Anda di halaman 1dari 30

STIKes Santa Elisabeth Medan

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA


DENGAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PADA
SISWA DI SMA NEGRI 16 BATAM

Oleh:
Uliveira
NIM. 032018001

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2021

STIKes Santa Elisabeth Medan 23


24
STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemampuan bersosialisasi yang baik, tentu tidak begitu saja di terima oleh

anak. Janganlah kita mengira kemampuan ini bawaan bakat anak dan bukan juga

di wariskan dari orang tuanya. Melainkan suatu aspek dalam diri anak yang dapat

di kembangkan dan dilatih. Jadi, setiap anak punya potensi yang sama untuk

tumbuh kembang memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dengan

baik., pandai bergaul atau bersosialisasi dan kini hanya tergantung bagaimana dan

sejauh mana cara kita mengasah kemapuan anak ini. Manusia di tuntut untuk

mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri dengan hal apapun. Apalagi

sebagai siswa yang harus dapat menyesuaikan diri dengan semua hal. Pertemanan

dengan teman-teman sebaya dalam masa remaja menjadi hal atau pengaruh yang

mendominasi dalam proses identifikasi dan pengembangan dirinya dibandingkan

lingkungan keluarga. Pertemanan dimulai dengan satu, dua orang dan lambat laun

jumlahnya akan semakin bertambah dan memungkinkan terbentuklah suatu

kelompok sosial remaja (geng) yang dasarnya dilandasi oleh persamaan hobi,

gagasan, gaya hidup dan sebagainya.

Menurut Chaplin (2007) kemampuan bersosialisai merupakan kemampuan

seorang individu dalam proses mempelajari adat kebiasaan suatu kebudayaan di

lingkungan tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

bersosialisasi menurut Hurlock (dalam, Sarwono 2001) yaitu, pola asuh dan teman

sebaya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


25
STIKes Santa Elisabeth Medan
Sarlito (2018) mendefinisikan kemampuan bersosialisasi sebagai perilaku-

perilaku yang di pelajari, yang digunakan oleh individu dalam situssi- situasi

interpersonal dalam lingkungannya. Kemampuan bersosialisasi baik secara

langsung maupun tidak membantu seseorang untuk dapat menyesuaikan diri

dengan standart harapan masyarakat dalm norma-norma yang berlaku di

sekelilingnya. Kemampuan bersosialisasi seorang individu berlangsung sejak

individu tersebut lahir hingga akhir hayatnya. Perkembangan kemampuan

bersosialisasi, menurut Bruno (dalam Sarlito 2018) merupakan proses

pembentukan sosial – self (pribadi dalam masyrakat) yakni pribadi dalam

keluarga budaya dan bangsa.

Pada suatu penelitian diketahui Populasi siswa dan siswi SMK Negeri 3

Medan yang berjumlah 1200 siswa. Dan akan diambil sesuai dengan ciri dan

karakteristik untuk pengambilan sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini berjumlah 60 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik penelitian ini menggunakan Teknik Purposive

Sampling yaitu siswa kelas 2 ,Berdasarkan hasil perhitungan korelasi r Product

Moment diketahui bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara

dukungan sosial teman sebaya terhadap kemampuan bersosialisasi pada siswa-

siswi SMK Negeri 3 Medan yang ditunjukan oleh koefisien ( = 0,942 dengan p >

0,05.). Artinya semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya individu maka akan

semakin tinggi kemampuan bersosialisasinya, dan sebaliknya semakin rendah

dukungan sosial teman sebaya maka semakin rendah kemampuan

STIKes Santa Elisabeth Medan


26
STIKes Santa Elisabeth Medan
bersosialisasinya. Berdasarkan hasil analisis ini maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini dinyatakan “diterima”. Dari penelitian ini juga diketahui

faktor dukungan sosial teman sebaya mempunyai hubungan yang signifikan

dengan timbulnya kemampuan bersosialisasi pada siswa-siswi SMK Negeri 3

Medan. Dari koefisien determinasi empati terhadap perilaku prososial ditunjukkan

dengan R Square sebesar 0,887. Angka 0,887 mengandung arti bahwa dalam

penelitian, dukungan sosial teman sebaya memiliki sumbangan efektif sebesar

88,7% terhadap kemampuan bersosialisasinya. Sisanya sebesar 12,3% dapat

dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini, antara lain

faktor situsional (kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, tekanan waktu), faktor

penolong (kepribadian, suasana hati, rasa bersalah, distress), faktor orang yang

membutuhkan pertolongan (menolong orang yangVolume 2, No. 2, Desember

2016 9 disukai, menolong orang yang pantas ditolong). Hal ini ini menunjukkan

kemampuan bersosialisasi pada siswa SMK Negeri 3 Medan rendah, dimana

siswa SMK Negeri 3 Medan kurang mampu bersosialisasi dilingkungan

sekolahnya tanpa adanya bantuan dari teman sebayanya di kelas.

Jadi bisa kita simpulkan kemampuan bersosialisai adalah kemampuan

seorang individu dalam proses mempelajari adat kebiasaan suatu kebudayaan di

lingkungan tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

bersosialisasi menurut Hurlock (dalam, Sarwono 2001) yaitu, pola asuh dan teman

sebaya. Teman sebaya adalah teman dimana mereka biasanya bermain dan

melakukan aktifitas bersama- sama sehingga menimbulkan rasa senang bersama,

STIKes Santa Elisabeth Medan


27
STIKes Santa Elisabeth Medan
dan biasanya dengan jarak usia yang relatif tidak jauh berbeda bahkan sepantaran

atau sebaya.

Menurut Hurlock (dalam Sarwono, 2001) menyatakan bahwa dukungan

teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan

bersosialisasi. Karena kemampuan bersosialisasi setiap individu berbeda-beda,

ada tipe individu yangb mudah bergaul dan ada pula sebagian tipe individu yang

susah bergaul. Selain itu, ada juga individu yang tidak memilih kelompok

pertemanannya, dan ada juga yang membatasi dan selektif dalam memilih teman.

Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu

terhadap segala sesuatu yang ada didunia sekitarnya.

Kelompok teman sebaya yang memberikan tekanan yang bersifat pasif

(dan merupakan tekanan yang lebih kuat) adalah kebutuhan remaja untuk

menyesuaikan diri dengan apa yang dilakukan oleh temannya. Menyesuaikan

dengan apa yang dilakukan oleh teman sebaya berhubungan dekat dengan

keinginan untuk diterima dan disukai menurut Jersild (Masluchah, 2012).

Rubin, Bukowski, & Parker (Rodkin dkk, 2000) mengungkapkan hasil

penelitian mereka pada siswa sekolah menengah atas di Jerman tentang hubungan

antar teman sebaya bahwa beberapa siswa yang tidak popular (ditolak oleh teman

sebaya) memiliki perilaku agresi atau bullying yang tinggi, menarik diri dan

menahan dimensi- dimensi internal dan eksternal yang ada pada diri mereka.

Disamping itu siswa- siswa yang tidak popular ini selalu berubah-ubah persepsi

diri mereka tentang kualitas hubungan interpersonal Seperti contoh yang

dikemukakan oleh Bierman dkk, bahwa siswa laki-laki agresif yang ditolak oleh

STIKes Santa Elisabeth Medan


28
STIKes Santa Elisabeth Medan
teman sebaya mereka lebih suka berdebat, mengganggu teman yang lain, tidak

mempunyai rasa malu, kaku, dan secara sosial tidak sensitif dibandingkan dengan

siswa yang tidak berperilaku agresi atau bullying. Selain itu menurut Hurlock

(dalam Sarwono 2001) menyatakan bahwa teman sebaya merupakan salahsatu

faktor yang mempengaruhi kemampuan bersosialisasi. Sehingga dapat dikatakan

bahwa, dukungan sosial teman sebaya pada remaja merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kemampuan bersosialsasi.

dimasa ini remaja akan menghadapi berbagai macam persoalan yang tidak

dapat mereka selesaikan sendiri tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari

orang- orang terdekatnya, dalam hal ini adalah teman sebayanya. yang

menyatakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari individu-individu penting

(significant others) yang dekat bagi individu yang membutuhkan bantuan. Banyak

faktor yang mempengaruhi untuk merasakan dukungan sosial, dimana hal tersebut

tergantung pada komposisi dan struktur jaringan sosial yang terbentuk,

menyangkut hubungan individu dengan lingkungan termasuk keluarga dan

masyarakat. Hubungan ini dapat berubah tergantung dari jumlah individu yang

dimiliki dalam hubungan tetap, frekuensi hubungan, komposisi hubungan, serta

keintiman atau kedekatan hubungan individu dengan individu lain.

Menurut Hartono (dalam Abu Ahmadi, 2015) aspek-aspek kemampuan

bersosialisasi didasari oleh aspek fisik, psikologis, mental, sosial, dan moral.

Selanjutnya menurut Robert (2015) aspek-aspek dalam kemampuan bersosialisasi

ada 3 yaitu: Sikap sportif, Kepercayaan, dan Sikap terbuka. Dari uraian tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa aspek aspek dalam kemampuan bersosialisasi

STIKes Santa Elisabeth Medan


29
STIKes Santa Elisabeth Medan
adalah kepercayaan diri, berani tampil di muka umum, mampu bekerja sama,

komunikasi yang aktif dan lancar, kepercayaan serta sikap saling terbuka satu

sama lain. Serta didasari oleh kemampuan, fisik, psikologis, mental, sosial dan

moral.

Selain itu juga Cohan & Mckay (Niven, 2002:137) menampilkan bahwa

“Dukungan sosial adalah suatu model kondisi dimana jaringan dukungan

seseorang dapat menurunkan atau mencegah stress”. Hal ini didasari pada prinsip-

prinsip bahwa dukungan sosial memberikan penyangga terhadap individu atas

kejadian-kejadian yang penuh dengan stress dan tekanan. Keseluruhan penjelasan

di atas dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa dukungan sosial adalah

sebuah pemberian bantuan tingkah laku atau materi baik verbal maupun non

verbal yang dapat berasal dari keluarga, teman, masyarakat maupun orang

terdekat yang mampu membuat individu merasa diperhatikan, bernilai dan

dicintai.

Dan juga saya melihat kemampuan bersosialisasi di sma Negri 16 Batam

sangat kurang dikarenakan tidak ada interaksi satu sama lain dan hampir tidak

mengenal satu sama lain dikarenakan siswa lebih banyak meghabiskan waktu

dirumah dikarenakan pembelajaran daring ,Hal ini yang membuat sebagian besar

siswa merasa harus memperluas pertemanan mereka dilingkungan sekolahnya

diluar dari kelompok di kelasnya dan di jurusannya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


30
STIKes Santa Elisabeth Medan
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul, “Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan

kemampuan bersosialisasi pada siswa di Sma negri 16 Batam “.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalah diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam

proposal ini adalah , “Apakah ada hubungan dukungan sosial teman sebaya

dengan kemampuan bersosialisasi pada siswa di Sma Negri 16 Batam ? “.

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

1. Mengetahui hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan

kemampuan bersosialisasi pada siswa di Sma Negri 16 Batam. ?

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengindentifikasi kemampuan bersosialisasi pada siswa di Sma Negri 16

Batam.

2. Mengidentifikasi dukungan teman sebaya pada siswa di Sma Negri 16

Batam .

3. Menganalisis hubungan dukungan teman sebaya dengan kemampuan

bersosialisasi pada siswa di Sma Negri 16 Batam .

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

STIKes Santa Elisabeth Medan


31
STIKes Santa Elisabeth Medan
Hasil penelitian ini diharapkan Bagi siswa siswa di SMA NEGRI 16 BATAM, untuk

dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan bersosialisasinya dengan

cara berbaur dengan teman diluar dari teman-teman dikelasnya Sehingga

tercapainya sosialisasi yang baik antar sesama siswa dilingkungan sekolahnya selama

pembelajaran daring.

1.4.2. Manfaat praktis

1.Bagi siswa di sma negri 16 batam

Diharapkan untuk siswa dapat mempertahankan dan meningkatkan

kemampuan bersosialisasinya dengan cara berbaur dengan teman diluar dari

teman-teman dikelasnya selama pembelajaran daring berlangsung.

2.bagi sekolah

Melihat hasil kemampuan bersosialisasi dan dukungan sosial teman sebaya

pada siswa rendah, maka diharapkan kepada pihak sekolah untuk dapat membantu

dengan cara dapat menyediakan wadah kreatif yang positif untuk para siswa agar

dapat berkumpul dan bersosialisasi diluar kegiatan belajar sepetti pembentukan

kelompok diskusi dan lain sebagainya dimasa pembelajaran daring .

3.bagi peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan bersosialisasi dengan

variabel yang lain sehingga dapat memberikan sumbangan dan gambaran faktor-

faktor lain yang mempengaruhi kemampuan bersosialisasi selama daring .

STIKes Santa Elisabeth Medan


32
STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep kemampuan bersosialisasi

2.1.1. Definisi

Menurut Sarlito (2008) mendefinisikan kemampuan bersosialisasi adalah

suatu perilaku yang di pelajari, yang digunakan oleh individu dalam situssi-

situasi interpersonal dalam lingkungannya. Kemampuan bersosialisasi baik secara

langsung maupun tidak membantu seseorang untuk dapat menyesuaikan diri

dengan standart harapan masyarakat dalm norma-norma yang berlaku di

sekelilingnya. Kemampuan bersosialisasi seorang individu berlangsung sejak

individu tersebut lahir hingga akhir hayatnya. Perkembangan kemampuan

bersosialisasi, menurut Bruno (dalam Sarlito 2008),merupakan proses

pembentukan sosial – self (pribadi dalam masyrakat) yakni pribadi dalam

keluarga budaya dan bangsa. Berdasarkan pendapat yang telah di uraikan oleh

para ahli, kemampuan bersosialisasi adalah suatu kemampuan untuk menjalin

hubungan dengan dua atau lebih individu ditandai dengan kemampuan

beradaptasi, dan proses yang membentuk individu untuk belajar menyesuaikan

diri, bagaimana cara hidup dan berfikir serta berfungsi dalam kelompoknya.

Menurut Waluya (2007:6) sosialisasi merupakan suatu proses bagaiamana


seorang individu belajar menghayati berbagai macam nilai, norma, sikap dan
pola-pola perilaku dalam masyarkat sehinggah ia dapat ,emjadi anggota
masyarakat yang berpartisipasi. Menurut Wibowo (2007:97) Kepribadian adalah
pola tingkah laku yang berasal dalam diri seorang individu. Hubungan utama

STIKes Santa Elisabeth Medan


33
STIKes Santa Elisabeth Medan
sosialisasi dan kepribadian adalah kepribadian merupakan hasil dari proses
sosialisasi. Dalam bersosialisasi Kepribadian yang baik ataupun buruk merupakan
hasil dari bagaimana ia bersosialisasi dalam lingkungannya. Seperti siswa kelas
XI di SMA Negeri 8 Makassar kepribadian mempengaruhi cara mereka dalam
bersosialisasi, dimana siswa yang memiliki kepribadian yang sombong akan
memiliki sedikit teman dan siswa yang ramah akan lebih mudah mendapatkan
teman.
Sosialisasi merupakan proses belajar bagi seseorang atau kelompok orang
selama hidupnya untuk mengenali pola-pola hidup, nilai-nilai dan norma sosial
agar dapat berkembang menjadi pribadi yang bisa diterima oleh kelompoknya
(Tohar, 1992: 5). Khakam Umam Asnawi 8 HISBAH: Jurnal Bimbingan
Konseling dan Dakwah Islam Vol. 14, No. 1, Juni 2017 Sosialisasi juga dapat
diartikan sebagai proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat (pola-pola
tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu) dan hubungannya
dengan sistem sosial (peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-
hari) (Tohar, 1992: 5). Dikatakan oleh David Gaslin, sosialisasi merupakan proses
belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan
normanorma agar dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok masyarakat.
Sedangkan menurut Berger (dalam Maryat dan Jujun, 2007: 16), Sosialisasi
didefinisikan sebagai proses seorang anak belajar berpartisipasi dalam masyarakat
atau disebutkan “a process by which a child learns be a participant member of
society”. Merdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sosialsasi adalah suatu proses di mana individu mulai
menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan masyarakat
atau sekolah. Kemampuan bersosialisasi dalam jurnal ini lebih menekankan
kepada kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial, baik dengan teman
sekolah atau teman sekelas, guru, karyawan sekolah ataupun orang di
sekelilingnya.
Penyesuaian diri adalah suatu pengertian yang pada dasarnya diambil dari
ilmu biologi. Biasanya pengertian penyesuaian diri menunjukkan bahwa makhluk
hidup berusaha untuk menyesuaiakan dirinya dengan alam setempat agar dapat

STIKes Santa Elisabeth Medan


34
STIKes Santa Elisabeth Medan
tetap hidup (Zakiah, 1982: 12). Sedangkan dari segi bahasa “Penyesuaian” adalah
kata yang menunjukkan keakraban, pendekatan dan kesatuan kata. Penyesuaian
diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah
kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri dan lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud di sini mencakup semua pengaruh, kemungkinan dan
kekuatan yang melingkupi individu, yang dapat mempengaruhi usaha dalam
mencapai kesetabilan kejiwaan dan jasmani dalam hidup. Lingkungan memiliki
tiga segi yaitu lingkungan alami dan materi, lingkungan sosial, kemudian individu
dengan segala komponennya, bakat, pembawaan dan pikirannya tentang diri
(Zakiah, 1982: 14).
Menurut Charlotte Buhler dalam Henslin (2006) kemampuan sosialisasi
adalah kemampuan yang membantu individu-individu menyesuaikan diri
bagaimana cara berfikir secara kelompok, agar dapat berperan dan berfungsi
dalam kelompoknya. Sosialisasi terjadi tidak hanya sekali seumur hidup,
melainkan terus menerus dan berganti-ganti menyesuaikan dengan perubahan
yang terjadi dalam lingkungan. Sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar
seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu
tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami akan dirinya
(Mubarak, 2009). Kemampuan melakukan kontak memiliki pengaruh yang
menentukan kesehatan. Orang dengan kapasitas melakukan kontak yang lebih
besar mempunyai jaringan dukungan sosial yang lebih luas dan lebih baik
daripada mereka yang kurang mampu membangun hubungan dengan orang lain
Dukungan sosial merupakan salah satu sumber penanggulangan yang
penting terhadap stres dan mempunyai pengaruh terhadap kondisi kesehatan
seseorang. Menurut WHO dalam Arliza (2006) sumber support dapat dibagi
menjadi tiga level yaitu primer (anggota keluarga dan sahabat/orang terdekat),
sekunder (teman, kenalan, tetangga dan rekan kerja) dan tersier (guru dan petugas
kesehatan). Seiring bertambahnya usia, perubahan sosial lanjut usia cenderung
mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan sosial atau menarik diri dari pergaulan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial menurun, secara kualitas

STIKes Santa Elisabeth Medan


35
STIKes Santa Elisabeth Medan
maupun kuantitas yaitu kehilangan peran, kontak sosial dan hilangnya komitmen
karena sudah merasa tidak mampu.
Kemampuan beradaptasi siswa di sekolah lebih menekankan pada
kemampuan siswa dalam menerima dan menghormati otoritas sekolah, berminat
dan perpartisipasi pada aktivitas sekolah, membantu sekolah dalam mewujudkan
tujuan, dan mampu mengikuti kurikulum atau matepelajaran yang telah ditentukan
sekolah. Temuan-temuan penelitian sebelumnya menunjukkan penyesuaian diri
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kondisi pola asuh
Authoritarian, Indulgent, dan Neglectful. Menurut Sunarto dan Agung Hartono
terbentuknya adaptasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kondisi
jasmani, perkembangan dan kematangan, penentu psikologis, kondisi lingkungan
(keluarga, sekolah dan masyarakat), dan kondisi kultur dan agama (Sunarto, 1999:
229-235).

2.1.1. Teknik pengukuran tingkat kemampuan bersosialisasi

Penelitian ini menggunakan kualitatif tipe deskriptif. Yang bertujuan untuk


kemampuan bersosialisasi pada siswa kelas XI. Penentuan informan dalam
penelitian ini dengan menunggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria :
usia 16-17 tahun yakni siswa/siswi kelas XI sebagai informan utama yang
melakukan proses sosialisasi dan Guru sebagai informan pendukung. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan teknik analisis data melalui tiga tahap yaitu reduksi, display data dan
penarikan kesimpulan.
Aspek-aspek Kemampuan Bersosialisasi Menurut Sarwono (2001) aspek
kemampuan bersosialisasi ada empat, yaitu :
a. Kemampuan dalam menggunakan bahasa.
b. Kemampuan berkomunikasi.
c. Berani tampil didepan umum.
d. Kepercaya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


36
STIKes Santa Elisabeth Medan
Ciri – ciri Kemampuan Bersosialisasi Menurut Hurlock (dalam, Sarwono

2001) ada empat kriteria sebagai cirri kemampuan bersosialisasi, yaitu:

1.. Kemampuan beradaptasi dengan norma yang berlaku.

2. Memperlihatkan sikap menyenangkan pada orang lain.

3. Menyesuaikan diri dengan setiap kelompok yang dimasukinya.

4. Dapat beradaptasi dan menjalankan perannya dengan baik.

Menurut Ruchayati (dalam Masluchah 2012), ciri-ciri kemampuan bersosialisasi

antara lain: a. Pelakunya lebih dari 2 orang atau lebih. b. Terjadinya komunikasi

antara pelaku melalui kontak sosial. c. Memiliki tujuan yang jelas. d.

Dilaksanakan melalui pola sistem sosial tertentu.

2.1.3 faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan bersosialisasi

faktor yang mempengaruhi kemampuan bersosialisasi menurut Hurlock

(dalam Sarwono, 2001) yaitu sebagai berikut:

1.Pola asuh. yang diberikan oleh orangtua sangat berpengaruh pada


kepribadian, hal ini terlihat pada sebuah keluarga dimana seorang anak yang
dididik secara otoriter dan kekerasan maka saat anak tersebut dewasa ia seringkali
merasa dendam dengan tokoh ototriter yang dijumpainya dalam masyarakat.
Dengan kata lain anak mengalami kesukaran dengan orang lain yang
memperlihatkan sikap otoriter kepadanya.
2. Teman sebaya. Teman sebaya adalah teman dimana mereka biasanya
bermain dan melakukan aktifitas bersama-sama sehingga menimbulkan rasa
senang bersama, dan biasanya dengan jarak usia yang relatif tidak jauh berbeda
bahkan sepantaran atau sebaya.

2.2. Konsep dukungan teman sebaya

2.2.1 Defenisi

STIKes Santa Elisabeth Medan


37
STIKes Santa Elisabeth Medan
Menurut Casel, dalam Ristianti, 2008 Dukungan sosial adalah Dukungan

sosial adalah perasaan sosial yang dibutuhkan terus menerus dalam interaksi

dengan orang lain (Smet, 1994). Sarafino (1994) menggambarkan dukungan

sosial sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang

di terima individu dari orang lain maupun kelompok. Dalam pengertian lain,

disebutkan bahwa dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat

membuat individu percaya bahwa dirinya dicintai, diperhatikan dan merupakan

bagian dari kelompok sosial, yaitu keluarga, rekan kerja, dan teman dekatnya.

Menurut Erikson (dalam Ristianti, 2008) dukungan teman sebaya adalah

remaja menerima dukungan social dari kelompok teman sebaya. Oleh karena itu,

remaja berusaha menggabungkan diri dengan teman-teman sebayanya. Purnama

(dalam Ristianti, 2008) membenarkan hal tersebut dengan menyatakan bahwa,

dimasa ini remaja akan menghadapi berbagai macam persoalan yang tidak dapat

mereka selesaikan sendiri tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari orang-

orang terdekatnya, dalam hal ini adalah teman sebayanya.

Menurut Johnson (dalam Ristianti, 2008) dukungan sosial adalah yang

dapat berasal dari individu-individu penting (significant others) yang dekat bagi

individu yang membutuhkan bantuan. Banyak faktor yang mempengaruhi untuk

merasakan dukungan sosial, dimana hal tersebut tergantung pada komposisi dan

struktur jaringan sosial yang terbentuk, menyangkut hubungan individu dengan

lingkungan termasuk keluarga dan masyarakat.

STIKes Santa Elisabeth Medan


38
STIKes Santa Elisabeth Medan
Hubungan ini dapat berubah tergantung dari jumlah individu yang dimiliki

dalam hubungan tetap, frekuensi hubungan, komposisi hubungan, serta keintiman

atau kedekatan hubungan individu dengan individu lain. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya adalah dukungan sosial yang

bersumber dari teman sebaya dapat memberikan informasi terkait dengan hal apa

yang harus dilakukan remaja dalam upaya bersosialisasi dengan lingkungannya,

selain itu dapat pula memberikan timbal balik atas apa yang remaja lakukan dalam

kelompok dan lingkungan sosialnya serta memberikan kesempatanpada remaja

untuk menguji coba berbagai macam peran dalam menyelesaikan krisis dalam

membentuk identitas diri yang optimal.

Menurut Cobb (dalam Kim, dkk., 2008:518) dukungan sosial adalah

informasi dari individu lain bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai

dan dinilai, dan menjadi bagian dari jaringan sosial.

Menurut Sheridan & Radmacher (dalam Sari, 2011) dukungan sosial adalah

dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal yang melibatkan aspek- aspek

informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental.

Menurut Sarason (dalam Kuntjoro, 2002) yang mengartikan dukungan sosial

sebagai transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan

pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang berarti

bagi individu yang bersangkutan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan bantuan atau

STIKes Santa Elisabeth Medan


39
STIKes Santa Elisabeth Medan
dukungan baik informasi, perhatian emosional, penilaian, dan bantuan
instrumental yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupan
sosialnya yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai.

Menurut Wilis (2010) Teman sebaya adalah kelompok yang terdiri dari anak-
anak yang memiliki usia, kelas dan motivasi bergaul yang sama atau hampir sama.
Hal ini dinamakan peer group atau kelompok teman sebaya dapat membantu
proses penyesuaian diri yang baik. Ditambahkan pula oleh Santrock (2003) teman
sebaya adalah individu yang tingkat kematangan dan umurnya kurang lebih sama.
Dari pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teman sebaya adalah
individu atau anak-anak yang memiliki tingkat kematangan, usia, kelas dan
motivasi bergaul hampir sama atau sama yang dapat membantu proses
penyesuaian diri. Pengaruh teman sebaya menurut Santosa (1999) ada dua macam
yaitu:

Pengaruh positif :
1.Apabila individu dalam kehidupannya memiliki peer group, maka mereka
akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
2. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan
3. Apabila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat
membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang
mereka anggap baik (menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya).
4. Setiap anggota dapat beralih memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan
melatih bakatnya.
Pengaruh negatif :
1.. Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
2.. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota. c. Menimbulkan
rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak memiliki
kesamaan dengan dirinya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


40
STIKes Santa Elisabeth Medan
3.. Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.
4.. Timbulnya pertentangan antar kelompok sebaya. Misalnya: antar kelompok
kaya dengan kelompok miskin.

Dukungan Sosial Teman Sebaya Erikson (dalam Ristianti, 2008)


mengemukakan bahwa remaja menerima dukungan social dari kelompok teman
sebaya. Oleh karena itu, remaja berusaha menggabungkan diri dengan teman-
teman sebayanya. Purnama (dalam Ristianti, 2008) membenarkan hal tersebut
dengan menyatakan bahwa, dimasa ini remaja akan menghadapi berbagai macam
persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri tanpa adanya bimbingan dan
dukungan dari orang- orang terdekatnya, dalam hal ini adalah teman sebayanya.
Johnson (dalam Ristianti, 2008) yang menyatakan bahwa dukungan sosial dapat
berasal dari individu-individu penting (significant others) yang dekat bagi
individu yang membutuhkan bantuan. Banyak faktor yang mempengaruhi untuk
merasakan dukungan sosial, dimana hal tersebut tergantung pada komposisi dan
struktur jaringan sosial yang terbentuk, menyangkut hubungan individu dengan
lingkungan termasuk keluarga dan masyarakat.
Hubungan ini dapat berubah tergantung dari jumlah individu yang dimiliki
dalam hubungan tetap, frekuensi hubungan, komposisi hubungan, serta keintiman
atau kedekatan hubungan individu dengan individu lain.
dukungan sosial teman sebaya adalah dukungan sosial yang bersumber dari
teman sebaya dapat memberikan informasi terkait dengan hal apa yang harus
dilakukan remaja dalam upaya bersosialisasi dengan lingkungannya, selain itu
dapat pula memberikan timbal balik atas apa yang remaja lakukan dalam
kelompok dan lingkungan sosialnya serta memberikan kesempatanpada remaja
untuk menguji coba berbagai macam peran dalam menyelesaikan krisis dalam
membentuk identitas diri yang optimal.

2.2.2 Aspek-aspek Dukungan Sosial Teman Sebaya House (dalam sarafino,1994)


mengemukakan beberapa bentuk dukungan sosial, antara lain:

STIKes Santa Elisabeth Medan


41
STIKes Santa Elisabeth Medan
1. Dukungan emosional (Emotional support). Dinyatakan dalam bentuk
bantuan yang memberikan dukungan untuk memberikan kehangatan dan kasih
sayang, memberikan perhatian, percaya terhadap individu serta pengungkapan
simpati.
2. Dukungan penghargaan (Esteem support). Dukungan penghargaan dapat
diberikan melalui penghargaan atau penilaian yang positif kepada individu,
dorongan untuk maju dan semangat atau persetujuan mengenai ide atau pendapat
individu serta melakukan perbandingan secara positif terhadap orang lain.
3. Dukungan instrumental (Tangible or Instrumental support). Mencakup
bantuan langsung seperti, memberikan pinjaman uang atau menolong dengan
melakukan suatu pekerjaan guna membantu tugas-tugas individu.
4. Dukungan informasi (Informational support). Memberikan informasi,
nasehat, sugesti ataupun umpan balik mengenai apa yang sebaiknya dilakukan
oleh orang lain yang membutuhkan.
5. Dukungan jaringan sosial (Network support). Jenis dukungan ini diberikan
dengan cara membuat kondisi agar seseorang menjadi bagian dari suatu kelompok
yang memiliki persamaan minat dan aktifitas sosial..

2.2.3 Komponen-komponen Dukungan Sosial Teman Sebaya Weiss (dalam


Ristianti, 2008) mengemukakan adanya enam komponen dukungan sosial yang
disebut sebagai “The Social Provision Scale” dimana masing-masing komponen
dapat berdiri sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun
komponen tersebut adalah sebagai berikut :
Instrumental Support
1. Reliable Alliance (ketergantungan yang dapat diandalkan).
2. Guidance (Bimbingan).
Emotional support
1. Reassurance of Worth (Pengakuan Positif).
2. Emotional Attachment (Kedekatan Emosional).
3. Social Integration (Integrasi Sosial).
4. Opportunity to Provide Nurturance (kesempatan untuk mengasuh).

STIKes Santa Elisabeth Medan


42
STIKes Santa Elisabeth Medan

2.2.4. Faktor-faktor Terbentuknya Dukungan Sosial Teman Sebaya Myers (dalam


Hobfoll, 1986) mengemukakan bahwa sedikitnya ada tiga faktor penting yang
mendorong seseorang untuk memberikan dukungan yang positif, yakni sebagai
berikut :
1 Empati, yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan
mengantisipasi emosi dan memotivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan
dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.
2. Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu
untumenjalankan kewajiban dalam kehidupan.
3. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku social antara cinta,
pelayanan dan informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan
hubungan interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran
secaratimbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan
menyediakan bantuan.

2.3 .Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kemampuan


Bersosialisasi Pada Remaja Kelompok teman sebaya yang memberikan
tekanan yang bersifat pasif (dan merupakan tekanan yang lebih kuat).

Kelompok teman sebaya yang memberikan tekanan yang bersifat pasif (dan
merupakan tekanan yang lebih kuat) adalah kebutuhan remaja untukmenyesuaikan
diri dengan apa yang dilakukan oleh temannya. Menyesuaikan dengan apa yang
dilakukan oleh teman sebaya berhubungan dekat dengan keinginan untuk diterima
dan disukai menurut Jersild (Masluchah, 2012).
Rubin, Bukowski, & Parker (Rodkin dkk, 2000) mengungkapkan hasil
penelitian mereka pada siswa sekolah menengah atas di Jerman tentang hubungan
antar teman sebaya bahwa beberapa siswa yang tidak popular (ditolak oleh teman
sebaya) memiliki perilaku agresi atau bullying yang tinggi, menarik diri dan
menahan dimensi- dimensi internal dan eksternal yang ada pada diri mereka.
Disamping itu siswa- siswa yang tidak popular ini selalu berubah-ubah persepsi

STIKes Santa Elisabeth Medan


43
STIKes Santa Elisabeth Medan
diri mereka tentang kualitas hubungan interpersonal (Bierman, Smoot, &
Aumiller, 1993; Boivin & Begin, 1989; Hartup & Stevens, 1997; Hymel, Bowker,
& Woody, 1993; Patterson, Kupersmidt, & Griesler, 1990; Rodkin dkk, 2000).
Seperti contoh yang dikemukakan oleh Bierman dkk, bahwa siswa laki-laki
agresif yang ditolak oleh teman sebaya mereka lebih suka berdebat, mengganggu
teman yang lain, tidak mempunyai rasa malu, kaku, dan secara sosial tidak sensitif
dibandingkan denganJurnal DIVERSITA 8 siswa yang tidak berperilaku agresi
atau bullying. Selain itu menurut Hurlock (dalam Sarwono 2001) menyatakan
bahwa teman sebaya merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi
kemampuan bersosialisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa, dukungan sosial
teman sebaya pada remaja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan bersosialsasi.

STIKes Santa Elisabeth Medan


44
STIKes Santa Elisabeth Medan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaksan keterkaitan agar

variabel yang diteliti maupun tidak diteliti, kerangka konsep membantu peneliti

untuk menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Polit and Beck 2017).

Kerangka konsep pada proposal ini digunakan untuk menganalisis

hubungan dukungan teman sebaya dengan kemampuan bersosialisasi pada siswa

di sma negri 16 batam.

STIKes Santa Elisabeth Medan


STIKes Santa Elisabeth Medan

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Mengetahui Hubungan dukungan


sosial teman sebaya dengan kemampuan bersosialisasi pada siswa
di Sma Negri 16 Batam.

Faktor yang
Faktor yang
mempengaruhi
mempengaruhi
dukungan teman
kemampuan
sebaya:
bersosialisasi :
1. Faktor empati
1.teman sebaya
2. Faktor norma dan
2.orang tua
nilai nilai sosial
3.pola asuh
3. Pertukaran sosial 4.sekolah
DUKUNGAN TEMAN SEBAYA SEBAYA

BERSOSIALISASI
Komponen dukungan Aspek kemampuan
teman sebaya : bersosialisasi:
1. Emotional 1. Kemampuan bahasa
support 2. Kemampuan
2. Instrumental

KEMAMPUAN
komunikasi
support 3. Kepercayaan diri

Aspek kemampuan
bersosialisasi:
Aspek dukungan 4. Kemampuan bahasa
teman sebaya: 5. Kemampuan
1.emosional komunikasi
2.penghargaan 6. Kepercayaan diri
3.intrumental 7. Strategi sosial
4.informasi
5.jaringan sosial Skor:
1. Normal (0-24)
Skor: 2. Ringan (25-50)
1. Rendah (25-50) 3. Sedang (51-75)
2. Sedang (51-75) 4. Berat (76-100)
3. Tinggi (76-100) 5. Sangat Berat (101-125)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Berhubungan

STIKes Santa Elisabeth Medan


26
STIKes Santa Elisabeth Medan

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan peneliti tentang hubungan antara variabel

dengan diteliti. Hipotesis dengan kata lain merupakan predikasi hasil yang

diharapkan dimana menyatakan hubungan dari penelitian yang ditemukan oleh

sipeneliti. Hipotesis yaitu prediksi tentang hubungan antara dua variabel atau lebih

(Polit & Beck, 2017). Hipotesis dari proposal ini adalah:

Ha: Ada hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan kemampuan

bersosialisasi pada siswa di Sma Negri 16 Batam.

STIKes Santa Elisabeth Medan


26
STIKes Santa Elisabeth Medan

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan peneliti adalah keseluruhan rencana untuk mendapatkan jawaban atas

pertanyaan yang sedang dipelajari dan untuk menangani berbagai kesulitan yang

dihadapi selama proses penelitian (Polit & Beck, 2017).

jenis rancangan yang digunakan penulis dalam proposal ini adalah

rancangan penelitian korelasi dengan menggunakan pendekatan purposive

sampling, dimana cara untuk mendeskripsikan sampel non-probabilitas yang

dipilih berdasarkan karakteristik suatu arti populasi dan tujuan penelitian.yaitu

pengambilan sampel acak sederhana, pengambilan sampel acak . Rancangan

penelitian tersebut digunakan untuk mengidentifikasi adanya hubungan Dukungan

sosial teman sebaya dengan kemampuan bersosialisasi pada siswa di Sma Negri

16 Batam.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah seluruh kumpulan individu atau objek yang memiliki

beberapa kesamaan karakteristik (Polit & Beck, 2017). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa di Sma Negri 16 Batam dengan jumlah 1200 siswa Dan

akan diambil sesuai dengan ciri dan karakteristik untuk pengambilan sampel.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa

STIKes Santa Elisabeth Medan


26
STIKes Santa Elisabeth Medan

.4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah seluruh kumpulan individu atau objek yang memiliki

beberapa kesamaan karakteristik (Polit & Beck, 2017). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa di Sma Negri 16 Batam dengan jumlah 1200 orang Dan

akan diambil sesuai dengan ciri dan karakteristik untuk pengambilan sampel.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa.

4.2.2. Sampel

Pengambilan sampel adalah proses pemilihan sebagian populasi untuk

mewakili seluruh populasi (Polit & Beck, 2017). Pada penggambilan sampel

penulis akan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan

sampel ini digunakan penulis dengan alasan, penulis ingin mengambil sampel

sesuai dengan ciri dan karakteristik untuk pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa.

4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1. Variabel penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang kemungkinan

menyebabkan, mempengaruhi atau berdampak pada suatu hasil tertentu

(Creswell 2009). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas,

artinya bebas dalam menjelaskan atau mepengaruhi variabel lain (Polit &

STIKes Santa Elisabeth Medan


26
STIKes Santa Elisabeth Medan

Beck, 2017). Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan

teman sebaya.

2. Variabel dependen.

Variabel dependen adalah variabel yang tergantung pada variabel

independen, yang diasumsikan dari hasil atau akibat pengaruh dari

variabel independen (Creswell 2009). Variabel dependen disebut juga

variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi (Polit & Beck, 2017). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan bersosialisasi pada

siswa.

4.3.2. Definisi operasional

Definisi operasional adalah berasal dari seperangkat prosedur atau tindakan

progresif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik yang

menunjukkan adanya atau tingkat eksistensi suatu variabel (Polit & Beck, 2017).

Defenisi operasional digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan bagaimana

peneliti akan mengukur suatu variabel (Grove, et al., 2014).

STIKes Santa Elisabeth Medan


26
STIKes Santa Elisabeth Medan

Tabel 4.1. Definisi Operasional Hubungan dukungan sosial teman sebaya


dengan kemampuan bersosialisasi pada Siswa di Sma Negri 16
Batam.

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Independen Dukungan 1. Aspek Kuesioner O Rendah
Dukungan teman emosion dengan R = 25-50
teman sebaya al jumlah D Sedang
sebaya merupakan 2. Aspek pernyataan I = 51-75
Dukungan penghar 25. N Tinggi
yang gaan Pernyataan A =
bersumber 3. Aspek Dengan L 76-100
dari teman instrume jawaban
sebaya yang ntal Sangat
dapat 4. Aspek sesuai= 4
memberikan informas Sesuai =3
Informasi i Tidak
yang terkait 5. Aspek sesuai= 2
dalam jaringan Sangat tidak
upaya sosial sesuai= 1
bersosialisas
i
Dependen Kemampuan 8. Kema Kuesioner O Normal
kemampuan bersosialisa mpuan dengan R = 0-24
bersosialisasi si bahasa jumlah D Ringan
merupakan 9. Kema pernyataan I = 25-50
perilaku- mpuan 42. N Sedang
perilaku komuni Dengan A = 51-75
yang di kasi jawaban L Berat =
pelajari, 0 = tidak 76- 100
yang
10. Keperc
pernah Sangat
digunakan ayaan 1 = kadang- berat =
oleh diri kadang 101-
individu 2 = sering 125
dalam 3 = sangat
situssi- sering
situasi
interpersonal
dalam
lingkungann
ya.

STIKes Santa Elisabeth Medan


26
4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan

data penelitian agar penelitian tersebut dapat berjalan dengan lancar dan baik

(Polit & Beck, 2017). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1.Instrumen data demografi

Data demografi responden termasuk didalamnya jenis kelamin dan

umur.

2.Instrumen dukungan teman sebaya

Instrumen yang digunakan penulis bertujuan untuk menggambarkan

dukungan teman sebaya pada siswa/i. Penggukurannya menggunakan

kuesioner dukungan teman sebaya yang telah dimodifikasi dari skala

Hamka (2010) oleh peneliti Mulia Sulistyowati (2016). Kuesioner terdiri

dari 25 pernyataan, dimana terdapat empat aspek, yaitu aspek afeksi yang

terdiri dari lima pernyataan positif (1, 2, 4, 5, 7) dan tiga pernyataan

negatif (3, 6, 8), aspek kognisi yang terdiri dari empat pernyataan postif (9,

11, 13, 14) dan tiga pernyataan negatif (10, 12, 15), aspek motivasi yang

terdiri dari satu pernyataan positif (18) dan tiga pernyataan negatif (16, 17,

19), aspek selesksi yang terdiri dari dua pernyataan positif (21, 22) dan

empat pernyataan negatif (20, 23, 24, 25). Kuesioner tersebut terbagi

menjadi 4 pilihan jawaban (sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak

sesuai). Untuk pernyataan positif pilihan jawaban sangat sesuai diberi skor

4, sesuai diberi skor 3, tidak sesuai diberi skor 2, sangat tidak sesuai diberi

skor 1. Sebaliknya, pernyataan negatif pilihan jawaban sangat sesuai


STIKes Santa Elisabeth Medan

diberi skor 1, sesuai diberi skor 2, tidak sesuai diberi skor 3, sangat tidak

sesuai diberi skor 4.

Untuk menentukan panjang kelas (interval) menggunakan rumus

statistik, sebagai berikut :

P = Nilai tertinggi – nilai terendah

Banyak Kelas

P = (25 x 4 ) – (25 x 1)

P = 100 - 25 = 25

STIKes Santa Elisabeth Medan


26

Anda mungkin juga menyukai