Anda di halaman 1dari 10

LGBT MENURUT PANDANGAN AGAMA KRISTEN

NAMA : SHEVCHENKO SAGAI

PROGRAM STUDI D3 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA
TOMOHON
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurunnya moral dan etika dalam pola hidup manusia menjadi sebuah masalah yang
sangat membutuhkan suatu perhatian secara serius dan mendalam dengan melihat faktor
peradaban yang ada. Kebutuhan dan keinginan manusia menjadi suatu senjata yang dapat
menyebabkan sebuah polemik dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu tidaklah
mengherankan apabila peradaban ini sangat mempengaruhi warna peradaban setiap saat,
karena keberlangsungan dari peradanban itu bergantung sepenuhnya pada manusia.
Melihat begitu rentannya keberadaan moral manusia dalam peradaban, maka sangat
diperlukan suatu tuntunn melalui pemahaman keagamaan, untuk menciptakan kehidupan
yang selaras dan bermakna. Tinjauan etika secara teologis juga menjadi kebutuhan untuk
memperbaiki kemerosotan moral ini. Kemerosotan moral yang dialami oleh manusia sudah
terjadi sejak manusia jatuh kedalam dosa. Hal itu dapat dilihat dalam peristiwa Sodom dan
Gomora yang menceritakan tentang suatu tempat yang begitu memprihatinkan keadaan
moral dan etika penduduknya. Dan hal itu masih Nampak masih sampai saat sekarang ini,
bahkan mengalami kemajuan yang sangat memprihatinkan pada kategori LGBT.
LGBT menjadi permasalahan yang sangat serius pada masa Modern ini. Bukan hanya di
Indonesia tapi menyebar diberbagai penjuru dunia. Bahkan telah diakui dan resmi menjadi
suatu yang dilegarkan dalam suatu Negara yakni di China. Melihat kondisi seperti ini
menandakan suatu kemerosotan moral akan semakin meningkat jika tidak ada suatu
tuntunan etika teologis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tentang LGBT?
2. Bagaimana Etika Kristen menyikapi LGBT?
3. LGBT dalam Perjanjian Lama (Kejadian 19)?
4. Tawaran Teologis Terhadap LGBT?
C. Tujuan Masalah
Mendeskripsikan dan mengetahui apa itu LGBT, meninjau dan melihat sikap etika Kristen
terhadap LGBT, mengetahui LGBT dalam Perjanjian Lama, dan Memberikan suatu tawaran
Teologi terhadap para LGBT.
BAB II
ISI
A. Definisi LGBT

LGBT adalah akronim dari ”Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender”. Istilah ini telah
digunakan pada tahun 1990-an dan mengganti frasa “komunitas gay” karena LGBT ini
mewakili semua kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Istilah LGBT sangat banyak
digunakan untuk penunjukan diri. Istilah ini juga digunakan oleh mayoritas komunitas dan
media yang berbasis identitas seksualitas dan gender di Amerika Serikat dan beberapa
negara berbahasa Inggris lainnya. Meskipun komunitas LGBT menemui kontroversi
mengenai penerimaan universal atau kelompok anggota yang berbeda (biseksual dan
transgender kadang-kadang dipinggirkan oleh komunitas LGBT). Kaum transgender dituduh
terlalu banyak membuat stereotip dan biseksual hanyalah gey ataulesbian yang tekut
mengakui identitas seksual mereka. Untuk itu setiap komunitas yang ada dalam LGBT
berusaha untuk berjuang dalam mengembangkan identitas masing-masing untuk bisa
berinteraksi dengan organisai yang lain.1

Homoseksualitas dipandang sebagai terhambatnya heteroseksualitas rancangan Allah


terhadap yang mengalami. Terhambatnya heteroseksualitas atau disoriantasi emosional
disebabkan oelh terbendungnya perkembangan emosi dalam heteroseksualitas.
Homoseksualitas dipandang sebagai suatu penympangan yang sangat umum, atau
disonrientasi aliran utama perkembangan heteroseksualitas. Hal itu bukanlah suatu bawaan
sejak lahir, melainkan suau penyimpangan heteroseksualitas. 2

Dalam perjalanan LGBT ini, mendapat banyak sorotan dan kritikan bahkan deskriminasi dari
masyarakat. Mulai dari dikelurkan dari pekerjaan, dianggap sebagai orang yang kurang
waras, dianggap sebagai krminalitas. Namun, hal itu bukan menjadi senjata untuk membuat
hancur organisasi LGBT ini, karena dengan tegas Donald Webster dalam bukunya
menyatakan bahwa laki-laki gay dan lesbi adalah kelompok minoritas yang sah. Hingga
tahun 1950-1970an komunitas pendukung LGBT memunculkan gerakan meminta
ditiadaknnya deskriminasi terhadap komunitas LGBT.3

1 Wikipedia, http//:id.m.wikipedia.org
2 Dr. William Consiglio. Tidak Lagi Homo. (Bandung, Anggota IKAPI, 1998), 21
3 Santoso, M.B. (2016). LGBT dalam perspektif Hak Asasi Manusia. SHARE:
Social Work Journal, 6(2). 222
Jika LGBT ditinjau dari segi Hukum, LGBt merupakan suatu kriminalitas amoral yang
bertentangan dengan niali-nilai moral Pancasila dan kaidah-kaidah semua agama. Meskipun
tidak semua LGBT dapat dikriminalisasi karena delik yang dikriminalisasi juga harus
measurable sehingga dapat ditegakkan.4 Dalam HUkum Pidana yang saat ini berlaku satu
ketentuan yang khusus mengatur perbuatan LGBT, yaitu pasal 292 KUHP yang berbunyi
“orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin yang
diketahuinya atau sepatutnya harusdiduganya belum dewasa, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun”.5

Namun dengan tegas Mill mengatakan dalam anggapannya bahwa moral bukanlah urusan
hukum, Hakim Devlin berpandangan bahwa fungsi hukum pidana adalah untuk menegakkan
prinsip moral. Beberapa hakim dan penulis buku yang ada mengatakan bahwa LGBT
bukanlah sutau kriminalisasi. Seperti yang dikatakan oleh J.E. Sahetapy bahwa beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan kriminalisasi LGBT antara lain nilai-nilai
sosial, aspek budaya, dan faktor structural dalam masyarakat tertentu.6

B. Etika Kristen dan LGBT

Etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang baik buruk dalam pikiran, perkataan,
dan perbuatan manusia. Atau ilmu tentang perilaku manusia.7 Disisi lain terdapat juga etika
Kristen yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposis tentang Allah, serta memandang
moral bersumber dari kepercayaan terhadap Allah. Dengan demikian etika Kristen yang
melandaskan atau mendasarkan seluruh praktek moral dan etika totalotas dari Alkitab.

Akitab memandang Homoseksual sebagai suatu yang negatif. Dalam Imamat 18:22,
hubungan sesual dengan sesama jenis dianggap sebagai kekejian. Hal itu juga Nampak
dalam kitab Kejadian 19 dalam peristiwa Sodom dan Gomora. Dimana Lot melindungi dua
orang tamunya dari orang-orang yang homoseksual. Dari praktek homoseksual yang
dilakukan oleh orang Sodom memunculkan istilah Sodomi. Dalam Perjanjian Baru
homoseksual atau persetubuhan dengan sesama jenis dianggap sebagai suatu
pemberontakan manusia kepada Allah (Roma 1:26-27). Dalam surat rasul Paulus
Homoseksual dipandang sebagai perbuatan orang berdosa dan orang durhaka. Di dalam
alkitab ada 2 alasan mengapa homoseksual dipandang negatif: yang pertama, karena dalam
Alkitab, manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan untuk punya anak melaui
perkawinan. Namun, karena terhambatnya heteroseksualitas yang menyebabkan sehingga
4 Wibowo, A. (2017). Tinjauan Teoritis Terhadap Wacana Kriminalitas Lgbt.
Jaurnal Cakrawala Hukum, 11(1). 96
5 Ibid, 99
6 Ibid, 112
7 Dr. Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontenporer. (Bandung, INK Media,
2006), 1
homoseksual ini terjadi. dengan demikian perbuatan tersebut merupakan hal yang negatif
untuk Alkitab. Yang kedua, larangan melakukan homoseksual selalu disebut dalam kerangka
larangan untuk semua jenis penyimpangan seksual.8

Meskipun Alkitab mengatakan bahwa LGBT merupakan kekejian dan sesuatu yang negatif,
harus dipahami bahwa meskipun demikian Alkitab sebagai landasan dari etika Kristen harus
meluruskan yang salah dan memberikan sebuah pandangan untuk bisa menghilangkan dan
melenyapkan LGBT ini. Walaupun berat dan menemui banyak tantangan Etika Kristen harus
tetap berani dalam menjalankan tugasnya sebagai landasan untuk orang-orang yang
melanggar etika dan moral dalam Etika Kristen.

Etika Kristen menganggap setiap umat Kristen sebagai pemenang. Lantas hal apa lagi yang
membuat umat Kristen melakukan suatu pelanggaran moral seperti LGBT. Bukankha setiap
manusia telah diciptakan sedemukian rupa oleh Allah? Meskipun demikian masih ada saja
insan yang dengan secara tidak langsung menghargai dan memaknai bahwa hidupnya ialah
ciptaan Allah yang paling mulia. Etika Kristen kembali dengan tegas meluruskan setiap apa
yang dilakukan manusia dalam hal pelanggaran-pelanggaran moral dan etika.

Untuk itu Etika Kristen yang meladaskan aturannya pada Alkitab memberikan solusi untuk
setiap pelaku LGBT dengan cara memberikan suatu peringatan, bimbingan, wadah
(pernikahan), dan lain sebagainya. Dengan solusi ini paling tidak mengurangi jumlah angka
pelaku LGBT khususnya kalangan umat Kristen. Karena Allah telah mangangkat umatnya
menjadi pemenang dalam hal keselamatan.

C. LBGT Dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama persoalan LGBT sangat jelas kasusnya. Salah satunya ialah terdapat
dalam kitab Kejadian 19 yang menceritakan tentang dosa yang dilakuakn oleh penduduk
Sodom dan Gomora, dana salah satu dosa yang paling menonjol ialah percabulan atau hawa
nafsu tanpa melihat gender. Hal tersebut biasa disebutkan sebagai LGBT dalam hal
Homoseksual.

Dalam sejarahanya kota Sodom pertama kali disebutkan dalam Alkitab pada Kitab Kejadian
13, dimana Sodom menjadi tempat tujuan Lot ketika memutuskan untuk berpisah dengan
Abraham. Ketika itu meskipun Lot dan Abraham telah memutuskan untuk berpisan tetapi
mereka tetap menjaga kekeluargaan mereka. Mereka masih sering saling mengunjungi. Dan
pada saat itu Abraham hendak mengunjungi Sodom tempat Lot tinggal setalah berpisah
dengan Abraham. Sesuai dengan penjelasan Allah terhadap Abraham untuk mengunjungi

8 Dr. Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontenporer. (Bandung, INK Media, 2006),
78-80
kota Sodom yakni memperingatkan penduduk kota itu untuk bertobat sebelum murka Allah
ditimpahkan kepada mereka.9

Pada tragedi pengepungan tempat kediaman Lot, yang disebut pelaku pengepungan rumah
Lot itu ialah para lelaki dari kota Sodom. Namun, konteks penulisan dengan sumber yang
menggunakan budaya patriarkhi, dikatakan bahwa bukan hanya laki-laki yang mengepung
rumah itu tetapi perempuan juga ikut serta dalam tragedy pengepungan rumah Lot demi
melakuakn kekerasan seksual terhadap tamu yang datang dirumah Lot. Dalam teksnya
dikatakan bahwa “seluruh penduduk kota datang megepung rumah Lot” tetapi yang menjadi
penekanan bahwa laki-lakilah yang paling dominan dalam tragedy pengepungan tersebut.
Penduduk Sodom dengan tegas mengatakan kepada Lot supaya menyerahkan orang Ibrani
yang datang kerumah Lot sebagai tamu sebagai hak mereka pakai. Dalam teks aslinya kata
“pakai” adalah yāda`, artinya ‘mengetahui, mengenal, memahami, dan bersetubuh’. Dalam
istilah Ibrani, kata yāda` sering digunakan dalam hubungan suami-istri, sebab memiliki arti
mengenal sedalam-dalamnya yang merujuk pada hubungan seksual. Terjemahan versi NIV
justru menggunakan istilah have sex yang lebih mendekati maksud aslinya. Melalui makna
kata yāda` inilah, dosa penduduk Sodom secara turun-temurun dipahami sebagai dosa
homoseksualitas. Philo menafsirkan bahwa dosa penduduk Sodom adalah kelimpahan,
kerakusan, kekejian, dan kesenanganMenurutnya, penduduk Sodom terlalu memanjakan
hasrat seksual mereka, namun harus diperhatikan bahwa Philo menyatakan setelah para
lelaki ini tidur dengan sesama laki-laki, mereka kembali berhubungan seksual dengan
perempuan. Hal ini jelas bukan merupakan penggambaran orientasi homoseksual. Dapat
dikatakan bahwa homoseksualitas menurut Philo merupakan hubungan seksual sesama
jenis dalam bentuk pencarian kesenangan yang berlebihan dari seorang laki-laki yang tidak
puas berhubungan seksual dengan perempuan. Pemahaman ini sama sekali tidak
mencerminkan orientasi homoseksual. Berdasarkan penafsiran tradisional ini, banyak yang
beranggapan bahwa homoseksual adalah dasar penghukuman terhadap Sodom. Dari sinilah
juga muncul istilah sodomi untuk menggambarkan homoseksual dari perspektif yang
negatif.

Hamilton (1995) berpendapat bahwa homoseksual merupakan alasan di balik musnahnya


kota Sodom dan Gomora. Alasannya adalah penggunaan kata yāda` dalam Perjanjian Lama
tidak pernah merujuk pada bentuk penyalahgunaan ataupun kekerasan seksual. Hal ini
dikarenakan dalam beberapa teks Perjanjian Lama yang menceritakan tentang perkosaan
atau kekerasan seksual, kata yang digunakan adalah seized ‘mencengkram atau menangkap’,
lay with ‘berbaring dengan’, dan humbled ‘merendahkan’. Namun, dalam keadaan rumah
yang sudah dikepung oleh seluruh penduduk kota yang penuh amarah, istilah yāda` tidak

9 Nganuh, Silva S. Thesalonika. “menguak Prasangka Homoseksualitas dalam Kisah


Sodom dan Gomora, Kajian Hermeneutik Kejadian 19:1-26”. GEMA TEOLOGI:
Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Kailahian 4.1 (2019): 19-20
lagi merujuk pada hubungan seksual yang penuh cinta kasih, melainkan ada dalam konteks
kekerasan seksual bahkan merujuk pada perkosaan massal.

Apa yang terjadi di Sodom dan Gomora sebenarnya merupakan tindakan yang tidak asing di
Timur Dekat kuno. Hakim-hakim 19:1-30 juga menceritakan hal yang serupa. Seorang Lewi
ingin bermalam di Gibea namun tidak memperoleh tumpangan. Ketika seorang laki-laki tua
memberikan tumpangan kepada mereka, para laki-laki di kota itu datang berbondong-
bondong ke rumah orang tua itu untuk meminta tamunya keluar, supaya mereka dapat
memperkosanya beramai-ramai. Akhirnya, orang Lewi itu memberikan gundiknya kepada
para laki-laki itu untuk diperkosa sampai mati. Kedua narasi ini, baik Sodom dan Gomora
maupun perbuatan noda di Gibea, menggambarkan tentang orang asing yang datang ke
sebuah kota dan menjadi korban perkosaan massal.10

Dalam teksnya tentang kisah kota Sodom dan Gomora Ketika Lot memberikan perlindungan
dan pemeliharaan terhadap kedua tamunya, ia sendiri dilindungi dan dipelihara. Fajar telah
menyingsing dan kedua malaikat memberikan tanda agar Lot dan keluarganya segera lari
dari kota itu. Meskipun Lot percaya terhadap perkataan kedua malaikat itu, ia sama sekali
tidak sanggup mengambil keputusan dan tindakan. Lot tahu bahwa dengan melarikan diri, ia
harus meninggalkan semua harta bendanya. Dalam Penafsirannya sekali lagi menggunakan
kata kerja bentuk hifil yang berarti pergi, keluar, berangkat, untuk menjelaskan bahwa Lot
dan keluarganya dibawa pergi oleh kedua malaikat, dan bukan karena keinginan mereka
sendiri. Ketika mendengar tempat tujuan mereka adalah pegunungan, Lot berkata,
“Janganlah kiranya demikian, tuanku.” Lembah Yordan adalah lembah yang subur dan
makmur, sedangkan pegunungan adalah rimba yang kering dan miskin. Sebelum
pegunungan, ada kota kecil yang masih termasuk dalam lingkungan Lembah Yordan. Lot
mencoba bermohon kepada Allah untuk mengubah rencana-Nya tentang pembinasaan kota
kecil demi keselamatannya.11

Peghukuman terjadi terhadap penduduk kota Sodom pun terjadi akibat dosa yang mereka
perbuat, LGBT menjadi satu tulah bagi umat manusia pada peristiwa Sodom dan Gomora.
LGBT bukanlah suatu yang dikehendaki oleh Alah melainkan sesuatu yang dibenci oleh Allah.
Pada peristiwa Sodom dan Gomora ini memberikan sebuah gambaran bahwa Allah tidak
toleransi terhadap dosa.

D. Tawaran Teologis Terhadap LGBT

Melihat peristiwa yang terjadi pada penduduk kota Sodom dan Gomora, sebagai umat
Kristen yang telah ditebus dari dosa, masih beranikah kita bermain-main dengan dosa.

10 Ibid, 21-22
11 Ibid, 25
Peristiwa Sodom dan Gomora ini mengajak setiap umat untuk menghargai hidupnya sebagai
ciptaan yang paling mulian dari semua ciptaan yang ada.

Untuk menghadapi masalah-masalah seperti LGBT, harus ditanamkan dalam diri kita sendiri
bahwa hidupku berharga dan telah diciptakan dengan sangat baik, bahkan telah ditebus dan
diangkat sebagai pemenang dari antara pemenang-pemenang. Pencerahan dan penuntunan
dari etika Kristen akan terus mengumandangkan untuk menjauhkan diri dari dosa dan
pelanggaran tekhusus dalam masalah LGBT. LGBT merupakan momok yang sangat
mengerikan untuk semua kalangan yang ada. LGBT tidak lagi memandang umur dan
keadaan, untuk itu etika Kristen harus lebih terdahulu ditanamkan kepada setiap pribadi
agar tidak mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Tawaran teologis yang penulis tawarkan untuk semua kalangan baik yang telah melakukan
LGBT, maupun yang belum terpengaruh oleh LGBT. Bahwa jadikanlah dirimu sebagai ciptaan
yang paling mulia dan ajarkanlah dirimu untuk mensyukuri apa yang telah ada pada dirimu.
Masalah duniawi memang nikmat tetapi akan membawamu pada jurang kebinasaan, masih
ada kehidupan setelah kematian untuk itu kerjakanlah sesuatu yang bermanfaat bagi
sesama dan hanya untuk mengerjakan pekerjaan yang telah Tuhan Berikan kepadamu.

Dalam perjalanan kehidupan tidak akan pernah terlepas dari cobaan dan godaan. Nikmatnya
suatu godaan itu akan perlahan membunuh imanmu. Pertahankan apa yang perlu untuk
kamu pertahankan sesuai dengan ajaran dana apa yang menjadi kepercayaanmu, kemudian
kerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabmu. Lepaskan segala hal yang akan
membawamu pada jurang kebinasaan, karena itu akan menjauhkanmu dari Sang Pencipta
kahidupanmu. Berikan kesempatan kepada dirimu untuk berkarya tanpa menerima godaan
yang begitu nikmat seprti LGBT.
BAB III

Kesimpulan

LGBT adalah akronim dari ”Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender”. Yang dipandang
sebagai suatu kekejian dihadapan Allah, dan merupakan suatu perbuatan yang negatif. LGBT
tentunya melanggar Etika Kristen. Karena landasan dari Etika Kristen ialah Alkitab sehingga
Etika Kristen melihat LGBT itu sebagai pelanggaran yang perlu untuk dihapuskan, agar setiap
umat yang percaya tetap menjadi seorang pemenang. LGBT dalam Perjanjian Lama
memberikan suatu gambaran bahwa memang perbuatan ini merupakan suatu kekejian dan
kenajisan untuk dilakukan. Peristiwa Sodom dan Gomora yang merupakan kota yang
ditunggangbalikkan oleh Allah akibat perbuatan-perubatan dosa yang penduduk Sodom dan
Gomora menjadi sebuah peringatan bahwa Allah tidak toleran terhadap dosa. Allah telah
menciptakan kita dengan baik dan mulia, untuk itu sebagai manusia yang telah diciptakan
sebagai mahluk yang paling mulia tidak lagi melakukan pelanggaran-pelanggaran secara
khusus LGBT. Karena seseorang yang melakukan LGBT adalah orang yang tidak mensyukuri
dan merasakan bahwa karya Allah sangat indah dalam kehidupannya.
Daftar Pustaka

Wikipedia, http//:id.m.wikipedia.org

Dr. William Consiglio. Tidak Lagi Homo. (Bandung, Anggota IKAPI, 1998).

Santoso, M.B. (2016). LGBT dalam perspektif Hak Asasi Manusia. SHARE: Social
Work Journal, 6(2).

Wibowo, A. (2017). Tinjauan Teoritis Terhadap Wacana Kriminalitas Lgbt. Jaurnal


Cakrawala Hukum, 11(1).

Nganuh, Silva S. Thesalonika. “menguak Prasangka Homoseksualitas dalam Kisah


Sodom dan Gomora, Kajian Hermeneutik Kejadian 19:1-26”. GEMA TEOLOGI: Jurnal
Teologi Kontekstual dan Filsafat Kailahian 4.1 (2019)

Dr. Robert P. Borrong. Etika Seksual Kontenporer. (Bandung, INK Media, 2006).

Anda mungkin juga menyukai