Anda di halaman 1dari 5

PERAN LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM

PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA PADA


PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Darsiharjo

Dosen Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

ABSTRAK

Pada paparan ini menguraikan peran masing-masing komponen yang


mempengaruhi pembentukan karakter peserta didik, terutama yang berkaitan dengan
lingkungan sekolah. Metode yang digunakan dalam mengurai permasalahan tersebut
adalah dengan menggunakan metode survey yang dilakukan selama mengikuti kegiatan
lesson study di sekolah-sekolah yang ada di Bandung dan pengamatan langsung dari
beberapa fenomena geografi yang ada di lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil survey dan pengamatan di sekolah, guru masih belum optimal
dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, sehingga penanaman
dan pembentukan karakter pada peserta didik masih kurang optimal pula, hal ini
ditunjukkan oleh kurangnya penggunaan contoh-contoh dan pengamatan fenomena
geosfer yang ada di lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Serta masih banyaknya
guru geografi dalam mengajar masih tergantung pada contoh-contoh di daerah lain, yang
kadang-kadang tidak dipahami oleh peserta didik.
Kata-kata Kunci: karakter bangsa, lesson study, pembelajaran geografi

I. PENDAHULUAN luar sekolah, baik dalam keluarga maupun


masyarakat, pada umumnya belum
Sekolah sebagai salah satu lembaga mengandung nilai-nilai masyarakat yang
yang masih diyakini dan diakui oleh dicita-citakan, seperti prinsip demokrasi,
masyarakat sebagai lembaga atau tempat etos kerja, taat azas, perasaan satu nusa
pembentukan karakter bangsa, sehingga satu bangsa, disiplin sosial, disiplin
kelangsungan dan kemajuan adab bangsa nasional serta sikap rasional belum
masih sangat diharapkan terbentuk dalam membudaya.
proses pendidikan, dalam hal ini adalah Guru dalam proses pembelajaran,
proses pembelajaran di sekolah. Seperti kadang-kadang kebingungan dalam
yang disampaikan oleh Soedijarto memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
(2008:49) bahwa dalam transformasi sumber belajar. Hal ini tidak terlepas dari
budaya dari tradisional ke modern, dan kemampuan guru dalam memahami dan
dari feodal ke demokratis, ternyata peranan menguasai lingkungan sekitar sekolah
lembaga sekolah (pendidikan) yang dapat digunakan dalam proses
Sebagai pusat pembudayaan atau pembelajaran. Padahal kalau kita gali dan
sosialisasi berbagai kemampuan, nilai, dan telaah secara seksama, sesungguhnya
sikap, sangatlah strategis. Kedudukan lingkungan sekolah merupakan tempat dan
sekolah sebagai pusat pembudayaan dan sumber belajar yang paling efektif dalam
pembiasaan dari masyarakat transisi menanamkan karakter dan nilai-nilai
menuju masyarakat yang dicita-citakan kebangsaan.
sangatlah mutlak. Pasalnya pendidikan di

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Darsiharjo_______________________________ 1


Sesungguhnya kalau kita urai, Republik Indonesia yang berlandaskan
bangsa Indonesia adalah bangsa yang Pancasilan dan Undang-Undang Dasar
terdiri dari kumpulan suku-suku bangsa; Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
dan kalau kita urai lagi, suku bangsa terdiri Memasuki abad ke 21, sistem
dari unit-unit atau satuan-satuan pendidikan nasional menghadapi tantangan
masyarakat dengan berbagai macam yang sangat kompleks dalam menyiapkan
bentuk pendidikan. Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
karakter suatu bangsa sangat ditentuan mampu bersaing di era global. Upaya yang
oleh pembentukan karakter di masing- tepat untuk menyiapkan SDM yang
masing unit atau satuan pendidikan. Para berkualitas dan satu-satunya wadah yang
pendiri bangsa Indonesia sudah dapat dipandang dan seyogyanya berfungsi
mengamanatkan bahwa semboyan bangsa sebagai alat untuk membangun SDM yang
Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika, hal bermutu tinggi adalah pendidikan (Trianto,
ini tentunya berlaku dalam proses 2009). Makna persaingan global disini
pembelajaran, yang mengandung makna adalah menyiapkan pemikiran dan kualitas
bahwa lingkungan di setiap sekolah yang SDM yang dapat bersaing. Tentunya kita
sangat beragam bentuk wilayah dan tidak harus mempelajari bahan seperti apa
fenomena geosfernya dapat dijadikan yang dipelajari oleh bangsa lain, melainkan
sebagai sumber belajar. Sumber belajar di kita harus mempelajari bahan yang ada di
setiap sekolah boleh berbeda tetapi kita (lokal) untuk diangkat secara global
tujuannya satu yaitu terbentuknya karakter dengan prinsip bertindak lokal tetapi
bangsa Indonesia, seperti yang berfikir global.
diamanatkan dalam Sistem Pendidikan
Nasional yang fungsinya adalah untuk II. METODE KAJIAN
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa Metode yang digunakan dalam
yang bermartabat dalam rangka mengurai permasalahan tersebut adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. metode survey yang dilakukan selama
Lingkungan sekolah yang mengikuti kegiatan lesson study di
dimaksud dalam pembahasan ini adalah sekolah-sekolah yang ada di Bandung dan
lingkungan geosfer dalam hal ini pengamatan langsung dari beberapa
lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan fenomena geografi yang ada di lingkungan
lingkungan budaya yang ada di sekitar sekolah. Dengan cara datang langsung ke
sekolah. Misalnya lingkungan fisik satuan pendidikan (sekolah), kemudian
meliputi: hujan, angin, awan, sinar melakukan dialog dengan guru bidang
matahari, petir, genangan air, selokan studi geografi, mengenai berbagai
air/drainase (sungai), sumur gali, tanah, persoalan yang berkaitan dengan
batuan, bentuk lahan/morfologi, tanaman, kesulitan/kendala dalam proses dan
jalan, bentuk rumah, pekarangan, hewan pelaksanaan pembelajaran geografi.
peliharaan/ternak, kebun, sawah, tegalan, Dari hasil dialog, kemudian dapat
bukit, gunung, dan lain-lain. Lingkungan diidentifikasi bahwa kendala utama dalam
sosial misalnya: hubungan/interaksi dalam pelaksanaan pembelajaran adalah fasilitas
keluarga/tetangga/warga, struktur sosial, yang terbatas seperti media dan sumber
organisasi sosial, dan lain-lain. belajar. Dari hasil identifikasi tersebut, lalu
Lingkungan budaya misalnya: kebiasaan/ dilakukan analisis akar permasalahannya
adat, seni, kerajinan atau hasil kreativitas dan dicari solusi untuk mengatasinya,
masyarakat yang lainnya. Hal ini harus karena proses dan pelaksanaan
dikenalkan pada anak didik agar mengenal pembelajaran tidak boleh berhenti, dengan
dirinya dan lingkungannya dalam rangka cara menggunakan media yang telah
membangun keutuhan Negara Kesatuan disediakan oleh alam dalam hal ini

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Darsiharjo_______________________________ 2


lingkungan yang ada di sekitar sekolah, tantangan, dan problem yang tidak ringan
serta menggunakan sumber belajar yang untuk menyelesaikannya.
informasi sudah melekat pada media yang Rasa pesimis dan optimis dalam
telah tersedia pada alam dan masyarakat. pelaksanaan pembelajaran tentunya jangan
Sebelum menggunakan media dan hanya menjadi pemikiran pribadi guru
sumber pembelajaran, dilakukan diskusi tertentu saja, melainkan harus menjadi
dalam bentuk peer teaching dan pemikiran bersama (sesama guru maupun
melakukan observasi tentang media dan pimpinan sekolah) bahkan bila perlu
sumber belajar yang ada di lingkungan melibakan peserta didik dalam menentukan
sekolah dan yang dapat digunakan sebagai pilihan-pilihan yang terbaik dalam proses
media dan sumber belajar bagi peserta pembelajaran sehingga muncul rasa
didik. Setelah dirumuskan, maka tanggungjawab serta kemandirian peserta
dibentuklah guru model untuk melakukan didik dalam pembelajaran, serta dalam
proses dan pelaksanaan pembelajaran, proses mencari kemandirian harus
sementara guru yang lainnya bertumpu pada kesanggupan dan kemauan
mengobservasi mengenai kegiatan (karsa) peserta didik itu sendiri, yang
pembelajaran yang fokus utamanya pada tumbuh dan berkembang dari disposisi
aktivitas dan kreativitas siswa. Di akhir anak itu sendiri. Sedangkan lingkungan
kegiatan, dilakukan refleksi untuk beserta segala perangkatnya, sekedar
memperbaiki kelemahan dan kekurangan membantu menciptakan iklim dan motivasi
dalam proses pembelajaran. Hasil kegiatan agar proses itu running-well dan berhasil.
tersebut nantinya akan dilaksanakan oleh Kemandirian anak yang perlu dicari dan
masing-masing guru dalam pelaksanaan dikembangkan adalah kemandirian jiwa
pembelajarannya. dan pikiran, dan lewat proses ini
diharapkan setiap fenomena kehidupan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN akan memperoleh makna yang dalam dan
utuh (Mutakin dan Rahmat, 2008:31).
Pada awalnya guru dalam proses Pembiayaan yang dibutuhkan
pembelajaran diawali dengan rasa pesimis, dalam proses pembelajaran tidak terlalu
karena dirasakan sangat berbeda sekali mahal bahkan sangat murah, karena media
antara pelaksanaan (media dan sumber dan sumber belajar sudah tersedia di
belajar yang tersedia di sekolah) dengan lingkungan sekitar sekolah, yang penting
idealisme pembelajaran yang pernah masyarakat dan pihak sekolah memberikan
diperoleh waktu mengikuti perkuliahan. informasi dan membolehkan fasilitasnya
Apabila kondisi tersebut dibiarkan akan digunakan sementara waktu untuk proses
sangat berbahaya sekali dalam pembelajaran. Misalnya sumur resapan
pembentukan watak dan karakter peserta yang ada di halaman sekolah atau halaman
didik. Hal ini seperti yang dikhawatirkan rumah masyatrakat, untuk dijadikan media
oleh Indrayana (2011:3) beberapara observasi/pengamatan siswa.
kalangan di tanah air, tentu tidak Waktu pembelajaran tidak
semuanya, mulai larut dalam gelombang memerlukan waktu yang lama, karena
pesimisme. Gejala yang tentu tidak baik, tidak dibutuhkan waktu perjalanan yang
apalagi menguntungkan. Tidak mungkin tidak terlalu jauh, sehinga tidak menggagu
suatu bangsa berhasil jika modalnya adalah kegiatan belajar yang lain. Selain itu, aspek
kepesimisan. Pesimisme adalah jalan pengawasan (penguasaan kelas) masih
menuju keputusasaan, dan berujung sangat terkendali, sehingga guru dan orang
dengan kegagalan. Sebaliknya, optimisme tua tidak terlalu khawatir dengan proses
adalah jalan menuju keberhasilan. Tentu pembelajaran di sekolah.
saja optimisme yang berpijak pada realitas. Persoalannya adalah sampai
Optimisme sekaligus realistis. Sadar akan seberapa besar keluarga dan masyarakat

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Darsiharjo_______________________________ 3


menginfiltrasi sekolah secara positif dan gejala alam; serta akan muncul sifat peduli
proporsional. Bagaimanakah bentuk dan pada sesama, karena ada kelompok
mekanisme untuk mewujudkan sistem masyarakat yang mampu dan ada pula
tersebut? Siapakah keluarga dan masyarakat yang kurang mampu.
masyarakat mengajukan model-model nilai Kemudian akan muncul pemikiran seperti
yang menjadi tuntutan dan tantangannya, yang disampaikan oleh Rusbiantoro
untuk kemudian ditransmisikan kepada (2008:7) bahwa Indonesia juga ikut andil
anak dalam keseluruhan interaksi sosial dalam pemanasan global, karena
yang diciptakan di lingkungan sekolah? menyumbang kerusakan hutan yang
Siapkah sekolah mengakomodasi dan tercatat dalam rekor dunia Guinnes Record
merespons semua arus perubahan dan of Book sebagai Negara yang paling cepat
perkembangan yang melanda masyarakat? dalam merusak hutannya. Padahal selama
Inilah sebagian dari fokus-fokus ini sudah diketahui bahwa hutan tropis
permasalahan pendidikan yang seyogyanya merupakan paru-paru dari bumi dan
memperoleh kepedulian dari semua pihak menyerap paling banyak karbon di udara.
(Mutakin dan Rahmat, 2008:33). Pembentukan karakter bangsa dari
Kaitannya dengan pembentukan pemanfaatan lingkungan sosial masyarakat
karakter bangsa, dari pemanfaatan sekitar sekolah diantaranya adalah akan
lingkungan sekolah sebagai media dan terbentuknya sikap menghargai, sopan,
sumber belajar geografi adalah akan santun, hormat, dan sikap gotong royong.
muncul sifat cerdas, jujur, tangguh, dan Tetapi persoalannya adalah masyarakat
peduli pada peserta didik. Misalnya yang ada di sekitar sekolahnya pun harus
penggunaan dan observasi sumur resapan ikut mendukung dan nilai sosialnya harus
yang ada di sekolah atau masyarakat, betul-betul menjadi contoh yang terbaik;
sehingga akan muncul sifat cerdas bahwa karena apabila tidak kondusif, justru akan
sesungguhnya sangat sederhana sekali menghasil pendidikan yang kurang baik
untuk mengurangi air limpasan permukaan bagi peserta didik. Caranya adalah anak-
lewat sumur resapan; sehingga dapat anak dilibatkan untuk berkomunikasi
mengurangi bahaya banjir di bagian hilir, dengan tokoh masyarakat, tokoh agama,
dan sekali gus akan muncul sifat peduli pimpinan organisasi kepemudaan dan
pada kesulitan orang lain dalam hal sebagainya.
mengurangi bahaya banjir dan mengatasi Peserta didik ikut dilibatkan dalam
kekeringan di musim hujan. mendiskusikan tentang berbagai masalah
Mengamati tanaman dan pekarangan lingkungan yang dihasilkan oleh
di sekolah maupun di masyarakat, akan masyarakat dan rumah tangga; seperti yang
muncul sifat jujur, karena tidak semua disampaikan oleh Sastrawijaya (2009:2)
yang ada dan bisa dilihat dapat dinikmati, tentang pencemaran lingkungan kadang-
karena semuanya perlu proses dan waktu; kadang tampak jelas pada kita seperti
sehingga muncul sifat tangguh, bahwa timbunan sampah di pasar-pasar,
untuk mencapai sesuatu diperlukan usaha, pendangkalan sungai yang penuh kotoran,
perjuangan dan ketabahan. ataupun sesaknya napas karena asap
Mengamati hujan, awan, dan petir knalpot ataupun cerobong asap pabrik.
di sekolah pada saat hujan, akan muncul Tetapi ada juga yang kurang nampak
sifat jujur, tangguh, dan peduli; karena kita misalnya terlepasnya gas hydrogen sulfide.
akan mengakui bahwa kemampuan kita Begitu pula musik yang memekakan
tidak ada apa-apanya jika dibandingkan telinga yang keluar dari peralatan
dengan kekuatan alam, sehinggga muncul elektronik modern. Ion fosfat dalam
nilai-nilai keimanan. Tangguh akan limbah pabrik merupakan pencemar, tetapi
terbentuk karena kita harus dapat survive merupakan pupuk yang baik bagi
walaupun dalam kondisi yang sulit dengan pepohonan dan sebagainya.

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Darsiharjo_______________________________ 4


Pelibatan peserta didik dalam sebagai sumber belajar. Hal ini akan
memelihara dan menggunakan berbagai berdampak dalam pembentukan
media kesenian yang ada di masyarakat karakter bangsa terutama sifat cerdas,
sangat membantu dalam pengembangan jujur, tangguh, dan peduli pada sesama.
kreatifitas dan jati diri bangsa. Sehingga 4. Model pembelajaran lesson study
akan merasa peduli untuk memelihara; melalui kegiatan peer teaching, dapat
apalagi kreatifitas tersebut difasilitasi oleh dijadikan model untuk mengumpulkan
sekolah dalam berbagai kegiatan dan ide-ide kreatif dan efektif dengan
kreatifitas seni lainnya yang melibatkan siswa dalam merancang
dipertunjukkan pada masyarakat. pembelajaran di sekolah.
Apabila contoh-contoh tersebut 5. Penggunaan lingkungan sekitar sekolah
dilakukan di sekolah dalam proses dalam pembelajaran tidak akan
pembelajaran, maka pembentukan karakter membentuk sikap sentimen diantara
bangsa Indonesia yang sesungguhnya satuan pendidikan maupun sentimen
dapat terwujud yaitu manusia yang suku bangsa, justru akan memunculkan
seutuhnya, tidak mudah terbawa arus oleh keunggulan masing-masing kelompok
budaya bangsa lain yang tidak sesuai untuk membentuk suatu ikatan yang
dengan kultur bangsa Indonesia; nilai-nilai saling menghargai dan menghormati;
seni tradisi yang ada di masyarakat dapat dengan semboyan perbedaan bukan
dipertahankan dan ditumbuhkembangkan, untuk dipertandingkan, melainkan
dalam situasi masyarakat yang harmonis untuk dipersandingkan, sehingga
dan penuh dinamika. semboyan bangsa Indonesia yang
Bhineka Tunggal Ika dapat terwujud.
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan uraian dan bahasan
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa: Indrayana, D. 2011. Indonesia Optimis. PT
1. Guru dan stakeholder pendidikan Buana Ilmu Populer, Jakarta.
banyak yang tidak memahami, bahwa Mutakin, A., dan C. Rahmat. 2008.
lingkungan sekitar sekolah dapat Hakekat Manusia dalam Dinamika
dijadikan media dan sumber belajar Sosial Budaya. Fakultas Pandidikan
geografi, dalam konteks pembentukan Ilmu Pengetahuan Sosial – Universitas
karakter bangsa. Pendidikan Indonesia, Bandung.
2. Dalam proses pembelajaran, masih ada Rusbiantoro, D. 2008. Global Warming for
guru yang masih sangat tergantung Beginner Pengantar Komprehensif
pada media dan sumber belajar yang tentang Pemanasan Global.
disediakan oleh sekolah, sementara Penembahan, Yogyakarta.
tidak semua sekolah dapat Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran
menyediakan media tersebut, sehingga Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.
dalam proses pembelajaran hasilnya Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah
kurang optimal, malah cenderung Pendidikan Nasional Kita. Kompas,
memunculkan keluh kesah dan sifat Jakarta.
pesimis pada siswa. Hal ini akan Trianto. 2009. Mendesain Model
berdampak buruk pada pembentukan Pembelajaran Inovatif progresif:
karakter bangsa. Konsep, Landasan, dan
3. Diperlukan guru yang berjiwa kreatif Implementasinya pada Kurikulum
dan optimis dalam melaksanakan Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
proses pembelajaran sehingga akan Kencana, Jakarta.
muncul inovasi-inovasi baru, termasuk
pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah

Geoedukasi Volume 2 Nomor 1, Maret 2013, Darsiharjo_______________________________ 5

Anda mungkin juga menyukai