Anda di halaman 1dari 11

Pernyataan Pastoral PGI tentang LGBT

Tanggapan Pdt. Esra Alfred Soru

Keterangan : Tulisan berwarna hitam adalah pernyataan PGI, tulisan berwarna


merah adalah tanggapan Pdt. Esra Soru.

********

Menyikapi kontroversi yang muncul dan berkembang di kalangan gereja-gereja dan


di tengah masyarakat menyangkut keberadaan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan
Transgender), Majelis Pekerja Harian PGI menyampaikan beberapa pertimbangan
sebagaimana tertera di bawah. Disadari bahwa sikap dan ajaran gereja mengenai
hal ini sangat beragam, dan pertimbangan-pertimbangan ini tidaklah dimaksudkan
untuk menyeragamkannya. Pertimbangan-pertimbangan ini justru sebuah ajakan
kepada gereja-gereja untuk mendalami masalah ini lebih lanjut. MPH-PGI akan
sangat berterima kasih jika dari hasil pendalaman itu, gereja-gereja dapat
memberikan pokok-pokok pikiran sebagai umpan balik kepada MPH-PGI untuk
menyempurnakan Sikap dan Pandangan PGI mengenai masalah ini.

Pengantar

1. Manusia adalah gambar dan citra Allah yang sempurna. Sebagai citra Allah yang
sempurna, manusia memiliki harkat dan martabat yang harus dihormati dan
dijunjung tinggi.

Tanggapan Saya : Ya saya setuju. Tapi apakah pihak PGI memperhatikan tidak
konteks ayat di mana manusia sebagai citra Allah itu dikutip? Bukankah itu diambil
dari Kej 1:26?

Kej 1:26 : Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa Kita, ....”

Dan setelah itu muncul ayat 27-28 :

Kej 1:27-28 : (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka. (28) Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada
mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas segala binatang yang merayap di bumi."

Berarti manusia yang diciptakan Allah menurut gambar / citra-Nya adalah manusia
laki-laki dan perempuan dan perintah beranak cucu yang pada akhirnya melibatkan
usur seksualitas di dalamnya adalah untuk pasangan laki-laki dan perempuan itu.
Dan ini jelas menutup kemungkinan bagi perkawinan sesama jenis seperti yang
dilakukan LGBT.

2. Allah menciptakan manusia, makhluk dan segala ciptaan yang beranekaragam


dan berbeda-beda satu sama lain. Kita hidup dalam keanekaragaman ras, etnik,
gender, orientasi seksual dan agama. Keanekaragaman ini adalah sebuah realitas
yang Allah berikan kepada kita, yang seharusnya bisa kita terima dengan sikap
positif dan realistis.

Tanggapan Saya : Kalau keanekaragaman ras, etnik dan gender memang adalah
hasil ciptaan Allah yang tidak melibatkan pilihan manusia sama sekali di dalamnya.
Orang tidak bisa memilih untuk ras, etnik atau gendernya.

Lalu bagaimana dengan 2 hal yang lain? Agama dan orientasi seksual? Soal agama
saya rasa tidak perlu dibahas di sini karena tidak relevan, tapi soal orientasi seksual,
apakah pihak PGI bisa menujukkan 1 ayat saja di mana orientasi seksual yang
berbeda adalah hasil ciptaan Allah? Bukankah dengan mengacu pada penciptaan
manusia sesuai citra Allah yang disinggung PGI pada point 1 di atas menunjukkan
bahwa Allah hanya menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dan memberikan
orientasi seksual kepada mereka terhadap lawan jenisnya? Lalu darimana orientasi
seksual kepada sesama jenis? Di sini pihak PGI terlalu gegabah di dalam menarik
kesimpulan.

Kalau pihak PGI menyimpulkan bahwa orientasi seksual yang berbeda (terhadap
sesama jenis) adalah keragaman yang Tuhan anugerahkan kepada manusia atas
dasar fakta bahwa ada orang yang terlahir dengan orientasi seksual yang berbeda
maka itu bukan lagi menjadikan Alkitab sebagai dasar ajaran tetapi pengalaman
sebagai dasar ajaran. Padahal Kitab Suci sendiri dengan jelas menyatakan bahwa
sebuah pengajaran harus didasarkan pada segala tuliusan yang diilhamkan Allah.

2 Tim 3:16 : Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat


untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan
untuk mendidik orang dalam kebenaran.

3. Bersikap positif dan realistis dalam keanekaragaman berarti kita harus saling
menerima, saling mengasihi, saling menghargai dan saling menghormati satu sama
lain.

Tanggapan Saya : Saling mengasihi, menghargai, menghormati itu memang


harus. Tapi saling menerima, menerima sebagai apa? Kalau LGBT sebagai suatu
kenormalan maka itu sama dengan berkompromi dengan dosa. Bagaimana kita mau
menerima suatu praktek yang jelas-jelas dikecam oleh Kitab Suci?

Bersikap positif dan realistis terhadap keanekaragaman yang Allah berikan berarti
kita berupaya memahami dan menerima dalam kasih segala perbedaan yang ada.
Tanggapan Saya : Itu kalau perbedaan-perbedaan itu bukanlah sesuatu yang
dikecam oleh Kitab Suci / dianggap oleh Kitab Suci sebagai dosa. Ambil contoh,
jikalau saya beranggapan bahwa memaki / menempeleng / menghina orang lain itu
tidak salah dan saya lalu mempraktekan hal itu pada orang lain di mana saya
memaki mereka, menempeleng mereka, menghina mereka, dll. Apakagh perilaku
saya itu boleh dianggap sebagai suatu bentuk keragaman pemahaman sehingga
orang lain harus bersikap positif dan realistis dan berupaya memahami dan
menerima dalam kasih pada apa yang saya lakukan?

Bersikap positif dan realistis terhadap kenekaragaman berarti kita melawan segala
bentuk kebencian, ketidakadilan, diskriminasi, eksploitasi dan penindasan terhadap
sesama manusia, segala makhluk dan segenap ciptaan Allah. Sebaliknya kita
berupaya mendialogkan segala perbedaan itu tanpa prasangka negatif. Bersikap
positif dan realistis berarti kita menjaga dan memelihara persekutuan manusia yang
beranekaragam ini agar mendatangkan kebaikan bagi umat manusia, bagi segala
makhluk dan bagi bumi ini.

Tanggapan Saya : Apakah menolak praktek LGBT dan menganggapnya sebagai


penyimpangan dari kebenaran sama dengan membenci, bersikap tidak adil,
diskriminasi, eksploitasi dan penindasan terhadap mereka? Saya kira di sini pihak
PGI terlalu mendramatisir masalah. Saya menolah LGBT tapi saya tidak pernah
membenci, bersikap tidak adil, diskriminasi dan menindas mereka. Sebaliknya saya
mengasihi mereka, saya tidak membuang mereka, tapi saya tetap tidak bisa
menerima kalau LGBT adalah sesuatu yang normal apalagi benar secara iman
Kristen.

Titik Tolak

4. Membicarakan kaum LGBT adalah membicarakan manusia yang merupakan


ciptaan Allah yang sangat dikasihi-Nya.

Tanggapan Saya : Tidak! Membicarakan LGBT adalah membicarakan sebuah


praktek yang dikecam oleh Kitab Suci.

5. Keberadaan manusia dengan kecenderungan LGBT merupakan sebuah fenomena


yang ada sejak masa lalu. LGBT bukan produk kebudayan modern; bukan juga
produk kebudayaan Barat. Fenomena LGBT ini ada dalam masyarakat kita dan
secara sosio-antropologis LGBT ini sudah sejak dulu diakomodasikan dalam budaya
beberapa suku di dalam masyarakat kita.

Tanggapan Saya : Salah benarnya suatu praktek tidak bergantung dari seberapa
lama praktek itu sudah muncul. Jadi tidak peduli LGBT sudah muncul sejak masa
lalu, tidak peduli LGBT diakomodasi beberapa suku dalam masyarakat kita.
Persoalannya adalah apa yang Kitab Suci katakan soal LGBT itu? Membenarkannya
atau mengecamnya?
6. Ketika kita menghadapi persoalan moral, salah satu masalah terbesar muncul dari
cara kita melakukan interpretasi terhadap teks Kitab Suci. Penafsiran terhadap teks
Kitab Suci yang tidak mempertimbangkan maksud dan tujuan dari teks yang ditulis
oleh para penulis Kitab Suci berpotensi menghasilkan interpretasi yang sama sekali
berbeda dari tujuan teks itu ditulis.

Tanggapan Saya : Persoalannya adalah apakah pihak yang menolak LGBT telah
menafsirkan Kitab Suci secara salah? Lalu apalkah pihak PGI yang terkesan
mendukung LGBT sudah melakukan tafsiran yang benar? Bukankah semua itu harus
diuji terlebih dahulu?

Berkenaan dengan LGBT, Alkitab memang menyinggung fenomena LGBT, tetapi


Alkitab tidak memberikan penilaian moral-etik terhadap keberadaan atau eksistensi
mereka. Alkitab tidak mengeritisi orientasi seksual seseorang. Apa yang Alkitab kritisi
adalah perilaku seksual yang jahat dan eksploitatif yang dilakukan oleh siapa pun,
termasuk yang dilakukan kaum heteroseksual, atau yang selama ini dianggap
‘normal’.

Tanggapan Saya : Menurut saya ini adalah upaya pengaburan masalah dari PGI.
Alkitab memang jelas menentang semua perilaku seksual yang jahat. Tapi itu tidak
berarti Alkitab tidak mengecam praktek LGBT sebagai sesuatu yang menyimpang
dan berdosa. Saya berikan contoh :

Dalam kasus Sodom, Alkitab menceritakan adanya praktek homoseksual dari


penduduk Sodom.

Kej 19:4-8 – (4) Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota
Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang
terkecuali, datang mengepung rumah itu. (5) Mereka berseru kepada Lot: "Di
manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar
kepada kami, supaya kami pakai mereka." (6) Lalu keluarlah Lot menemui
mereka, ke depan pintu, tetapi pintu ditutupnya di belakangnya, (7) dan ia berkata:
"Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat. (8) Kamu tahu, aku
mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki,
baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang
kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka
memang datang untuk berlindung di dalam rumahku."

Kej 19:5 (BIS) - Mereka berseru kepada Lot, dan bertanya, "Di mana orang-orang
yang datang bermalam di rumahmu? Serahkan mereka, supaya kami dapat
bercampur dengan mereka!"

Kej 19:5 (CEV) - and started shouting, "Where are your visitors? Send them out, so
we can have sex with them!"

Kej 19:5 (TEV) - They called out to Lot and asked, "Where are the men who came to
stay with you tonight? Bring them out to us!" The men of Sodom wanted to have
sex with them.

Tapi sebelum itu diceritakan, terlebih dahulu telah dijelaskan dosa mereka sangat
berat.

Kej 18:20-21 – (20) Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh
kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat
dosanya. (21) Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah
berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku
hendak mengetahuinya."

Berarti Alkitab memberikan penilaian moral-etik terhadap praktek LGBT.

Dalam kitab hakim-Hakim ada kisah yang sangat mirip dengan apa yang terjadi di
Sodom yang menimpa seorang Lewi dan gundiknya yang menginap di rumah
seorang tua di Gibea.

Hak 19:22-24 – (22) Tetapi sementara mereka menggembirakan hatinya, datanglah


orang-orang kota itu, orang-orang dursila, mengepung rumah itu. Mereka
menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada orang tua, pemilik rumah itu:
"Bawalah ke luar orang yang datang ke rumahmu itu, supaya kami pakai dia."
(23) Lalu keluarlah pemilik rumah itu menemui mereka dan berkata kepada mereka:
"Tidak, saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat; karena orang ini telah
masuk ke rumahku, janganlah kamu berbuat noda. (24) Tetapi ada anakku
perempuan, yang masih perawan, dan juga gundik orang itu, baiklah kubawa
keduanya ke luar; perkosalah mereka dan perbuatlah dengan mereka apa yang
kamu pandang baik, tetapi terhadap orang ini janganlah kamu berbuat noda."

Perhatikan kata-kata : “supaya kami pakai dia” dalam ayat 22 sangat mirip dengan
kata-kata orang Sodom. Dan artinya orang-orang laki Gibea itu mau berhubungan
seks dengan orang Lewi itu yang juga adalah laki-laki.

Hak 19:22 (KJV) - They were having a good time, when some worthless men of that
town surrounded the house and started banging on the door and shouting, "A man
came to your house tonight. Send him out, so we can have sex with him!"

Dalam kisah selanjutnya diceritakan bahwa orang Lewi itu menyerahkan gundiknya
dan lalu diperkosa sepanjang malam.

Hak 19:25 - Tetapi orang-orang itu tidak mau mendengarkan perkataannya. Lalu
orang Lewi itu menangkap gundiknya dan membawanya kepada mereka ke luar,
kemudian mereka bersetubuh dengan perempuan itu dan semalam-malaman
itu mereka mempermainkannya, sampai pagi. Barulah pada waktu fajar menyingsing
mereka melepaskan perempuan itu.

Dilihat dari fakta bahwa orang-orang itu mau berhubungan seks dengan orang Lewi
(laki-laki) tetapi pada akhirnya mau juga berhubungan seks dengan gundiknya
(perempuan), menunjukkan bahwa mereka mungkin tergolong bisexual. Dan coba
perhatikan bagaimana Alkitab menyebut orang-orang itu.

Hak 19:22 – Tetapi sementara mereka menggembirakan hatinya, datanglah orang-


orang kota itu, orang-orang dursila, mengepung rumah itu. Mereka menggedor-
gedor pintu sambil berkata kepada orang tua, pemilik rumah itu: "Bawalah ke luar
orang yang datang ke rumahmu itu, supaya kami pakai dia."

Mereka disebut orang-orang dursila. Apa itu dursila? Menarik bahwa bahasa asli
yang digunakan dalam ayat ini adalah “BENEY BELIAL” atau anak-anak Belial.

KJV - Now as they were making their hearts merry, behold, the men of the city,
certain sons of Belial, beset the house round about, ....”

Kata “Belial” ini berarti tidak berharga atau jahat sehingga istilah “sons of Belial”
berarti ‘orang-orang jahat’. Tetapi ‘Belial’ bisa juga diartikan sebagai nama, dan
menunjuk kepada setan yang dikontraskan dengan Kristus.

2Kor 6:15 - Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? ....”

sehingga istilah “sons of Belial” berarti ‘anak-anak setan’. Nanti di pasal 20 kita
melihat hukuman dari Tuhan atas orang-orang ini. Mereka mati dibunuh dengan
pedang dan kota mereka dibakar habis. Sekarang pikirkan, kalau berhubungan seks
dengan sesama jenis bukanlah dosa, mengapa Alkitab menyebut orang-orang yang
demikian dengan sebutan yang sangat keras seperti ini dan memberikan hukuman
yang tidak kalah mengerikannya dari hukuman atas Sodom? Berarti Alkitab
memberikan penilaian moral-etik terhadap praktek LGBT.

Selanjutnya dari kitab Imamat, ada larangan berhubungan seks dengan sesama
jenis.

Im 18:22 - Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh


dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.

Im 20:13 - Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang


bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian,
pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka
sendiri.

Bahwa itu disebut kekejian dan lalu dihukum dengan hukuman mati, bukankah itu
berarti Alkitab memberikan penilaian moral-etik terhadap praktek LGBT?

Dan masih ada beberapa contoh lagi untuk membuktikan hal ini. Lalu bagaimana
bisa PGI mengatakan bahwa Alkitab tidak memberikan penilaian moral-etik terhadap
keberadaan atau eksistensi LGBT?
Pesan utama ceritera penciptaan Adam dan Hawa (Kejadian 1:26-28; 2:18, 21-24),
misalnya, adalah tentang cikal bakal terjadinya institusi keluarga dan bahwa manusia
diberi tanggungjawab untuk memenuhi dan memelihara bumi. Ceritera ini sama
sekali tidak ditujukan untuk menolak keberadaan kaum LGBT.

Tanggapan Saya : Memang pesan utama cerita penciptaan Adam dan Hawa
adalah demikian, tapi kita tidak bisa mengabaikan hal-hal yang secara implisit
terkandung di dalam kisah itu. Apakah karena pesan utama ceritera penciptaan
Adam dan Hawa adalah tentang cikal bakal terjadinya institusi keluarga dan bahwa
manusia diberi tanggungjawab untuk memenuhi dan memelihara bumi, maka kita
boleh menganggap benar pandangan yang mengatakan bahwa Adam bukan
manusia pertama dengan alasan bahwa Adam adalah manusia pertama bukanlah
pesan utama kisah tersebut? Apakah karena pesan utama ceritera penciptaan Adam
dan Hawa adalah tentang cikal bakal terjadinya institusi keluarga dan bahwa
manusia diberi tanggungjawab untuk memenuhi dan memelihara bumi, maka kita
boleh menganggap benar pandangan yang memperbolehkan poligami dengan
alasan bahwa pernikahan monogami bukan pesan utama kisah tersebut? Jadi kita
mengakui bahwa masing-masing teks Alkitabn ditulis dengan tujuan tertentu tapi
tidak berarti semua makna implisit di baliknya menjadi tidak benar. Kej 1 dan 2
memang menceritakan bahwa Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan
dan memberikan mandat prokreasi kepada mereka dan itu mengandung makna
implisit bahwa Allah menciptakan dan menghendaki perkawinan antara manusia
yang berbeda jenis dan bukan yang sejenis.

7. Ada beberapa teks lain dalam Alkitab yang diinterpretasikan secara kurang tepat
sehingga ayat-ayat itu seolah menghakimi kaum LGBT. Padahal melalui interpretasi
yang lebih akurat, kritikan Alkitab dalam ayat-ayat tersebut justru ditujukan pada
obyek lain. Contohnya: Alkitab mengeritisi dengan sangat keras ibadah agama
kesuburan (Baal dan Asyera, Hakim-hakim 3:7; 2Raja-raja 23:4) oleh bangsa-bangsa
tetangga Israel pada masa itu, yang mempraktekkan semburit bakti yaitu perilaku
seksual sesama jenis sebagai bagian dari ibadah agama Baal itu (Ulangan 23:17-18);
demikian juga terhadap penyembahan berhala Romawi di zaman Perjanjian Baru
(Roma 1:23-32). Alkitab juga mengeritisi sikap xenofobia masyarakat Sodom
terhadap orang asing dengan cara mempraktekkan eksploitasi seksual terhadap
mereka yang sesama jenis. Tujuannya adalah mempermalukan mereka (Kejadian
19: 5-11 dan Hakim-hakim 19:1-30). Oleh karena itu bagian-bagian Alkitab ini tidak
ditujukan untuk menyerang, menolak atau mendiskriminasi keberadaan kaum LGBT.
Teks-teks Alkitab lainnya, yang sering dipakai menghakimi kaum LGBT adalah
Imamat 18:22; 20:13; 1Kor 6:9-10; 1Tim 1:10). Apa yang ditolak dalam teks-teks
Alkitab itu adalah segala jenis perilaku seksual yang jahat dan eksploitatif, yang
dilakukan oleh siapa pun, atas dasar apa pun, termasuk atas dasar agama, dan
ditujukan terhadap siapa pun, termasuk terhadap perempuan, laki-laki dan anak-
anak.

Tanggapan Saya : Saya kira di sini pihak PGI terlalu cepat memberikan kesimpulan
tentang ayat-ayat yang dipersoalkan. Apakah kesimpulan PGI bisa dianggap benar
hanya dengan klaim seperti di atas ini? Mereka mengatakan “melalui interpretasi
yang lebih akurat”. Tahu darimana bahwa interpretasi PGI lebih akurat tanpa
menjelaskan ayat-ayat itu secara akurat?

Saya bukannya tidak tahu kalau ada pro kontra tentang ayat-ayat itu. Saya sendiri
telah meneliti ayat-ayat tersebut dan mengungkapkan berbagai macam penafsiran
seperti yang dipegang oleh PGI, dan lalu membantah argumentasi-argumentasi itu.
Dan pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa LGBT memang adalah sebuah
penyimpangan yang dikecam Kitab Suci. Pembahasan saya tentangt ayat-ayat itu
dapat dilihat di sini : https://www.facebook.com/notes/esra-alfred-soru/lesbian-gay-
bisexual-transgender-lgbt/10154137948855879

Jadi rasanya terlalu terburu-buru ketika pihak PGI mengklai bahwa semua ayat yang
diungkapkan di atas itu tidak menolak LGBT.

Rekomendasi

8. PGI mengingatkan agar kita semua mempertimbangkan hasil-hasil penelitian


mutakhir dalam bidang kedokteran dan psikiatri yang tidak lagi memasukkan
orientasi seksual LGBT sebagai penyakit, sebagai penyimpangan mental (mental
disorder) atau sebagai sebuah bentuk kejahatan. Pernyataan dari badan kesehatan
dunia, WHO, Human Rights International yang berdasarkan kemajuan penelitian
ilmu kedokteran mampu memahami keberadaan LGBT dan ikut berjuang dalam
menegakkan hak-hak mereka sebagai sesama manusia. Perhimpunan Dokter
Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengacu pada Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983
(PPDGJ II) dan PPDGJ III (1993) bahwa LGBT bukanlah penyakit kejiwaan. LGBT
juga bukan sebuah penyakit spiritual. Dalam banyak kasus, kecenderungan LGBT
dialami sebagai sesuatu yang natural yang sudah diterima sejak seseorang
dilahirkan; juga ada kasus-kasus kecenderungan LGBT terjadi sebagai akibat
pengaruh sosial. Sulit membedakan mana yang natural dan mana yang nurture oleh
karena pengaruh sosial. Meskipun demikian, bagi banyak pelaku, kecenderungan
LGBT bukanlah merupakan pilihan, tetapi sesuatu yang terterima (given). Oleh
karena itu, menjadi LGBT, apalagi yang sudah diterima sejak lahir, bukanlah suatu
dosa, karena itu kita tidak boleh memaksa mereka bertobat. Kita juga tidak boleh
memaksa mereka untuk berubah, melainkan sebaliknya, kita harus menolong agar
mereka bisa menerima dirinya sendiri sebagai pemberian Allah.

Tanggapan Saya : Sayang sekali bahwa sebagai sebuah lembaga keagamaan, PGI
tidak mengacu pada apa yang Kitab Suci katakan soal LGBT tetapi justru lebih
cenderung pada hasil-hasil penelitian modern yang bahkan saling bertentangan satu
dengan yang lain. Mungkin PGI lupa ayat ini :

2 Tim 3:16 : Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat


untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan
dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Yes 8:20 : "Carilah pengajaran dan kesaksian!" Siapa yang tidak berbicara sesuai
dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar.

9. Gereja, sebagai sebuah persekutuan yang inklusif dan sebagai keluarga Allah,
harus belajar menerima kaum LGBT sebagai bagian yang utuh dari persekutuan kita
sebagai “Tubuh Kristus”. Kita harus memberikan kesempatan agar mereka bisa
bertumbuh sebagai manusia yang utuh secara fisik, mental, sosial dan secara
spiritual.

Tanggapan Saya : Seandainya PGI memang berpegang teguh pada Kitab Suci
maka seruan yang harus mereka sampaikan adalah agar gereja sebagai keluarga
Allah tidak membuang kaum LGBT melainkan menolong mereka untuk datang pada
Kristus dan beroleh kelepasan dari semua dosa dan penyimpangan mereka.

10. PGI menghimbau gereja-gereja agar mempersiapkan dan melakukan bimbingan


pastoral kepada keluarga agar mereka mampu menerima dan merangkul serta
mencintai keluarga mereka yang berkecenderungan LGBT. Penolakan keluarga
terhadap anggota keluarga mereka yang LGBT berpotensi menciptakan gangguan
kejiwaan, menciptakan penolakan terhadap diri sendiri (self-rejection) yang
berakibat pada makin meningkatnya potensi bunuh diri di kalangan LGBT.

Tanggapan Saya : Sebenarnya yang pertama-tama harus menerima bimbingan


pastoral adalah kaum LGBT sendiri. Selanjutnya barulah keluarganya. Sayang sekali
PGI memang tidak mampu melihat apa yang Kitab Suci katakan soal LGBT.

11. Selama ini kaum LGBT mengalami penderitaan fisik, mental-psikologis, sosial,
dan spiritual karena stigamatisasi agama dan perilaku kekerasan yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat. Mereka menjadi kelompok yang direndahkan, dikucilkan dan
didiskiriminasi bahkan juga oleh negara. Gereja harus mengambil sikap berbeda.
Gereja bukan saja harus menerima mereka, tetapi bahkan harus berjuang agar
kaum LGBT bisa diterima dan diakui hak-haknya oleh masyarakat dan negara,
terutama hak-hak untuk tidak didiskriminasi atau dikucilkan, perlindungan terhadap
kekerasan, hak-hak untuk memperoleh pekerjaan, dan sebagainya. Para pemangku
negara ini harus menjamin agar hak-hak asasi dan martabat kaum LGBT dihormati!
Kaum LGBT harus diberikan kesempatan hidup dalam keadilan dan perdamaian.

12. PGI menghimbau agar gereja-gereja, masyarakat dan negara menerima dan
bahkan memperjuangkan hak-hak dan martabat kaum LGBT. Kebesaran kita sebagai
sebuah bangsa yang beradab terlihat dari kemampuan kita menerima dan menolong
mereka yang justru sedang mengalami diskriminasi dan ketidakadilan.

Tanggapan Saya : Gereja memang tidak boleh menindas kaum LGBT atau
melakukan kekerasan atau pengucilan terhadap mereka. Tapi itu tidak berarti gereja
harus berkompromi dengan dosa dan menerima kaum LGBT sebagai sesuatu yang
normal. Saya kira di sini PGI gagal membedakan antara sikap terhadap kaum LGBT
dan paham / praktek LGBT itu sendiri. PGI gagal membedakan antara sikap
terhadap orang berdosa dan dosa itu sendiri. PGI harus belajar dari sikap Yesus
dalam kasus perempuan yang kedapatan berzinah di Yohanes pasal 8. Di sana Yesus
berkata :

Yoh 8:11 – “.... Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah,
dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.

Kata-kata "Aku pun tidak menghukum engkau” menunjukkan bahwa Yesus


mengasihi perempuan itu. Tapi kata-kata “jangan berbuat dosa lagi” menunjukkan
bahwa Yesus tidak menyetujui perilakunya.

Seandainya PGI cukup mengerti Kitab Suci dan bijaksana, maka PGI harus
menyarankan pada gereja langkah-langkah yang harus diambil di mana praktek dan
pemahaman LGBT ditolak tetapi pada saat yang bersamaan kaum LGBT bisa
diterima dan ditolong untuk mengalami perubahan dan perjumpaan dengan Kristus.

Meskipun demikian, PGI sadar bahwa gereja dan masyarakat Indonesia belum bisa
menerima pernikahan sesama jenis. PGI bersama dengan warga gereja dan segenap
warga masyarakat masih memerlukan dialog dan percakapan teologis yang
mendalam menyangkut soal ini.

Tanggapan Saya : Artinya PGI sudah bisa menerima pernikahan sejenis? Sangat
menyedihkan memang sebuah lembaga agama yang begitu besar di Indonesia ini
mempunyai pikiran menyimpang dari Firman Tuhan, kalau tidak mau dikatakan
murtad dari kebenaran. Firman Tuhan dikorbankan demi perselingkuhan dengan
dunia ini.

Penutup

13. LGBT pada dirinya sendiri bukanlah sebuah persoalan. LGBT menjadi persoalan
karena kitalah yang mempersoalkannya. Kitalah yang memberinya stigma negatif.
Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang matang, rendah hati, rasional serta
kemampuan bersikap adil dalam menyikapi kasus ini. Kita harus menjauhkan diri dari
kecenderungan menghakimi atau menyesatkan siapa pun. Sebaliknya, kita harus
belajar membangun persekutuan bangsa dan persekutuan umat manusia yang
didasarkan pada kesetaraan dan keadilan.

Tanggapan Saya : Bukan kita yang mempersoalkannya tapi Kitab Suci yang
mempersoalkannya. Kita mempersoalkannya karena Kitab Suci mempersoalkannya.
Menurut saya sekarang bukan hanya LGBT yang jadi persoalan tetapi juga PGI telah
menjadi persoalan dengan pemahaman yang menyimpang dari kebenaran Firman
Tuhan.
14. Demikianlah pernyataan pastoral ini kami sampaikan pertama-tama kepada
gereja-gereja di Indonesia, dan juga kepada masyarakat Indonesia seluruhnya.
Kiranya gereja-gereja terus mengarahkan diri pada tuntunan Roh Kudus untuk
memperdalam pemahaman dan memperkuat komitmen iman menyangkut
penerimaan kaum LGBT.

Tanggapan Saya : Menurut saya ini bukan pernyataan pastoral tapi pernyataan
penyesatan. Gereja-gereja yang masih setia kepada kebenaran seharusnya menolak
pernyataan PGI ini. Tuntunan Roh Kudus tidak pernah membuat orang menyimpang
dari kebenaran karena itu adalah sesuatu yang naif untuk mengharapkan gereja-
gereja dituntun Roh Kudus untuk memperkuat komitmen iman menyangkut
penerimaan kaum LGBT. Gereja yang dituntun Roh Kudus pasti akan berpegang
teguh pada Firman Tuhan dan akan menolak paham / praktek LGBT. Sedangkan
yang menerima paham / praktek LGBT (seperti PGI) tidak sedang dituntun oleh Roh
Kudus tetapi roh jahat / roh setan.

Akhirnya, biarlah saya memberikan peringatan kepada semua orang / gereja yang
masih setia kepada kebenaran dengan mengutip apa yang dikatakan Rasul Petrus :

2 Pet 2:1-2 – (1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-


tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu.
Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan,… (2)
Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan
karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.

Anda mungkin juga menyukai