Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

LGBT, PRO DAN KONTRA, SERTA BAGAIMANA MENYIKAPINYA

Disusun oleh kelompok 5:

Raquel Ananda Hasa (161610101100)

Wahyu Widodo (171510501164)

Nicolas Imanuel Purba (171510701003)

Valensia Serafim (171510501157)

Yoan Nata

Universitas Jember

2017
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seksualitas manusia adalah bagaimana manusia mendapatkan pengalaman erotis dan


mengekspresikan dirinya sebagai makhluk seksual; kesadaran diri pribadi sebagai laki-laki
atau perempuan; kapasitas yang mereka miliki atas pengalaman erotis dan tangapan atas
pengalaman itu. Seksualitas manusia dapat dijelaskan bagaimana sesorang tertarik oleh orang
lainnya yang berlawanan jenis kelamin (heteroseksualitas), kepada yang sejenis
(homoseksualitas), kepada semua jenis (biseksualitas), atau tidak tertarik sama sekali
(aseksualitas). Menurut WHO (2002) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang
hidupnya dan meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, kenikmatan,
erotisme, kemesraan dan reproduksi. Menurut Kaplan (2005) Seksualitas adalah sesuatu yang
lebih dari sekedar seks secara fisik, hubungan badan maupun tidak, dan sesuatu yang tidak
selalu berupa perilaku mencari kesenangan.

Seksualitas yang lazim pada masyarakat adalah heteroseksual. Itu juga adalah jenis
seksualitas yang dikehendaki oleh Tuhan (kejadian 1:27-28) sejak pertama kali adanya
lembaga perkawinan di dunia. Namun dengan perkembangan zaman dan berubahnya kondisi
serta kemerosotan moral, perkembangan manusia mulai memiliki orientasi seksual yang
menyimpang yaitu Homoseksualitas (Gay dan Lesbian), Biseksual ataupun aseksualitas. Ada
pula yang disebut dengan transgender yaitu orang yang berprilaku seperti gender lainnya
dalam berpakaian, gerak-gerik dan lain-lain. Transgender menjalani kehidupan yang benar-
benar beda dan sampai batas tertentu dikenal, diakui dan kadang diterima oleh masyarakat.

Pada makalah ini, kami akan membahas tentang perilaku seksual yang menyimpang,
dalam hal ini yaitu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender).
B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan LGBT serta pro dan kontranya dan cara menyikapinya.

C. Tujuan

Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan LGBT, pro dan kontra serta cara
menyikapinya.

BAB 2 PEMBAHASAN

Pengertian LGBT

LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah
ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay" karena
istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.

Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman "budaya yang
berdasarkan identitas seksualitas dan gender". Kadang-kadang istilah LGBT digunakan untuk
semua orang yang tidak heteroseksual, bukan hanya homoseksual, biseksual, atau
transgender. Maka dari itu, seringkali huruf Q ditambahkan agar queer dan orang-orang yang
masih mempertanyakan identitas seksual mereka juga terwakili (contoh. "LGBTQ" atau
"GLBTQ", tercatat semenjak tahun 1996).

Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga diterapkan
oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender
di Amerika Serikat dan beberapa negara berbahasa Inggris lainnya.

Homoseksualitas (Gay dan Lesbian)


Istilah homoseksual paling sering digunakan untuk menggambarkan perilaku jelas
seseorang, orientasi seksual, dan rasa identitas pribadi atau sosial. Hawkin (dalam Kaplan,
2005) menulis bahwa istilah gay dan lesbian dimaksudkan pada kombinasi identitas diri
sendiri dan identitas sosial; istilah tersebut mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki
suatu perasaan menjadi kelompok sosial yang memiliki label sama. Homoseksualitas
mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama.

Kata gay dan lesbian berkembang secara luas menggantikan istilah homoseksual sebagai
identitas sosial dalam masyarakat. Kata gay dan lesbian ini lebih disukai dan dipilih oleh
banyak orang karena simpel dan tidak membawa kata seks.

Homoseksualitas dapat mengacu pada:

orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain
yang mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang
sama.

Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli
orientasi seksual atau identitas gender.

Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada
perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual

Orientasi seksual orang lebih banyak ditentukan oleh kombinasi antara faktor genetik,
hormonal, kognitif, dan lingkungan. Sebagian besar ahli dalam hal homoseksualitas percaya
bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan homoseksualitas dan bobot masing-
masing faktor berbeda-beda dari satu orang ke orang yang lain. Akibatnya, tidak ada satu
orangpun yang mengetahui secara pasti penyebab seseorang menjadi seorang homoseksual.

Bisex
Istilah yang disematkan pada seseorang yang menyukai pria dan wanita, maksudnya seseorang yang
memiliki kecenderungan menyukai lawan jenis dan sejenis dengannya.

Sebagian besar ahli penyakit seksual percaya bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan
terjadinya sexsual dan faktor setiap individu itu pasti berbeda-beda dari satu orang ke orang lain.
Akibatnya, tidak ada satu orang pun yang secara pasti mengetahui penyebab seseorang mengalami
kelainan sexsual.

Transgender secara umum ialah orang yang cara berperilaku atau penampilannya
tidak sesuai dengan peran gender pada umumnya. Transgender adalah orang yang dalam
berbagai level melanggar norma kultural mengenai bagaimana seharusnya pria dan wanita
itu.
Transgender

Kebanyakan kaum transgender tidak menganggap kondisinya sebagai pilihan karena


pastinya tidak ada seorangpun yang ingin terlahir demikian. Orang-orang ini umumnya
merasa terjebak pada tubuh yang salah, dengan kelamin yang secara fisik berbeda dari
ekspresi seksual di dalam hatinya.Beberapa kaum transgender merasa tidak cukup hanya
dengan mengubah penampilan, lalu menyempurnakan perubahan identitas dan ekspresi
seksualnya dengan terapi hormon dan bahkan operasi kelamin. Ada juga yang terkondisikan
oleh faktor ekonomi, misalnya waria jadi-jadian yang sering mengamen di kaki lima. Sebutan
yang lebih sesuai untuk kelompok ini adalah cross dresser, karena ekspresi gender yang
dilakukan hanya sebatas penampilan untuk mencari uang dan pada siang hari akan kembali
menjadi laki-laki seperti biasa.
Kadang-kadang, faktor genetik juga bisa menyebabkan seseorang mengalami
kebingungan dalam menentukan identitas seksual seperti halnya kaum transgender. Kondisi
yang disebut dengan istilah interseks membuat seseorang tidak memiliki ciri eksklusif
sebagai laki-laki maupun perempuan karena memang kromosomnya berbeda dari manusia
lainnya.

Pro dan Kontra LGBT

Gerakan Free Love yang membangkitkan kaum feminis dan kebebasan hidup juga
turut memperjuangkan kaum homoseksual kepada publik. Gerakan ini kerap memandang
budaya sucinya pernikahan yang dianggap membatasi kebebasan hidup dan pilihan. Pada
masa ini hampir semua negara di Eropa dan Amerika melahirkan tokoh reformis yang
membela hak-hak kaum feminis, kehidupan bebas, dan komunitas homoseksual. Ini adalah
salah satu dari banyak gerakan yang memperjuangkan legalnya LGBT.

Pada masa ini perjuangan kaum LGBT sudah begitu meluas dengan banyaknya
organisasi (legal atau ilegal) disetiap negara. Salah satunya adalah hilangnya homosexsuality
dari international Classification of Diseases yang dibuat oleh WHO pada tanggal 17 Mei
1990, sehingga pada tanggal tersebut dijadikan sebagai International Day Against
Homophobia and Transphobia (IDAHO). Komunitas LGBT mencari pengesahan hukum
pernikahan di negara-negara yang telah melegalkan nikah sesama jenis. Belanda merupakan
negara pertama yang melegalkan pernikahan pasangan sesama jenis tahun 2001. Pada tahun
2008 diikuti oleh Belgia, Kanada, Norwegia, Afrika Selatan, dan Spanyol (untuk Amerika
Serikat ada di dua negara bagian yaitu Massachusetts dan Connecticut).
Di Indonesia ada banyak organisasi yang menaungi adanya LGBT yang mulai muncul
di tahun 1980-an. Namun banyak sekali masyarakat yang menentang adanya LGBT pada
masyarakat. LGBT sangat tabu serta dianggap sesuatu yang buruk dan memalukan di
masyarakat Indonesia. Penilaian masyarakat yang mengecam LGBT diberikan dalam
beberapa bentuk. Dari sudut pandang agama, LGBT merupakan sebuah dosa. Dari sudut
pandang hukum, dilihat sebagai penjahat. Dari sudut pandang medis terkadang dianggap
sebagai penyakit. Dan dari sudut pandang opini publik, dipandang sebagai penyimpangan
sosial.
Secara tersirat dalam sila pertama Pancasila menunjukan bahwa Indonesia adalah
negara yang berketuhanan dan religius. Indonesia mengakui 6 agama, yaitu Islam, Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu yang dapat dipeluk oleh setiap rakyat
Indonesia. Dan nyatanya, setiap agama tersebut mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan
manusia berpasang pasangan yaitu, pria dan wanita yang bertujuan untuk menghasilkan
keturunan. Indonesia adalah negara hukum seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1
ayat 3. Itu juga menjadi alasan mengapa LGBT tidak dapat dilegalkan di Indonesia. Menurut
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Cara Menyikapi

Prilaku LGBT bertentangan dengan rencana Tuhan sejak semula. Dengan jelas
ditulis di Alkitab bahwa hubungan yang benar terdiri 1 pria dan 1 wanita (Kejadian 1:27-28),
mengingat juga kisah dimusnahkannya kota Sodom dan Gomora (Kejadian 19) sebagai akibat
dari kejahatannya yang salah satunya adalah prilaku LGBT. LGBT adalah tindakan
percabulan serta penyimpangan yang dibenci oleh Allah (1 Korintus 6:9-11), bahkan
dituliskan dengan jelas bahwa yang melakukan hal demikian, ia tidak akan mendapat bagian
dalam kerajaan Allah.

Cara menyikapi tindakan ini ialah:

1. Membicarakan kebenaran dengan kasih (Efesus 4:15)


2. Kebenaran tetap harus disampaikan (Yohanes 3:34)
3. Memahami penyebab terjadinya hal tersebut.
Hal ini memiliki arti bahwa penting bagi kita untuk membawa mereka kembali pada
kebenaran. Kita tidak boleh berada di posisi menghakimi melainkan memahami. Yang
terpenting adalah kita siap untuk selalu membantu mereka serta membimbing mereka
menuju kebenaran.
Kita tidak boleh membenci mereka (pelaku). Kita boleh membenci tindakannya tetapi
bukan pelakunya.

BAB 3 KESIMPULAN

LGBT bukanlah suatu tindakan yang diciptakan dari awal bumi dibuat. Ini adalah tindakan
pembiasaan menyimpang yang dikembangan oleh manusia yang berdosa dan hal ini tidak
sesuai dengan kehendak Allah. Banyak pro ataupun kontra dalam masyarakat mengenai
adanya LGBT. Walaupun banyak orang yang mendukung adanya tindakan LGBT, namun
masih bayak pula orang yang menggap hal ini adalah sesuatu yang tidak wajar, melanggar
hukum agama maupun hukum negara.

Sebagai orang Kristen, kita harus bersikap kontra terhadap tindakan LGBT karna tidak sesuai
dengan kehendak Allah, namun kita tidak boleh membenci pelaku dari LGBT melainkan
harus membantu mereka kembali kepada kebenaran, karena setiap jiwa berharga dimata
Tuhan
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I & Saddock, B.J. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa Aksara;
2005. p:1-8.
2. Acronyms, initialisms & abbreviations dictionary, Volume 1, Part 1 Gale Research
Co., 1985, ISBN 978-0-8103-0683-7. Factsheet five, Issues 32-36, Mike Gunderloy,
1989
3. Swain, Keith W. (21 June 2007). "Gay Pride Needs New Direction". Denver Post.
Diakses tanggal 2008-07-05.
4. Shankle, Michael D. (2006). The Handbook of Lesbian, Gay, Bisexual, and
Transgender Public Health: A Practitioner's Guide To Service. Haworth
Press. ISBN 1560234962. Diakses tanggal 2008-07-05.
5. The Santa Cruz County in-queery, Volume 9, Santa Cruz Lesbian, Gay, Bisexual &
Transgendered Community Center, 1996
6. The 2008 Community Center Survey Report: Assessing the Capacity and Programs
of Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender Community Centers 29 Agustus 2008,
Terry Stone, CenterLink (formerly The National Association of Lesbian, Gay,
Bisexual and Transgender Community Centers).Report link
7. National Lesbian & Gay Journalists Association: Stylebook Supplement on LGBT
Terminology, NLGJA 2008. Stylebook Supplement
8. Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (edisi
kelima). (Penerj. Achmad Chusairi, Juda Damanik; Ed. Herman Sinaga, Yati
Sumiharti). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai