Anda di halaman 1dari 8

A.

KONSEP DASAR KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL

Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model- model kurikulum lainnya


(akademik-humanistik). Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema
yang dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
Menurut mereka (kaum rekonstruksionis) bahwa pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan
kegiatan, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa
dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya,
dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha
memecahkan problem-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan
masyarakat yang lebih baik.1

Pendukung kurikulum rekontruksi sosial ini memberi komitmen yang tinggi pada ide
sosial yang dibatasi oleh konsesus sosial. Adanya kurikulum ini dimulai sekitar tahun 1920-an
yang dikemukakan oleh Herold Rug. Kurikulum ini timbul karena Herold Rug memandang
adanya kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat.2

Kurikulum rekonstruksi sosial pada dasarnya berpendapat adanya interaksi dan kerja
sama. Adapun bentuk interaksi dan kerja sama bisa saja terjadi antara guru dengan murid, siswa
dengan siswa, ataupun antara siswa dengan orang-orang di lingkungannya. Kurikulum
rekonstruksi sosial berharap dengan adanya kerja sama dan interaksi, siswa atau peserta didik
dapat berusaha memecahkan masalah, baik masalah yang ada pada dirinya sendiri atau masalah-
masalah sosial yang sehingga dapat membentuk dan menciptakan masyarakat yang baik.3

Para rekontruksionis sosial tidak mau terlalu menekankan kebebasan individu. Mereka
ingin meyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat membuat warganya seperti yang ada
sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsensus
sosial. Bramel juga ingin memberikan keyakinan tentang pentingnya perubahan social (social
change). Perubahan sosial tersebut harus dicapai melalui prosedur demokrasi. Para
rekontruksionis sosial menentang intimidasi,menakut-nakuti dan kompromi semu. Mereka

1
Fatah Syukur NC. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasai Media Grup. Hal. 103
2
Hamalik, Oemar. 2003. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Roskarya. Hal. 146
3
Ibid.
mendorong agar para siswa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial
yang mendesak (crucial) dan kerja sama atau bergotong royong untuk memecahkannya.4

B. KARAKTERISTIK KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL

1. Tujuan Kurikulum

Tujuan pokok kurikulum rekonstruksi sosial ialah melatih siswa untuk menyelesaikan
masalah kemanusian. Pandangan rekonstruksi sosial bahwa masalah kemanusian tidak eklusif,
atau bukan berada pada ranah “studi sosial” saja, melainkan terkait dengan berbagai disiplin ilmu
lainnya, misalnya ekonomi, estetika, kimia, matematika, dan sebagainya. Krisis sosial
kemanusian bersifat universal, akan tetapi pemecahannya banyak menekankan pada kurikulum. 5

Kurikulum harus bersifat lebih fleksibel. Seharusnya kurikulum tidak hanya berkutat
pada persoalan pendidikan yang ada di sekolah saja, seharusnya kurikulum juga memperhatikan
problem dan masalah yang ada di masyarakat sebagai upaya kehidupan masa datang yang
semakin maju. Keberadaan problem dan masalah sosial harus dianggap sebagai tuntutan dan
masalah dalam penerapan kurikulum di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Adanya pertanyaan
apakah kurikulum bersifat mengembangkan kualitas peserta didik yang diharapkan dapat
memperbaiki masalah dan tantangan masyarakat ataukah kurikulum merupakan upaya
pendidikan membangun masyarakat baru yang diinginkan bangsa menempatkan kurikulum pada
posisi yang berbeda.6

Kurikulum rekonstruksi sosial tidak memiliki obyek kajian dan content (materi)
tersendiri. Sebagai misal, rencana tahun pertama memformulasikan (merumuskan) menetapkan
prioritas tujuan (goal) yang harus dicapai dalam kurikulum, yaitu perbaikan tatanan politik dan
ekonomi masyarakat. Aktivitas yang terkait dengan kegiatan kurikulum dapat mengikuti
langkah-langkah berikut ini, yaitu:
4
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Perkembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Semarang : Remaja Rosdakarya.
Hal. 91
5
Anda Juanda. 2014. Landasan Kurikulum dan Pembelajaran Berorientasi Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Jakarta Barat : CV. Confident. Hal 173
6
Ibid
1) Melakukan survai terhadap keadaan masyarakat,
2) Mempelajari keadaan ekonomi masyarakat secara lokal dan dilanjutkan ke tingkat
nasional bahkan global,
3) Mempelajari sejarah perkembangan ekonomi dan trends (kecenderungan) ekonomi
lokal,
4) Mempelajari politik praktis dan kaitannya dengan situasi ekonomi.
5) Mempertimbangkan perubahan politik praktis
6) Menentukan berbagai kebutuhan masyarakat.

Secara spesifik kegiatan kurikulum dapat mengikuti langkah-langkah untuk melakukan


perubahan sosial masyarakat dapat diidentifikasi darikecenderungan masyarakat setempat, yang
kemudian mempertimbangkan metode, kebutuhan, tujuan yang hendak dicapai dan mengaitkan
dengan sains dan seni, serta evaluasi dikaitkan dengan strategi efektifitas perubahan social. 7

2. Metode Pembelajaran

Sukmadinata (2005: 34) menjelaskan bahwa pengajaran rekonstruksi sosial para


pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan
tujuan siswa. Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya.
Sesuai dengan minat masing-masing siswa, baik dalam kegitan pleno maupun kelompok-
kelompok berusaha memecahkan masalah sosial yang dihadapinya. Kerja sama baik antara
individu dalam kegiatan kelompok, maupun antar kelompok dalam kegiatan pleno sangat
mewarnai metode rekonstrusi sosial. Kerja sama ini juga terjadi antara para siswa dengan
manusia sumber dari masyarakat.8

Bagi rekonstruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada ketergantungan antara
seorang dengan yang lainnya. Dalam kegiatan belajar tidak ada kompetisi yang ada adalah
kooperasi atau kerja sama, saling pengertian dan konsensus. Anak- anak sejak sekolah dasar pun
diharuskan turut serta dalam survei kemasyarakatan serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Untuk
kelas- kelas tinggi selain mereka dihadapakan pada situasi nyata juga mereka diperkenalkan
7
Anda Juanda. 2014. Landasan Kurikulum dan Pembelajaran Berorientasi Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Jakarta Barat : CV. Confident. Hal 174
8
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Perkembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Semarang : Remaja Rosdakarya.
Hal. 34
dengan situasi-situasi ideal. Dengan hal itu diharapkan para siswa dapat menciptakan model-
model kasar dan situasi yang akan datang. 9

3. Organisasi Kurikulum

Pola-pola organisasi kurikulum sebagaimana diungkapkan Brameld dan dikutif


Sukmadinata, bahwa kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros
diplih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama
dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi- diskusi kelompok, latihan-latihan,
kunjungan dan lain-lain.Topik- topik dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari.
Semua kegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai velk. Berikut
ini gambar pola organisasi kurikulum rekonstruksi sosial didaptasi dari Sukmadinta (2006:220),
yakni sebagai berikut10:

Gambar Organisasi Kurikulum Rekontruksi Sosial


4. Kegiatan Belajar Mengajar

Materi pelajaran yang diajarkan kepada para siswa adalah ilmu sosial, ekonomi, sains,
dan sejarah, dan IPA. Daerah yang sekolahnya ada di daerah pertanian, peternakan dan industri,
maka sekolah tersebut mengembangkan bidang pertanian, peternakan, dan industri. Para ahli
kurikulum sebelum terjun mengimplementasikan kurikulum terlebih dahulu mereka melakukan
9
Ibid
10
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Perkembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Semarang : Remaja Rosdakarya.
Hal. 220
diagnoistik terhadap kebutuhan masyarakat, agar fokus kurikulum mampu menolong masyarakat
dan para siswa memperoleh pengetahuan. Aktivitas belajar siswa sesuai prinsip-prinsip
rekontruksi sosial, dan program pembelajaran untuk memecahkan masalah sesuai kebutuhan
local.11

Pengajaran rekontruksi sosial sebagaimana Budiana (2011) menjelaskan banyak


dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum
tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka.
Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi
tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi
tersebut. Didaerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan
peternakan, didaerah industri mengembangkan bidang-bidang industri.

Orang berjasa mengembangkan baik teori maupun praktek pengajaran rekonstruksi sosial
salah satunya adalah Paulo Freire. Ia benyak membantu pengembangan daerah-daerah di
Amerika Latin. Untuk memerangi kebodohan dan keterbelakangan mereka menggalakan gerakan
budaya akal budi (conscientization). Conscientization merupakan suatu proses pendidikan
atau pengajaran dimana siswa tidak diberlakukan sebagai penerima tetapi sebagai pelajar yang
aktif. Mereka berusaha membuka diri, memperluas kesadaran tentang realitas sosial budaya dan
dengan segala kemampuannya berupaya mengubah dan meningkatkannya.12

5. Evaluasi Belajar

Evaluasi belajar rekontruksi social, soal-soal yang akan diujikan dinilai lebih dulu baik
ketepatan maupun keluasan isinya, juga keampuhan menilai pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan masyarakat yang sifatnya kualitatif. Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah
dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh

11
Anda Juanda. 2014. Landasan Kurikulum dan Pembelajaran Berorientasi Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Jakarta Barat : CV. Confident. Hal 226
12
Ibid.
tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat.13

Syukur (2000) menjelaskan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dari


penerapan kurikulum tersebut dalam proses belajar mengajar. Evaluasi tidak hanya menilai apa
saja yang telah dikuasai dan difahami siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah
terhadap masyarakat. Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka
terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan
diujikan dinilai lebih dulu baik ketepatan maupun keluasan isinya, juga keampuhan menilai
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan masyarakat yang sifatnya kualitatif.

6. Kegunaan Kurikulum Rekontruksi Sosial bagi Siswa

Adapun kegunaan kurikulum rekontruksi sosial bagi siswa adalah menghadapkan para
siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi
manusia tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan studi sosial, yang perlu
didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, estetika, bahkan
pengetahuan alam, dan matematika. Masalah-masalah masyarakatbersifat universal dan hal ini
dapat dikaji dalam kurikulum. 14

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari kurikulum rekonstruksi sosial. Kelebihan dan
kekurangannya di antara lain adalah :

1. Kelebihan Kurikulum Rekonstruksi Sosial


a. Kurikulum ini berorientasi ke masa depan yang memfokuskan pada penggalian
pada sumber sumber alam, kesejahteraan masyarakat, masalah air, dan lain – lain.
13
Ibid.
14
Anda Juanda. 2014. Landasan Kurikulum dan Pembelajaran Berorientasi Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Jakarta Barat : CV. Confident. Hal 177
b. Kurikulum ini menghendaki adanya kerjasama dalam kegiatan belajar, saling
menghargai, suasana belajar yang kondusif, dan tidak ada kompetitif karena satu
dengan yang lain saling ketergantungan.
c. Dalam kegiatan evaluasi siswa turut serta memilih, menyusun dan menilai bahan
yang akan diujikan.
d. Sasaran evaluasi tidak hanya terfokus pada tingkat penguasaan siswa tetapi lebih
penting bagaimana dampak kegiatan sekolah terhadap perubahan masyarakat.15

2. Kelemahan Kurikulum Rekonstruksi Sosial


a. Diperlukan bantuan para ahli disiplin ilmu dalam menganalisis memecahkan
masalah sosial dan membuat kebijakan sosial.
b. Kurikulum ini sukar diterapkan, penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang
perkembangan dan masalah - masalah sosial berbeda. Kemampuan warga untuk
ikut serta dalam pemecahan juga bervariasi.
c. Kurangnya perhatian pada penerapan dan dinamika inovasi. Model teknologi ini
hanya menekankan pengembangan efektifitas produk saja, sedangkan perhatian
untuk mengubah lingkungan yang lebih luas, seperti organisasi sekolah, sikap
guru, dan cara pandang masyarakat sangat kurang.16

15
Zaenal Arifin, Konsep Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 103
16
Ibid
DAFTAR PUSTAKA

Fatah Syukur NC. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasai Media Grup.
Hamalik, Oemar. 2003. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Roskarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Perkembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Semarang :
Remaja Rosdakarya.
Anda Juanda. 2014. Landasan Kurikulum dan Pembelajaran Berorientasi Kurikulum 2006 dan
Kurikulum 2013.
Zaenal Arifin, Konsep Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014)

Anda mungkin juga menyukai