ABSTRACT
Keywords: This study aimed to reveal the role of peers in the character building of the students of
Students, MTs YAPI Pakem. This research was a qualitative study using the phenomenological
Peer groups, approach. The data were collected through observation, interviews, and documentation.
School. The data validity of this study was obtained through technique triangulation. The data
analysis used the analysis model developed by Miles & Huberman. The findings of this
study were as follows. 1. Peers played multiple roles for students of MTs YAPI Pakem, for
instance: a. giving support to students, b. teaching a number of social skills, c. to become
agents of socialization for other students, and d. to become models or examples on how to
behave for other students. 2. The peer interaction had effects on building the characters
of religiosity, tolerance, discipline, perseverance, curiosity, friendliness, environmental
care, social care, rebellion, and aggression.
Copyright © 2018 Yusuf Kurniawan dan Ajat Sudrajat. All Right Reserved
kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti berusaha teman di sekolah juga memiliki peran
mencari makna dari komponen yang disajikan tersendiri bagi siswa di sekolah tersebut.
dengan mencatat pola, keteraturan, Wulansari (2009, hal. 106) menjelaskan
konfigurasi, sebab akibat dan proporsi dalam bahwa peran adalah konsep tentang apa yang
penelitian. harus dilakukan oleh seseorang, meliputi
HASIL DAN PEMBAHASAN tuntutan perilaku dari masyarakat terhadap
Teman sebaya adalah individu yang seseorang, dan menjadi perilaku individu
memiliki kedudukan, usia, status, dan pola yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
pikir yang hampir sama. Blazevic (2016, hal. Merton (2007, hal. 110) menjelaskan bahwa
46) mengatakan bahwa teman sebaya peran adalah pola tingkah laku yang
didefinisikan sebagai kelompok sosial yang diharapkan masyarakat dari orang yang
terdiri dari orang-orang dengan usia, menduduki status tertentu. Peran akan
pendidikan atau status sosial yang serupa. menentukan apa yang dilakukan seorang
Santrock (2003, hal. 129) mengemukakan individu bagi masyarakat, serta kesempatan
bahwa teman sebaya adalah anak dengan usia apa yang diberikan masyarakat kepada
atau tingkat kedewasaan yang sama. Berbagai individu tersebut. Peran sangat penting karena
persamaan tersebut berdampak pada pola dapat mengatur perilaku seseorang, dan
interaksi yang dilakukan yaitu interaksi secara menyebabkan seseorang dapat meramalkan
berkelompok. Persamaan tersebut kemudian perbuatan orang lain pada batas tertentu,
memunculkan berbagai kelompok pergaulan sehingga seseorang dapat menyesuaikan
teman sebaya, yang akan mempengaruhi perilakunya sendiri dengan perilaku orang
perilaku anggotanya sesuai dengan dalam kelompoknya.
karakteristik kelompok masing-masing. Kiuru Hasil penelitian yang dilakukan di MTs
(2008, hal.9) menyatakan bahwa lingkungan YAPI Pakem, menunjukkan bahwa
sosial terdekat seperti keluarga dan teman keberadaan teman sebaya memiliki berbagai
sebaya menjadi lingkungan signifikan bagi peran bagi siswa. Berdasarkan hasil temuan
perkembangan remaja. Calvo (2008, hal. 2) data wawancara, observasi, maupun
menyatakan bahwa perilaku individu dokumentasi, diperoleh hasil bahwa teman
dipengaruhi oleh rekan mereka, sehingga sebaya memiliki berbagai peran bagi siswa di
teman sebaya menjadi rujukan (reference sekolah. Pertama, teman sebaya berperan
group) dalam mengembangkan perilaku untuk memberikan dukungan sosial, moral,
remaja. dan emosional bagi siswa. Santrock (2003,
Lingkungan teman sebaya tentunya hal. 27) mengatakan bahwa teman sebaya
memiliki peran bagi remaja di mana pun berperan untuk memberikan dukungan fisik,
berada, tak terkecuali di sekolah. Lingkungan dukungan ego, perbandingan sosial, dan
arena bermain merpati, menyiapkan tempat, sesama anggota kelompok. Santrock (2007,
menyiapkan bambu, rumah merpati, dan yang hal. 206) juga menyatakan bahwa dalam
lainnya. Mereka juga mengatakan bahwa lingkungan teman sebaya, anak belajar
mereka saling kerja sama dalam merawat memformulasikan dan menyatakan pendapat
merpati. mereka, menghargai sudut pandang sebaya,
Teman sebaya mengajarkan kemampuan menegosiasikan solusi atas perselisihan secara
untuk mengontrol diri siswa, sesuai dengan kooperatif, dan mengubah standar perilaku
peran baru yang diperoleh dalam yang diterima oleh semua. Siswa menyatakan
kelompoknya. Syamsu (2009, hal. 60) bahwa dalam kelompok teman sebaya,
menyatakan bahwa lingkungan teman sebaya mereka belajar untuk memecahkan berbagai
berperan memberikan kesempatan pada permasalahan. Mereka belajar mencari solusi
remaja untuk belajar berinteraksi dan terbaik untuk memecahkan masalah yang
mengontrol tingkah laku sosial mereka. mereka hadapi dengan berdiskusi mengenai
Tingkah laku sosial diperolah dari peran sosial permasalahan yang sedang dihadapi,
baru yang didapatkan remaja dalam kelompok kemudian mencari solusi bersama. Masalah
pergaulannya. Ahmadi (2007, hal. 193-195) tersebut juga beraneka ragam, seperti masalah
mengatakan bahwa teman sebaya menjadi belajar, masalah kedisiplinan, maupun
sarana untuk mempelajari peranan sosial yang masalah yang berkaitan dengan pribadi siswa.
baru. Siswa menyatakan bahwa selama Terkadang, siswa juga meminta saran dari
bergaul dengan teman sebaya, mereka belajar guru untuk menyelesaikan permasalahan, baik
untuk mengontrol diri, tidak mudah marah, yang berkaitan dengan pelajaran maupun
dan tidak mementingkan diri sendiri. Siswa permasalahan pribadi.
juga belajar untuk memainkan peranan baru Ketiga, teman sebaya berperan sebagai
sebagai seorang sahabat, pemimpin, bahkan agen sosialisasi bagi siswa lainnya. Sosialisasi
musuh bagi siswa lain. Dengan berbagai peran merupakan proses penyesuaian diri individu
baru tersebut maka siswa akan belajar untuk dengan lingkungannya, berinteraksi,
mengontrol diri dan memerankan peran baru mengembangkan relasi, dan belajar untuk
yang didapatkan dalam kelompoknya. bertingkah laku berdasarkan patokan atau
Teman sebaya juga mengajarkan norma yang diakui oleh masyarakat. Teman
ketrampilan memecahkan masalah. Schneider sebaya berperan sebagai salah satu agen
(2000, hal. 481) mengatakan bahwa peer sosialisasi yang paling berpengaruh bagi
groups atau teman sebaya mengajarkan siswa, sehingga teman sebaya menjadi
berbagai hal kepada anak, salah satunya rujukan (reference group) dalam
adalah mengajarkan ketrampilan dalam mengembangkan perilaku siswa lainnya.
memecahkan masalah, terutama terhadap Siswa akan mempelajari berbagai
kemampuan yang baru, yang berbeda dengan bersosialisasi dengan baik sesuai dengan
apa yang mereka dapatkan dalam keluarga. aturan yang berlaku
Siswa akan mempelajari nilai, norma, kultur, Kimani (2013, hal.14) menyatakan
peran, dan hal lain yang dibutuhkan untuk bahwa tekanan teman sebaya menjadi faktor
memungkinkan partisipasinya yang efektif di penting bagi pembentukan perilaku siswa.
lingkungan yang lebih luas, khususnya di Pembentukan perilaku dan modifikasi
lingkungan sekolah. perilaku siswa sangat dipengaruhi oleh
Teman sebaya sebagai agen sosialisasi tekanan teman sebaya dan pemodelan yang
tercermin dari kebiasaan mereka untuk saling diberikan oleh rekan mereka. Dalam
mengingatkan mengenai aturan-aturan pergaulan teman sebaya di MTs YAPI Pakem,
sekolah. beberapa siswa mengatakan bahwa teman sebaya memberikan contoh untuk
mereka akan menegur teman yang lain ketika berperilaku sesuai aturan sekolah, misalnya
melanggar aturan seperti membuang sampah berpakaian rapi, memasukkan baju, menjaga
sembarangan, berperilaku tidak disiplin, serta kebersihan lingkungan, serta membuang
membolos sekolah atau membolos kegiatan sampah pada tempatnya. Siswa akan
ekstrakurikuler. Dengan saling mengingatkan, memberikan teguran kepada siswa lain
saling menegur, terutama dalam hal manakala ada yang melanggar peraturan
kedisiplinan, maka hal tersebut secara tidak sekolah. Bahkan, ada juga beberapa siswa
langsung mencerminkan bahwa teman sebaya yang memberikan contoh untuk membuang
dapat menjadi salah satu agen sosialisasi sampah pada tempatnya ketika ada teman lain
siswa di lingkungan sekolah. yang membuang sampah sembarangan. Siswa
Selain itu, teman sebaya juga bisa juga berperan memberikan contoh berperilaku
menjadi model atau contoh berperilaku siswa. sopan kepada guru. Hal tersebut terlihat dari
Kelompok teman sebaya ikut menentukan kebiasaan siswa ketika akan masuk ke dalam
pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai kelas, siswa berbaris kemudian mencium
dengan kelompoknya. Bazid (2015, hal.786) tangan guru terlebih dahulu. Hal tersebut akan
mengemukakan bahwa “peers are an diikuti oleh siswa yang lain dan dilakukan
important factor in influencing the formation secara terus-menerus setiap pagi sebelum
of a person’s personality and self-formation.”, masuk ke dalam kelas.
teman sebaya merupakan faktor penting Dari berbagai bahasan mengenai hasil
dalam mempengaruhi pembentukan penelitian tersebut, maka teman sebaya
kepribadian dan pembentukan diri seseorang. memiliki peran penting bagi siswa di MTs
Hal tersebut berarti keberadaan kelompok YAPI Pakem. Teman sebaya berperan untuk
teman sebaya akan memberikan dukungan memberikan dukungan terhadap siswa, baik
kepada remaja untuk berperilaku dan dukungan yang bersifat sosial, moral, dan
emosional. Hal tersebut diwujudkan dengan panduan bagaimana untuk mereaksi segala hal
perhatian teman sebaya manakala siswa lain dan dijadikan pedoman dalam melakukan
memiliki masalah, saling memberikan interaksi serta pedoman berperilaku individu.
motivasi, dan menjadi tempat nyaman untuk Kebiasaan yang dilakukan dalam
mencurahkan isi hati. Teman sebaya juga kelompok, akan mempengaruhi kepribadian
berperan untuk mengajarkan berbagai anggotanya, dan akan menjadi acuan
ketrampilan sosial, seperti kerja sama, berperilaku anggotanya, sehingga secara tidak
tanggung jawab kemampuan berinteraksi, langsung, karakter masing-masing anggota
mengontrol diri, dan memecahkan masalah. akan terbentuk sesuai dengan karakter sosial
Teman sebaya juga berperan sebagai agen yang dibangun di dalam kelompok
sosialisasi bagi siswa lain. teman sebaya pergaulannya. Kebiasaan itu tentunya
mengajarkan nilai, norma, kultur, peran, dan beraneka ragam, kebiasaan yang positif, atau
hal lain yang dibutuhkan anak untuk negatif, tergantung kelompok teman sebaya
memungkinkan partisipasinya yang efektif di yang seperti apa yang diikutinya. Misalnya,
lingkungan yang lebih luas. Selain itu, teman teman sebaya berperan sebagai agen
sebaya juga berperan untuk menjadi model sosialisasi yang mengajarkan kedisiplinan
atau contoh berperilaku siswa lain di kepada siswa lain di sekolah. Apabila perilaku
lingkungan sekolah. disiplin tersebut ditanamkan terus menerus
Peran kelompok teman sebaya beraneka dalam pergaulan teman sebaya dalam
ragam. Teman sebaya berperan untuk kelompok, maka lama kelamaan perilaku
memberikan dorongan dan motivasi kepada disiplin akan menjadi karakter dalam
siswa lain, menjadi model atau contoh kelompok tersebut, sehingga karakter disiplin
berperilaku bagi siswa lain, menjadi agen akan terbentuk melalui pergaulan teman
sosialisasi, dan mengajarkan ketrampilan sebaya dalam kelompok tersebut.
sosial kepada siswa yang lain. Berdasarkan Dalam pergaulan teman sebaya di MTs
peran kelompok teman sebaya tersebut, maka YAPI Pakem, teman sebaya memiliki
karakter siswa akan terbentuk dengan pengaruh yang kuat dalam pembangunan
sendirinya, sesuai dengan aturan dalam karakter siswa. Susanto (2016, hal. 106)
kelompok serta kebiasaan yang sering mengatakan bahwa Teman sebaya adalah
dilakukan dalam kelompok. Schneider (2000, orang yang terdekat yang mampu berperan
hal. 481) menyatakan bahwa remaja dalam dalam pembentukan karakter anak atau siswa
sebuah kelompok memiliki sebuah ikatan, di dalam lingkungan pergaulannya. Terdapat
akan terikat dengan kepentingan dan aturan beberapa karakter siswa yang muncul, yang
dalam kelompoknya. Hasilnya, karakter sosial bersifat positif maupun yang bersifat negatif,
kelompoknya mungkin akan dijadikan tergantung kebiasaan dan kegiatan yang
dilakukan oleh kelompoknya. Untuk karakter dilakukan secara mendadak, tidak ada waktu
positif, terdapat 8 karakter yang terbentuk dari yang pasti. Namun, ketika ada beberapa kasus
pergaulan siswa dalam kelompok teman pelanggaran disiplin berat, biasanya pihak
sebaya di lingkungan sekolah. Karakter sekolah langsung melakukan razia.
tersebut antara lain religius, toleransi, disiplin, Karakter religius dibuktikan dengan
kerja keras, rasa ingin tahu, bersahabat / kebiasaan yang dilakukan teman sebaya untuk
komunikatif, peduli lingkungan, dan peduli saling mengingatkan segala hal yang
sosial. Untuk karakter yang lain, hanya berkaitan dengan kegiatan keagamaan. French
dimiliki oleh sebagian kecil kelompok. (2011, hal. 1623) pernah melakukan
Karakter disiplin yang terbentuk dari penelitian terhadap remaja muslim di
pergaulan teman sebaya di MTs YAPI Pakem Indonesia dan hasilnya menunjukkan bahwa
dibuktikan dengan semakin berkurangnya ketika remaja berteman dengan lingkungan
pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan oleh yang religius, maka tingkat kereligiusan
siswa. Hal tersebut tidak terlepas dari peran remaja tersebut akan meningkat di tahun-
teman sebaya yang memberikan tekanan tahun berikutnya. Hal tersebut berarti
kepada siswa lain untuk bersikap disiplin. berteman dengan lingkungan sebaya yang
Kimani (2013, hal. 14) menyatakan bahwa religius akan membuat seorang remaja lebih
teman sebaya dapat digunakan untuk religius ke depannya. Dalam pergaulan teman
meningkatkan kedisiplinan sekolah, dengan sebaya di MTs YAPI Pakem, karakter religius
pemberian tekanan untuk berperilaku disiplin dibentuk melalui berbagai kegiatan sekolah,
dari teman sebayanya. Tekanan tersebut antara lain tadarus pagi, baca tulis Al-Quran,
berupa teguran-teguran ketika ada siswa yang solat duha, dan jamaah solat zuhur. Program
melanggar kedisiplinan, seperti mengeluarkan tersebut dapat diterapkan dengan baik apabila
baju, bolos sekolah, dan bolos ekstrakurikuler. ada kesadaran dari siswa untuk
Kebiasaan untuk saling mengingatkan melakukannya. Di sinilah peran teman
tersebut membuat siswa terbiasa untuk sebaya, teman sebaya selalu mengingatkan
berperilaku disiplin. Selain itu, pihak sekolah siswa lainnya untuk mengikuti tadarus pagi
juga memiliki program khusus untuk dengan benar, mengikuti ekstra BTAQ, dan
mensosialisasikan pentingnya kedisiplinan rajin melaksanakan jamaah solat zuhur,
bagi siswa. Pihak sekolah biasanya bekerja sehingga apabila dilakukan secara terus-
sama dengan pihak kepolisian dalam hal menerus, maka hal tersebut akan
penegakan kedisiplinan. Kegiatan yang meningkatkan ketaatan beribadah siswa di
dilakukan seperti latihan baris-berbaris, razia sekolah.
atribut sekolah, razia rambut, razia kendaraan Karakter peduli sosial terlihat ketika
bermotor, dan yang lainnya. Razia tersebut siswa mengalami kesulitan atau masalah,
siswa yang lain akan membantu memberikan siap untuk kerja sama dan mencapai
solusi, terutama dalam hal pelajaran, tugas kesepakatan, bertoleransi, saling kepercayaan
sekolah, bahkan juga masalah-masalah yang dan kerja sama, serta memiliki kedekatan
terkait dengan kegiatan sekolah dan pribadi. yang intim. Karakter toleransi diterapkan oleh
Bazid (2015, hal. 756) mengatakan bahwa sebagian siswa ketika melakukan hobi
teman sebaya dipandang penting bagi seorang bersama. Misalnya ketika bermain merpati,
siswa, dia dapat memberi tahu mereka tentang beberapa siswa mengatakan bahwa ketika
perasaan, masalah, dan rahasianya. Teman akan bermain merpati mereka berangkat ke
sebaya menjadi sosok yang dianggap bisa tempat bermain bersama-sama. Ketika ada
menjadi tempat untuk saling bercerita dan anak yang tidak bisa ikut bermain karena tidak
memecahkan masalah. Selain itu, pihak diperbolehkan oleh orang tuanya, teman yang
sekolah mencanangkan program tutor sebaya lain memakluminya.
bagi siswa. Melalui program tersebut, siswa Karakter peduli lingkungan tercermin
dibiasakan untuk saling mengajari dan dari sikap siswa yang saling mengingatkan
mendampingi siswa lain yang mengalami anggota kelompoknya apabila melakukan
kesulitan atau permasalahan, dalam hal tindakan yang sekiranya merusak lingkungan
belajar atau masalah pribadi. Tutor sebaya atau mengotori lingkungan seperti corat-coret
akan membentuk karakter peduli sosial anak. fasilitas sekolah, mengotori lingkungan
Selain itu, sekolah juga mencanangkan sekolah dan membuang sampah sembarangan.
program peduli berkendara dengan Ditambah lagi dengan kebiasaan sebagian
mengampanyekan pentingnya keselamatan siswa yang memberikan keteladanan dengan
berkendara bagi pengendara di jalan dengan memungut sampah dan membuangnya ke
terjun langsung di jalan sekitar sekolah. tempat sampah. Kimani (2013, hal. 14)
Sekolah juga memiliki program pembagian menyatakan bahwa pembentukan perilaku dan
takjil gratis pada saat bulan puasa. Tujuannya modifikasi perilaku di antara siswa sangat
adalah memberikan takjil kepada pengendara dipengaruhi oleh tekanan teman sebaya dan
sepeda motor yang belum sempat untuk pemodelan yang diberikan oleh siswa rekan
berbuka puasa. Kebiasaan tersebut akan mereka. Dengan adanya contoh yang
membentuk karakter peduli sosial siswa. diberikan oleh teman sebaya, maka siswa
Karakter toleransi tercermin manakala yang lain akan mengikutinya. Pembentukan
siswa menghargai kepentingan masing- karakter peduli lingkungan juga ditunjang
masing, dan tidak memaksakan kehendak. oleh program sekolah, yaitu jalan sehat bersih,
Blazevic (2016, hal. 46) mengungkapkan dan gerakan anti vandalisme. Program
bahwa pada masa pertengahan remaja, ketika tersebut diwujudkan dengan kegiatan jalan
anak mulai mengenal sahabatnya, anak-anak sehat, sembari memungut sampah yang ada di
sekitar lokasi jalan sehat. Untuk program anti Karakter membangkang, ditunjukkan
vandalisme dilakukan dengan mengajak siswa dengan masih adanya beberapa kelompok
untuk bersama-sama menghilangkan tulisan teman sebaya yang sebagian besar anggota
vandal yang berada di sekitar sekolah, kelompoknya sering melakukan tindakan
membersihkan fasilitas sekolah seperti pintu menyimpang dari aturan sekolah, baik dalam
dan meja dari coretan-coretan. hal kedisiplinan, atau dalam hal interaksi
Karakter kerja keras dan rasa ingin tahu dengan teman sebayanya. Contoh ada
tercermin dari kebiasaan siswa dalam beberapa siswa yang memang dengan sengaja
kelompok untuk memecahkan permasalahan mengeluarkan baju, bolos ekstra kurikuler,
yang berkaitan dengan kegiatan pelajaran. merokok di lingkungan sekolah, dan lainnya.
Pada saat ada kesulitan dalam memecahkan Ketika ditanya dan ditegur, siswa yang
soal, siswa biasanya berdiskusi bersama bersangkutan akan menjawab dengan
dengan teman kelompoknya, apabila belum berbagai alasan.
juga menemukan jawaban yang tepat, maka Karakter agresi dilakukan oleh kelompok
siswa akan bertanya kepada guru. Bahkan anak yang memiliki kebiasaan mengganggu,
terkadang ketika ada waktu kosong, beberapa menggoda, dan sering membuat keributan.
anak ada yang datang ke kantor untuk mencari Sikap agresi yang ditunjukkan oleh sebagian
guru mata pelajaran yang bersangkutan, siswa MTs YAPI Pakem adalah celotehan-
kemudian menanyakan hal yang tidak celotehan kasar, bullying dengan menyebut
dimengerti oleh mereka. Selain itu, pihak nama orang tua, dan sikap jahil lainnya.
sekolah juga mewadahi pembentukan karakter Salmivalili (2010, hal. 116) menyatakan
kerja keras dan rasa ingin tahu dengan praktik bahwa perilaku bullying menjadi salah satu
pembelajaran langsung. Dalam beberapa mata karakteristik anggota kelompok (klik/clique)
pelajaran, siswa diberi kesempatan langsung yang sering mengganggu atau mengintimidasi
untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar, kelompok siswa lainnya. Ferguson (2009, hal.
atau dibawa langsung ke tempat pemotongan 1) juga mengungkapkan bahwa teman sebaya
hewan. Hal tersebut dilakukan untuk menjadi faktor yang mendukung terciptanya
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. karakter keras dan agresif pada remaja.
Akan tetapi, ada juga karakter negatif SIMPULAN
yang muncul dalam pergaulan teman sebaya Teman sebaya memiliki berbagai peran
di MTs YAPI Pakem. Terdapat beberapa penting bagi siswa MTs YAPI Pakem. Peran
kecenderungan karakter khusus yang sifatnya teman sebaya antara lain: (a) memberikan
negatif muncul dalam pergaulan teman sebaya dukungan terhadap siswa, baik dukungan
di MTs YAPI Pakem. Karakter tersebut yang bersifat sosial, moral, dan emosional,
adalah karakter membangkang dan agresi. (b) mengajarkan berbagai ketrampilan sosial,
seperti kerja sama, kemampuan berinteraksi, Kimani, J.W. (2003). School factors
influencing students discipline in public
mengontrol diri, dan memecahkan masalah,
secondary schools in Kinangop district,
(c) menjadi agen sosialisasi bagi siswa, dan Kenya. Academic Dissertation. University
Of Nairobi
(d) menjadi model atau contoh berperilaku
Kiuru, N. (2008). The role of adolescents peer
bagi siswa lain, (2) teman sebaya memiliki groups in the school context. Academic
peran dalam membentuk berbagai karakter dissertation. Jyvaskyla: University of
Jyvaskyla.
siswa, yaitu: disiplin, religius, bersahabat,
Kuswarno, E. (2006). Tradisi fenomenologi
peduli sosial, toleransi, peduli lingkungan, pada penelitian komunikasi kualitatif:
karakter kerja keras, rasa ingin tahu, sebuah pengalaman akademis. Jurnal
Mediator, Vol. 1 No.7.
membangkang, dan agresif.
Mahendra, S. (2010). Hubungan antara pola
DAFTAR PUSTAKA asuh orang tua dan pergaulan peer group
Ahmadi, A. (2007). Psikologi sosial. Jakarta: (kelompok sebaya) dengan sikap pada
PT. Rineka Cipta siswa kelas XIIPS SMA Negeri 3 Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi.
Calvo. A.A., Eleonora P., & Yves Zenou. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
(2008). Peer effects and social networks in
education. Centre for research and Merton, R. K. (2007). The role-set: problems
analiysis of migration (CReAM) discussion in sociological theory. The British Journal
pappe. No 14/8, November 15. of Sociology, Vol. 8, No. 2, pp. 106-120.
Bazid, N. & Zainudin A. B. (2015). Peer Miles, B.M., & Michael, H. (1994).
influence on student misconduct. Qualitative data analysis (2nd ed). London:
Proceeding of the International SAGE Publications.
Conference on Social Science Research, Muslich, M. (2011). Pendidikan karakter
ICSSR 2015 (e-ISBN 978-967-0792-04-0) menjawab tantangan krisis
Blazevic, I. (2016). Family, Peer and School multidimensional. Jakarta: Sinar Grafika
Influence on Children's Social Offset.
Development. World Journal of Education Nasution, & Indri K. (2007). Perilaku
Vol. 6, No. 2, 2016 merokok pada remaja. Jurnal. Medan:
Desmita. (2009). Psikologi perkembangan. USU.
Bandung : Remaja Rosdakarya. Ristianti, A. (2008). Hubungan antara
Dumas. T.M., Wendy E. E., David A.W. dukungan sosial teman sebaya dengan
(2012). Identity development as a buffer of identitas diri pada remaja di SMA Pusaka
adolescent risk behaviors in the context of 1 Jakarta. Thesis Magister. Fakultas
peer group pressure and control. Journal of Psikologi Universitas Gunadarma, Jakarta.
Adolescence 35, 917–927. Salmivalli, C. (2010). Bullying and the peer
Ferguson, C. J., San M. C., & Hartley, R. D. group: a review. Journal of Aggression
(2009). A multivariate analysis of youth and Violent Behavior . 15 (2010) 112–120.
violence and aggression: the influence of Santrock, J.W. (2003). Adolesence:
family, peers, depression, and media perkembangan remaja Edisi 6. Jakarta:
violence. The Journal of pediatrics, Erlangga.
155(6), 904-908.
Santrock, J.W. (2007). Adolesence:
French, D.C., etc. (2011). Friendship and the perkembangan remaja Edisi 11. Jakarta:
religiosity of Indonesian muslim. Journal Erlangga.
youth adolescence, 2011: 40, pages 1623-
1633.
162| SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Yusuf Kurniawan dan Ajat Sudrajat | Peran teman sebaya dalam pembentukan karakter …