Anda di halaman 1dari 6

Nama : Angelyn N. R.

Tarihoran

Nim : 19.01.1732

Tingkat/Jurusan : III-C/Teologi

Mata Kuliah : Teologi PB II

Dosen : Dr. Jon Riahman Sipayung UTS

Kajian Terhadap LGBTQ

I. Pendahuluan
LGBTQ adalah kepanjangan dari Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan
Queer. Lesbian merupakan istilah yang diambil dari pulau Lesbos, dimana
perempuan di pulau tersebut menyukai sesama jenis. Lesbian adalah perempuan
yang memilih untuk mengikat dirinya secara personal, yaitu secara fisik, dan
emosional dengan sesama perempuan. Gay adalah seorang laki-laki yang
mempunyai ketertarikan dengan sesama lelaki. Biseksual adalah seorang laki-laki
atau perempuan yang memiliki ketertarikan seksual terhadap laki-laki sekaligus
perempuan dalam waktu yang bersamaan. Transgender adalah seseorang yang
menggunakan atribut-atribut gender berlainan dengan konsepsi yang
dikonstruksikan secara sosial oleh masyarakat. Fenomena sosial yang terjadi
sekarang ini adalah munculnya dorongan yang kuat dari kelompok LGBT untuk
menuntut persamaan hak dan keadilan bagi mereka. LGBT mengakui bahwa
lesbian, gay, biseksual dan transgender bukanlah hal yang terlalu tabu. Sehingga
mereka merasa mempunyai hak asasi yang sama bahkan juga di dalam lembaga
pernikahan. Di sinilah Gereja harus membuat keputusan tegas dan melakukan
gagasan orientasi seksual sesuai dengan ajaran Alkitab, yang dengan jelas
mengatakan bahwa homoseksualitas adalah dosa, maka Gereja tidak boleh
memberikan izin bagi lembaga pernikahan terhadap sesama jenis melainkan
melakukan pendampingan secara Alkitabih dan secara kesehatan mengenai
gangguan yang dialami jemaat yang berkasus LGBT.
II. Pembahasan
II.1. Arti dan Makna LGBTQ
Arti kata lesbian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya;
wanita homoseks. Sementara homoseksual adalah seseorang dalam keadaan
tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama. Biseksual diartikan
mempunyai sifat kedua jenis kelamin dan tertarik kepada kedua jenis kelamin.
Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender
yang berbeda dengan seksnya yang ditunjuk sejak lahir.1
LGBTQ adalah akronim dari ragam orientasi seksual lesbian, gay
(homoseksual), biseksual, transgender, dan queer atau questioning. Istilah ini
dpakai pada tahun 1990-an dan mengganti frasa “komunitas gay” karena
LGBT ini mewakili semua kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Istilah
ini digunakan oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas
seksualitas dan gender di Amerika Serikat dan beberapa negara. Kaum
transgender dituduh terlalu banyak membuat stereotip dan biseksual hanyalah
gay atau lesbian yang takut mengakui identitas seksual mereka. Untuk itu
setiap komunitas yang ada dalam LGBTQ berusaha untuk berjuang dalam
mengembangkan identitas masing-masing untuk bisa berinteraksi dengan
organisasi yang lain.2 Homoseksualitas dipandang sebagai terhambatnya
heteroseksualitas rancangan Allah terhadap yang mengalami. Terhambatnya
heteroseksualitas atau disoriantasi emosional disebabkan oleh terbendungnya
perkembangan emosi dalam heteroseksualitas. Homoseksualitas dipandang
sebagai suatu penyimpangan yang sangat umum, atau disonrientasi aliran
utama perkembangan heteroseksualitas. Hal ini bukanlah suatu bawaan sejak
lahir, melainkan suatu penyimpangan heteroseksualitas.3
Dalam perjalanan LGBT, ini mendapat banyak sorotan dan kritikan
bahkan deskriminasi dari masyarakat. Mulai dari dikeluarkan dari pekerjaan,
dianggap sebagai orang yang kurang waras, dianggap sebagai kriminalitas.
Namun, hal itu bukan menjadi senjata untuk membuat hancur organisasi
LGBT ini, karena dengan tegas Donald Webster dalam bukunya menyatakan
bahwa laki-laki gay dan lesbi adalah kelompok minoritas yang sah. Hingga
tahun 1950-1970an komunitas pendukung LGBT memunculkan gerakan
meminta ditiadakannya deskriminasi terhadap komunitas LGBT.4 Jika LGBT
ditinjau dari segi Hukum, LGBT merupakan suatu kriminalitas amoral yang
1
Hasan Alwi, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 225.
2
Wikipedia, http//:id.m.wikipedia.org
3
William Consiglio, Tidak lagi Homo, (Bandung: IKAPI, 1998), 21.
4
Santoso, LGBT dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Social Work Journal, 222.
bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila dan kaidah-kaidah semua
agama. Meskipun tidak semua LGBT dapat dikriminalisasi karena delik yang
dikriminalisasi juga harus measurable sehingga dapat ditegakkan.5 Dalam
Hukum Pidana yang saat ini berlaku satu ketentuan yang khusus mengatur
perbuatan LGBT, yaitu pasal 292 KUHP yang berbunyi “orang dewasa yang
melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun”. 6 Namun dengan tegas Mill
mengatakan dalam anggapannya bahwa morak bukanlah urusan hukum, hakim
Devlin berpandangan bahwa fungsi hukum pidana adalah untuk menegakkan
prinsip moral. Beberapa hakim dan penulis buku yang ada mengatakan bahwa
LGBT bukanlah suatu kriminalisasi. Seperti yang dikatakan oleh J.E. Shaetapy
bahwa beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan
kriminalisasi LGBT antara lain nilai-nilai sosial, aspek budaya, dan faktor
struktural dalam masyarakat tertentu.7
II.2. Pandangan LGBTQ dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru: Roma 1:26-27 “Karena itu Allah menyerahkan
mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka
menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tidak wajar. Demikian
juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri
mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain,
sehingga mereka melakukan kemesuman, lelaki dengan lelaki, dank arena itu
mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan
mereka.” 1 Korintus 6:9-10 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang
yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah
sesat! Orang cabul, penyembah berhal, orang berzinah, banci, orang pemburit,
pencuri, orang kafir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah.” 1 Timotius 1:9-10 “Yakni dengan keinsafan
bahwa hukum taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, malainkan bagi
orang yang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi
orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh

5
A. Wibowo, Tinjauan Teoritis Terhadap Wacana Kriminalitas LGBT, Journal Cakrawala Hukum, 96.
6
Ibid, 99.
7
Ibid, 112.
ibu, bagi pembunuh pada umumnya, bagi orang cabul dan pemburit, bagi
penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat.” Yudas 1:7 “Sama seperti
Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama
melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah
menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.” Ayat-
ayat tersebut dangat terus terang dan terbuka menjelaskan bahwa LGBT
merupakan suatu dosa kekejian yang telah ada sejak zaman Abraham
(Kejadian 19), bahkan Allah telah mengingatkan bangsa Israel agar tidak
melakukan dosa LGBT dihadapan Tuhan, bahkan orang-orang yang aktif
melakukan LGBT tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.8
II.3. Refleksi dan Sikap Gereja terhadap LGBT
Orang Kristen sudah memiliki dasar yang sangat jelas di dalam
Alkitab, dalam Kejadian 1 bahwa pria dan wanita pada dasarnya sama dalam
hakikat sebagai ciptaan Allah dan ditetapkan diatas semua ciptaan lainnya.
Gereja harus menyikapi isu LGBT ini dengan bijaksana dan proposional. Dari
sudut kebenaran, Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa perilaki
homoseksual dan transgender adalah dosa. Seharusnya dengan keputusan yang
tegas menolak hubungan LGBT dan menolak pernikahan sejenis. Apapun
alasan yang dikemukakan sekalipun atas nama hak asasi, tidak dapat
membenarkan perbuatan LGBT dan membatalkan hukum pernikahan yang
ditetapkan Tuhan. Pernikahan Kristen bersifat heteroseksual, monogamy, dan
seumur hidup. Gereja harus menyatakan kasih dan penerimaan terhadap kaum
LGBT. Dari sudut pandang anugerah, Yesus mengasihi orang berdosa namun
membenci dosanya. Sebagai sesama juga harus mengasihi saudara kita yang
memiliki orientasi LGBT, namun kita membenci perbuatan dosa mereka.
Wujud kasih dan penerimaan bukan dengan memandnag perilaku
homoseksual itu legal berdasarkan hak asasi manusia. dan juga jangan
menghakimi orientasi seks homoseksual sebagai dosa, karena mereka juga
tidak menghendaki itu terjadi dalam diri mereka.
Gereja harus membantu kaum homoseksual untuk dapat mengatasi
dorongan seksual mereka dengan konseling, bimbingan rohani, komunitas
yang benar serta memfokuskan hidup mereka untuk Tuhan. Di dunia ini, ada
8
H. Orton Wiley, Christian Theology, (Kansas City: Beacon Hill, 1952), 97-98.
begitu banyak orang yang juga bergumul dengan dorongan seksual, namun
mereka tidak menikah. Mereka memfokuskan diri untuk hidup bagi Tuhan.
Oleh kehidupan-Nya yang tidak menikah, Yesus memperlihatkan bahwa
pernikahan bukanlah suatu tujuan yang harus dipenuhi, juga bukan sesuatu
yang esensial untuk menjadi manusia yang utuh. Gereja menangani
permasalahan ini harus tetap memperhatikan kedua aspek baik dalam tinjauan
kasus-kasus yang ada dalam PL dan PB dimana Yesus mengasihi setiap orang
dengan membenci dosa perbuatannya dan memberikan kasih karunia kepada
orang tersebut untuk menerima dirinya kembali sebagaimana Yesus menerima
mereka. Dan memperhatikan mental orang-orang yang terikat dalam ikatan
LGBT. Gereja juga harus memperhatikan keberadaan mereka, alangkah
baiknya gereja melakukan pendekatan personal sehingga mereka dapat
nyaman dan merasa aman. Gereja juga memperhatikan aspek psikologis
mereka tang terikat LGBT sehingga dalam hal ini gereja dapat menyelaraskan
tindakan gereja dengan apa yang mereka alami baik trauma dan penyebab-
penyebab lainnya yang mereka alami. Sehingga dalam hal ini gereja dangat
berpengaruh penting dalam mengenali apa yang dirasakan oleh orang-orang
yang mengalami keterikatan dan penyelewengan orientasi seksual ini.
III. Kesimpulan
Maka dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa LGBT tidak dapat
dibenarkan dihadapan Allah, karena melanggar banyak prinsip yang ada dalam
Firman Tuhan. Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan
LGBT. Alkitab memberitahu kita bahwa seseorang menjadi LGBT karena dosa
(Roma 1:24-27) dan pada akhirnya karena pilihan mereka sendiri mereka
mendapat hukuman yang kekal. Seseorang mungkin dilahirkan dengan
kecenderungan terhadap orientasi seksual yang berbeda, sama seperti orang dapat
dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya. Ini
bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa
mereka. Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang
“lebih besar” dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak
menyenangkan Tuhan. LGBT hanyalah salah satu dari sekian banyak hal dalam 1
Korintus 6:9-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah. Menurut
Alkitab, pengampunan Allah tersedia bagi kaum LGBT, sama seperti bagi orang
yang berzinah, penyembah berhala, pembunuh, pencuri dan lain-lain. Allah juga
menjanjikan kekuatan untuk menang terhadap dosa, termasuk homoseksualitas,
kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan
mereka. Gereja perlu mengambil prakarsa memberitakan pesan yang
menimbulkan harapan ini kepada kaum LGBT. Bahwa tidak benar jika gereja
membiarkan saja atau bahkan mengacuhkan, meminggirkan, menghina dan
menghakimi orang-orang yang bergumul dengan masalah ini. Gereja harus ambil
bagian di dalam karya Tuhan Yesus Kristus untuk membawa pertobatan di
kalangan LGBT ini. Konseling untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat secara pribadi dan menghindarkan dirinya dari setiap pergaulan
dengan orang-orang yang LGBT serta menjauhkan segala bentuk gaya hidup
LGBT sangat membantu untuk melepaskan orang tersebut dari gaya hidup LGBT.
Untuk menjadi orang Kristen cukup dengan Percaya Yesus, tetapi untuk menjadi
murid Kristus kita harus membayar harga. Bahkan harga yang harus dibayar
adalah kehidupan pribadi kita untuk memuliakan Tuhan. Alkitab menuliskan
bahwa semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah
(Rom.3:23). Akibat dari dosa manusia tidak dapat bersekutu dengan Allah, tetapi
Allah berinisiatif untuk memulihkan persekutuan Allah dengan manusia. Allah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk menyelamatkan
manusia (Yohanes 3:16) dan di dalam kematian-Nya, Yesus menjadikan manusia
yang ada dalam Kristus sebagai ciptaan yang baru (2 Korintus 5:15,17). Untuk
melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya
kita hidup di dalamnya (Efesus 2:10).
IV. Daftar Pustaka
Alwi Hasan, KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Consiglio, William, Tidak lagi Homo, Bandung: IKAPI, 1998.
Santoso, LGBT dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Social Work Journal.
Wibowo, A., Tinjauan Teoritis Terhadap Wacana Kriminalitas LGBT, Journal
Cakrawala Hukum.
Wikipedia, http//:id.m.wikipedia.org
Wiley, H. Orton, Christian Theology, Kansas City: Beacon Hill, 1952.

Anda mungkin juga menyukai