Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah

Sosiologi Pendidikan Islam


Oleh: Dr. Mishbahush Shudur

Kuliah 2
Pascasarjana Universitas Darul ‘Ulum
Semester 1 Madin (16/4/2022)
Silabus
I. Sosiologi untuk pelaksanaan pembangunan (9)
J. Pendekatan-pendekatan dalam sosiologi pendidikan
K. Hubungan Sekolah dan Masyarakat
L. Struktur dan Peranan Substruktur dalam Pendidikan
M. Hubungan Antar Golongan dan Pendidikan
N. Hubungan Politik dan Pendidikan
O. Fungsi dan Kontrol Pendidikan (15)
I. Sosiologi untuk pelaksanaan pembangunan

Kebutuhan sosiologi pembangunan memperhatikan:


1. Kebutuhan/tuntutan masyarakat setempat, sehingga pembangunan
dapat sesual dengan keadaan nyata.
2. Startifikasi (pelapisan) sosial, dengan memahaminya dapat
menentukan bagi lapisan mana pembangunan akan dilakukan. Atau
mau diapakan lapisan-lapisan sosial itu dalam pembangunan.
3. Letak pusat-pusat kekuasaan, dengan mengetahui di tangan siapa
kekuasan berada, maka usaha pembangunan akan mudah digerakkan.
.
4. Sistem dan saluran-saluran komunikasi, dengan memahami hal ini
maka ide-ide pembangunan dapat sampai kepada anggota masyarakat,
dan diterima dengan baik oleh mereka, karena saluran lewat sistem dan
saluran komunikasi yang tepat.
5. Perubahan-perubahan sosial, dengan mengetahui hal ini para
perencana dan pelaksana pembangunan dapat menentukan arah atau
pengendalian proses perubahan yang sedang atau akan terjadi. Atau,
akibat proses sosial yang telah terjadi, perubahan diharapkan
berkembang menjadi lebih positif.
J. Pendekatan-pendekatan dalam sosiologi
pendidikan
1. Pendekatan struktural-fungsional:
Pendekatan struktural-fungsional mengarah kepada
keseimbangan dan ketertiban sosial. Pendekatan ini
menganggap bahwa institusi pendidikan akan membuat
kehidupan sosial di tengah masyarakat akan berjalan dengan
baik.
Sosialisasi yang terjadi merupakan mempelajari ilmu
pengetahuan, tingkah laku, dan nilai-nilai yang dianggap
diperlukan bagi keberlangsungan sebuah sistem kehidupan di
masyarakat
Pendekatan SP

2. Pendekatan konflik: pendidikan sebagai produksi sosial


Pendekatan konflik ini mempercayai bahwasannya
masyarakat dipenuhi dengan persaingan-persaingan dari berbagai
kelompok-kelompok sosial yang memiliki kepentingan yang berbeda-
beda dan juga memiliki kesempatan yang berbeda pula guna
memenuhi kebutuhan hidup dan pencapaian sosial lainnya
3. Struktur dan agen
Kata lain dari struktur dan agen ini ialah suatu yang objektif dan
subjektif. Pendekatan ini melihat kesenjangan sosial dalam pendidikan
secara tersturktur.
Pendekatan SP
Bagi peserta didik yang berasal dari kelas atas
kemungkinan untuk masuk ke perguruan tinggi lebih besar
daripada mereka yang berasal dari kelas petani dan buruh.
Dalam hal ini sekolah dianggap berperan aktif dalam
memproduksi kesenjangan sosial. Peserta didik kelas atas
memiliki kecenderungan untuk menyerap komunikasi
pedagogis lebih efektif dibandingkan kelas bawah.
Pendekatan SP

4. Peran
Sosiologi pendidikan dapat berperan sebagai ilmu murni dan ilmu terapan.
Ilmu murni memberikan pemahaman tentang fenomena pendidikan
berdasarkan teori sosiologi. Kemampuan dalam memahaminya digunakan
untuk keperluan penelitian ilmiah tentang fenomena pendidikan dan
kebijakannya.
Ilmu terapan dilakukan dengan memanfaatkan pemahaman teori
sosiologi pendidikan untuk meningkatkan hasil evaluasi kebijakan dan
program pendidikan, serta memberikan solusi penyelesaian masalah dan
perbaikan kebijakan dan program pendidikan
Pendekatan SP

5. Perspektif Interaksionisme Simbolik


Perspektif interaksionisme simbolik melihat pendidikan dari sisi
mikro, yaitu melihat pendidikan dari komponen interaksi tatap
muka antar individu yang terlibat dalam proses pendidikan.
Analis perspektif interaksionisme simbolik menemukan
bahwa ekspektasi (harapan) guru membawa konsekuensi yang
sangat besar bagi siswa mereka. Konsep diri siswa juga
dipengaruhi oleh siswa yang lain, oleh guru melalui interaksi.
K. Hubungan Sekolah dan Masyarakat

1. Sejarah Pendidikan di Indonesia


a. Pendidikan pada masa Pemerintahan Belanda dikenal dengan istilah “Trichotomi
Social”, atau “threetract system” yaitu sekolah pribumi (Ongko Telu), sekolah
untuk pegawai pribumi (HIS dan MULO) dan sekolah khusus warga Belanda.
b. Sekolah yang didirikan oleh Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan
Perguruan Nasional Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantoro tahun
1922.
c. Pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah dan NU (pesantren)
d. Sekolah zaman Jepang “Doogekkoo” (sekolah rendah), “Tui Gakkoo” (SMP)
“Sihan Gakkoo” (SMA).
e. Pendidikan di zaman kemerdekaan hingga sekarang
Hubungan Sekolah Masyarakat

2. Sekolah dan Masyarakat


Kebutuhan pendidikan di sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional antar
keduanya, yakni:
1) Adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang selaras dan positif terhadap sekolah
dengan apa yang dibutuhkan masyarakat
2) Ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani lembaga prasekolah akan
ditentukan oleh kejelasan perumusan komitmen antara sekolah selaku pelayan dengan
masyarakat selaku pemesan
3) Keberhasilan pelaksanaan fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat akan
dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya. Ikatan objektif yang dimaksud adalah
berupa perhatian, penghargaan dan tunjangan tertentu, seperti dana, fasilitas dan
jaminan objektif lain yang memberikan makna penting bagi eksistensi dan produk
sekolah.
L. Struktur dan Peranan Substruktur dalam
Pendidikan
1. Struktur Sosial
Struktur sosial merupakan tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat
dimana terjadinya hubungan timbal balik antara status sosial dan
peranan sosial yang mengacu pada suatu ketentuan perilaku di dalam
masyarakat.
Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan
anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni
dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan yang paling
banyak sampai kedudukan yang paling rendah. Contoh Kepala sekolah
menduduki posisi yang lebih tinggi di sekolah
Struktur Substruktur

2. Kedudukan dan Peranan Struktur Sosial (Masyarakat dan


Sekolah)
Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang
dalam struktur sosial, yakni menentukan peranan dan
hubungannya dengan orang lain. Pola ini antara kepala
sekolah, guru dan murid.
3. Hubungan guru dengan murid
Dalam proses pembelajaran antara guru dengan murid
akan terjadi proses interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya
edukatif yang ciri-cirinya:
Struktur Substruktur

a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membantu anak dalam satu


perkembangan tertentu.
b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Ditandai dengan satu penggarapan materi khusus.
d. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa, baik fisik maupun secara
mental aktif.
Struktur Substruktur

Lima pola interaksi yang terjadi antara guru dengan murid, yaitu:
a. Pola Guru - Anak Didik. Komunikasi sebagai aksi (satu arah)
b. Pola Guru - Anak Didik – Guru. Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada
interaksi antarsiswa
c. Pola Guru – Anak Didik – Anak Didik. Interaksi optimal antara guru dan anak
sisik dan antara anak didik.
d. Pola Guru – Anak Didik, Anak didik - Guru, Anak Didik - Anak Didik Interaksi
optimal antara guru dan anak didik dan antara anak didik dengan anak didik.
e. Pola Melingkar. Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan
sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap
anak didik belum mendapat giliran.
M. Hubungan Antar Golongan dan Pendidikan

1. Prasangka dan Hubungan Antar Kelompok


Prasangka merupakan suatu bentuk tindakan yang didasarkan pada dugaan belaka
tanpa ada pembuktian atau kejelasan yang rasional. Prasangka diawali adanya
“dislike of the unlike”.
a. Prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari.
Guru, orang tua dan media massa sangat besar pengaruhnya karena mudah
mempengaruhi anak pada usia muda
b. Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis
Pada umumnya orang tidak mau terang-terangan mengaku bahwa ia berprasangka
dan biasanya mencari perlindungan di belakang alasan-alasan yang mulia.
Hubungan Antar Golongan
c. Prasangka sebagai aspek pribadi
Orang yang berprasangka terhadap orang asing akan memperluasnya kepada
kelompok-kelompok lain. Jadi ada kemungkinan bahwa prasangka tidak semata-
mata ditimbulkan oleh kelakuan kelompok lain, akan tetapi berdasarkan pribadi
seseorang.
2. Struktur Hubungan Antar Kelompok di Sekolah
Murid-murid di sekolah menunjukkan perbedaan tentang asal kebangsaan,
kesukuan, agama, adat-istiadat, kedudukan sosial. Mungkin timbul golongan
minoritas di kalangan murid-murid, yang tersembunyi ataupun yang nyata. Anak-
anak yang terdiskriminasi akan merasa dirinya asing dan tidak diterima sebagai
anggota penuh dari masyarakat sekolahnya. Dengan demikian, masyarakat sekolah
mempengaruhi anak dalam pergaulannya dengan anggota-anggota lain dalam
masyarakat tersebut.
Hubungan Antar Golongan

3. Efektivitas Pendidikan Antar Golongan


Sekolah tak mampu mengubah masyarakat untuk menghilangkan
prasangka terhadap golongan lain, seluruh masyarakat harus turut
serta, termasuk pemerintah yang harus berusaha meniadakan segala
macam bentuk diskriminasi. Guru-guru haru bisa menjadi model
pribadi yang toleran dalam ucapan maupun perbuatannya.
N. Hubungan Politik dan Pendidikan

1. Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam


membentuk perilaku politik masyarakat. sebaliknya, lembaga-lembaga dan
proses politik di suatu negara membawa dampak besar pada karakteristik
pendidikan di negara tersebut.
2. Institusi politik ikut mewarnai corak pendidikan yang dikembangkan.
Keterlibatan para penguasa dalam kegiatan pendidikan waktu itu tidak
hanya sebatas dukungan moral kepada para peserta didik, melainkan juga
dalam bidang administrasi, keuangan, dan kurikulum.
3. Perkembangan kegiatan-kegiatan kependidikan banyak dipengaruhi oleh
penguasa dan para penguasa memerlukan dukungan institusi-institusi
pendidikan untuk membenarkan dan mempertahankan kekuasaan mereka.
Hubungan Politik Pendidikan

4. Kelompok masyarakat yang mendapat privilese pendidikan lebih


mampu melakukan konsolidasi kekuatan, lalu muncul menjadi
kelompok penguasa yang menguasai partai-partai politik dan sektor
pelayanan publik. Privilese atau diskriminasi pendidikan bisa terjadi
karena alasan-alasan budaya atau agama.
5. Keterkaitan antara pendidikan dan politik berimplikasi pada semua
dataran, baik pada dataran filosofis maupun dataran kebijakan.
Misalnya, filsafat pendidikan di suatu negara sering kali merupakan
refleksi prinsip ideologis yang diadopsi oleh negara tersebut. Di
Indonesia, misalnya filsafat pendidikan nasional adalah artikulasi
pedagogis dari nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila dan UUD 1945.
O. Fungsi Pendidikan dan Kontrol Pendidikan
1. Fungsi pendidikan (aliran klasik) yaitu:
a. Menyiapkan generasi muda agar dapat menjalankan peran sosial dalam masyarakat di
masa depan;
b. Transfer pengetahuan, sikap, dan kecakapan tertentu sesuai dengan peran sosial yang
diharapkan; dan
c. Transfer nilai-nilai kehidupan masyarakat dan peradaban

2. Empat fungsi utama pendidikan (aliran modern):


a. Sosialisasi.
Nilai dan norma yang berlaku di masyarakat harus diturunkan pada anak-anak. Proses
mempelajari nilai dan norma yang berlaku ini disebut sebagai sosialisasi. Insitusi sosial
seperti keluarga dan sekolah memiliki fungsi untuk menjalankan fungsi ini
b. Integrasi sosial.
Agar masyarakat dapat bekerja sebagaimana mestinya, tanpa muncul
konflik yang merugikan kehidupan sosial, maka individu harus
mengikuti nilai-nilai yang telah diyakini bersama.
Proses mengikuti atau ikut meyakini nilai-nilai yang telah diikuti
oleh individu atau kelompok lain dalam masyarakat disebut sebagai
proses integrasi sosial. Sebagai contoh, dalam masyarakat berlaku nilai
bahwa mencuri itu perbuatan kriminal sehingga pelakunya harus
dihukum.
c. Penempatan sosial.
Anak didik yang menjalani proses pendidikan diidentifikasi oleh pendidik mengenai
kepribadian, karakter, keterampilan dan keahliannya.
Proses identifikasi ini menentukan penempatan di posisi sosial mana anak didik kelak
berlabuh. Sebagai contoh, individu yang dididik ilmu kedokteran, maka penempatan yang
sesuai adalah di Institusi kesehatan

d. Inovasi sosial.
Terkait erat dengan segala macam penemuan-penemuan baru di berbagai bidang yang
mempengaruhi kehidupan sosial
Fungsi pendidikan sebagai inovasi sosial. contoh, seorang intelektual harus membaca
banyak buku sebelum menciptakan konsep ideologis yang dianut suatu negara.
3. Fungsi Pendidikan dan Perubahan Sosial
a. Proses reproduksi budaya.
Sekolah dapat berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan
sebagaimana dilakukan di jenjang pendidikan tinggi. Sementara itu, pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, proses reproduksi budaya dapat dilakukan
dengan menumbuhkan pola berpikir secara ilmiah, kritis, analitis, dan rasional
pada setiap peserta didik sesuai tingkatannya.
b. Proses difusi budaya.
Hal berkaitan dengan proses penyebaran dan penanaman budaya-budaya yang
berkembang di masyarakat agar dapat memberikan kemudahan serta
mendorong terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan
c. Pengembangan analisis kultural
Yaitu proses penanaman keyakinan dan nilai-nilai baru mengenai cara
berpikir manusia. Hal ini dapat meningkatkan daya kreativitas,
kemampuan berpikir kritis, hingga pribadi yang tanggap terhadap
perubahan sosial yang terus terjadi.
d. Modifikasi tingkat sosial ekonomi
Modifikasi tersebut dapat dilihat dari penentuan stratifikasi sosial
masyarakat modern yang lebih objektif, serta munculnya berbagai
macam lembaga sosial yang memegang prinsip keadilan, pemerataan,
dan persamaan hak dan kewajiban setiap masyarakat
• Pendidikan merupakan sarana vital dalam kontrol sosial atas setiap
anggota masyarakatnya. Melalui proses pendidikan, masyarakat
mengatur perilaku anggotanya dan memberlakukan sesuai dengan
norma-norma tersebut
• Pendidikan formal di masyarakat modern mengkomunikasikan ide-ide
dan nilai-nilai yang berperan dalam mengatur perilaku. Generasi baru
diperintahkan untuk mengamati norma-norma sosial, juga
pelanggaran yang dapat mengundang hukuman.

Anda mungkin juga menyukai