Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam telah mengatur etika pergaulan remaja, perilaku tersebut merupakan
batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus
diperhatikan, dipelihara dan dilaksanakan oleh para remaja. Pergaulan Remaja dalam
Perspektif Islam haruslah selalu berpedoman sesuai dengan Al-Quran dan Hadits,
karena Islam telah mengatur cara-cara berakhlak yang baik dan bergaul yang benar.
Sebab mereka secara langsung maupun tidak langsung sudah terkader untuk
menda’wahkan Islam, sehingga menjadi generasi muda muslim yang siap menerima
amanah dalam mensyi’arkan Islam, kedua pergaulan anak remaja menurut tinjauan
pendidikan Islam haruslah diatur dan dibimbing oleh berbagai pihak, di antaranya yang
paling bertanggung jawab dalam hal pembentukan kepribadian remaja tersebut ialah
orang tua atau keluarga, guru, dan masyarakat. Sebab ketiganya merupakan orang yang
sangat penting dalam mengarahkan remaja untuk membentuk pribadi yang berakhlak
baik dengan memberikan pendidikan-pendidikan islam yang berlandaskan Al-Quran
dan Hadits.

Islam sebagai satu-satunya agama yang universal, telah membicarakan berbagai


macam kehidupan manusia termasuk masalah pergaulan. Mengingat pentingnya
pergaulan bagi setiap pribadi muslim, Islam telah menempatkannya sebagai bahagian
terpenting dalam kehidupan manusia, sejak dari zaman Rasulullah sampai sekarang ini.
Allah SWT mengutus Muhammad Rasulullah SAW adalah untuk memperbaiki budi
pekerti umat manusia. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa salah satu tugas misi
nubuwwah beliau adalah untuk memperbaiki budi pekerti yang mulia

Untuk mengatasi dekedensi moral tersebut, umat Islam harus disadarkan


tanggung jawabnya dalam membimbing dirinya, keluarganya dan orang lain serta
mewujudkan dunia ini menjadi tempat yang aman untuk kebahagiaan umat manusia
seluruhnya. Dalam mencapai tujuan yang mulia ini, setiap pribadi muslim tidaklah
cukup hanya menguasai bidang aqidah dan syari’at saja dengan melupakan aspek
pergaulan yang menjunjung tinggi etika Islam.
Masalah pergaulan anak remaja mendapat tempat yang paling penting dalam
pendidikan Islam dewasa ini. Dalam penerapannya, selain berpedoman pada konsep Al-
Qur’an dan hadits, juga perlu diterapkan ide-ide pemikiran dari para tokoh pemikir
dalam dunia Islam. Para ulama dan moralis Islam telah mengutarakan hal-hal yang
berhubungan dengan pergaulan menurut persepsi dan pendekatan (approach) mereka
masing-masing. Namun semua mereka telah mengarahkan umat Islam pada tujuan yang
sama, yaitu mencari keredhaan Allah SWT.

Jika dilihat dari segi pergaulan, remaja dewasa ini juga terkesan seperti
pergaulan bebas, pergaulan laki-laki dan perempuan dalam bentuk pacaran pun semakin
parah, bahkan lebih parahnya LGBT (lesbian,gay,biseksual, dan transgender) sangat
marak di kehidupan saat ini, apalagi setelah masuknya berbagai jenis budaya asing yang
melebur ke dalam budaya Islam.

Pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya
berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga
yang dikenal dengan pernikahan. Ketertarikan kepada lawan jenis dalam islam tidak
mengenal pacaran, yang ada ta’aruf dan pacaran bukanlah ta’aruf. Islam mengajarkan
ta’aruf, khitbah dan juga menikah. Namun seiring perkembangan zaman, pacaran yang
awalnya dianggap sebagai tahap pencarian kecocokan tersebut justru hanya menjadi
sebagai alasan berkala agar dapat bersenang-senang dengan cara berduaan bersama
lawan jenis yang diwarnai dengan perbuatan-perbuatan yang mendekati zina.
Dikalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan.
Seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar. Namun, yang
menjadi masalah saat ini adalah cara dan isi dalam pacaran tersebut.

Anak muda kini mudah sekali terpengaruh oleh budaya-budaya yang tidak
sesuai ajaran islam.Pesatnya budaya barat yang masuk di Indonesia khususnya bagi
generasi muda tampaknya fenomena pacaran memang telah menjadi bagian hidup bagi
setiap orang, karena pada saat ini siapa yang tidak tahu tentang istilah pacaran. Namun,
istilah pacaran tidak dikenal dalam islam. Dalam pandangan islam, pacaran adalah
bagian dari aktivitas maksiat karena telah melakukan Tindakan yang mendekati zina.
Firman allah (QS. Al-Israa (17): 32) “ Dan janganlah kamu mendekati zina, karena
sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk “
Di era modern ini, jatuh cinta dan pacaran telah menjadi lifestyle yang sangat
lumrah di kalangan remaja islam. Memang pada prinsipnya, cinta dalah fitrah manusia.
Salah satu bentuk ekspresinya adalah pacaran. Namun, fitrah itu kini tampil sangat
mengerikan lantaran ekspresi cinta itu dilakukan acara peluk-pelukan, cium-ciuman.
Merabah dan sebagainya. Mereka melakukan hal tersebut tanpa menghiraukan nilai
nilai moral agama, yang dimana hal tersebut sudah termasuk zina. Hal hal diatas
disebabkan karena kesalahpahaman dan kurangnya kesadaran akan ilmu agama
terutama ilmu agama islam yang menjadi pemicu utama bagi seseorang berbuat
kebiasaan buruk yang kenikmatannya hanya sesaat dan dapat merusak kehormatan.

LGBT merupakan bentuk penyimpangan seks yang lebih dari perzinahan dan
pencabulan. hubungan seksual antara laki laki dengan laki laki, sedangkan untuk
berubungan seks antara wanita, disebut lesbian (female homosex). LGBT merupakan
fenomena yang merebak di era modern sebagai bentuk penyimpangan seks yang sangat
dipengaruhi oleh pola asuh yang salah, kurangnya peran seorang ayah, pendidikan
agama islam yang kurang memadai, dan pornografi yang sangat mudah terakses oleh
semua kalangan.

Di Indonesia LGBT telah dilarang oleh majelis ulama Indonesia (MUI). Bahkan
LGBT sudah bertentangan dengan sila kesatu dan kedua Pancasila.

Saat ini Indonesia semakin liberal. Orang-orang homo dan lesbi semakin giat
mengekspos perbuatannya secara terbuka, bahkan berusaha mencari pembenaran dalil
dari Al-Qur’an, memelintir maknanya dengan tidak melihat kepada ayat-ayat yang lain
yang berkenaan dengan masalah yang ada. Pada kenyataannya ayat-ayat Al-Qur’an
saling menafsirkan antara satu ayat dengan ayat lainnya. Hal ini disebabkan karena
mereka hanya memiliki sedikit ilmu pengetahuan agama, belum banyak membaca tafsir
dan hadist, tidak mengetahui ushul fiqih dan sarana sarana ijtihad yang lainnya.sehingga
menurut mereka tidak ada larangan dari Al-Qur’an dan hadist untuk melakukan
homoseksual dan lesbian sehingga menurut mereka, bahwa pelanggaran terhadap LGBT
adalah pelanggaran terhadap HAM.

Saat ini LGBT sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan
merusak generasi muda. Salah satu cara efektif untuk mencegah dan melindungi anak
dari LGBT adalah dengan pendidikan agama.
Pasangan homoseks termasuk dalam dosa besar. Karena termasuk perbuatan keji
yang merusak kepribadian, moral dan agama. Hal ini sesuai dengan firman allah dalam
Q.S al-A’raf (7) : 80 dan 81. Sudut pandang Islam terhadap praktik LGBT jelas
ditonjolkan sebagai dosa besar yang mengakibatkan hukuman dari Allah kepada kaum
Luth sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur'an di berbagai surat dalam Al-
Qur'an. Ada dua jenis hukuman ('adhāb) yang dijatuhkan Allah kepada penduduk
Sodom, yaitu membalikkan kota Sodom di Palestina dan menghujani mereka dengan
batu dari tanah liat yang dibakar. praktik hubungan seksual antara sesama jenis seperti
LGBT dilarang dalam Islam

Larangan homoseksual dan lesbian bukan hanya karena merusak kemuliaan dan
martabat kemanusiaan, tetapi resikonya lebih besar lagi, yaitu dapat menimbulkan
penyakit kanker kelamin HIV/AIDS, akan membuat kecerdasan menurun, tidak
memiliki kepribadian yang utuh, dan bertentangan dengan hukum agama dan hukum
negara.

Jadi pelaku homoseks dan lesbian bukan masalah khilafiyah (perbedaan


pendapat ulama fikih dalam menetapkan hukumnya), karena ada larangan langsung dari
Al-Qur’an dan Hadist, kemudian diikuti dengan kesepakatan ulama sedunia tentang
keharaman perbuatan homo dan lesbi tersebut.

Identifikasi masalah

Berdasarkan katar belakang di atas, kami mengidentifikasikan masalah-masalah


di dalam penelitian kamj yaitu:

1. Adanya kasus LGBT yang mulai meresahkan masyarakat sekitar


2. Adanya pengakuan kebenaran terkait tentang LGBT
3. Adanya hukum terkait pacaran dan LGBT di dalam islam
4. Adanya repon masyarakat terhadap LGBT
5. Adanya anggapan bahwa pacaran adalah hal yang umum
Pembatasan masalah

Agar penelitian kami tidak meluas dan lebih terarah, kami memberikan batasan-
batasan pada penelitian kami, batasan masalahnya antara lain:

1. Bagaimana masyarajat mengatasi keresahan terhadal LGBT


2. Bagaimana masyarakat mengahadapi pelaku LGBT
3. Bagaimana masyarakat merespon LGBT
4. Bagaimana pandangan hukum di dalam IOK;NM
JNPJNIJINPJNPIJNUN[N[JHBislam mengenai LGBT dan pacaran
5. Bagaimana masyarakat merespon umumnya hubungan pacaran
Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka muncullah beberapa rumusan masalah sebagai


berikut:

1. Mengapa Terjadi LGBT?


2. Berapa banyak mahasiswa LGBT yang ada di FEB UB?
3. Bagaimana Islam menanggapi permasalahan LGBT?
4. Hukum LGBT?
5. Bagaimana mencegah dan solusi untuk mengatasi LGBT?
6. Apa itu pacaran?
7. Berapa banyak mahasiswa yang berpacara di FEB UB
8. Hukum pacaran?
9. Bagaimana Islam menanggapi orang yang berpacaran?
10. Bagaimana mencegah dan solusi untuk orang yang berpacaran?
Tujuan Penulisan Makalah

Beberapa tujuan kami melakukan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui apa itu LGBT, dan bagaimana penyebab LGBT.


2. Mengatahui berapa banyak mahasiswa FEB yang LGBT.
3. Mengetahui LGBT menurut pandangan Islam
4. Mengetahui hukum LGBT di Islam
5. Mengetahui cara mencegah orang agar tidak terjerumus di LGBT dan bagaimana
solusi bagi orang yang LGBT
6. Mengetahui apa itu pacaran, dan penyebab orang berpacaran.
7. Mengetahui berapa banyak mahasiswa FEB UB yang berpacaran.
8. Mengetahui Hukum pacarana di dalam agama Islam.
9. Mengetahui pandangan Islam menanggapi orang yang berpacaran.
10. Mengetahui cara mencegah orang agar tidak berpacaran dan solusinya bagi
orang yang sudah berpacaran.
BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender)


LGBT adalah kepanjangan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Lesbian, gay,
dan biseksual adalah sesuatu yang terkait dengan orientasi seksual. Lesbian adalah
perempuan yang memiliki orientasi seksual ke sesama jenisnya. Gay adalah laki-laki
atau pria yang orientasi seksualnya menyukai sesama pria.Sementara biseksual, baik
laki-laki atau perempuan yang orientasi seksualnya ke perempuan dan juga laki-laki.
Dan transgender adalah seseorang yang merasa gendernya berbeda dengan jenis
kelamin biologisnya. Jadi jenis kelamin biologisnya laki-laki, tapi dia merasa dirinya
perempuan, pun sebaliknya.
Maka, persoalan LGBT pada hakikatnya adalah persoalan yang sangat sulit dan
kompleks karena faktor penyebabnya juga beragam. Itu bisa dari luar, pengaruh
pergaulan, lingkungan sosial. Namun, itu juga bisa dari pengaruh dari dalam, faktor
genetik bahkan bawaan sejak lahir. Terlepas dari itu, Islam dengan tegas mengharamkan
hubungan seksual sejenis yang tidak sah. Laki-laki dengan laki-laki, atau perempuan
dengan perempuan, hubungan sejenis seperti itu diharamkan dalam Islam. Hal ini
menjadi kesepakatan semua ulama, tidak ada perselisihan terkait hal ini. Maka,
menghadapi isu LGBT kita perlu mencermati bahwa sebagaimana keharaman perbuatan
yang lain seperti maksiat, minum-minuman keras, berjudi, dan sebagainya.
Islam adalah agama kemanusiaan, agama yang memanusiakan manusia, maka cara
menyikapi orang-orang yang berbuat maksiat itu adalah dengan membedakan antara
perbuatan dan orangnya. Jadi dalam Islam, yang harus dihindari, yang harus dijauhi itu
perbuatan maksiatnya. Sementara pelakunya, mereka adalah manusia yang harus
diberikan kasih sayang dan dijaga harkat dan martabatnya. Justru mereka harus
dirangkul karena mungkin karena kekhilafan atau satu dua hal jadi melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.
Dalam pandangan Islam, pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam dua jenis
saja, yaitu laki-laki dan perempuan Allah Swt berfirman:

ۙ‫ق ال َّز ۡو َج ۡي ِن ال َّذ َك َر َوااۡل ُ ۡن ٰثى‬


َ َ‫َواَنَّهٗ َخل‬
“dan sesungguhnya Dialah yang men-ciptakan pasangan laki-laki dan perempuan,”
(Q.S An-Najm, 53: 45)
‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan “
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti” (Q.S Al- Hujurat, 49 : 13)

Kedua ayat di atas telah menunjukkan bahwa manusia di dunia ini hanya terdiri dari dua
jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya. Tetapi di dalam
kenyataannya, kita dapatkan seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki.

a. LGBT dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Orientasi seksual digambarkan sebagai objek impuls seksual seseorang, heteroseksual
(jenis kelamin berlawanan, homoseksual (jenis kelamin sama) atau biseksual (kedua
jenis kelamin). Istilah homoseksual kerap digunakan untuk menggambarkan perilaku
jelas seseorang,laki dan bukan perempuan. orientasi seksual, dan rasa identitas pribadi
atau sosial. Hawkin menjelaskan bahwa istilah gay atau lesbian merupakan identitas diri
atau identitas sosial. Sedangkan Soekanto menjelaskan homoseksual adalah seseorang
yang cenderung mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual
(Soerjono Soekanto, 2004: 381).
LGBT dalam pandangan psikologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang menerima atas
orientasi seksualnya dan yang tidak menerima namun tidak mempunyai daya untuk
mengatasinya sehingga ia merasa terganggu. Di Indonesia perilaku LGBT dikategorikan
sebagai gangguan jiwa yang terangkum dalam PPDGJ (Panduan Pedoman Diagnostik
Gangguan Jiwa. Akan tetapi pada tahun 1983 LGBT telah dikeluarkan dari PPDGJ.
Dengan demikian perilaku tersebut sudah tidak tergolong lagi dalam bentuk gangguan
jiwa tetapi hanya merupakan salah satu bentuk orientasi seksual semata (Dede Oetomo,
2001: 24).
b. Pandangan al-Qur’an mengenai Fenomena LGBT
Islam menginginkan pernikahan antar lawan jenis (laki-laki dan perempuan) bukan
semata-mata hanya memenuhi hasrat biologis namun sebagai ikatan suci untuk
menciptakan ketenangan hidup dengan membentuk keluarga sakinah dan
mengembangkan keturunan umat manusia yang bermartabat. Dalam Alquran peristiwa
homoseksual ini menjadi perhatian pening, hal ini terbukti dengan adanya beberapa ayat
yang berbicara mengenai hal ini, seperti Q.S. al A’raf: 80 dan Q.S. An-Naml: 54-55
Allah Swt berfiman dalam surat al - A’raf 80 :
‫َولُوْ طًا اِ ْذ قَا َل لِقَوْ ِم ٖ ٓه اَتَْأتُوْ نَ ْالفَا ِح َشةَ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن اَ َح ٍد‬

(٨۰) َ‫ِّمنَ ْال ٰعلَ ِم ْين‬


‫ْأ‬
(٨۱) ِ ‫ِإنَّ ُك ْم لَتَ تُونَ ال ِّر َجا َل َشه َْوةً ِم ْن دُو ِن النِّ َسا ِء بَلْ َأ ْنتُ ْم قَوْ ٌم ُمس‬
  َ‫ْرفُون‬

Dan ingatlah ketika Luth berkata kepada kaumnya: “Mengapa kalian melakukan
perbuatan kotor yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun di dunia.?”
“Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan nafsu kepada mereka
bukan kepada perempuan. Bahkan kalian semua adalah orang yang telah melampaui
batas.” (Q.S. al-A’Raf [7]: 80-81)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Nabi Luth mempertanyakan kepada kaumnya
ketika melakukan kedurhakaan yang besar, apakah kamu melakukan fahisyah, yaitu
melakukan pekerjaan yang buruk (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh
seseorangpun di dunia ini. Perbuatan tersebut merupakan bentuk kedurhakaan mereka
terhadap Allah Swt. Nabi Luth dalam ayat ini sedikit berbeda dengan Nabi-nabi
sebelumnya. Beliau tidak berpesan tentang tauhid, hal ini tidak berarti beliau tidak
mengajak kepada tauhid, namun satu masalah yang sangat jelek harus beliau selesaikan
bersama pelurusan akidah. Orang yang melakukan homoseksual hanya mengharapkan
kenikmatan jasmani yang menjijikkan.
Perbuatan homoseksual tidak pernah dibenarkan dalam keadaan apapun.
Pembunuhan dapat dibenarkan apabila untuk membela diri atau menjatuhkan sanksi
hukum, begitu juga hubungan seks dengan lawan jenis dibolehkan oleh agama kecuali
berzina, apabila terjadi dalam keadaan syubhat, maka dapat ditoleransi dengan batas-
batas tertentu.
Dalam surat an-Naml: 54-55 Allah Swt menjelaskan:

(٥٤) َ‫صرُون‬ ِ ‫َولُوطًا ِإ ْذ قَا َل لِقَوْ ِم ِٓۦه َأتَْأتُونَ ْٱلفَ ٰـ ِح َشةَ َوَأنتُ ْم تُ ْب‬
َ‫َأِئنَّ ُك ْم لَتَْأتُونَ ٱلرِّ َجا َل َش ْه َو ۭةً ِّمن دُو ِن ٱلنِّ َسٓا ِء ۚ بَلْ َأنتُ ْم قَوْ ۭ ٌم تَجْ هَلُون‬
(٥٥)
Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu
mengerjakan fahisyah sedang kamu memperlihatkannya. Mengapa kamu mendatangi
laki-laki untuk memuaskan nafsumu, bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu
adalah kaum yang tidak mengetahui”.
(Q.S. an-Naml [27]: 54-55)
B. Pacaran (Berbuat zinah tanpa ada ikatan yang sah)
a. Pengertian Pacaran Menurut Islam
Istilah pacaran yang dilakukan oleh anak-anak muda sekarang ini tidak ada dalam
Islam. Yang ada dalam Islam ada yang disebut “Khitbah” atau masa tunangan. Masa
tunangan ini adalah masa perkenalan, sehingga kalau misalnya setelah khitbah putus,
tidak akan mempunyai dampak seperti kalau putus setelah nikah. Dalam masa
pertunangan keduanya boleh bertemu dan berbincang-bincang di tempat yang aman,
maksudnya ada orang ketiga meskipun tidak terlalu dekat duduknya dengan mereka.
Dalam Islam, cinta kepada lawan jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan diantara
mereka berdua sudah jelas (pernikahan). Sebelum adanya ikatan itu, maka pada
hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat. Sebab
cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin
sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji lewat
SMS, chatting dan sejenisnya.
Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung- jawab yang
disaksikan oleh orang banyak.Bahkan lebih “keren”-nya, ucapan janji itu tidaklah
ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang
laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk
menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi
seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi “pelindung” dan “pengayomnya”. Bahkan
menjadi pemimpin setelah dari bahu sang ayah ke atas bahunya. Sedangkan
pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran
dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah
terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam
yang notabane masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat telah
benar-benar dilanda degradasi agama.
b. Batasan-batasan yang Diperbolehkan Laki-laki dan Perempuan Sebelum
Mereka Menikah
Allah SWT berfirman,
(٣٢) ‫َـوـ اَل تَـ ْقـ َرـ بُـ وـاـ اـلـ ِّزـ نَـ اـ ۖـ ِإ نَّـ هُـ َكـ اـ َـنـ فَـ اـ ِحـ َشـ ةًـ َـوـ َسـ اـ َءـ َسـ بِـ يـاًل‬
" Dan janganlah kamu mendekati zina: sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan buruk." (QS. Al-Isra: 32).
Maksud ayat ini, janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa
menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti berdua-
duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk bergandengan
tangan, berciuman, dan lain sebagainya. Rasulullah SAW juga bersabda, "Lebih baik
memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba perempuan yang bukan
istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya)”. Dilarang laki dan perempuan yang
bukan mahramnya untuk berdua-duan.
Nabi SAW kemudian bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak
mahramnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)
Pandangan itu adalah pengutus fitnah yang sering membawa pada perbuatan zina.
Oleh karena itu Allah berfirman, “katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah
mereka memalingkan pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka.
Dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari
yang haram dan menjaga kehormatan mereka”. (QS. An-Nur 30-31). Yang
dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak melepaskan
pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan jenis dengan nafsu.
c. Hukum Pacaran dalam Islam
Di masyarakat pacaran adalah hal yang lumrah, proses mengenal lawan jenis atau
diibaratkan sebagai rasa cinta kasih yang diwujudkan dalam hubungan. Namun, Islam
tidak pernah mengajarkan tentang pacaran, karena dalam kenyataannya dua insan yang
berlainan jenis tidak bisa terhindar dari berdua-duaan, terjadi pandang memandang dan
terjadi sentuh menyentuh. Perbuatan ini sudah jelas semuanya haram hukumnya
menurut syari’at Islam.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang wanita, kecuali si


wanita itu bersama mahramnya”.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi SAW bersabda:

“Allâh telah menulis atas anak Adam bagiannya dari zina, maka pasti dia
menemuinya: Zina kedua matanya adalah memandang, zina lisannya adalah
perkataan, zina hatinya adalah berharap dan berangan-angan. Dan itu semua
dibenarkan dan didustakan oleh kemaluannya.”

Dalam surah al-Isra ayat [17] 32 Allah Swt. Bersabda :

(٣٢) ‫ٱلزن ٰ َٓى ۖ ِإنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َشةً َو َسٓا َء َسبِياًل‬ ۟ ‫َواَل تَ ْق َرب‬
ِّ ‫ُوا‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. (Q.S al-Isra’ [17] : 32)

Dalam ayat ini, Allah swt melarang para hamba-Nya mendekati perbuatan zina.
Maksudnya ialah melakukan perbuatan yang membawa pada perzinaan, seperti
pergaulan bebas tanpa kontrol antara laki-laki dan perempuan, membaca bacaan yang
merangsang, menonton tayangan sinetron dan film yang mengumbar sensualitas
perempuan, dan merebaknya pornografi dan pornoaksi. Semua itu benar-benar
merupakan situasi yang kondusif bagi terjadinya perzinaan.Larangan melakukan zina
diungkapkan dengan larangan mendekati zina untuk memberikan kesan yang tegas,
bahwa jika mendekati perbuatan zina saja sudah dilarang, apa lagi melakukannya.
Dengan pengungkapan seperti ini, seseorang akan dapat memahami bahwa larangan
melakukan zina adalah larangan yang keras, sehingga benar-benar harus dijauhi.
C. Pembahasan hasil penelitian dalam bentuk kuisioner mengenai pandangan
Islam terhadap LGBT dan Pacaran dilingkungan FEB UB

Hasil survey yang kami peroleh pada tanggal 25 September 2022, kuisioner
terkumpul dan terisi dengan lengkap

1. Terdapat 33 responden yang mengisi Survey yang kami buat

Keterangan:
Bahwa dari hasil survey membuktikan lebih banyak pengisi responden
dengan jenis kelamin perempuan, dengan perbandingan 57,6% adalah
perempuan dan 42,4% adalah laki-laki

2. Program studi yang dijalani para responden saat kuliah

Keterangan:
Bahwa dengan hasil survey mengenai pandangan Islam terhadap LGBT
dan Pacaran dilingkungan FEB UB diketahui para responden dengan
program studi sebagai berikut:
1. Prodi akuntansi berjumlah 7 orang
2. Ekonomi Keuanagan dan Perbankan berjumlah 5 orang
3. Ekonomi berjumlah 1 oranh
4. Ekonomi Pembangunan berjumlah 9 orang
5. Ekonomi bisnis berjumlah 1 orang
6. Ekis berjumlah 1 orang
7. Fakultas ekonomi berjumlah 1
8. Hubungan Internasional berjumlah 1 orang
9. Ibu rumah tangga berjumlah 1 orang
10. Ilmu kelautan berjumlah 1 orang
11. Informatika berjumlah 1 orang
12. Manejemen berjumlah 5 orang
13. Teknik kimia berjumlah 1 orang

3. Pengetahuan responden tentang apa itu LGBT+Q

Keterangan:
Berdasarkan hasil survey dinyaytakan bahwa semua responden tau apa
itu LBGT

4. Jawaban para responden terkait pertanyaan “apa itu LGBT?”


Keterangan:
Bahwa dengan hasil survey mengenai pandangan Islam terhadap LGBT
dan Pacaran dilingkungan FEB UB diketahui para responden menjawab
dengan berbagai jawaban yang beragam, yang merujuk pada
1. Hubungan sesama jenis/penuka sesame jenis
2. Lesbian GAY Bisex dan Transgender

5. Pengetahuan responden tentang apa itu pacaran


Keterangan:
Bahwa dengan hasil survey mengenai pandangan Islam terhadap LGBT
dan Pacaran dilingkungan FEB UB diketahui para responden menjawab
“apa itu pacaran?”dengan berbagai macam jawaban yang berbeda,
namun inti dari jawaban para responden adalah
1. Hubungan melebihi batas pertemanan namun diluar nikah
2. Hubungan antara 2 insan yang saling mencintai
3. Hubungan antara wanita dan pria

6. Pilihan Jawaban Para responden terkait pertanyaan “Menurut kalian


LGBT dan "Pacaran" itu seperti apa?”

Keterangan:
Berdasarkan hasil survey tersebut, disebutkan data dari jawaban para
responden yang terbanyak adalah “dilarang dalam agama maupun norma
hukum”, perbandingan persentase nya adalah sebagai berikut:
a) Hal yang biasa dan diterima masyarakat 1 (3%)
b) Dilarang dalam agama maupun norma hukum 23 (69,7%)
c) LGBT dilarang dalam agama maupun hukum, pacarana dilarang
agama namun tidak dilarang hukum 1(3%)
d) LGBT masih menjadi isu yang sensitive di masyarakat, sedangkan
isu pacarana lebih umum dan terbuka1 (3%)
e) LGBT sangat dilarang dalam norma maupun hukum, sedangkan
pacaran di masyarakat ada yang menerma dan tidak menerima 1 (3%)
f) Pacarana mungkin masih bisa diterima namun tidak dengan LGBT 1
(3%)

7. Jawaban responden tentang pertanyaan “Apakah kalian pernah Melihat


secara langsung perilaku LGBT?”

Keterangan;
a) Ya (biru) = 63,6%
b) Tidak (Merah) = 36,4%

8. Tanggapan responden tentang pelaku LGBT di lingkup FEB UB


Keterangan:
Bahwa dengan hasil survey mengenai pandangan Islam terhadap LGBT
dan Pacaran dilingkungan FEB UB diketahui para responden menjawab
“Bagaimana tanggapan anda tentang pelaku LGBT di dalam lingkup
kampus terutama di FEB UB”dengan berbagai macam jawaban yang
berbeda, namun inti dari jawaban para responden adalah;
1. Selama hal tersebut tidak mengganggu, sebaiknya tidak perlu
dipermasalahkan, jadi bersikap sewajarnya saja.
2. Menolak adanya pelaku LGBT dan harus menindak tegas pelaku
tersebut.

9. Jwaban responden tentang pertanyaan “Apakah kalian pernah pacaran?”


Keterangan
1. Ya (biru) 42,4%
2. Tidak (merah) 57,6%

10. Pendapat responden tentang apakah pacaran termasuk hal yang biasa
atau normal
Keterangan:
Bahwa dengan hasil survey mengenai pandangan Islam terhadap LGBT
dan Pacaran dilingkungan FEB UB diketahui para responden menjawab
“Menurut anda, apakah pacaran itu hal yang biasa atau normal?”dengan
berbagai macam jawaban yang berbeda, namun inti dari jawaban para
responden adalah;
1. Tidak sebab pada dasarnya pacaran diluar nikah sudah jelas dilarang
dalam syariat Islam
2. Pacaran di masa sekarang merupakan hal yang dianggap sangat
normal walaupun seharusnya dilarang dalam agama.
11. Pendapat responden tentang setuju atau tidaknya dengan LGBT

Keterangan;
Bahwa dengan hasil survey mengenai pandangan Islam terhadap LGBT
dan Pacaran dilingkungan FEB UB diketahui para responden menjawab
“Apakah kamu setuju dengan LGBT? Berikan pendapatmu” terdapat dua
pandangan yang berbeda, inti dari jawaban responden tersebut adalah;
1. Tidak setuju, karena hal tersebut sangat bertentangan dengan agama
islam. Namun saya sebagai manusia yang menjunjung tinggi toleransi
antar suku bangsa, agama, ras, maupun perbedaan lainnya sehingga
saya menganggap maklum para LGBT yang bukan islam dan
membiarkannya.
2. Dalam pandangan saya pribadi saya setuju karena hal tersebut tidak
akan menggangu orang lain.

12. Pendapat responden tentang “Apakah kamu setuju dengan Pacaran?


Berikan pendapatmu!”
Keterangan:
Bahwa dengan hasil survey mengenai pandangan Islam terhadap LGBT
dan Pacaran dilingkungan FEB UB diketahui para responden menjawab
“Apakah kamu setuju dengan "Pacaran"? Berikan pendapatmu!”dengan
berbagai macam jawaban yang berbeda, namun inti dari jawaban para
responden adalah;
1. Setuju selama hal itu saling menguntungkan dalam hal kebaikan
2. Tidak setuju, walaupun saya sendiri pernah berpacaran. Semakin
dewasa saya menyadari bahwa berpacaran lebih banyak memberikan
mudharat dalam jangka panjang.
BAB III
KESIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian mengenai pandangan Islam terhadap LGBT dan Pacaran
di lingkungan FEB UB, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa responden yang
minim pengetahuan berkaitan dengan hukum atau syariat islam tentang perilaku LGBT
dan pacaran. Sebab pada dasarnya LGBT dan Pacaran dengan jelas dilarang dalam Al-
Qur,an, namun masih terdapat beberapa responden yang memiliki toleransi terhadap
kedua perilaku tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa responden tersebut belum
menjalankan apa yang telah di perintahkan dan apa yang telah di larang oleh Allah
SWT.
Kemudian, dapat disimpulkan juga bahwa tingkat kesadaran akan larangan
agama di FEB UB masih tergolong minim. Di zaman ini dapat dikatakan bahwa
perilaku LGBT dan Pacaran kian marak terjadi khususnya di ranah mahasiswa. Jika
dilihat dari segi pergaulan, remaja dewasa ini juga terkesan seperti pergaulan bebas,
pergaulan laki-laki dan perempuan dalam bentuk pacaran pun semakin parah, bahkan
lebih parahnya LGBT (lesbian,gay,biseksual, dan transgender) sangat marak di
kehidupan saat ini, apalagi setelah masuknya berbagai jenis budaya asing yang melebur
ke dalam budaya Islam.
Daftar Pustaka

A, H., 2019. Pengaruh Pemahaman Etika Pergaulan dengan Lawan Jenis dalam Islam Terhadap Akhlak
Pergaulan Pada Siswa Kelas VIII MTsN 1 Semarang. [Online]
Available at: http://eprints.walisongo.ac.id
[Accessed 28 09 2022].
Eliya F, L. P. &. A. A., 2021. Penyimpangan sosial LGBT dalam pandangan Islam. [Online]
Available at: http://repository.radenintan.ac.id
[Accessed 2 10 2022].
M.Y, A., 2016. Etika Pergaulan Islami Santri Madrasah Aliyah (MA) di Pesantren Jabal Nur Kecamatan
Kandis Kabupaten Siak. Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan, 13(2)(1524), pp. 206-226.

Anda mungkin juga menyukai