Anda di halaman 1dari 43

INTERAKSI SOSIAL SISWA SEKOLAH ADI LUHUR

JAKARTA BERDASARKAN SKIN TONE & IMPLIKASINYA


BAGI BK

Proposal Penelitian
Disusun Guna Melengkapi Syarat
Seminar Proposal

Nama : Azana Rahma


NPM : 202001500943

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Idealnya, setiap individu, termasuk siswa, memiliki

interaksi sosial karena hal ini merupakan bagian integral

dalam perkembangan manusia. Interaksi sosial adalah

sarana utama di mana individu mengembangkan hubungan,

bertukar informasi, membangun pemahaman, dan

berkontribusi pada masyarakat. Interaksi sosial

memungkinkan siswa untuk belajar, beradaptasi dengan

lingkungan sekitarnya, dan memahami norma-norma

sosial yang ada, Serta merupakan elemen kunci dalam

kehidupan individu. Di lingkungan sekolah, interaksi

sosial menjadi komponen penting dalam pengalaman

siswa.

Interaksi sosial di sekolah melibatkan berbagai

aspek. Pertama, itu melibatkan hubungan siswa dengan

rekan sebayanya. Siswa berinteraksi dengan teman sebaya

untuk bermain, belajar bersama, dan saling mendukung.

Interaksi positif dengan rekan sebaya dapat membentuk

persahabatan yang kuat dan memungkinkan pertumbuhan

sosial.
Kemudian, ada interaksi siswa dengan guru.

Hubungan antara siswa dan guru sangat memengaruhi

proses belajar-mengajar. Guru memberikan panduan,

memberikan pengetahuan, dan mendukung perkembangan

siswa. Interaksi guru-siswa yang baik dapat menciptakan

lingkungan pembelajaran yang positif. Selain itu, interaksi

sosial mencakup partisipasi siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler, kelompok studi, dan proyek kolaboratif.

Semua ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk

berinteraksi, berkolaborasi, dan mengembangkan

keterampilan sosial.

Dalam realitanya, interaksi sosial siswa tidak


selalu berjalan mulus.
Seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor kompleks
seperti bullying, isolasi sosial, atau kesulitan dalam
berkomunikasi. Faktor-faktor seperti perbedaan budaya,
lingkungan, atau masalah kesehatan mental juga dapat
memengaruhi cara siswa berinteraksi. Salah satu faktor
yang paling signifikan adalah stereotip skin tone. Ini
berarti bahwa ketika seorang remaja memiliki skin tone
yang berbeda dari mayoritas dalam lingkungan sosial
mereka, itu dapat menciptakan pengalaman yang unik.
Stereotip skin tone adalah pandangan atau

prasangka yang didasarkan pada skin tone individu. Hal

ini sering kali dapat mengarah pada prasangka atau

diskriminasi terhadap seseorang berdasarkan skin tonenya.


Sebagai contoh, seorang siswa dengan skin tone yang

berbeda mungkin menghadapi stereotip bahwa mereka

kurang kompeten, lebih berisiko, atau kurang sesuai

dengan norma sosial.

Dampak negatif dari interaksi sosial pada siswa

meliputi bullying, diskriminasi, perasaan terisolasi,

pengaruh negatif teman sebaya, dan risiko gangguan

psikologis pada siswa.

Sejalan dengan itu, penting untuk memahami

bagaimana perbedaan pada skin tone mungkin menjadi

salah satu hal yang dapat mempengaruhi interaksi sosial

menjadi terganggu. Sehingga hal ini menyebabkan

penurunan motivasi belajar, rendahnya harga diri,

perasaan cemas, serta potensi gangguan mental seperti

depresi pada siswa yang semua dampak ini bisa

memengaruhi prestasi akademik, kesejahteraan emosional,

dan perkembangan sosial siswa.

Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian

tentang seberapa besar interaksi sosial siswa sekolah Adi

Luhur Jakarta berdasarkan skin tone & implikasinya bagi

BK.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat

teridentivikasi solusi yang baik, dan pendekatan intervensi


yang efektif dapat dikembangkan untuk membantu siswa

mengatasi dampak negatif yang mungkin timbul.

Dengan adanya penelitian ini, guru BK dapat

menjadi acuan dalam memberikan layanan dan bimbingan

kepada siswa yang mungkin menghadapi tantangan dalam

interaksi sosial mereka terkait dengan skin tone. Penelitian

ini juga dapat membantu sekolah dan keluarga dalam

memahami pentingnya mendukung interaksi sosial yang

positif dan mendidik siswa tentang penghormatan,

penerimaan, dan keberagaman.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan

diatas, disusunlah penelitiam yang berjudul : “Interaksi

sosial siswa sekolah Adi Luhur Jakarta berdasarkan skin

tone & Implikasinya bagi BK”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Perbedaan skin tone dapat mempengaruhi siswa

memiliki interaksi sosial yang kurang baik.

2. Adanya stigma terhadap perbedaan skin tone dapat

mengakibatkan stereotip dan diskriminasi.


C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah,

masalah yang terkait dibatasi pada Interaksi sosial siswa

sekolah Adi Luhur Jakarta berdasarkan skin tone &

Implikasinya bagi BK di tahun ajaran 2023/2024.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di

atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana Interaksi sosial siswa sekolah Adi Luhur

Jakarta berdasarkan skin tone & Implikasinya bagi BK?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk memaparkan bagaimana

Interaksi sosial siswa sekolah Adi Luhur Jakarta

berdasarkan skin tone & Implikasinya bagi BK.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan untuk penelitian mengenai skin tone dan interaksi

sosial siswa.
2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa, agar menghindari tindakan

diskriminasi terhadap perbedaan skin tone ketika

berinteraksi

b. Manfaat bagi guru, agar mampu memberikan

pemahaman kepada siswa tentang interakasi sosial yang

baik tanpa membeda-bedakan skin tone.

c. Manfaat bagi peneliti, sebagai bahan evaluasi diri,

pemahaman serta pengetahuan mengenai “Interaksi

sosial siswa sekolah Adi Luhur Jakarta berdasarkan

skin tone & Implikasinya bagi BK”.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan bentuk komunikasi,

kontak, dan hubungan antar individu atau kelompok dalam

konteks sosial. Ini melibatkan perilaku verbal dan non-

verbal yang memungkinkan individu berinteraksi,

berkomunikasi, dan membentuk hubungan dalam

masyarakat. Interaksi sosial tidak hanya terbatas pada

komunikasi kata-kata, tetapi juga mencakup ekspresi

wajah, gerakan tubuh, isyarat, dan tindakan.

Interaksi sosial dapat terjadi di berbagai konteks,

seperti di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dalam

kelompok sebaya, dalam masyarakat, dan bahkan di dunia

daring. Hal ini mencerminkan cara individu saling

memahami, beradaptasi, dan berpartisipasi dalam

kehidupan sosial mereka. Interaksi sosial merupakan dasar

dalam membentuk identitas, nilai-nilai, norma sosial, dan

budaya di masyarakat. Ini juga memengaruhi bagaimana


individu membentuk persepsi tentang diri mereka sendiri

dan orang lain.

H. Bonner (dalam Gerungan, 2010: 62) mengatakan

interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau

lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang

satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki

kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.

Walgito (2019: 65) menyatakan bahwa: Interaksi

sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu

yang lain, individu satu sebaliknya, jadi terdapat adanya

hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut

dapat antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok atau sekelompok dengan kelompok.

Suhada (2017: 69) mengemukakan bahwa Interaksi

sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis

yang menyangkut hubungan antara orang- orang

perseorangan, antara kelompok-kelompok manusia.

Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada

saat itu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat

disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu proses

dinamis yang melibatkan hubungan antara individu atau

kelompok individu. Ini mencakup pertukaran komunikasi,


tindakan, dan perilaku antara pihak yang terlibat, yang

dapat mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki

tindakan individu yang satu terhadap individu yang lain.

Interaksi sosial dapat terjadi antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, atau antara

kelompok-kelompok manusia. Ini mencerminkan

hubungan yang bersifat timbal balik dan memengaruhi

bagaimana individu dan kelompok membentuk relasi,

persepsi diri, dan norma-norma sosial dalam masyarakat.

Interaksi sosial dimulai ketika dua individu atau lebih

bertemu dan terlibat dalam hubungan sosial yang dinamis.

b. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Menurut Charles P. Loomis (Soleman b. Taneko, 1984)

adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Pelaku Lebih dari Seorang: Interaksi sosial

melibatkan dua orang atau lebih. Dalam konteks

interaksi sosial, individu-individu ini berinteraksi,

berkomunikasi, dan mempengaruhi satu sama lain.

2. Komunikasi dengan Simbol-Simbol: Interaksi sosial

melibatkan komunikasi antara para pelaku

menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol ini dapat

berupa kata-kata, gestur tubuh, ekspresi wajah, atau


bahkan bahasa isyarat, yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dan berkomunikasi.

3. Dimensi Waktu yang Komprehensif: Interaksi sosial

mencakup suatu dimensi waktu yang melibatkan masa

lampau, kini, dan akan datang. Ini berarti bahwa sifat

dari aksi yang sedang berlangsung dipengaruhi oleh

pengalaman masa lalu, situasi saat ini, dan ekspektasi

terhadap masa depan.

4. Tujuan-Tujuan Tertentu: nteraksi sosial tidak selalu

bersifat spontan; seringkali terdapat tujuan-tujuan

tertentu yang ingin dicapai. Para pelaku mungkin

memiliki motivasi atau tujuan khusus dalam interaksi

mereka, terlepas dari sejalan atau tidak dengan yang

diperkirakan oleh pengamat.

Dengan demikian, interaksi sosial melibatkan sejumlah

individu yang berkomunikasi menggunakan simbol-simbol,

dalam konteks waktu yang mencakup masa lalu, kini, dan

masa depan, dengan tujuan-tujuan tertentu yang mungkin

telah direncanakan atau diharapkan.

c. Jenis-jenis Interaksi Sosial

Interaksi sosial melibatkan berbagai jenis perilaku yang

mencakup dinamika kompleks dalam hubungan antar

individu. Menurut Gillin dan Gillin memaparkan dalam


Soekanto memaparkan kembali bahwa interaksi terbagi

menjadi dua bentuk yaitu:

a. Interaksi sosial asosiatif yang meliputi kerjasama,

akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.

b. Interaksi sosial disosiatif, meliputi persaingan,

kontravensi, konflik.

Sedangkan menurut Setiadi & Kolip17 membagi

interaksi sosial atau proses sosial secara garis besar

menjadi dua bentuk, yaitu:

a. Proses sosial asosiatif : kerjasama, akomodasi, dan

asimilasi.

b. Proses sosial disasosiatif : persaingan, kontravensi, dan

pertentangan atau pertikaian.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

interaksi sosial adalah komponen penting dalam

kehidupan individu dan kelompok dalam masyarakat.

Bentuk interaksi tersebut mencakup proses asosiatif yang

mencerminkan kerjasama, adaptasi, dan interaksi positif

lainnya, serta proses disosiatif yang mencakup persaingan,

konflik, dan kontravensi.

Interaksi sosial mencerminkan bagaimana individu dan

kelompok berinteraksi satu sama lain dalam berbagai


situasi sosial, dari kerja sama untuk mencapai tujuan

bersama hingga konflik dalam memecahkan perbedaan.

Pemahaman tentang berbagai bentuk interaksi sosial ini

dapat membantu dalam memahami dinamika hubungan

sosial, mempromosikan kolaborasi positif, dan mengatasi

konflik dalam masyarakat.

d. Kategori Penerimaan Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya merupakan individu-individu

yang memiliki kesamaan kelompok usia. Pada umumnya,

kelompok teman sebaya remaja merupakan teman- teman

di sekolahnya, utamanya teman sekelasnya (Cillesen &

Marks, 2017). Tiap-tiap remaja memiliki posisi masing-

masing dalam kelompok teman sebayanya yang dikenal

dengan status teman sebaya.

Status teman sebaya ini ditentukan oleh penilaian

teman sebaya terkait dengan penerimaan serta pengaruh

remaja tersebut dalam kelompok teman sebaya (Wentzel,

2003). Terdapat 5 status teman sebaya yang terdiri dari 4

status ekstrim yaitu popular, rejected (ditolak), neglected

(di- abaikan), controversial (kontroversial), dan 1 (satu)

status average (sedang). Setiap status memiliki

karakteristik yang berbeda. Remaja populer


dikarakteristik- kan sebagai remaja yang mudah diterima

dan disenangi oleh teman sebayanya. Sebagai lawannya

adalah remaja rejected (ditolak) yang cenderung

mendapatkan penolakan dari teman- teman sebayanya.

Sedangkan remaja neglected (diabaikan) cenderung tidak

dipedulikan oleh teman sebayanya dan memiliki interaksi

yang rendah dalam kelompok teman sebaya. Remaja yang

controversial (kontroversial) adalah remaja yang disukai

oleh banyak teman sekaligus tidak disukai oleh banyak

teman. Keempat status tersebut merupakan status ekstrim.

Kelompok status terakhir yaitu average adalah kelompok

remaja yang tidak dapat dimasukkan dalam 4 status

ekstrim sebelumnya.

Berdasarkan beberapa penjelasan ahli di atas maka

dapat disimpulkan bahwa, kelompok teman sebaya remaja

mencakup individu sekelasnya di sekolah. Status teman

sebaya, yang melibatkan popularitas, penolakan,

ketidakpedulian, dan kontroversialitas, menentukan posisi

masing-masing remaja dalam kelompok tersebut. Remaja

populer mudah diterima dan disenangi, sementara remaja

rejected mengalami penolakan. Neglected tidak

mendapatkan perhatian, dan controversial disukai dan

tidak disukai secara bersamaan. Sementara itu, kelompok


status average mencakup remaja yang tidak masuk ke

dalam kategori ekstrim sebelumnya.

2. Skin Tone

a. Pengertian Skin Tone

Skin tone mengacu pada warna kulit individu. Skin

tone mengacu pada warna kulit individu. Skin tone ini

sering kali ditentukan oleh tingkat melanin dalam kulit

seseorang. Orang-orang dengan kadar melanin yang lebih

tinggi cenderung memiliki skin tone yang lebih gelap,

sementara mereka dengan kadar melanin yang lebih

rendah memiliki skin tone yang lebih terang.

Soepadirman (2015) mengatakan Skin tone manusia

ditentukan oleh berbagai pigmen. Pigmen yang berperan

pada penentuan skin tone adalah : karoten, melanin,

oksihemoglobin, dan hemoglobin bentuk reduksi, yang

paling berperan adalah pigmen melanin. Melanosit

merupakan satu-satunya sel tempat pembentukan melanin.

Fitzpatrick dkk (1999) menyatakan bahwa skin tone

manusia merupakan perpaduan dari kromofor empat

pigmen kulit yaitu merah (oksihemoglobin), biru

(deoxygenated haemoglobin), kuning (karoten), dan coklat


(melanin), dari keempat pigmen tersebut melanain

merupakan determinan penentu perbedaan skin tone.

Anwar, Zainuddin, Mieranti (2016) Mengemukakan

bahwa melanosit ditemukan dikulit yaitu bagian matrik

rambut dan lapisan basal epidermis kulit, semua

membrane mukosa, sistem uveal, epitel retina dan pada

pembuluh darah stria di dalam telinga.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, skin tone dapat

dijelaskan sebagai warna kulit manusia, tingkat melanin

dalam kulit, umumnya menunjukkan variasi skin tone

individu. Tingkat melanin yang lebih tinggi cenderung

menghasilkan skin tone yang lebih gelap, sementara

tingkat melanin yang lebih rendah memberikan skin tone

yang lebih terang. Peran berbagai pigmen, seperti karoten,

melanin, oksihemoglobin, dan hemoglobin bentuk reduksi,

dengan melanin sebagai pigmen utama. Skin tone manusia

merupakan hasil perpaduan kromofor empat pigmen kulit,

yaitu merah (oksihemoglobin), biru (deoxygenated

haemoglobin), kuning (karoten), dan coklat (melanin), di

mana melanin menjadi penentu utama perbedaan skin tone.

Melanosit, sel tempat pembentukan melanin, tersebar

di berbagai area tubuh, memainkan peran vital dalam

menentukan skin tone. Jumlah melanosit dan ukuran


butiran pigmen, yang disebut melanosome, memainkan

peran kunci dalam menentukan skin tone pada tingkat ras

maupun individu. Oleh karena itu, skin tone

mencerminkan variasi warna kulit yang dipengaruhi oleh

perbedaan pigmen dan faktor-faktor biologis lainnya.

b. Jenis-jenis Skin Tone

Berikut klasifikasi skin tone menurut skala

Fitzpatrik (Ashet al., 2015) :

1. Orang dengan tipe kulit ini memiliki skin tone putih

pucat yang sangat rentan terhadap luka bakar akibat

paparan sinar matahari langsung. Kulit tipe 1 tidak

memiliki kemampuan untuk menggelap atau berubah

menjadi coklat meskipun terpapar sinar matahari secara

terus-menerus.

2. Tipe kulit ini adalah skin tone putih terang yang masih

sangat rentan terbakar jika terpapar sinar matahari

langsung. Kulit tipe 2 dapat berubah menjadi coklat jika

terkena sinar matahari, meskipun dengan tingkat

kepekaan yang lebih rendah dibandingkan tipe 1.

3. Tipe kulit ini memiliki skin tone krem atau yang sering

disebut sebagai sawo matang. Kulit tipe 3 cenderung

dapat mengalami luka bakar jika terpapar sinar

matahari dalam waktu yang lama.


4. Orang dengan tipe kulit ini memiliki skin tone coklat

sedang. Kulit tipe 4 memiliki kecenderungan untuk

tetap berwarna coklat ketika terkena paparan sinar

matahari, dan jarang mengalami luka bakar.

5. Tipe kulit ini memiliki skin tone coklat gelap. Skin tone

pada tipe 5 akan tetap coklat gelap bahkan saat terpapar

sinar matahari, meskipun risiko luka bakar masih ada

jika terlalu lama terpapar matahari.

6. Tipe kulit ini memiliki skin tone coklat tua hingga hitam.

Kulit tipe 6 memiliki tingkat ketahanan yang tinggi

terhadap luka bakar akibat paparan sinar matahari,

bahkan jika terkena sinar matahari dalam jangka waktu

yang lama.

Berdasarkan beberapa klasifikasi skin tone di

atas, terdapat enam tipe kulit yang memiliki

karakteristik berbeda. Tipe 1 memiliki skin tone putih

pucat dan rentan terhadap luka bakar. Tipe 2 memiliki

skin tone putih terang yang masih rentan terbakar,

sedangkan tipe 3 memiliki skin tone krem atau sawo

matang dan bisa mengalami luka bakar jika terpapar

sinar matahari dalam waktu lama. Tipe 4 memiliki skin

tone coklat sedang dan cenderung tidak mudah terbakar.

Tipe 5 memiliki skin tone coklat gelap yang tetap


terjaga meskipun terpapar sinar matahari, namun risiko

luka bakar masih ada. Terakhir, tipe 6 memiliki skin

tone coklat tua hingga hitam dengan tingkat ketahanan

yang tinggi terhadap luka bakar akibat paparan sinar

matahari, bahkan jika terkena sinar matahari dalam

jangka waktu yang lama.

c. Faktor yang Mempengaruhi Skin Tone

Sejumlah faktor memengaruhi skin tone (Kalangi, 2015)

di antaranya adalah:

1. Melanin: Setiap individu memiliki jumlah melanosit

yang hampir sama. Melanosit adalah sel-sel epidermis

yang bertanggung jawab untuk memproduksi pigmen

melanin. Melanin adalah faktor utama dalam

menentukan skin tone. Perbedaan dalam jumlah dan

distribusi melanin di seluruh tubuh memengaruhi

perbedaan skin tone. Produksi melanin dipengaruhi

oleh faktor genetik dan paparan sinar matahari.

2. Derajat Oksigenasi: Hemoglobin yang mengandung

banyak oksigen dalam darah melewati kapiler-kapiler

di dermis kulit, yang dapat menyebabkan skin tone

terlihat merah muda. Sebagai contoh, saat seseorang

marah, tekanan darah meningkat, yang mengakibatkan

kulit wajah memerah. Namun, dalam keadaan santai


atau rileks, tekanan darah cenderung menurun, dan

kulit dapat terlihat lebih pucat.

3. Karoten: Karotenoid yang terdapat dalam lemak

subkutan juga memengaruhi skin tone. Keberadaan

karotenoid ini dapat memberikan warna kekuningan

pada kulit. Jika terdapat karotenoid yang berlebihan

dalam tubuh, ini bisa menyebabkan kulit menjadi lebih

kuning. Perlu diingat bahwa skin tone adalah hasil dari

interaksi berbagai faktor ini, dan perbedaannya bisa

sangat bervariasi antara individu berdasarkan faktor

genetik, lingkungan, dan pola hidup.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

skin tone merujuk pada warna kulit individu yang

dipengaruhi oleh kadar melanin dalam kulit. Perbedaan

skin tone ini adalah karakteristik fisik yang mencolok pada

individu dan dapat memengaruhi interaksi sosial serta

persepsi orang terhadap individu tersebut. Skin tone juga

memiliki implikasi pada fungsi psikologis, termasuk

dampaknya terhadap pendapatan seseorang.

Dalam konteks sosial, skin tone juga memengaruhi

perlakuan individu dalam masyarakat dan lingkungan,

seperti perlakuan yang berbeda berdasarkan skin tone.

Oleh karena itu, pemahaman tentang skin tone adalah


penting dalam masyarakat yang beragam skin tone nya

untuk mendorong kesadaran, toleransi, dan penghargaan

terhadap perbedaan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan kajian teori diatas terdapat beberapa

penelitian yang relevan dengan penelitian dibawah ini :

1. Penelitian yang dilakukan Azrul Said pada tahun 2013,

yang berjudul “Interaksi Sosial Siswa dengan

Kelompok Teman Sebaya di Sekolah dan Implikasinya

terhadap Pelayanan BK”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui : 1) interaksi sosial siswa dengan kelompok

teman sebaya di sekolah dalam hal kerjasama, 2)

interaksi sosial siswa dengan kelompok teman sebaya

disekolah dalam hal persaingan, 3) interaksi sosial

siswa dengan kelompok teman sebaya di sekolah dalam

hal konflik. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1)

interaksi sosial siswa dengan kelompok teman sebaya

di sekolah dalam hal kerjasama antara individu dengan

individu lain sebanyak 67,05% tergolong pada kategori

baik. Selanjutnya mengenai interaksi sosial siswa

dengan kelompok teman sebaya dalam hal kerjasama

antara individu dengan kelompok sebanyak 66,77%


tergolong pada kategori baik. Jadi, rata-rata

keseluruhan adalah 66,91% berada pada kategori baik.

Hal ini berarti interaksi sosial siswa dengan kelompok

teman sebaya dalam hal kerjasama tergolong baik. 2)

interaksi sosial siswa dengan kelompok teman sebaya

dalam hal persaingan antara individu dengan individu

lain sebanyak 67,95% tergolong pada kategori baik.

Selanjutnya mengenai interaksi sosial siswa dengan

kelompok teman sebaya dalam hal persaingan antara

individu dengan kelompok sebanyak 62,51% tergolong

pada kategori baik. Jadi, rata-rata keseluruhan adalah

65,23% berada pada kategori baik. Hal ini berarti

interaksi sosial siswa dengan kelompok teman sebaya

dalam hal persaingan tergolong baik. 3) interaksi sosial

siswa dengan kelompok teman sebaya dalam hal

konflik intrapersonal yaitu yang terjadi dalam diri

sendiri sebanyak 64,55% tergolong pada kategori baik.

2. Peneltian yang dilakukan Shindu Agung Laksono pada

tahun 2017, yang berjudul “Hubungan Warna Kulit

dengan Citra Diri dan Harga Diri Mahasiswa di

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga”. Dari

hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka

sampailah kepada penarikan kesimpulan bahwasanya


hubungan warna kulit responden terhadap citra tubuh

berdasarkan uji non– parametrik, korelasi spearman’s

rho dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Hasil analisis

menunjukkan p-value: 0,000 yang berarti terdapat

hubungan antara warna kulit responden terhadap citra

tubuh mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas

Airlangga Surabaya, sedangkan nilai koefisien korelasi

(r) = -0,337 yang berarti tingkat korelasinya cukup serta

koefisien korelasi negatif yang menunjukkan

terdapatnya hubungan antara kedua variabel yang tidak

searah, sehingga H1.1 diterima artinya ada hubungan

antara warna kulit dengan citra tubuh mahasiswa di

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Kemudian hubungan warna kulit responden terhadap

harga diri berdasarkan uji non– parametrik, korelasi

spearman’s rho dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05.

Hasil analisis menunjukkan p-value: 0,015 yang berarti

terdapat hubungan antara warna kulit responden

terhadap citra tubuh mahasiswa di Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya,

sedangkan nilai koefisien korelasi (r) = -0,166 yang

berarti tingkat korelasinya sangat lemah serta koefisien

korelasi negatif yang menunjukkan terdapatnya


hubungan antara kedua variabel yang tidak searah,

sehingga H1.2 diterima artinya ada hubungan antara

warna kulit dengan harga diri mahasiswa di Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga.

3. Jurnal penelitian ini di susun oleh Anindita Retna Arum,

Hermien Laksmiwati. Meneliti tentang Hubungan

Antara Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Teman Sebaya

Dengan Kemandirian Belajar pada Siswa Kelas X SMA

Negeri 12 Surabaya. Metode penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional,

yang mengkaji tentang Meneliti tentang hubungan

antara konsep diri dan interaksi sosial teman sebaya

dengan kemandirian belajar pada siswa kelas x SMA

Negeri 12 Surabaya. Berdasarkan temuan penelitian

terlihat hubungan yang signifikan terdapat hubungan

antara konsep diri dengan interaksi sosial teman sebaya

dengan kemandirian belajar.


C. Kerangka Berpikir

INTERAKSI SOSIAL
SISWA SECARA
KELOMPOK
SKIN TONE
(X)
(Y)
Jenis Interaksi Sosial :
a. Asosiatif
b. Disosiatif

Jenis Skin Tone : Penerimaan Teman


Sebaya :
1. Jenis Putih Pucat
1. Popular
2. Jenis Putih Terang
2. Rejected
3. Jenis Sawo Matang
3. Neglected
4. Jenis Coklat Sedang
4. Controversial
5. Jenis Coklat Gelap
5. Average
6. Jenis Hitam

Gambar 2.1
Kerangka berpikir
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa
skin tone mempunyai hubungan dengan interaksi sosial
siswa. Karena ketika seorang siswa memiliki jenis skin
tone berbeda maka hal itu akan berpengaruh pula pada
bentuk interaksi sosial dari penerimaan teman sebayanya,
mulai dari anak dengan skin tone jenis putih pucat yang
controversial, jenis putih terang & jenis sawo matang yang
popular, jenis coklat sedang yang average, jenis coklat
gelap yang neglected, dan jenis hitam yang rejected.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk

membuktikan seberapa besar interaksi sosial siswa

berdasarkan skin tone.

Hipotesis Alternatif (Ha) : terdapat interaksi sosial siswa

berdasarkan skin tone.

Hipotesis Nol (H0) : tidak terdapat interaksi sosial

siwa berdasarkan skin tone.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dimulai dari Oktober 2023

sampai April 2024, dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

No Okt Nov Jan Mar Apr

Kegiatan - -

Des Feb

1. Pengajuan Judul

2. Pembuatan Proposal Skripsi

3. Perbaikan Proposal Skripsi

4. Seminar Proposal

5. Penyusunan Angket

6. Pengumpulan Data

7. Penyusunan Laporan

8. Penilaian Skripsi
2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah

Kejuruan Adi Luhur Jakarta yang beralamat di Jl. Raya

Condet No.4, RT.5/RW.3, Balekambang, Kec. Kramat jati,

Kota Jakarta Timur.

Gambar 3.1

Maps SMK Adi Luhur

B. Desain Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diteliti, maka

metode yang dipergunakan oleh peneliti ini adalah studi

deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Metode penelitian


kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk

menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat

penelitian berlangsung. Adapun yang dimaksud dengan

penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan

yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang

berlangsung.

Lalu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan,

melukiskan, menerangkan, menjelaskan dan menjawab

secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan

mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu

kelompok atau suatu kejadian. Dalam penelitian kualitatif

manusia merupakan instrumen peneliti dan hasil

penulisanya berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai

dengan keadaan sebenarnya, Sugiyono (2016:9).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2015:117) “populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan”. Pendapat yang sama


dikatakan oleh Arikunto (2010: 173) bahwa “populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek

penelitian. Pada penelitian ini yang akan menjadi

populasi seluruh siswa SMK Adi Luhur Tahun Ajaran

2023/2024, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.2

Populasi Siswa

KELAS SISWA

X-TKJ 1 22 Siswa

X-TKJ 2 22 Siswa

X-TP 27 Siswa

X-PH 28 Siswa

X-DKV 20 Siswa

X-ULP 9 Siswa

XI-TKJ 1 26 Siswa

XI-TKJ 2 18 Siswa

XI-DKV 27 Siswa

XI-TP 18 Siswa

XI-PH 17 Siswa
XI-ULP 13 Siswa

XII-TKJ 27 Siswa

XII-DKV 12 Siswa

XII-TP 22 Siswa

XII-PH 16 Siswa

Jumlah 324 Siswa

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2015:91), “sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. “sehingga sampel merupakan bagian

dari populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan

sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan

oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Sampel

purposive yang dipilih adalah kelas X-DKV (sepuluh

Desain Komunikasi Visual) dengan alasan kelas tersebut

tingkat keaktifan dan respon positif berfikirnya sudah

lebih matang dibandingkan kelas X yang lainya, lalu tidak

mengambil sampel kelas XII (dua belas) karena

dikhawatirkan akan menggangu sebab mendekati proses

ujian.
Tabel 3.3

Sampel Siswa

SAMPEL

KELAS SISWA

X-DKV 20 Siswa

X-ULP 9 Siswa

Jumlah 29 Siswa

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dipakai untuk penelitian ini

adalah observasi dan sosiometri. Menurut Sugiyono

(2011: 102), “karena pada prinsipnya meneliti adalah

melakukan pengkuran, maka harus ada alat ukur yang

baik”. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen

observasi skin tone siswa, observasi interaksi sosial

siswa dan sosiometri, metode observasi ini untuk

mempermudah dan mempercepat memperoleh hasil

yang lebih akurat ketika mencari informasi saat


kegiatan berlangsung tanpa adanya kecurangan dalam

pengumpulan data . Keuntungan dengan menggunakan

metode observasi yaitu memungkinkan pencatatan

serentak terhadap berbagai gejala serta menjadi bukti

dan tidak adanya manipulasi. Kemudian penggunaan

metode sosiometri untuk mengumpulkan data tentang

pola dan struktur mengenai hubungan interaksi antar

siswa-siswa dalam suatu kelompok dengan data yang

diperoleh terpisah namun dapat dikomparasikan.

Keuntungan dengan menggunakan metode sosiometri

yaitu untuk mempermudah mengetahui struktur

kelompok siswa yang tidak dapat dilihat dengan

metode lain.

E. Instrumen Penelitian

1. Obsevasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data

esensial dalam penelitian, apa lagi penelitian dengan

pendekatan kualitatif (dalam poerwandari, 2005:125).

Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang

dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-

orang yang terlibat dalam aktivitas, dan maka kejadian

dilihat dari persepektif mereka yang terlibat dalam


kejadian yang diamati tersebut. Penting untuk selalu

diingat adalah peneliti yang baik akan melaporkan hasil

observasinya secara deskriptif, tidak interpretative.

Deskripsi harus memadai dalam detail dan ditulis

sedemikian rupa untuk memungkinkan pembaca

memvisualisasikan setting yang diamati. Peneliti

melakukan observasi secara tertutup, observasi tertutup

adalah observasi yang dilakukan tanpa diketahui oleh

subjek dan dilakukan secara diam-diam. Hal ini

dikarenakan bahwa manusia pada umumnya bertingkah

laku berbeda bila tahu mereka diamati. Sebaliknya,

individu yang tidak menyadari bahwa mereka diamati

akan bertingkah laku biasa (tidak dibuat-buat atau

disesuaikan dengan harapan sosial). Peneliti mencatat

segala sesuatu yang yang dilakuka subjek yang dapat

memberikan makna dan informasi.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Observasi Skin Tone Siswa

Variabel Hal yang diobservasi

Analisis skin tone pada 1. Putih Pucat

siswa sekolah Adi Luhur 2. Putih Terang

Jakarta 3. Sawo Matang


4. Coklat Sedang

5. Coklat Gelap

6. Hitam

Tabel 3.5

Kisi-kisi Observasi Interaksi Sosial Siswa

Variabel Hal yang diobservasi

Analisis interaksi sosial 1. Kerja Sama

pada siswa sekolah Adi 2. Akomodasi

Luhur Jakarta 3. Asimilasi

4. Akulturasi

5. Persaingan

6. Kontravensi

7. Konflik

2. Sosiometri

Sosiometri adalah suatu metode untuk mengumpulkan

data tentang pola dan struktur hubungan antara indivdiu-

individu dalam suatu kelompok (Wayan Nurkencana,

1993:108). Metode sosiometri memegang peranan yang

penting dalam pengukuran hubungan sosial. Tujuan


Sosiometri adalah untuk mencoba menemukan individu

dalam situasi dimana mereka secara spontan

mengungkapkan hubunganya. Metode sosiomteri

merupakan metode pengumpulan data yang makin banyak

digunakan. Walaupun demikian peneliti hendaknya

menggunakanya secara hati-hati. Iitem-item sosiometri

dapat memberikan efek yang kurang baik terhadap

beberapa siswa. Metode ini dapat menyadarkan bahwa

dirinya terpencil dan tidak disenangi oleh teman-temannya

yang sebelumnya tidak disadari.

Tabel 3.6

No Pertanyaan Nama Teman Alasan Memilih

1. Teman yang paling saya senangi

dalam lingkup pertemanan

2. Teman yang saya senangi dalam

lingkup pertemanan

3. Teman yang paling tidak saya

senangi dalam lingkup pertemanan

4. Teman yang saya sering abaikan

dalam lingkup pertemanan

5. Teman yang banyak disenangi tapi


menurut saya biasa saja

Kisi-kisi Angket Sosiometri

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data

secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam

memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan

dalam Sugiyono yaitu proses mencari dan menyusun

secara sistematik data yang diperoleh dari hasi wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat

mudah dipahami dan temuanya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif,

yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh. Menurut

Miles & Huberman (1992:16) analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : reduksi data,

penyajian data, penarikan kesimpulan/verivikasi.

Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya

adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,

dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung

terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian

kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi

data sudah tampak waktu penelitianya memutuskan

(seringkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka

konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian,

dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya.

Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan

reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode,

menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi,

membuat memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut

terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir

lengkap tersusun. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-

kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverivikasi.

Dengan reduksi data peneliti tidak perlu mengartikanya

sebagai kualifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan

dan ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni :


melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian

singkat, menggolongkanya dalam satu pola yang lebih luas,

dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke

dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi

tindakan ini tidak selalu bijaksana.

2. Penyajian Data

Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa

penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara

yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang

meliputi : berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.

Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi

yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan muda

diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat

melihat apa yang sedang terjadi, dan menemukan apakah

menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah

melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan

oleh penyajian sebagai suatu yang mungkin berguna.

3. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman

hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari kongfiguransi

yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverivikasi

selam penelitian berlangsung. Verivikasi itu mungkin

sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran

penganalisis (peneliti) selam ia menulis, suatu tinjauan

ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin

menjadi begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan

peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman

sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif

atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan

Salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.

Seingkatnya makna-makna yang muncul dari data yang

lain harus diuji kebenaranya, kekokohanya, dan

kecocokanya, yakni yang merupakan validitasnya.

Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses

pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverivikasi agar

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Secara

skematis proses analisis data menggunakan model analisis

data interaktif Miles & Huberman dapat dilihat pada

bagian berikut :
Gambar 3.2

Model Analisis Data Interaktif Miles & Huberman

Sumber : Data yang dibuat oleh peneliti

G. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang

objektif. Karena itu keabsahan data kredibilitas

(kepercayaan)

Pengumpulan data penelitian Penyajian data

kualitatif dapat

tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan

keabsahan data dilakukan dengan


Verivikasi/Penarikan
Reduksi data triangulasi. Kesimpulan
Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

tehadap data itu (Moleong, 2007:330)


Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini

dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Patton,

triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif (Moleong, 2007:29).

Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada

penelitian ini yaitu membandingkan hasil observasi

dengan isi hasil sosiometri yang berkaitan.

DAFTAR PUSTAKA

Melchioriyusni, Z. A. (2015). Interaksi Sosial Siswa dengan Kelompok Teman Sebaya di


Sekolah dan Implikasinya terhadap Pelayanan BK. Jurnal Konseling dan
Pendidikan, 102-108.

References
Melchioriyusni, Z. A. (2015). Interaksi Sosial Siswa dengan Kelompok Teman Sebaya di
Sekolah dan Implikasinya terhadap Pelayanan BK. Jurnal Konseling dan
Pendidikan, 102-108. Retrieved from
http://jurnal.konselingindonesia.com/index.php/jkp/article/download/17/21
Qusyairi., M. F. (2019). INTERAKSI SOSIAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN.
Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, 7, 150-166.

References
Laksono, S. A. (2017). HUBUNGAN WARNA KULIT DENGAN CITRA
TUBUH DAN HARGA DIRI MAHASISWA DI FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Jurnal Keperawatan
Universitas Airlangga, 1-101.
Melchioriyusni, Z. A. (2015). Interaksi Sosial Siswa dengan Kelompok Teman
Sebaya di Sekolah dan Implikasinya terhadap Pelayanan BK. Jurnal
Konseling dan Pendidikan, 102-108. Retrieved from
http://jurnal.konselingindonesia.com/index.php/jkp/article/download/17/21
Qusyairi., M. F. (2019). INTERAKSI SOSIAL DALAM PROSES
PEMBELAJARAN. Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, 7, 150-
166.

Anda mungkin juga menyukai