PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehadiran kaum lesbian gay biseksual dan transgender di Indonesia akhir-akhir ini
semakin ramai dipersoalkan. Tidak hanya di media massa dan jejaring sosial
perbincangan seputar kelompok ini juga dilakukan di forum diskusi secara serius oleh
berbagai organisasi sosial dan agama majelis agama-agama komisi-komisi negara kampus
dan legislatif. Semuanya bertujuan untuk meletakkan persoalan ini pada tempat
belahan bumi lain. Namun menjadi isu dan topik diskusi yang melibatkan negara
daninstitusi internasional baru belakangan ini saja terjadi. Tidak semua orang setuju
dengan istilah atau contohnya ada yang berpendapat bahwa pergerakan transgender dan
transeksual tidak sama dengan lesbian+ gay+dan biseksual 3&'(4.Argumen ini bertumpu
yang terlepas dari orientasi seksual 5su&'( dipandang sebagai masalah orientasi atau
rangsangan seksual. #emisahan ini dilakukandalam tindakan politik7 tujuan &'( dianggap
dan perjuangan hak asasi yang tidak menyangkutkaum transgender dan interseks.
(eberapa interseks ingin dimasukkan ke dalam kelompok &'(T dan lebih menyukai istilah
8&'(T58+ sementara yang lainnya meyakini bahwa mereka bukan bagian dari komunitas
&'(T dan lebih memilih tidak diliputi dalam istilah tersebut.Di sela- sela berbagai
pandangan dari sudut pro dan kontra+ Setiap komunitas yang disebut&'(T telah dan
1
masih terus berjuang untuk mengembangkan identitasnya masing-masing+seperti
(esarnya respons yang diberikan oleh beragam komponen masyarakat bangsa ini+karena
melihat semakin derasnya kampanye+ ad9okasi dan propaganda yang dilakukan pelaku
adalah normal+ tidak menular dan tidak berbahaya.Se)ara terang-terangan kelompok ini
mendesak negara untuk mengakui kehadiran mereka sebagai bagian dari komunitas
menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan+ baik itudikalangan politik+ lembaga
ataupun kalangan masyarakat. (agi masyarakat 5ndonesia yangmasih setia pada norma
dan tradisi agama+ sangat wajar kalau mereka menentang. &ebih dariitu+ alasan mereka
remaja yang masih dalam proses pen)arian identitas diri+sehingga akan membawa
bagi pejuang pembela hak asasi manusia+ &'(T itu hak seseorang yang mesti dihargai.
aka tak bisa dihindari mun)ulnya pro-kontra baik merekayang membahas dari sisi
ini menjadikajian yang akan dapat menjadi pertimbangan bagi para pemba)a dalam
2
B. RUMUSAN MASALAH
Kami telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan. Beberapa rumusan masalah tersebut antara lain:
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini
sebagai berikut;
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LGBT
LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual,
dan transgender". Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa
disebutkan. Jika gay adalah sebutan khusus untuk laki-laki yang memiliki orientasi
seks terhadap sesama jenis, lesbian adalah sebutan untuk perempuan yang menyukai
sesama jenis. Sedangkan biseksual adalah sebutan untuk orang yang bisa tertarik kepada
laki-laki atau perempuan. Transgender sendiri adalah istilah yang digunakan untuk orang
yang cara berperilaku atau berpenampilan berbeda atau tidak sesuai dengan jenis
kelaminnya. Menurut para ahli, transgender adalah masalah kelainan bentuk organ
reproduksi manusia atau meragukan antara organ wanita atau pria. Namun hal tersebut
tentunya seiring waktu dapat diketahui mana yang lebih dominan dan seharusnya ada
Lesbi atau lesbian merupakan istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan
orientasi seksualnya kepada semua perempuan atau disebut juga perempuan yang
Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual
perasaan "bebas/ tidak terikat", "bahagia" atau "cerah dan menyolok". , gay digunakan
sebagai kata sifat dan kata benda, merujuk pada orang terutama pria gay dan aktivitasnya,
4
Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan
seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks
ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria
Transgender adalah orang yang mengadopsi peran dan nilai-nilai lawan jenis kelamin
berpenampilan dan berperilaku seperti stereotipe laki-laki. Waria adalah salah satu contoh
a. Pengaruh keadaan keluarga dan kondisi hubungan orang tua pengaruh dari
Lingkungan Keluarga: hubungan antara ayah dengan ibu yang sering cekcok. Antara
orang tua dengan anak yang tidak harmonis atau bermasalah. Ibu yang terlalu
dominan di dalam hubungan keluarga. Seorang ibu yang menolak kehadiran anaknya.
Absennya figure ayah dan renggangnya hubungan ayah dan anak yang menjadi
b. Pengalaman Seksual yang buruk pada masa kanak-kanak akan menyebabkan anak-
d. Faktor Genetik di dalam dunia kesehatan, pada umumnya seorang laki-laki normal
memiliki kromosom XY dalam tubuhnya, sedangkan wanita yang normal
kromosomnya adalah XX. Akan tetapi dalam beberapa kasus ditemukan bahwa
seorang pria bisa saja memiliki jenis kromosom XXY, ini artinya bahwa laki-laki
tersebut memiliki kelebihan satu kromosom. Akibatnya, lelaki tersebut bisa memiliki
berperilaku yang agak mirip dengan perilaku perempuan.
e. Faktor Ahklak dan Moral Iman yang lemah dan rapuh. Ketika seseorang memiliki
5
tingkat keimanan yang lemah dan rapuh, besar kemungkinan kondisi tersebut akan
membuatnya lemah dalam hal mengendalikan hawa nafsu. Kita tahu bahwa iman
adalah benteng yang paling efektif dalam diri seseorang untuk menghindari terjadinya
perilaku seksual yang menyimpang. Jadi dengan lemahnya iman, maka kekuatan
seseorang untuk dapat mengendalikan hawa nafsunya akan semakin kecil, dan itu
nantinya bisa menjerumuskan orang itu pada perilaku yang menyimpang, salah
satunya dalam hal seks. Semakin banyaknya rangsangan seksual. Banyak contoh yang
bisa kita ambil sebagai pemicu rangsangan seksual seseorang. Misalnya semakin
maraknya VCD porno, majalah porno, atau video-video lain yang bisa kita akses
melalui internet.
f. Faktor Pendidikan dan Pengetahuan tentang Agama faktor internal lainnya yang
adalah pengetahuan serta pemahaman seseorang tentang agama yang masih sangat
minim. Di atas dikatakan bahwa agama atau keimanan merupakan benteng yang
paling efektif dalam mengendalikan hawa nafsu serta dapat mendidik kita untuk bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Untuk itulah, sangat perlu
ditanamkan pengetahuan serta pemahaman agama terhadap anak-anak sejak usia dini
Transgender) akhir-akhir ini menuai banyak pertentangan baik dari masyarakat mupun
sosial, bahkan beberapa kelompok juga berpendapat bahwa LGBT merupakan sebuah
penyakit yang menular meskipun banyak juga yang menentang hal tersebut, sehingga
6
masalah ini menjadi paradoksal atau bertentangan. Sejatinya masalah sosial di negara
manapun akan selalu bersifat paradoks karena sudut pandang yang digunakan sering kali
berbeda.
tersebut. Misalnya saja dalam hal fenomena LGBT khususnya di Indonesia, langkah apa
empirisme atau pengalaman ilmu pengetahuan yang ada. Maka Perilaku LGBT bisa
1) Kuantitatif
perilaku yang dapat mengganggu banyak orang sehingga perilaku tersebut dianggap
dianggap salah oleh manusia diukur dari seberapa jumlah manusia pada umumnya
artinya bahwa sebuah perilaku yang biasanya sudah diterima dari awal lalu kemudian
jika muncul sebuah perilaku baru dan bertentangan dengan perilaku yang sudah
diterima sebelumnya maka perilaku baru yang tidak dapat diterima keberadaanya ini
sering disebut dengan negara yang berada di kawasan Teluk seperti Bahrain, Kuwait,
Qatar, Oman, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab dalam memberikan sikapnya
terhadap fenomena LGBT merupakan contoh dari analisis masalah sosial dari sudut
7
pandang kuantitatif. Artinya bahwa kesepakatan tentang legitimasi yang dicanangkan
oleh negara anggota GCC tentang melarang keras adanya LGBT untuk eksis di negara
tersebut telah menjadi kesepakatan bersama bahwa LGBT merupakan masalah sosial
yang tak terelakan keberadaannya. Ketika banyak suara yang mendukung bahwa
LGBT merupakan masalah sosial, maka secara tidak langsung peraturan tersebut telah
2) Kualitatif
lagi dalam memberikan sudut pandang tentang masalah sosial, dalam metode
kualitatif sebuah fenomena maupun fakta sosial akan dianggap sebagai masalah sosial
jika berlandaskan pada ilmu pengetahuan tertentu atau menurut pendapat para ahli
muncul dari logika manusia atau masyarakat masing-masing, jika hal tersebut
dipercaya sebagai masalah sosial maka tidak ada salahnya jika beberapa orang tidak
homoseksualitas dari daftar penyakit. Setelah pendapat ini beredar luas di masyarakat
pendapat berbeda, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater Dr. Fidiansyah dalam
acara di salah satu stasiun televisi Indonesia mengatakan bahwa LGBT merupakan
biseksualitas”. Hal ini membuktikan bahwa dari kedua pendapat di atas menunjukan
8
bahwa masalah sosial baik dalam hal LGBT sangatlah paradoks.
a. Kasus
Dorce Gamalama (lahir di Solok, Sumatera Barat, 21 Juli 1963; umur 52 tahun, lahir
dengan nama Dedi Yuliardi Ashadi) adalah penghibur Indonesia. Ia telah
berkecimpung dalam profesi pelawak, pembawa acara, film, dan musik. Karier
musiknya diawali dengan menyanyi bersama kelompok Bambang Brothers waktu ia
masih SD. Di SMP ia semakin tidak tertarik pada pelajaran sekolah dan lebih
memusatkan perhatian pada karier menyanyi. Selain itu ia juga mulai menyadari
kecenderungannya untuk tertarik pada pria. Hal ini juga ia manfaatkan untuk
membuat penampilannya di panggung tambah menarik, yaitu melawak dengan
berpura-pura menjadi wanita. Ketika itulah ia mendapatkan nama panggilan dari
Myrna pemimpin kelompok tari waria Fantastic Dolls, yaitu Dorce Ashadi.
Karena semakin merasa terperangkap dalam tubuh seorang laki-laki, ia kemudian
memutuskan untuk operasi ganti kelamin menjadi seorang wanita. Hal ini
dilakukannya di Surabaya. Walaupun mendapat tentangan dari berbagai pihak, hal ini
juga diberitakan luas oleh media massa dan membuat Dorce semakin terkenal. Setelah
muncul di TVRI stasiun daerah Surabaya, ia mulai muncul juga di TVRI pusat Jakarta
dan diundang untuk tampil di berbagai kota di Indonesia. Hal ini diikuti oleh film
Dorce Sok Akrab dan Dorce Ketemu Jodoh, dan kontrak rekaman.
b. Analisis Kasus
1. Analisis kasus ini menggunakan Teori Erich Erikson yaitu Pasca-Aliran Freud
anak Freud menjadi remaja, masa dewasa, dan usia lanjut. Erickson menyatakan
berbentuk krisis identitas, yaitu titik balik dalam hidup seseorang yang dapat
sosial dan sejarah untuk menguraikan tahapan psikoseksual setelah masa kanak-
kanak. Terbukti pada saat Dorce remaja, ia merasa bahwa identitasnya adalah wanita
9
walau sebenarnya ia terlahir sebagai lelaki.
psikoseksual. Dimana pada salah satu tahap perkembangan menurut Erickson tidak
terjadi berdasarkan prinsip epigenetik, yaitu satu bagian komponen yang tumbuh dari
komponen lain dan memiliki pengaruh waktu tersendiri, namun tidak menggatikan
berlawanan, yaitu konflik antara elemen sintonik (harmpnis) dan elemen distonik
(mengacaukan). Disini rasa percaya berlawanan dengan rasa tidak percaya ( Basic
Trust vs Mistrust), mungkin ini yang dialami oleh seorang Dorce Gamalama dimana
ia merasa tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya sebagai lelaki, dia cendrung
3. Ketiga, ditiap tahap konflik antara elemen distonik dan sintonik menghasilkan
kualitas ego dan kekuatan ego yang Erickson sebut sebagai kekuatan dasar (basic
strength). Diantara rasa percaya dan tidak percaya munculnya harapan, kualitas ego
kebingungan akan dirinya karena dia mempunyai kekuatan dasar atau kekuatan ego
inti (core pathology) pada tahap tersebut dan setiap tahap memiliki potensi patologi
inti. Biasanya yang terjadi seorang anak yang tidak memperoleh cukup harapan
selama masa bayi akan berlawanan dari harapan. Orang yang mengalami transgender
10
pada masa kecilnya biasanya tidak diharapkan untuk tumbuh menjadi apa yang telah
dimilikinya. Seseorang terlahir sebagai laki-laki namun pengharapan orang tua pada si
anak tsb menjadi seorang wanita dan orang tuanya juga memperlakukan sebagai
seorang anak perempuan. Hal ini bisa terjadi dan bisa menjadi penyebab seseorang
tahap psikososial, namun juga tak pernah meninggalkan aspek biologis dalam
trans gender tapi juga ada faktor biologis dalam dirinya. Seseorang bisa saja terjebak
didalam tubuh yang tidak sesuai dengan kepribadiannya, dalam kasus ini Dorce
mempunyai lebih banyak hormon perempuan yang dihaslkan daripada hormon laki-
laki. Hal itu yang menyebabkan Dorce menjadi suka berdandan dan suka segala
sejak remaja dan selanjutnya perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas
yang Erickson sebut sebagai “titik balik”. Krisis identitas ini terjadi pada tahap
remaja, pada tahap ini seseorang mengalami pubertas , remaja mencari peran baru
untuk membantu mereka menemukan jati diri, idenstitas seksual, ideologis dan
pekerjaan mereka. Disinilah tahap yang berperan dalam pengambilan keputusan siapa
jati diri seseorang karena pada tahap ini remaja mengalami masa identas versus
memutuskan apa yang ia yakini dan apa yang dia percaya tentang dirinya. Ia merasa
bahwa jati dirinya sebagai seorang perempuan bukan sebagai seorang laki-laki.
Pilihan yang tentu saja sulit, ketika keluarganya mengetahui bahwa dia dilahirkan
11
sebagai seorang laki-laki dan untuk memutuskan untuk mengambil langkah mengikuti
kata hatinya juga merupakan suatu tahap yang sangat sulit. Karena belum tentu
sosial dalam pembentukan kepribadian maupun untuk membantu masa krisis identitas
seseorang. Jika lingkungan sosial dan keluarga mendukung apa yang menjadi
keputusan Dorce, maka Dorce pun akan mudah memilih jati diri yang sesuai
masih bertanya tanya tentang dirinya, namun Dorce cukup percaya diri karena ia
mempunyai kekuatan dasar dalam dirinya sebagai seorang perempuan dan juga
mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti keluarga dan teman dekatnya.
Dengan dukungan sosial iniliah yang membuat dena menajadi lebih berani dalam
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem Jaminan Sosial Nasional (national social security system) adalah sistem
agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, menuju
terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia. Jaminan sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Beberapa Prinsip Sistem Jaminan
Sosial Nasional, antara lain : Prinsip kegotong royongan., Prinsip nirlaba, Prinsip
Prinsip kepesertaan bersifat wajib, Prinsip dana amanat, Prinsip hasil pengelolaan Dana
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Manfaat program Jamsosnas yaitu meliputi jaminan hari tua, asuransi kesehatan nasional,
jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Program ini akan mencakup seluruh
warga negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka termasuk pekerja sektor formal,
Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi bahan referensi tugas dalam
pembuatan makalah atau tugas yang sejenis dan kami sadar banyak kekurangan dalam
susunan dan penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/23825246/MAKALAH_LGBT [
https://www.galena.co.id/q/apa-bedanya-dari-lesbi-gay-biseksual-transgender-dan-queer
https://alungdoang.wordpress.com/2016/03/04/benarkah-lgbt-sebagai-masalah-sosial/
http://sitihasanah22.blogspot.co.id/2016/06/transgender-dorce-gamalama.html
14
15