Anda di halaman 1dari 5

Hhhh

1. PENGERTIAN LGBT

LGBT atau kepanjangannya yaitu lesbian, gay, biseksual, dan trans gender. Istilah
ini digunakan sudah sejak tahun 90-an untuk menyatakan komunitas gay atau
kelompok kelompok tertentu seperti pada akronim yang disebutkan. Menilik
singkat mengenai sejarah LGBT ini, ternyata homoseksual sudah ada sejak jaman
dahulu. Bahkan pada gambar atau relief mesir kuno juga ditemukan gambar dua
orang pria yang saling berciuman. Meskipun beberapa peneliti menentang
kesimpulan tersebut, karena masing masing memiliki keluarga anak dan istri.
Perilaku homoseksual terus - menerus ada sejak jaman dahulu, dan menjadi
pertentangan diantara masyarakat dan juga dianggap perbuatan dosa.
Homoseksual juga dikatakan sebagai penyimpangan dan merupakan perilaku
abnormal. Beberapa anggapan pada mulanya mengartikan perilaku menyimpang
ini seperti jiwa laki- laki yang terjebak di tubuh perempuan atau sebaliknya.
Perdebatan demi perdebatan terus muncul dan penelitian terus dilakukan.
Seperti yang kita ketahui bahwa lesbian adalah hasrat seksual antara wanita
dengan wanita. Didalam sejarah lesbian masih sangat sedikit
pembahasannya ketimbang homoseksual, mungkin bisa disebabkan karena pada
abad pertengahan (1300-1500) yang lebih terfokus kepada hubungan seksual
antara pria dengan pria, sehingga menyebabkan lesbian dianggap ilegal. (LGBT,
2016) Pada tahun 1636 John Cotton mengusulkan undang - undang kepada
Massachusetts Bay untuk membuat hubungan seksual antara wanita dengan
wanita menjadi pelanggaran berat, namun usulan tersebut tidak jadi diberlakukan.
Sekitar tahun 1655 daerah-daerah jajahan Inggris pun mengeluarkan
peraturanperaturan terkait dengan hubungan seksual sejenis, baik antara pria
maupun wanita. Namun akhirnya pun sama, tidak jadi diberlakukan. Hingga
akhirnya terjadi tindakan sodom yang dilakukan oleh Sarah White Norman kepada
Mary Vincent Hammon, keduanya melakukan hubungan seksual yang dianggap
sebagai perilaku tidak wajar. Sarah White Norman dinggap bersalah karena
melakukan tindakan tersebut terhadap anak usia 16 tahun,dan menyebabkan
dirinya dihukum serta diminta untuk mengakui secara terbuka bahwa keduanya
telah melakukan perilaku tersebut. (LGBT, 2016)
A. Zaman Sejarah Kuno
Pada zaman sejarah kuno (1700 SM) kode Hammurabi secara luas dianggap
sebagai penyebutan awal lesbian di dokumen sejarah yang masih ada sampai
sekarang. Kode Hammurabi tersebut memuat referensi wanita yang disebut
salzikrum (secara harfiah berarti: “anak laki-laki”), tetapi merupakan perempuan
yang diizinkan untuk menikahi wanita lain.
B. Zaman Yunani Kuno
Pada zaman Yunani kuno hubungan seksual antara sesama wanita hampir tidak
disebutkan dalam setiap literaturnya. Hal ini hanya dibahas secara singkat
bersama heteroseksualitas dan
homoseksualitas laki-laki yang disampaikan Aristohanes dalam pidatonya.
(LGBT, 2016)
C. Zaman Revolusi
1. Gerakan Homophile (1945-1969)
Setelah Perang Dunia II, sejumlah kelompok yang menuntut hak bagi
homoseksual muncul atau dihidupkan kembali di seluruh dunia Barat, di Inggris,
Prancis, Jerman, Belanda, negara-negara Skandinavia dan Amerika Serikat.
Kelompok - kelompok ini biasanya lebih memilih istilah homophile untuk
homoseksual, yang menekankan cinta seks. Gerakan homophile dimulai pada
akhir 1940-an dengan kelompok-kelompok di Belanda dan Denmark, dan
berlanjut sepanjang tahun 1950an dan 1960an dengan kelompok-kelompok di
Swedia, Norwegia, Amerika Serikat, Prancis, Inggris dan tempat lain. ONE, Inc.,
organisasi homoseksual publik pertama di AS, didanai oleh pria transeksual kaya
Reed Erickson. Jurnal hak transgender A.S., Transvestia: Journal of the American
Society for Equality in Dress, juga menerbitkan dua isu pada tahun 1952.

2. PENYEBAB LGBT

Fenomena LGBT Hingga saat ini, tidak diketahui secara pasti alasan mengapa
seseorang bisa menjadi seorang lesbian, gay, biseksual, transgender. Akan tetapi,
dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa orientasi seksual dapat disebabkan oleh
faktor biologis yang dimulai dari sebelum kelahiran. Pada dasarnya, seseorang
tidak memutuskan kepada siapa Anda akan tertarik. Begitu pula dengan orang
lain, Anda tidak bisa membuat atau merubah orientasi seksual orang lain. Sebagai
contoh, Anda memberikan permainan boneka pada anak pria, maka hal tersebut
tidak akan membuatnya menjadi seorang gay. 
Walaupun begitu, ada beberapa hal yang dianggap sebagai faktor yang
menyebabkan seseorang bisa menjadi LGBT. Dan hal ini pun kian menyebar di
kalangan masyarakat luas.Keberadaan sosial media membuat setiap orang dapat
mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Gereja yang berhubungan
langsung dengan lingkungan sosial turut mengambil sikap terhadap fenomena
ini.Ada banyak perbedaan sikap yang dimunculkan oleh gereja atau denominasi
tertentu. Oleh sebab itu, tulisan ini bertujuan untuk menggali dengan seksama
tentang pandangan Alkitab terhadap LGBT sebagai landasan membentuk
paradigm etika Kristen. Hasil dari penelitian ini adalah tindakan LGBT adalah
dosa di hadapan Allah. Allah tidak menghendaki manusia untuk melakukan
tindakan LGBT. Namun di sisi lain, sebagai agen yang menjadi wujud penerapan
kasih Allah, gereja dituntut untuk tetap mengasihi kaum LGBT dan memberikan
pembinaan iman dan langkah preventif kepada jemaat. Karakteristik seseorang
sangat dipengaruhi oleh budaya yang sedang berkembang. Pada saat ini, manusia
hidup di sebuah era yang dinamakan era digital. Berdasarkan data dari situs
Hootsuite, masyarakat Indonesia yang menggunakan internet sampai dengan
Januari 2020 adalah sebesar 174,5 juta orang (64 %). Sedangkan, pengguna media
sosial di Indonesia ada di angka 160 juta pengguna (59%). Bahkan, oleh karena
adanya pandemi covid-19 ini, data Bulan April menunjukan adanya peningkatan
penggunaan media sosial yang cukup signifikan. Keberadaan internet dapat
menjadi media penyebaran pengaruh  LGBT.

3. TANGGAPAN/PANDANGAN/AJARAN GEREJA MENGENAI KASUS


MORAL LGBT
Kehadiran kelompok LGBT di masyarakat dinilai tidak wajar. Hal ini terjadi
karena orang melihat LGBT hanya sebagai tindakan seksual dan tidak melihat
aspek lain dari LGBT. Menanggapi fenomena ini, Gereja Katolik menentang
praktik LGBT atau homoseksual karena tidak sesuai dengan ajaran moral Kristen,
tetapi Gereja Katolik tidak menentang kaum LGBT. Oleh karena itu, Gereja
menentang segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum LGBT.
Penghormatan terhadap harkat dan martabat setiap orang menjadikan Gereja
Katolik lebih terbuka dan mampu melayani semua orang, mengakui keberadaan
setiap orang dan mengembangkan setiap individu. Keberadaan Gereja seharusnya
mencerminkan perjuangan untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah-tengah
dunia. Kaum LGBT harus diajak untuk lebih dekat dengan Tuhan dan berkumpul
di gereja sebagai komunitas umat Tuhan. Sebagai anggota gereja, mereka
memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan orang lain untuk berpartisipasi
aktif dalam urusan gereja. Hirarki gereja berkewajiban untuk melawan berbagai
bentuk stigma dan diskriminasi terhadap kaum LGBT yang secara terang-terangan
melanggar harkat dan martabat manusia. Hirarki juga harus membimbing kaum
LGBT untuk bertanggung jawab menjaga kesucian hidup dan memiliki cara
berpikir baru yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Umat Katolik pun dituntut
untuk bisa melihat LGBT sebagai bagian dari Gereja agar ke depannya semakin
ditingkatkan kerja sama dengan kaum LGBT dalam bidang pastoral. LGBT juga
merupakan kaum beriman Kristiani awam dan mereka harus bekerja sama dengan
umat Allah lainnya untuk mengembangkan Gereja sesuai dengan bakat dan
kemampuan mereka. Keluarga-keluarga Kristen hendaknya menciptakan
hubungan yang harmonis antara suami dan istri serta relasi antara orang tua dan
anak-anak. Selain itu, keluarga-keluarga Kristen harus bisa menerima anggota
keluarga mereka yang berorientasi LGBT serta membimbing mereka untuk hidup
sesuai dengan ajaran agama dan menggerakkan mereka untuk aktif dalam
kehidupan menggereja. Kaum LGBT pun dituntut untuk selalu menjaga
kemurnian hidup dan senantiasa menjauhkan diri dari tindakan-tindakan yang
menyimpang dengan ajaran Gereja. Sebagai umat Katolik biasa, kaum LGBT
harus berperan aktif dalam kehidupan Gereja dengan bakat dan kemampuannya.

4. DASAR KITAB SUCI YANG MENDUKUNG TINDAKAN TIDAK SESUAI


FIRMAN TUHAN

Anda mungkin juga menyukai