Anda di halaman 1dari 11

Nama : Restu Syindi DM

Nim : 2030201163
Kelas : PGMI 4
Mk : Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Aquami, M.Pd.I

Pengertian Guru dan Sosiologi Pendidikan


Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik.
Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan pada diri setiap anak didik. Tidak ada
seorang guru yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. Untuk
itulah  guru dituntut memiliki dedikasi dan loyalitas dalam membimbing dan membina anak
didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.[1]
Sedangkan dalam pandangan masyarakat Jawa, pendidik atau guru memiliki posisi
yang sangat terhormat. Masyarakat Jawa menyebut istilah guru berasal dari kata digugu lan
ditiru. Kata digugu (dipercaya) mengandung maksud bahwa guru mempunyai
seperangkat  ilmu yang memadai sehingga ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas
dalam melihat kehidupan ini. Sedangkan, kata ditiru (diikuti) menyimpan makna bahwa guru
merupakan sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utuh sehingga tindak tanduknya
patut dijadikan panutan oleh peserta didik dan masyarakat.[2]
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang
melakukan usaha secara sadar terhadap pengembangan potensi peserta didik agar lebih baik,
sehingga menjadi manusia yang utuh.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M.A., sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan perkembangan individu agar lebih baik.[3] Sedangkan menurut Dictionary
of Sosiology, sosiologi pendidikan adalah sosiologi yag diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental. [4]Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek
pendidikan, dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan pendidikan secara mendalam
melalui analisa atau pendekatan sosiologis.
Guru di dalam kaca mata sosiologi merupakan sosok yang menjadi anutan bagi
masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh siswa di ruang kelas, tetapi juga oleh
masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa masayarakat memposisikan guru di tempat yang
terhormat dalam kehidupan masyarakat, yaitu di depan memberi suri tauladan (ing ngarso
sung tulada), di tengah-tengah membangun (ing madya mangun karsa) dan dan di belakang
memberikan dorongan atau motivasi (tut wuri handayani).
Peran Guru dalam Sosiologi Pendidikan
1.      Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Seorang disebut guru, karena ia menjalankan peranan guru, yaitu mengajar.
Peranan ini benar-benar peranan sosial, fungsi sosialnya tidak dapat diragukan. Fungsi
guru juga disebut jabatan guru atau tugas guru karena si pemangku menerima tugas itu
dari insatasi yang berwenang melalui surat (dan upacara) pengangkatan.[5] Selain
sebagai actor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan, ada beberapa fungsi dan
tugas seorang guru, antara lain:
a.    Edukator (pendidik)
Tugas seorang guru adalah mendidik siswa sesuai dengan materi pelajaran
yang diberikan. Syarat utama sebagai seorang edukator adalah guru harus
mempunyai ilmu.[6] Jadi guru berperan menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai
warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan
dan dikembangkan.[7] Di sini guru juga menjadi tokoh panutan bagi peserta didik
dan lingkungannya. Sehingga guru sebagai pendidik harus mengetahui dan
memahami nilai dan norma.
b.      Leader (pemimpin)
Guru juga berperan sebagai pemimpin kelas. Oleh karena itu, ia harus bisa
menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan
pembelajaran yang berkualitas.[8] Selain itu guru juga harus bersikap terbuka,
demokratis, dan menghindari cara-cara kekerasan.
c.       Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru memfasilitasi murid untuk menentukan dan
mengembangkan murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya.[9] Untuk
melaksanakannya guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi
untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
d.      Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis
yang sangat penting. Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu
membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar
belakang kehidupannya.[10]  Siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan
kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar
dalam dirinya. Oleh sebab itu, guru dituntut kreatif dalam membangkitkan motivasi
belajar siswa.
e.       Evaluator
Dalam dunia pendidikan setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-
waktu tertentu akan diadakan evaluasi, artinya seseorang guru mengadakan penilaian
terhadap hasil yang telah dicapai.[11] Penilaian dilakukan agar guru dapat
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran,
serta keefektifan metode mengajar.
Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahannya. Maka dari itu
harus ada pembenahan . dalam mengevaluasi guru bisa menggunakan cara dengan
merenungkan proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan
kelebihan, atau dengan cara objektif, meminta pendapat orang lain, missal kepala
sekolah, guru-guru yang lain atau bahkan murid-muridnya.[12]
Sikap Guru dalam Mengahadapi Tantangan Globalisasi
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru sebagai
komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan
melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam
masyarakat. Guru diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki
kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan
percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis)
maupun sikap mental. 
Beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dalam menjalankan peran-
perannya dengan mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
1)   Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar.      
Dengan kondisi ini guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif,
dan bijaksana. Responsive artinya guru harus bisa menguasai dengan baik produk
IPTEK, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran
dengan menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan IPTEK yang baik, maka guru
akan tertinggal dan menjadi korban IPTEK serta menjadi guru “isoku iki”.[16]
2)   Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia
Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung
tinggi moralitas kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi.
Dikalangan remaja sangat begitu terasa akan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh
hiburan baik cetak maupun elektronik yang menjurus pada hal-hal pornografi telah
menjadikan remaja tergoda dengan kehidupan yang menjurus pada pergaulan bebas
dan materialisme. Mereka sebenarnya hanya menjadi korban dari globalisasi yang
selalu menuntut kepraktisan, kesenangan belaka, dan budaya instan.[17]
3)   Krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang
terjadi dalam masyarakat.
Akibat perkembangan industri dan kapitalisme maka muncul masalah-masalah
sosial yang ada dalam masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti
dan menikmati dunia industri dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara pendidikan,
akses, dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industrialisasi dan kapitalisme. Ini
merupakan tantangan guru untuk merespon realitas ini, terutama dalam dunia
pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan sudah mendapat
kepercayaan dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap
hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi
solusi dari suatu masalah sosial (kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan
kemiskinan) bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah sosial tersebut.
4)   Krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia
Sebagai bangsa dan negara di tengah bangsa-bangsa di dunia membutuhkan
identitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari warga negara Indonesia.
Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk setiap eksisnya bangsa dan negara
Indonesia. Nasionalisme yang tinggi dari warga negara akan mendorong jiwa
berkorban untuk bangsa dan negara. Dewasa ini ada kecenderungan menipisnya jiwa
nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator,
seperti kurang apresiasinya generasi muda pada kebudayaan asli bangsa Indonesia,
pola dan gaya hidup remaja yang lebih kebarat-baratan, dan beberapa indikator
lainnya.[18] Melihat realitas di atas guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai
nasionalisme harus mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda akan
pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5)   Adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia.
Kondisi di atas membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas
sumber daya manusia. Dibutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal dan
unggul yang siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dunia
pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang digambarkan seperti di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan
guru yang visioner, kompeten, dan berdedikasi tinggi sehingga mampu membekali
peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di tengah-
tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.[19]
Peran Guru dalam Perspektif Sosiologi
Dalam dunia pendidikan pasti tidak terlepas dari peran seorang guru. Guru dipandang sebagai
agen sosial yang sangat penting dalam proses pendidikan. Bapak pendidikan, Ki Hajar
Dewantara dengan semboyannya yang sangat melegenda Ing Ngarso Sing Tulodho, Ing
Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut sesuai dengan peran
seorang guru, yaitu di depan memberikan contoh. Guru sebagai teladan sangat dibutuhkan
untuk memberikan contoh kebiasaan-kebiasaan yang baik dan akan membentuk karakter
siswanya. Di tengah memberikan semangat dengan membuat siswa termotivasi dengan
meningkatkan pengetahuannya dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi.
Seorang guru pada masa ini dituntut untuk menjadi motivator bagi siswanya sebab tanpa
adanya motivasi seringkali para siswa malas belajar bahkan tidak memahami tujuan belajar
itu sendiri. Peran guru sangatlah luas, bukan hanya sekedar mengajar dan mendidik saja.
Peran guru meliputi:

1) Guru sebagai Pengajar.

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Guru berperan dalam
melakukan transfer ilmu dan nilai sehingga tujuan pendidikan mewujudkan manusia
Indonesia seutuhnya dapat tercapai.

2) Guru sebagai Pembimbing.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus bersifat pemandu atau pembimbing
bagi siswa-siswanya. Ketika proses membimbing, guru harus bersabar dalam menghadapi
segala bentuk tingkah laku siswanya. Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa
sendiri agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya,
mengenal dirinya sendiri, serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

 Guru sebagai Ilmuwan.

Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Dia bukan hanya berkewajiban
menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa, tetapi juga berkewajiban
mengembangkan pengetahuan itu dan terus memupuk pengetahuan yang dimilikinya.

4) Guru sebagai Pribadi.

Sebagai pribadi, guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi siswanya, orang tua dan
masyarakat. Sifat-sifat tersebut sangat diperlukan agar ia dapat melaksanakan pembelajaran
yang efektif.

5) Guru sebagai Penghubung.

Sekolah berdiri diantara dua lapangan, yakni di satu pihak mengemban tugas menyampaikan
dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus berkembang dengan
lajunya. Di lain pihak, guru bertugas menampung aspirasi, masalah kebutuhan, minat dan
tuntutan masyarakat. Di antara kedua lapangan inilah sekolah memegang perannya sebagai
penghubung dimana guru berfungsi sebagai pelaksana

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN DI Indonesia

Sertifikasi guru, adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang secara umum
bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru sehingga akan berdampak positif bagi kemajuan
pendidikan. Konsekwensinya bagi guru yang lolos sertifikasi adalah mendapatkan tunjangan
yang besar. Sehingga seorang guru berharap atau ingin bisa lolos dalam sertifikasi. Tapi
sertifikasi guru ini tidak begitu besar dampaknya dalam meningkatkan kemajuan pendidikan.
Memang pemerintah selain terus menambah jumlah guru juga harus meningkatkan
kualitasnya. Tapitentunya ada skala prioritas, dan rasanya sertifikasi tidak memberikan
dampak maksimal. 

Proses sertifikasi guru. Untuk bisa dikatakan profesional tentunya harus ada evaluasi,
indikator yang harus nampak pada guru profesional. Fakta yang ada di lapangan, guru itu
banyak yang membuatkan atau secara instan menyusun portofolio. Dan jika pun lewat
DIKLAT yang dilakukan beberapa minggu tidak bisa memberikan perubahan yang begitu
terlihat. Setelah guru dinyatakan lolos sertifikasi, apakah dia mau mengembangkan terus
kemampuannya dalam mengajar atau mendidik? Hanya sedikit yang mau, misal dengan
mengikuti seminar, workshop atau melanjutkan pendidikan formalnya. Yang ada mereka
berpikir, apa yang diinginkan sudah didapat ya sudah. Selain itu tentunya proses sertifikasi
ini harus berkelanjutan, guru dikatakan profesional harus ada tenggang waktunya, misalnya
dengan 3 tahun sekali diadakan evaluasi guru kembali. Kenyataannya tidak, hanya sekali dan
berlaku untuk waktu sampai kapan tidak jelas. 

Produknya tak jelas, dengan tunjangan sertifikasi yang besar seharusnya menghasilkan
sesuatu yang jelas. Misalnya saja bagi guru yang sudah sertifikasi haruslah mengantarkan
anak didiknya mencapai tujuan apa yang dipelajarinya dengan baik, misalnya dengan patokan
nilai. Atau bagi guru yang sudah sertifikasi harus secara berkala membuat karya tulis ilmiah
yang dipublikasikan. Kenyataanya target dan beban tugasny sama saja dengan guru yang
belum sertifikasi. 

Semangat kerja dan dedikasi yang kurang. Faktanya guru yang sudah sertifikasi tidak lebih
berdedikasi dari guru sukarelawan (guru sukwan). Banyak beban mengajar atau diluar
mengajar yang masih ada hubungannya dengan sekolah malah diberikan kepada guru
sukarelawan. Dengan uang yang sudah banyak dimilikinya dengan mudah ia memberikan
sebagaian uangnya untuk guru sukarelawan tapi dengan beban pekerjaan yang diberikan
kepadanya. 

Sudah banyak dibahas kenaikan gaji itu juga akan dibarengi dengan kenaikan harga barang,
jadi berapa besar tambahan gajinya nilainya menjadi sama. Dan tentunya jika ini tidak
dilaksanakan secara jujur dan adil akan menciptakan kecemburuan sosial. 

Niatnya sudah baik, yaitu dengan sertifikasi guru akan meningkatkan kualitas guru dan
selanjutnya memperbaiki kualitas pendidikan. Prosesnya yang harus dilakukan dengan juga
profesioanl yang nantinya juga bisa menghasilkan guru yang profesional. Karena didalam
proses itulah tahapan yang paling penting. Dan tentunya apa yang sudah diberikan haknya
terlebih dahulu berupa tunjangan profesi haruslah diimbangi dengan melaksanakan kewajiban
yang semestinya dilakukan. Sehingga semua tidak menjadi percuma. Karena masih ada
banyak komponen dan sektor pendidikan yang juga harus diperbaiki untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. 

Dana BOS: Pengertian, Penerima, dan Jenisnya


Dana BOS merupakan singkatan dari dana Bantuan Operasional Sekolah. Program ini adalah
program pemerintah Indonesia yang memberikan bantuan keuangan kepada sekolah-sekolah
di seluruh Indonesia.

Mengutip laman Direktorat Sekolah Dasar, dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan
atau biasa disebut dana BOS adalah dana alokasi khusus non fisik untuk mendukung biaya
operasional non personalia bagi satuan pendidikan.

Dana BOS diberikan kepada sekolah-sekolah baik yang dikelola oleh pemerintah maupun
swasta. Dana ini digunakan untuk biaya operasional sekolah seperti gaji guru dan karyawan,
kebutuhan belajar mengajar seperti buku dan alat tulis, serta keperluan lainnya seperti biaya
listrik, air, dan perawatan gedung sekolah.

Setiap sekolah di Indonesia berhak menerima dana BOS sesuai dengan jumlah siswa yang
terdaftar di sekolah tersebut. Besaran dana yang diterima oleh setiap sekolah juga bervariasi
tergantung dari tingkatan sekolah, yakni SD, SMP, atau SMA.

Besaran penyaluran dana BOS jika mengacu pada pada tahun 2022 adalah senilai Rp 51,6
triliun untuk 217.620 sekolah yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

Pelaksanaan dana BOS pada tahun sebelumnya (2022) berdasarkan atas Permendikbudristek
Nomor 2 Tahun 2022 mengenai Petunjuk Teknis Pengelola Dana Bantuan Operasional
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini, Bantuan Operasional Sekolah, dan Bantuan
Operasional Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan.

Satuan Pendidikan Penerima Dana BOS

 SD/SDLB
 SMP/SMPLB
 SMA/SMALB
 SLB
 SMK
Jenis Dana BOS
1. Dana BOS Reguler
Syarat penerima dana BOS reguler ini antara lain:

 Memiliki NPSN yang terdata pada Aplikasi Dapodik


 Memiliki izin penyelenggaraan atau satuan pendidikan terdapat di Dapodik
 Bukan merupakan satuan pendidikan kerja sama
 Memutakhirkan data Dapodik paling lambat 31 Agustus TA sebelumnya
 Memiliki rekening satuan pendidikan atas nama satuan pendidikan
 Bukan merupakan satuan pendidikan yang dikelola K/L
Syarat BOS kinerja bagi sekolah yang memiliki prestasi:

1. Penerima dana BOS reguler pada tahun anggaran berkenaan

2. Pernah memperoleh paling sedikit satu penghargaan/medali/sertifikat prestasi pada ajang


talenta di tingkat provinsi, nasional, dan/atau internasional dengan kriteria:
- Ajang talenta di tingkat provinsi atau nasional diselenggarakan oleh Kemendikbudristek.
Sedangkan ajang talenta di tingkat internasional diperoleh oleh peserta yang berasal dari
pendelegasian Kemendikbudristek

- Prestasi diperoleh 2 tahun sebelum penetapan BOS kinerja

Syarat BOS kinerja bagi sekolah yang memiliki kemajuan prestasi:

1. Penerima dana BOS reguler pada tahun anggaran berkenaan

2. Termasuk 15% satuan pendidikan pelaksana Asesmen Nasional terbaik di wilayah provinsi
atau kabupaten/kota berdasarkan:

- Hasil atau peningkatan rapor pendidikan pada indikator kualitas pembelajaran dan hasil
belajar dari profil pendidikan

- Indeks status ekonomi dan sosial satuan pendidikan

2. Dana BOS Kinerja


Penerima dana BOS Kinerja terdiri atas:

 Sekolah yang melaksanakan Program Sekolah Penggerak


 Sekolah yang memiliki prestasi
 Sekolah yang memiliki kemajuan terbaik
Syarat BOS Kinerja bagi sekolah penggerak

1. Penerima dana BOS reguler pada tahun anggaran berkenaan

2. Telah ditetapkan oleh Kemdikbudristek sebagai pelaksana Program Sekolah Penggerak

Peran Kepala Sekolah Meningkatkan Kualitas Guru

Kepala Sekolah dan Tugasnya


Kepala sekolah adalah pemimpin di sebuah sekolah. Kepala sekolah memiliki tugas tersendiri
dalam proses pembelajaran di sekolah. Tugas kepala sekolah ini diatur dalam pasal 15
Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah.
Berikut adalah tugas-tugas yang diemban oleh kepala sekolah :

1. Menjalankan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi pada


guru dan tenaga kependidikan.

2. Melakukan bimbingan atau pengajaran

3. Bila ditempatkan di sekolah Indonesia yang ada di luar negeri, kepala sekolah memiliki
tugas melakukan promosi kebudayaan Indonesia.

4. Bila ada kekurangan guru, kepala sekolah juga bertugas mengajar di kelas.
Selain itu, kepala sekolah juga memiliki fungsi-fungsi tersendiri, yaitu :

1. Fungsi manajerial

Fungsi manajerial adalah fungsi utama bagi seorang kepala sekolah. Fungsi ini menuntut
kepala sekolah untuk bisa mengatur setiap kegiatan dan semua perangkat yang ada di dalam
sekolah. Kepala sekolah mengatur hal-hal terkait proses pembelajaran di kelas, mulai dari
kurikulum yang digunakan hingga monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah

2. Fungsi perencanaan

Fungsi perencanaan yang diembang oleh kepala sekolah dilakukan dengan cara membuat
rencana tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, ekstrakurikuler, pelatihan guru dan staf,
keuangan sekolah hingga anggaran belanja sekolah.

3. Fungsi pengawasan

Kepala sekolah memiliki fungsi pengawasan terhadap setiap kegiatan yang ada di
sekolahnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, seorang kepala sekolah harus bersikap objektif.
Artinya, kepala sekolah bisa mengawasi secara adil penerapan tata tertib sekolah. Adil dalam
pemberian sanksi, hukuman maupun reward bagi setiap pihak yang ada di sekolah.

4. Fungsi dukungan sosial

Fungsi dukungan sosial kepala sekolah ini dilakukan dengan cara memberikan dukungan
kepada setiap perangkat yang ada di sekolah. Kepala sekolah akan mendukung secara adil
pada setiap perangkatnya. Memberikan bantuan dan melakukan tolong menolong dengan
perangkat sekolah.

Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Guru di Sekolahnya


Sebagaimana yang telah diketahui bersama, kualitas guru adalah hal penting untuk meraih
kesuksesan pendidikan. Di sekolah, kualitas guru  bisa mempengaruhi mutu dari sebuah
sekolah. Semakin berkualitas gurunya, maka mutu sekolah semakin tinggi. Oleh karena itu,
sangat penting untuk meningkatkan kualitas guru.

Peningkatan kualitas guru di sekolah juga membutuhkan dukungan penuh dari kepala
sekolah. Kepala sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas guru di
sekolahnya. Berikut adalah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di
sekolahnya :

1. Menciptakan suasana belajar yang kondusif


Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di sekolahnya dimulai dari
menciptakan suasana belajar yang kondusif. Caranya adalah dengan memberikan panduan
yang jelas tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas. Memberikan kesempatan kepada guru
untuk bisa mengajar berdasarkan metode pembelajarannya masing-masing.

2. Menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung proses pembelajaran


Peningkatan kualitas pendidikan juga bergantung pada fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah.
Semakin lengkap fasilitas yang ada di sekolah, semakin mudah bagi guru untuk melakukan
tugasnya.Kemudahan ini yang nantinya bisa membuat guru mengajar dengan baik. Kualitas
guru pun akan meningkat.

3. Memberikan motivasi kepada guru


Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di sekolahnya bisa dilakukan dengan
memberikan motivasi. Kepala sekolah memiliki tugas motivator bagi orang-orang yang
dipimpinnya, termasuk guru.

Berikan motivasi pada guru-guru yang ada di sekolah untuk menampilkan kemampuan
terbaiknya saat proses pembelajaran.

Motivasi guru untuk selalu mengajar dengan baik. Sampaikan bahwa guru adalah garda
terdepan dalam meningkatkan kualitas siswa-siswanya. Agar menghasilkan siswa yang
berkualitas, maka gurunya juga harus berkualitas.

Berikan juga motivasi kepada guru untuk meningkatkan kualitasnya. Menambah pengetahuan
tentang mata pelajaran yang diampu ataupun mengasah keterampilan yang berhubungan
dengan proses pembelajaran.

Dengan motivasi yang diberikan oleh kepala sekolah ini, niscaya guru akan semangat untuk
mengajar dengan baik. Guru juga akan termotivasi untuk meningkatkan kompetensinya.

4. Memberdayakan guru melalui program kerjasama


Peningkatan kualitas guru bisa dilakukan melalui kerjasama dengan beberapa pihak. Baik
pihak internal sekolah ataupun pihak eksternal. Disinilah kepala sekolah mengambil peran.
Kepala sekolah berperan meningkatkan kualitas guru di sekolahnya dengan melakukan
pemberdayaan guru melalui program kerjasama.

Secara internal, pemberdayaan guru yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan
menciptakan kerjasama yang baik antar guru-guru yang ada di sekolahnya. Guru-guru bisa
diminta rutin berdiskusi dan sharing ilmu masing-masing. Diskusi ini bisa menambah
pengetahuan guru, yang nantinya pun bisa meningkatkan kualitas guru itu sendiri.

Sedangkan secara eksternal, kepala sekolah bisa menjalani kerjasama dengan pihak-pihak di
luar sekolah yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Misalnya, memberikan pelatihan
kepada guru-guru di sekolahnya melalui kerjasama dengan pihak luar.
Atau bisa dengan mengadakan pertemuan guru antar sekolah untuk saling berdiskusi. Bisa
juga dengan melakukan studi banding ke pihak-pihak yang berkompeten di bidang
pendidikan.

5. Memberikan kesempatan pada guru untuk meningkatkan kompetensinya


Peran yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di
sekolahnya bisa dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada guru untuk
meningkatkan kompetensinya. Caranya, dengan memberikan kesempatan pada guru untuk
mengikuti berbagai seminar ataupun pelatihan yang bisa meningkatkan kompetensi guru.

Sekolah juga membantu memberikan biaya pendidikan dan pelatihan bagi para guru-gurunya.
Dengan ini, guru bisa meningkatkan kompetensinya sehingga menjadi guru yang berkualitas.

6. Menciptakan budaya kerja yang kondusif


Budaya kerja yang kondusif juga mendukung upaya peningkatan kualitas guru di sekolah.
Budaya kerja yang kondusif ini bisa membuat guru mengajar dengan nyaman, sehingga guru
pun mampu mengajar dengan baik.
Selain itu, budaya kerja yang kondusif ini juga memberikan kesempatan yang luas bagi guru
untuk meningkatkan kompetensinya. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah lah yang
berperan budaya kerja yang kondusif ini.

Anda mungkin juga menyukai