Anda di halaman 1dari 13

PELAKSANAAN AKAD ISTISNA’ TERHADA JUAL BELI RUMAH DI

KENDAN ISLAMIC VILLAGE


( Desa Ciherang Kec. Nagreg Kab. Bandung Timur).

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
(S.H) pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh :
Fajar Ivan Ananto
NIM. 1173020046

BANDUNG
2021 M / 1441 H
Nomor : Istimewa Bandung,10 Feb 2021
Lampiran : 2 (dua) bundel
Perihal : Surat Pengajuan Desain Usulan Penelitian

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati
Di Bandung

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Fajar Ivan Ananto
NIM : 1173020046
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Semester :VII
Bermaksud untuk mengajukan Desain Usulan Penelitian dengan judul
TINJAUAN AKAD ISTISNA’ TERHADA JUAL BELI RUMAH DI
KENDAN ISLAMIC VILLAGE (Jln.nagreg- bandung timur).
Demikian surat pengajuan ini saya sampaikan, atas perhatiannya saya
ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Dosen Pembimbing, Mahasiswa,

Dr. H.Nandang Najmudin.SH., MH Fajar Ivan Ananto


NIP. 195812121985031008 NIM. 117302046
Ketua Jurusan,

Dr. Jaenudin, M.Ag


NIP. 197505142000031002
TINJAUAN AKAD ISTISNA’ TERHADA JUAL BELI RUMAH DI
KENDAN ISLAMIC VILLAGE
(Jln.nagreg- bandung timur).

A. Latar Belakang Masalah


Sejak sistem syariah di indonesia diadakan para ahli syariah maupun dari
kalangan peminat sitem syariah mulai gencar membentuk sitem syaria yang mana
mengakibatkan munculnya trend syariah dalam sektor jasa dan produksi. Dari
sektor produksi jasa yang timbul akibat trend ini yaitu lembaga keuangan syariah
yang meliputi lembaga keuangan syariah berupa perbankan syariah, asuransi
syariah,pengadaian, pasarmodal syariah, reksadana syariah,baitul mall dan tamwil
koperasi dan lembaga ziswaf. Dalam sektor perusahaan timbul berbagai macam
jasa dengan trend syariah seperti Hotel syariah, pariwisata syariah dan khususnya
sektor properti syariah.
Sejalan dengan pertumbuhan masyarkat dan kebutuhan akan produk
syariah, maka tuntutan suply berupa fasilitas pendukung keberlangsungan hidup
masyarakat juga mengalami peningkatan. Dalam hal ini timbul sistem berupa
transksi jual beli properti tanpa adanya perantara bank.tujuanya adalah agar
memperrmudah masyarkat dari golongan muslim maupun masyarakat umum
membeli hunian1. Yang bisa dimaknai bahwa mekanisme jual beli properti hanya
melibatkan dua pihak yaitu produsen dan pengembang saja. Dalam pengadaan,
penjualan, serta pemasaran developer syariah mengunakan konsep syariah.
Sehingga dapat menjadii solusi kepada masyarakat umum khususnya muslim
untuk mendapatkan hunian maupun sebagaii investasi dengan administrasi yang
mudah.
Kebutuhan primer berupa hunian merupakan salah satu kebutuhan
mendasar selain sandang dan pangan. Hal ini merupakan upacaya dasar manusia
untuk bertahan hidup dari panas dan dingin cuaca. Needs masyarakat akan hunian
tetap dan jumlah populasi masyarakat yang semakin meningkat mengakibatkan
permasalahan lain. Selaras dengan kejadian tersebut, maka dalam sosial terjadilah

1
Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, yang dimaksud dengan Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni
jual beli. Secara geografis, needs akan kebutuhan hunian tetap pada masyarakat di
butuhkan yang berlokasi daerah dekat dengan tempat kerja atau diperkotaan. Hal
ini di manfaatkan oleh salah satu developer yaitu Kendan Islmic Village.
Developer Kendan Islmic Village merupakan developer berbasis syariah
yang tujuanya adalah mengembangkan konsep hunian islami yang berlandaskan
hukum syariah. Kendan Islmic Village merupakan developer berbasis syariah
yang dalam semua akad mengunakan akad syariah, tanpa bank, tanpa riba, tanpa
denda, tanpa sita, tanpa akad bathil, tanpa kredit bungga.2 Dalam akadnya, cluster
madani syariah mengunakan akad istisna.
Mekanisme akad istisna’ yang diaplikasikan Developer Kendan Islmic
Village menurut penulis belum sesuai dengan teori yang mana akibat hukum dari
jual-beli istisha’ adalah mengikat. Yang dimaksud mengikat adalah tidak dapat
dibatal secara sepihak setelah penerima pesanan memulai mengerjakan apa yang
di pesan lain3. Hal ini sama dengan yang dikatakan Abu Yusuf yang berpendapat
bahwa akad istishna tidak dapat dibatalkan secara sepihak meskipun penerima
belum melakukan apa-apa terkait barang yang dipesan. Dengan kata lain apabila
barang yang dipesan sudah jatuh tempo pembelian barang terhadap konsumen
tidak bisa mengundurakan diri dari pesanan. Selaras dengan fatwa dsn no
06/DSN/MUI/IV/2000 tentang jual beli istishna’ yang berisikan bahwa pembeli
tidak bisa menjual barang jika belum diterima, Sebab menjaga dari ru’yah.
Developer Kendan Islmic Village mengaplikasikan akad jual beli dengan
akad istisna’. Namun dalam pengaplikasianya terdapat dua kendala yaitu one
prestasi berupa pembatalan yang dilakukan mustasni’ kepada shani’ dan mustasni’
pertama menjual kembali masnu’ yang belum terselesaikan. Hal ini
terindentifikasi ketika penyerahan rumah dalam proses pembangunan yang belum
selesai kepada pihak ke tiga yang mana bangunan tersebut masih dalam keadaan
belum jadi dan mustasni’ mengundurkan diri tanpa diketahui oleh pihak produsen.
Selain itu menurut fatwa DSN/MUI/VI/2000 tentang akad istisna’ dalam
ketentuan tentang barang nomer 4 yang menyatakan waktu dan tempat
2
Brosur pemaran cluster madani properti syariah.
3
Prof.Dr. H. Jaih Mubarok, S.E., M.H., M.Ag. dan Dr. Hasanudin, M.Ag. fiqih mu’amalah maliyah
akad jual-beli. Bandung. 2018. Hlm 271
penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Namun dalam
pengaplikasianya terjadi ketidak sesuaian akad berupa ketidak tepatan waktu
penyerahan barang. Juga pada keadaan tertentu jika mustani’ memiliki kendala
dalam pembayaran pihak daveloper dapat mengarahkan untung membeli pavling
yang mana dalam ketetuan perusahaan pembelian pavling menggunakan akad
salam sehingga mengakibatkan perubahan akad di tengah jalannya akad.
Oleh karena itu, hal ini tidak sesuai dengan teori dari ulama Hanafiah,
Abu Yusuf dan juga fatwa 06/DSN/MUI/IV/2000 tentang jual beli istisna’. Dari
permasalahan yang di dapat, penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut lagi
terhadap kasus KENDAN ISALAMIC VILLAGE.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan meneliti dengan judul
”TINJAUAN AKAD ISTISNA’ TERHADA JUAL BELI RUMAH DI
KENDAN ISLAMIC VILLAGE (Jln.nagreg- bandung timur).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas praktek jual-beli yang mengunakan sistem akad
istihna’ dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaplikasian akad istisna’ di kendan islamic village?
2. Bagaimana tinjaun fatwa 06/DSN/MUI/IV/2000 pada sistem akad istisna di
kendan islamic village?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian


1. Mengetahui pengaplikasian akad istisna’ dalam proses booking fee di kendan
islamic village.
2. Mengetahui tinjaun fatwa 06/DSN/MUI/IV/2000 pada sistem akad istisna di
kendan islamic village.

D. Studi Terdahulu
Untuk mendukung penelitian yang lebih akurat sebagaimana yang telah
dikemukakan pada latar belakang masalah, maka diperlukan karya-karya
pendukung yang memiliki relefansi terhadap tema yang dikaji dan untuk
memastikan tidak adanya kesamaan dengan penelitian-penelitian yang telah ada,
maka di bawah ini penulis paparkan beberapa tinjauan pustaka yang terkait
dengan permasalahan dalam penelitian penulis.
1. Juanda farhat akad jual beli istishna’ dengan sistem pembayaran cicilan (studi
perbandingan hanafiyah dan dewan syariah nasional ). Dalam penelitian ini penulis
menganalisa akad istisna dari sudut pandang ulama hanafiah.
2. Arman prabowo implementasi fatwa dsn-mui nomor 06/dsn/mui/vi/2000tentang jual
beli istishna’(studi kasus konveksi arda jaya. Dalam penelitian ini penulis
berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang penulis dapat adalah konsep
jual beli secara istishna’ menurut fatwa dsn-mui merupakan kontrak penjualan
atas jenis barang yang belum ada di tempat (ready stok) antara shani’
(penjual/suplyer) dengan mustashni’ (pembeli) dengan bahan baku disediakan
oleh penjual/suplyer. Dalam hal pembayaran harus dilakukan berdasarkan
kesepakatan dan alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya. Pembeli
tidak boleh menjual barang sebelum menerimannya. Dalam hal terdapat cacat
atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar
(hak milik) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
3. Tri rahmawati tinjauan pelaksanaan akad bai al istisna’ dalam produk kpr syariah di
btn syariah cabang bandung menurut konsep jual beli ibnu khaldun. Hasil dari
penelitian ini adalah ba'i al istisna merupakan salah satu akad jual beli dengan
objek barang yang ditangguhkan tetapi tidak mesti mengubah harga objek
barang dari kesepakatan di awal akad. Pelaksanaan ba'i al istisna’ pada produk
kpr syariah di btn syariah cabang bandung merupakan skim akad jual beli
yang termasuk salah satu produk pembiayaan. Tujuan akad istishna’ di btn
syariah diterapkan pada pembiayaan untuk pembangunan proyek seperti
pembangunan proyek perumahan, komunikasi, listrik, gedung sekolah,
pertambangan, dan sarana jalan. Secara umum, pelaksanaan akad istisna
pararel yang dipraktekan dalam ketiga produk kpr di btn syariah cabang
bandung tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah dan telah sejalan dengan
konsep jual beli menurut ibnu khaldun.
4. Sundari, dan M. Mujtaba Mitra Zuana dalam jurnal Interdisciplinary Journal of
Sharia Economics (IIJSE) yang berjudul Analisis Implementasi Akad Istishna
Pembiayaan Rumah. (Studi Kasus Perumahan Alam Desa Ketidur Mojokerto). Hasil
penelitian ini bahwa akad yang digunakan adalah akad istihna dengan terbebas dari
riba/bunga, Juga menganut konsep tidak menerapkan suku bunga atau riba, tidak ada
denda, tidak menjamin barang yang bukan milik pembeli, dan harga kredit yang
ditentukan berlaku tetap hingga lunas, jaminan yang diterapkan berupa jaminan
barang (rahn).
5. Muhammad rizki hidayah, Kholil nawawi, Suyud arif Analisis Implementasi Akad
Istishna Pembiayaan Rumah. Hasil penelitian ini bahwa akad yang digunakan adalah
akad istihna dengan terbebas dari riba/bunga, Juga menganut konsep tidak
menerapkan suku bunga atau riba, tidak ada denda, tidak menjamin barang yang
bukan milik pembeli, dan harga kredit yang ditentukan berlaku tetap hingga lunas,
jaminan yang diterapkan berupa jaminan barang (rahn).

No Nama Judul srkipsi Persamaan perbedaan


1. Juanda farhat Akad jual beli istishna’ Penulis Penulis
dengan sistem membahas mengenalasi
Pembayaran cicilan terkait dengan
(studi perbandingan pengaplikasian pendekatan
hanafiyah dan dewan akad istisna’ pandangan
syariah nasional ) ulama klasik
yaitu
hanafiah.
2. Arman Implementasi fatwa dsn- Penulis Objek yang
prabowo mui nomor menganalisa diteliti
06/dsn/mui/vi/2000tentang realita dari penulis
jual beli istishna’(studi mekanisme berupa
kasus konveksi arda jaya akad istisna barang
tailor dspayung bergerak
batukecpubian, (pakain).
Kab lampung tengah)
3. Tri rahmawati Tinjauan pelaksanaan akad Penulis Penelitian
bai al istisna’ dalam Menganalisa akad istishna
produk kpr syariah di btn mekanisme di bank
syariah cabang bandung pembiayaan syariah
menurut konsep jual beli akad istisna
ibnu khaldun
4. sundari, dan m. Analisis Implementasi akad Penulis Objek
Mujtaba mitra istishna pembiayaan rumah. Menganalisa penelitian
zuana (studi kasus perumahan alam mekanisme berada di
desa ketidurMojokerto) pembiayaan mojokerto
akad istisna
5. muhammad analisis implementasi akad Penulis Objek
rizki hidayah, istishna pembiayaan rumah Menganalisa penelitian
kholil nawawi, (studi kasus developer mekanisme berada di
suyud arif property syariah bogor) pembiayaan bogor
akad istisna
Tabel.1.1

E. Kerangka Pemikiran
Dewan syariah indonesia merupakan lembaga yang berwenang dalam
perumusan fatwa sekaligus pengesahanya. Stuktur keorganisasain lembga ini
berupa para ahli fiqih dan hukum baik dari backgroun profisional maumpun
akademisi. Dewan sayriah nasional diibentuk dalam rangka mewujudakn aspirasi
umat islam mengenai masalah perekonomian dan mendorong penerapan ajaran
islam dalam bidang ekonomi atau keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan
kaidah ajaran islam.
Delam merumuskan dan menyelesaikan permasalahan terkait ekonomi
yang baru, dewan syariah memiliki langkah sebagai berikut; pertama mencari
solusi yang bersumber dari dalil qoti’. Kedua redaksi bersumber dari ulama. Jika
terdapat perbedaan pandangan antar ulama maka ditentukan titik persamaanya dan
diambil yang paling cocok dengan masalah yang ada. Ketiga jika kedua cara
tidak terselesaikan, maka ulama mengunakan metode ilhaqi yaitu metode yang
mengambil hukum klasik yang berasahal dari ijtihad ulama terdahulu.
Dewan syariah nasional telah menyelesaikan berbagai macam
problematika yang ada di indonesia. Hal ini membuktikan bahwa hasil dari kinerja
dewan syariah menjadi solusi akang perkembang ekonomi syariah di indonesia.
Adapun solusi yang terbentuk yaitu dsn-mui no 06/dsn-mui/iv/2000 tentang akad
istishna’
Akada istisna’ termasuk dari akad jual-belii yang mana dapat diartikan
sebagai pemindahan hak milik atas benda dengan imbalan. Agar terbentuknya
sebuah ikatan, setiap pihak yang berkepentingan bertanggung jawab akan
kewajibanya4.
Para ulama berbeda pendapat terkait rukun . diantaranya adalah wahab al-
zuhaili, yang menjelskan perbedaan pendapat ulama mengenai rukun, yaitu:5
1. Ulama hanafiah berpendapat bahwa rukun adalah sesuatu yang menjadi
tempat terwujudnya sesuatu yang lain serta merupakan bagian dari yang
terintregasi.
2. Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun adalah sesuatu yang menjadi
tempat terwujudnya sesuatu yang lain, baik merupakan bagian dari yang
terintregasi maupun sesuatu yang dikhususkan yang bukan bagian darinya.
Pakar hukum islam komtoporer, al-zarqa, menjelskan bahwa rukun akad
ada empat:6
1. pihak-pihak yang melakukan akad (‘aqidain).
2. pernyatan kehendak pihak-piihak ( shighat al-aqd).
3. objek akad (ma’qud alaih).
4.Tujuan akad (maudhu’ al-aqd’).

Akad istishna’ merupakan akad kontrak yang terjadi antara mustani’


(pemesan) dan shani’ (produsen) yang mana shani’ menerima pemesanan darii
mustasni’. Dalam memenuhii permintaanya shani’ dapat melakukannya secara
privat maupun berkejasama untuk mencapai masnu’ sesuai yang di dipesan.
Dalam fatwa dsn-mui nomer 06/ DSN-MUI/2000 menjelaskan bahwa
terapat tiga subjek ketentuan yang belaku yaitu :
1. ketentuan tentang pembayaran yang berisikan :
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupauang,
barang, atau manfaat.
b. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

4
KH. Kasmudi. Assidqi, M.AK DR. H. Ardito Bhinadi.Pengantar fiqih Muamalah Berbagai Transaksi
yang diharamkan dan akad- akad produk lembaga keuangan syariah, gresik dan yogyakarta. 2013.
Hlm 9.
5
Wahbah al0zuhaili, al-fiqh al-islmai wa adilatuhu (damskus; dar al- fikr 2006), Vol V hlm, 3.039
6
Mustafa ahmad al-zarqa, alfiqh al islami fii tsawbihi al-jadid; al-uqud al musammahu fi al-fiqh al-
islmai aqd al-bai (damaskus : dar al qalam.1999), hlm 312-313.
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
2. Ketentuan tentang barang :
a. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
b. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
c. Penyerahannya dilakukan kemudian.
d. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
e. Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya.
f. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
g. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
h. melanjutkan atau membatalkan akad.
3. Ketentuan lainya :
a. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat.
b. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas
berlaku pula pada jual beli istishna’.
c. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.

A. Langkah – Langkah Penelitian


Untuk memperoleh data yang akurat, sebagai uraian tentang tatacara
penelitian yang harus dilakukan penulis menggunakan langkah-langkah penelitian
sebagai berikut:

1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
metode kualitatif digunakan sebagai penelitian objek yang alamiah, dan hasil
penelitiannya lebih menekankan makna dari pada generalisasi7. Penelitian ini akan
mendeskripsikan atau memaparkan data-data yang didapat di lapangan kemudin
menganalisa secara utuh sebagai suatu kesatuan yang terintegritas 8 lewat kajian
kepustakaan untuk membuat kesimpulan dari hasil penelitian,pemanfaatan
landasan teori, pengumpulan dan pemaparan data yang diperoleh dengan
melakukan penelitian lapangan (Field Research) dapat menjadi fokus penelitian
sesuai fakta yang ada dilapangan tentang akad istishna’ kendan islamic village
Nagreg– Bandung Timur.

2. Jenis Data
Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan menjadi data primer dan
data sekunder, Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumbernya. Sedangkan data sekunder adalah informasi yang
telah dikumpulkan oleh pihak lain, Data sekunder dibagi menjadi 2 kelompok
menurut sumbernya, yaitu data internal yang tersedia ditempat penelitian
dilakukam dan data eksternal yang merupakan data yang diperoleh dari pihak
lain9. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu
data yang dihasilkan dari wawancara dan kutipan dari studi kepustakaan yang
sesuai dengan penelitian ini. Adapun data yang dibutuhkan adalah:
a. Data tentang latar permasalaham pemggunaam akad istishna’ pada
transaksi jual beli hunian.
b. Data tentang urgensi dari pemggunaam akad istishna’ pada transaksi jual
beli hunian.
c. Data tentang prosedur pengaplikasian pemggunaam akad istishna’ pada
transaksi jual beli hunian.
d. Data tentang akad-akad terkait dari pemggunaam akad istishna’ pada
transaksi jual beli hunian.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2014), 347.
8
Cak Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi: Bidang Ilmi
Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 63-66.
9
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),
hlm ;69.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang dibutuhkan adalah data pengaplikasian booking
fee pada transaksi jual beli hunian di Firdausy City Light Property, Cipadung –
Bandung. Adapun sumber data yang dibutuhkan meliputi:
a. Sumber data primer, yaitu sumber utama yang dijadikan sebagai bahan
penelitian penulisan ini, karena penelitian ini merupakan penelitian
lapangan maka penulis melakukan observasi partisipatif dan wawancara
dengan Kepala Developer Kendan Islmic Village yang terlibat langsung dan
bertanggung jawab akan produk
b. Sumber data sekunder, yaitu data-data lain yang menjadi bahan penunjang
data primer untuk melengkapi suatu analisa. Dalam penelitian ini, yang
dijadikan sebagai sumber data sekunder adalah literature atau buku-buku
yang relevan, jurnal, artikel, surat kabar, media internet, serta majalah yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data ada beberapa metode yang penulis gunakan
dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Observasi, adalah tahap pengumpulan data dimana peneliti melakukan
pengamatan secara intensif terhadap objek yang diteliti dan melakukan
pencatatan secara sistematik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian tersebut;
b. Wawancara, merupakan teknik pegumpulan data yang dilakukan dengan
mangadakan tanyajawab secara langsung dengan kepala kantor Developer
Kendan Islmic Village sebagai upaya penggalian data untuk mendapatkan
informasi secara langsung dan lebih akurat;
c. Studi Kepustakaan, metode pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan
membaca, mendalami dan mengkaji berbagai literature tertulis terutama
berupa buku-buku dan sumber lain yang dapat digunakan untuk mendukung
dan melengkapi pendapat, teori, dalil, konsep atau hukum dan lain sebagainya
yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.
5. Analisis Data
Setelah data terkumpul maka penulis menganalisa dengan metode
pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari narasumber ataupun praktisi yang
dapat diminati, kemudian analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Melakukan seleksi terhadap data yang terkumpul dari hasil wawancara;
b. Mengklasifikasikan data yang telah terkumpul sesuai dengan tujuan
penelitian;
c. Mendeskripsikan data yang terpilih dengan menggunakan kerangka
pemikiran;
d. Menganalisis hasil dari deskripsi data yang diperoleh sesuai dengan tujuan
penelitian;
e. Menarik kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah tentang
mekanisme pengaplikasian isitihsna’ di Kendan Islmic Village.

Anda mungkin juga menyukai