan
pretensi berkaitan dengan atensi akademik, profesional, atau personal. Ini di gunakan
oleh guru yang melecehkan muridnya.

3. Anggota kelompok (geng), di anggap sebagai anggota dari suatu kelompok tertentu.
Misalnya, pelecehan di lakukan pada seseorang yang ingin di anggap sebagai anggota
kelompok tertentu, biasanya di lakukan oleh anggota – anggota kelompok yang lebih
senior.

4. Pelecehan di tempat tertutup, pelecehan ini di lakukan oleh pelaku secara tersembunyi,
dengan tidak ingin terlihat oleh siapapun, sehingga tidak ada saksi.

5. Groper, pelaku yang suka memegang – megang anggota tubuh korban. Aksi
memegang- megang tubuh ini dapat di lakukan di tempat umum atau di tempat yang
sepi.

6. Oportunis, yaitu pelaku mencari kesempatan adanya kemungkinan untuk melakukan


pelecehan. misalnya, di tempat umum yang penuh sesal, pelaku akan mempunyai
kesempatan mendaratkan tangannya di bagian – bagian tubuh tertentu korban.

7. Confidante, yaitu pelaku yang suka mengarang cerita untuk menimbulkan simpati dan
rasa percaya diri korban. Sebagai contoh, korban mula – mula terbawa perasaan karna
pelaku membawa korban pada situasi dimana sikorban dipaksa untuk menjadi pelipur
lara atas penderitaan yang di ceritakannya.

8. Incompetent, yaitu orang yang secara sosial tidak kompeten dan ingin mendapatkan
perhatian dari seseorang yang tidak mempunyai perasaan yang sama terhadap pelaku
pelecehan, kemudian setealh di tolak, pelaku balas dendam dengan cara melecehkan si
penolak.

9. Lingkungan, yaitu di anggap sexualized environment,lingkungan yang mengandung


obsenitas, gurauan – gurauan berbau seks, granitifi yang ekspilist menampilkan hal –
hal seksual dan sebagainya. Biasanya hal ini tidak di tujukan secara personal pada sesorang,
tetapi bisa menyebabkan lingkungan yang ofensif terhadap orang orang tertentu.

C. Faktor – Faktor Terjadinya Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual dan bentuk bentuknya dapat terjadi karna ada beberapa
faktor. Diantara faktor tersebut adalah :

1. Faktor sosial atau budaya

Manusia adalah makhluk sosial dalam kehidupan sehari – hari, laki laki dan
perempuan selalu hidup berdampingan, bahkan saling membutuhkan satu sama lain.
Namun kenyataannya yang tumbuh dan berkembang di fikiran masyarakat bukanlah
hal itu. Banyak fakta yang memperlihatkan ketimpangan relasi gender, posisi laki –
laki cenderung berbeda dalam sekian banyak aspek kehidupan.. Ketimpangan gender
adalah perbedaan peran dan hak perempuan dan laki – laki. Laki – laki mempunyai “
Hak Istimewa ” di dan di nilai sebagai subjek dan cakap hukum, sedangkan
perempuan di nilai sebagai makhluk yang pasif dan lemah dan objek kehidupan.
Akibatnya, tidak jarang laki – laki menjadikan perempuan sebagai “ barang” milik
laki laki yang di perlakukan semena – mena, termasuk dengan cara kekerasan.
Dengan demikian laki laki mempunyai kekuasaan terhadap perempuan bukan karna
senior di tempat kerja, sekolah, atau di lembaga – lembaga lainnya, akan tetapi karna
kedudukan sosial laki laki lebih tinggi di masyarakat. Di sepanjang waktu pelecehan
seksual sering terjadi karna laki laki menyalahgunakan kedudukan yang mereka
miliki.
2. Belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tindak
kejahatan pelecehan seksual secara khusus atau konsentrasi mengatur masalah
pelecehan seksual itu sendiri.
Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pelecehan seksual
kerap disandingkan dengan kejahatan kesusilaan atau kejahatan yang melanggar
kesopanan. Didalam pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana hanya
mengatur tentang kejahatan kesusilaaan dengan unsur “sengaja dan secara terbuka
melanggar kesusilaan” dan unsur “sengaja di depan orang lain bertentangan dengan
kehendaknya”. Disana tidak dijelaskan secara jelas mengenai bentuk-bentuk dari
pelecehan seksual, dimana pelecehan seksual terbagi menjadi dua yaitu verbal dan
non verbal. Pelecehan seksual secara verbal yaitu seperti ungkapan yang menggoda
secara seksual atau ungkapan sexist atau perkataan yang mengarah pada sesuatu
yang berkaitan dengan seksual. Sedangkan pelecehan dalam bentuk non verbal
adalah kebalikan dari bentuk pelecehan seksual secara verbal dimana hal yang
dilakukan adalah lebih menggunakan tindakan yang tidak bersentuhan langsung
maupun bersentuhan secara langsung, misalnya memperlihatkan alat kelamin kepada
lawan jenis baik secara personal maupun dimuka umum, selai itu perlakuan yang
dilakukan dalam bentuk lainnya seperti meraba bagian tubuh orang lain,
menggesekkan alat kelamin ke orang lain dan bahkan sampai kepada tindakan
perkosaan atau pemaksaan untuk melakukan perbuatan seksual. Selain itu didalam
pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pun tidak mengatur secara jelas
mengenai ciri-ciri atau yang dapat di kategorikan sebagai pelaku tindak kejahatan
pelecehan seksual, hal tersebutlah yang membuat sulitnya untuk mengungkap
mengenai kejahatan pelecehan seksual.

3. Faktor pergulan bebas pada remaja.

Terkadang sang anak yang menginjak masa remaja ini akan banyak
mengalami kebingungan, oleh sebab itu, ia butuh bimbingan, arahan dan dukungan
sosial dari orang orang sekitar agar tumbuh menjadi remaja yang baik secara jasmani
dan rohani. Perubahan fisik dan emosinya inilah yang membuat sang anak ingin
memisahkan dirinya dari orang tuanya dan mulai mencari jati dirinya. Dan masa
masa inilah sang remaja mudah terpengaruh oleh perbuatan negatif. Dimulai dari
rasa penasaran bahkan mencoba perbuatan negatif tersebut, seperti salah satunya
yaitu perilaku penyimpangan seksual. Ironisnya, anak anak remaja sering terjerumus
dalam perilaku penyimpangan seksual. Dampak dari perilaku ini tidak main – main,
perilaku ini bisa menyebabkan kehamilan yang tidak di inginkan, penyakit menular
seksual, hingga gangguan lainnya dalam tumbuh kembang anak. Sebagai orang tua
harus segera mengambil tindakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
D. Perbuatan Pelecehan Seksual Dalam Pandangan Islam
Pelecahan seksual merupakan penyimpangan terhadap norma agama dan moral.
Kedua bentuk ini mengakibatkan bahaya baik ditinjau dari aspek psikologis maupun
sosiologis sehingga penyimpangan ini masuk dalam ranah patologi sosial. Ajaran Islam
memandang bahwa prostitusi maupun pelecahan seksual merupakan perbuatan dosa/
keji dan melanggar larangan Allah SWT , sebagaimana firman dalam surat al - A’raf
ayat 33:

‫ بِاهّٰلل ِ َما لَ ْم‬E‫ق َواَ ْن تُ ْش ِر ُكوْ ا‬


ِّ ‫م َو ْالبَ ْغ َي بِ َغي ِْر ْال َح‬Eَ ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ َوااْل ِ ْث‬ ِ ‫قُلْ اِنَّ َما َح َّر َم َرب َِّي ْالفَ َو‬
َ ‫اح‬
َ‫يُنَ ِّزلْ بِ ٖه س ُْل ٰطنًا َّواَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َعلَى هّٰللا ِ َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬
Al-Quran tidak pernah memandang laki-laki dan perempuan secara berbeda, Al-Quran
tidak memandang perempuan dengan rendah, tidak mengajarkan untuk berperilaku
sewenang-wenang terhadap perempuan apalagi untuk menyiksa maupun melukai
perempuan. Beberapa ayat dalam Al-Quran dapat menggambarkan bahwa Islam
memberikan apresiasi terhadap cinta, kasih sayang, keharmonisan dalam menjadi
landasan hubungan antara suami dan istri. Hal ini dapat dilihat dalam Alquran yaitu
Q.S Ar-Rum Ayat 21:
ٍ ‫كَ اَل ٰ ٰي‬EEِ‫ اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل‬E‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا‬
‫ت‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬
َ‫لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬

Artinya: Di antara tanda-tanda kekuasaan Tuhan adalah bahwa Dia menciptakan


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu kasih sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [QS. 30:21]
Ayat ini menjadi penting karena Pertama, Al-Quran tidak mengaitkan seksualitas
dengan perilaku hewani atau tindakan jasmani saja, namun memandang bahwa
seksualitas ialah sarana Tuhan dalam menciptakan hubungan antara laki-laki dan
perempuan yang dicirikan dengan kebersamaan, kedamaian, cinta dan kasih sayang.
Kedua, ayat ini memiliki penegasan laki-laki dan perempuan mempunyai karakterisitik
yang sama termasuk karakteristik seksualitas, keduanya ialah bagian dari karakteristik
alami manusia atau fitrah, keserupaan seksualitas tersebut yang akan membuat sukun
yang timbal balik itu menjadi bermakna. Tidak adanya pembeda antara karakteristik
seksual laki-laki dan perempuan juga dapat dilihat dari Q.S Annur ayat 26 yang
berbunyi:
ۖ َ‫ون‬EEُ‫ت ۚ ُأو ٰلَِئكَ ُمبَ َّرءُونَ ِم َّما يَقُول‬
ِ ‫ات لِلطَّيِّبِينَ َوالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَا‬
ُ َ‫ت ۖ َوالطَّيِّب‬
ِ ‫ات لِ ْل َخبِيثِينَ َو ْال َخبِيثُونَ لِ ْل َخبِيثَا‬
ُ َ‫ْالخَ بِيث‬
ٌ ‫لَهُ ْم َم ْغفِ َرةٌ َو ِر ْز‬
‫ق َك ِري ٌم‬

Artinya: Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk lelaki lelaki yang keji dan
lelaki lelaki yang keji adalah untuk perempuan perempuan yang keji dan perempuan
perempuan yang baik adalah untuk lelaki-lelaki yang baik, dan lelaki-lelaki baik adalah
untuk perempuan-perempuan yang baik. Dengan demikian, dalam AlQuran dijelaskan
bahwa kesucian dan kehormatan didasarkan pada perilaku bukan pada identitas atau
jenis kelamin. Selanjutnya salah satu ayat Alquran yang dapat dijadikan pedoman
mengenai hubungan seksual suami istri ialah surat Al- Baqarah ayat 223 yang
berbunyi:
‫وا ٱهَّلل َ َوٱ ْعلَ ُم ٓو ۟ا َأنَّ ُكم ُّم ٰلَقُوهُ ۗ َوبَ ِّش ِر‬
۟ ُ‫وا َأِلنفُ ِس ُك ْم ۚ َوٱتَّق‬
۟ ‫وا َحرْ ثَ ُك ْم َأنَّ ٰى ِشْئتُ ْم ۖ َوقَ ِّد ُم‬
E۟ ُ‫ث لَّ ُك ْم فَْأت‬
ٌ ْ‫نِ َسٓاُؤ ُك ْم َحر‬

َ‫ْٱل ُمْؤ ِمنِين‬

Artinya: Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka


datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-
orang yang beriman. Dengan demikian, ayat tersebut menggambarkan relasi seksual
antara suami dan istri. Dalam Tafsir Al-Azhar Hamka, menafsirkan bahwa istri
diibaratkan sebagai ladang tempat suami menanam benih untuk menyambung
keturunan, dan suami sebagai pemilik ladang boleh masuk ke ladang kapanpun namun
tetap memperhatikan saat yang tepat dan dengan anjuran yang tepat. Sabab al-nuzul
dari ayat diatas ialah tidak memojokkan perempuan bahkan menempatkan perempuan
pada posisi yang terhormat. Menurut Madsar F. Masudi, ayat ini turun pada dasarnya
berkaitan dengan kegemaran sebagian laki-laki yang suka menggauli istrinya lewat
dubur. Islam melarang praktik tersebut dengan mengingatkan bahwa istri dengan
rahimnya (ladang) bagi laki-laki untuk menanam benih keturunannya. Maka janganlah
kalian tanam benih tadi tidak pada tempatnya (dubur). Selain merupakan sesuatu yang
tidak pada tempatnya, perbuatan tersebut dari sisi kesehatan juga kurang aman. Jadi
jelas, pesan ayat itu bukan untuk memperlakukan perempuan semaunya. Lebih dari itu,
penggambaran perempuan sebagai ladang dalam konteks masyarakat madinah saat itu
sebenarnya mengisyaratkan tingginya nilai perempuan. Kekerasan Seksual dalam
Perspektif Hadis Dalam konteks rumah tangga, bentuk-bentuk kekerasan memang
seringkali terjadi, baik yang menimpa istri, anak-anak, pembantu rumah tangga,
kerabat ataupun suami. Semua bentuk kekerasan dalam rumah tangga itu pada
dasarnya harus dikenai sanksi karena merupakan bentuk kriminalitas. Banyak
hadis Nabi yang berbicara tentang kekerasan terhadap perempuan. Salah satunya
adalah hadis yang menjelaskan tentang menghindari pemukulan terhadap istri; “Dari
Abu Hurairah Ar- Raqqasyi dari pamannya, Nabi SAW bersabda: jika kalian kawatir
isteri kalian nusyuz, pisah ranjanglah dengan mereka” (H.R Abu Dawud)14. Disamping
hadis tersebut diatas, dalam hadis riwayat Abu Dawud yang lain Nabi bahkan
menolak orang yang ingin bertanya tentang pemukulan isteri. Bunyi hadits tersebut
adalah : “Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada
kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari
Daud bin Abdullah AlAudi dari Abdurrahman Al Musliyi dari Al-Ash'ath bin Qais dari
„Umar bin Al Khathab dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Seorang laki-laki tidaklah
ditanya kenapa ia memukul isterinya." Berdasarkan kedua hadis diatas sebagai sumber
hukum Islam kita melihat, bahwa pada hakikatnya Islam tidak menghendaki terjadinya
pemukulan isteri oleh suami.
E. Upaya Mengatasi Pelecehan Seksual
1. Adanya konsep pendidikan pada anak
Upaya - upaya yang bersifat preventif dalam pendidikan Islam untuk mengatasi
maraknya pelecehan seksual terhadap anak, yaitu:
a. Mengajarkan kepada anak tentang batas aurat yang telah diatur dalam islam. Allah
swt telah menciptakan laki – laki dan perempuan agar dapat mengenal satu sama
lain. Dalam islam ada batasan aurat yang tidak boleh terlihat oleh orang yang
bukan mahromnya. Sebagai orang tua, harus mengajarkan tentang batasan aurat
kepada anaknya. Hal tersebut wajib di ajarkan sejak dini demi menghindari
penyimpangan seksual.
b. Memisahkan tempat tidur anak.
Rasul Saw. bersabda: “Perintahkan anak- anak kalian shalat pada usia 7 tahun,
pukullah mereka jika meninggalkannya pada usia 10 tahun dan pisahkan di antara
mereka tempat tidurnya” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Dalam hadits tersebut di
jelaskan bahwa ranjang anak laki – laki dan perempuan wajib di pisah. Hal ini di
lakukan supaya anak faham akan hal perbedaan jenis kelamin
c. Mengajarkan adab meminta izin ketika memasuki rumah atau tempat tidur orang
lain (termasuk kamar orang tua).
Hal ini mengajarkan kepada anak agar memperhatikan waktu – waktu pribadi
orang lain. Dalam quran surat annur ayat 58, Allah menegaskan agar meminta izin
terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan orang lain. Ayat tersebut berbunyi
yang artinya “Wahai sekalian orang yang beriman. Hendaklah meminta izin
hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu dan kanak- kanak yang belum
dewasa tiga kali; yaitu sebelum sembahyang fajar, dan seketika kamu menanggali
pakaian kamu selepas Zuhur, dan sesudah sembahyang Isya. itulah tiga masa aurat
bagi kamu. Tidaklah ada salahnya bagi kamu dan tidak pula salah bagi mereka
selain waktu yang tersebut itu untuk layan-melayani satu dengan yang lain.
Demikianlah Tuhan Allah menjelaskan peraturan-peraturanNya untuk kamu dan
Tuhan Allah adalah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana”.
d. Menanamkan jiwa feminim pada anak perempuan.
Hal ini juga harus di ajarkan orang tua terhadap anaknyya sejak dini agar sang
anak mengenal jati dirinya. Pembentukan karakter serta pengenalan jati diri pada
sang anak sejak dini dapat mencegah segala bentuk penyimpangan seksual.
e. Mendidik anak agar senantiasa menjaga pandangan.
Jika hal ini sudah di ajarkan kepada anak sejak dini, maka ketika dewasa ia akan
lebih bisa menundukkan pandangannya, bisa membedakan hal hal yang seharusya
di lihat dan tidak di lihat. Hal ini sesuai dengan perintah Allah swt dalam surat
annur ayat 31.
f. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat dan ikhtilat.
Islam melarang laki laki dan perempuan yang bukan mahrom berdua duaan dalam
satu tempat. Hal ini guna menghindari bisikan – bisikan syaithon dan maksiat.
Perintah untuk tidak berkhalwat dan berikhtilat antara laki laki dan perempuan
merupakan upaya islam untuk menanggulangi masalah penyimpangan seksual.
Mengajarkan nilai pernikahan dalam islam dengan saling mencintai dan
menyayangi sesama manusia. Penanaman nilai – nilai islam melalui pengajaran
orang tua terhadap anaknya sejak dini termasuk upaya untuk mencegah kejahatan
dan penyimpangan seksual. Membawa hubungan antara laki laki dan perempuan
dengan status halal hanya dalam ikatan pernikahan.
2. Memberikan perlindungan anak.
Islam adalah landasan moral dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Sehingga
memiliki daya ubah serta daya dorong yang terus menerus dalam kehidupan duniawi,
dalam mencapai tujuan hidup manusia. Sebab Islam merupakan ajaran yang
menempatkan hubungan secara integratif, antara manusia dengan Tuhan, dan manusia
dengan sesama makhluk hidup lainnya. Umat Islam hampir diberbagai belahan dunia,
baik di barat maupun di timur selalu ingin menjadi umat Islam yang baik sesuai
dengan tuntunan ajaran agama Islam. Baik buruknya amal dan tingkah laku seorang
muslim ditentukan oleh otoritas nash al-Quran dan al-Hadits disamping oleh etika
moral kemanusiaan. Hanya saja jika diamati secara fenomenologis dalam kehidupan
bermasyarakat, standar etika atau moral sebagian besar dipengaruhi oleh keyakinan
yang mereka anut (agama). Agama dapat dikatakan sebagai salah satu yang menjadi
faktor penyebab terbentuknya norma- norma dalam masyarakat. Sebab agama dapat
mempengaruhi emosi manusia. Emosi tersebutlah yang akan terus mendorong manusia
untuk selalu berbuat serba religius, sehingga setiap tindakan manusia harus
mengandung nilai-nilai kegamaan. Ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad
Saw. ini menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Segala tabiat ataupun
tingkah laku manusia diatur dalam norma-norma yang terdapat dalam al-Quran dan
al-Hadits. Segala norma-norma yang mengikat dan mengatur tidak hanya berbicara
untuk kemaslahatan pribadi umat muslim. Lebih dari itu, ditujukan untuk mencapai
sebuah kebaikan dan keselamatan bersama antar sesama manusia dan makhluk hidup
lainnya. Maka tidak heran jika Islam disimbolkan sebagai rahmatan lil alamin.
Perlindungan anak dalam islam adalah model perlindungan yang berlapis, bersinergi
dan sempurna terhadap tumbuh kembang anak. Pertama, anak dilindungi oleh keluarga
dalam hal ini orangtua dan seluruh anggotanya. Islam memiliki konsep Hadhanah
yang menekankan pengasuhan anak kepada kedua orangtua dan keluarga dekat,
sehingga anak dapat diasuh dengan penuh kasih sayang dan penuh tanggung jawab.
Dengan begitu kehidupan dan keselamatan anak akan lebih terjamin dan
terlindungi.
Setiap upaya pengasuhan terhadap anak yang dilakukan oleh kedua oeangtua
difahami sebagai amanah yang penuh tanggung jawab dan kelak Allah akan meminta
pertanggungjawaban di yaumil akhir. Dengan pemahaman seperti ini setiap orangtua
akan menjalankan fungsinya dengan baik sebagai pelindung, pemelihara yang akan
menjaga anak. Sesuai firman Allah dalam surat At Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
ۤ
َ‫ارةُ َعلَ ْيهَا َم ٰل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ ن‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬

َ‫هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(At-Tahrim: 6). Kedua, anak dilindungi oleh seluruh komponen yang ada dalam
masyarakat, dengan senantiasa beramar maruf nahi mungkar. Ketika salah satu anggota
masyarakat melihat ada ancaman terhadap anak maka masyarakat wajib berperan aktif
untuk mencegahnya. Dalam Islam harus ada kepedulian dan tidak boleh cuek dan
apatis terhadap keadaan di sekelilingnya. Ketiga, anak dijaga dan dilindungi oleh
Negara. Hal ini paling mendasar dalam memberikan perlindungan pada anak, karena
hanya Negara yang dapat memberikan regulasi terkait hak-hak anak. Negara
berkewajiban mendidik dan membina ketakwaan masyarakat sehingga visi dan misi
tujuan kehidupan ini semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Ketika sesuatu
terlarang dalam agama maka dengan kesadaran masyarakat akan meninggalkannya.
Sehingga masalah pornografi yang memicu kekerasan seksual anak dianggap sebagai
sebuah kemudaratan dan dosa yang harus dihindari. Negara harus dapat menjaga
suasana keimanan masyarakat dan memberikan rasa aman dalam menjaga harmoni
kehidupan sosial supaya tidak mengalami kerusakan di tengah-tengah masyarakat.
Berkaitan dengan persoalan seksual, agama Islam memerintah umatnya untuk
memelihara kemaluannya dari jalan yang tidak dihalalkan (zina). Jumhur ulama telah
berpendapat sesuai dengan ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi bahwa memelihara
kemaluan sudah merupakan kewajiban bagi umat Islam sebagai kehormatan baginya.
Kewajiban memelihara kemaluan merupakan bagian dari salah satu ajaran agama Islam
untuk menjauhkan umatnya dari berbagai praktik penyimpangan seksual.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Islam sudah mengatur batasan syar’i untuk menghindari salah satu perbuatan seksual
yaitu prnyimpangan seksual sebagaimana firman allah dalam surat al- ahzab ayat 33

2. Pelecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan, permintaan
untuk melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan atau fisik atau isyarat yang bersifat
seksual, atau perilaku lain apapun yang bersifat seksual, yang membuat seseorang
merasa tersinggung, dipermalukan dan/atau terintimidasi, sehingga menciptakan
lingkungan yang mengintimidasi, bermusuhan atau tidak sopan.Pelecehan seksual
dapat dilihat sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan (dan laki-laki, yang juga
dapat dilecehkan secara seksual) dan sebagai perlakuan diskriminatif. Dari semua
pembahasan mengenai pengertian pelecehan seksual di atas bisa di fahami bahwa
pelecehan seksual mengacu pada perbuatan yang di rasakan oleh korbannya, karna
perbuatan tersebut termasuk bersifat intimidasi, menghina atau tidak menghargai
dengan membuat seseorang sebagai objek pelampiasan seksual.
3. Perempuan yang sering di jadikan korban adalah perempuan yang masih belia dan
remaja yang tidak memiliki cacat pada anggota tubuhnya sedangkan pelaku dari
pelecehan seksual adalah laki laki yang tidak bermoral.
4. Pelecehan seksual secara verbal yaitu seperti ungkapan yang menggoda secara seksual
atau ungkapan sexist atau perkataan yang mengarah pada sesuatu yang berkaitan
dengan seksual. Sedangkan pelecehan dalam bentuk non verbal adalah kebalikan dari
bentuk pelecehan seksual secara verbal dimana hal yang dilakukan adalah lebih
menggunakan tindakan yang tidak bersentuhan langsung maupun bersentuhan secara
langsung, misalnya memperlihatkan alat kelamin kepada lawan jenis baik secara
personal maupun dimuka umum, selai itu perlakuan yang dilakukan dalam bentuk
lainnya seperti meraba bagian tubuh orang lain, menggesekkan alat kelamin ke orang
lain dan bahkan sampai kepada tindakan perkosaan atau pemaksaan untuk melakukan
perbuatan seksual.
5. Ajaran Islam memandang bahwa pelecahan seksual merupakan perbuatan dosa/ keji
dan melanggar larangan Allah SWT.
6. Al-Quran tidak pernah memandang laki-laki dan perempuan secara berbeda, Al-
Quran tidak memandang perempuan dengan rendah, tidak mengajarkan untuk
berperilaku sewenang-wenang terhadap perempuan apalagi untuk menyiksa maupun
melukai perempuan.
7. Memperkenalkan Jenis kelamin Laki-Laki dan Wanita serta Batas Aurat Allah SWT
telah menciptakan manusia dari jens laki-laki dan perempuan, agar dapat saling
melengkapi satu sama lain, serta memerankan fungsi sesuai dengan kodratnya.
8. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mareka, atau putera- putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

9. Jika perlindungan berlapis dan bersinergi untuk memberikan perlindungan terhadap


anak diterapkan dengan baik, maka anak-anak Indonesia akan terhindar dari penyakit
sosial , dan mereka akan menjadi generasi yang tangguh dan handal yang dapat
mengisi pembangunan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai