Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang
sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan
sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya
mempunyai gejala yang sama. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan
(status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam suatu
lapisan stratum. Pitirim A. Sorokin memberikan definisi sebagai berikut, suatu
masyarakat ialah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang
tersusun secara bertingkat (hiearchis).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan lingkungan sosial?
2. Apa saja faktor-faktor dalam perkembangan manusia?
3. Apa fungsi sekolah?
4. Bagaimana perubahan sosial dan pendidikan?
5. Bagaimana peranan pendidikan dalam masyarakat?
6. Apa saja masalah yang terdapat dalam masyarakat akan pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk dapat memahami pendidikan dan lingkungan sosial.
2. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor dalam perkembangan manusia.
3. Untuk dapat mengetahui fungsi sekolah.
4. Untuk dapat memahami perubahan sosial dan pendidikan.
5. Untuk dapat mengaplikasikan peranan pendidikan dalam masyarakat.
6. Untuk dapat mengetahui masalah yang terdapat dalam masyarakat akan
pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor dalam Perkembangan Manusia


Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor
biologis, lingkungan alamiah , dan lingkungan sosial budaya. Mengutamakan
salah satu aspek memberikan gambaran yang kurang tepat. Kepribadian tak dapat
dilepaskan dari aspek biologis.1 Lingkungan alamiah seperti iklim dan faktor-
faktor geografis lainnya memberikan tempat dan bahan yang perlu bagi kehidupan
seperti oksigen, bahan untuk produksi bahan makan, hujan, matahari, dan
sebagainya. Lingkungan alam merangsang bentuk kelakuan tertentu, seperti laut
untuk menangkap ikan, berlayar berdagang, padang rumput untuk ternak dan lain
sebaginya.
Faktor ketiga dalam perkembangan manusia ialah lingkungan sosial
budaya, semua manusia hidup dalam suatu kelompok dan saling berhubungan
melalui lambang-lanbang, khususnya bahasa. Manusia mempelajari kelakuan dari
orang lain di lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial budaya mengandung dua
unsur yakni:
1. Unsur sosial yakni interaksi diantara manusia.
2. Unsur budaya yakni bentuk kelakuan yang sama yang terdapat dikalangan
kelompok manusia.
Dalam proses sosialisasi manusia mengembangkan lambang-lambang
sebagai alat komunikasi, bahasa yang memudahkan transmisi pengalaman kepada
generasi muda. Seluruh pendidikan berlangsung melalui interaksi sosial.

B. Kontrol Sosial dan Pendidikan


Dengan kontrol sosial dalam arti yang luas dimaksud setiap usaha atau
tindakan dari seseorang atau suatu pihak untuk mengatur orang lain. Dalam arti

1
Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 76

2
yang sempit dengan kontrol sosial dimaksud pengendalian eksternal atas kelakuan
individu oleh orang lain yang memegang otoritas atau kekuasaan.2

C. Sekolah Sebagai Alat Kontrol dan Integrasi Sosial


Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak. Ada
empat cara yang dapat digunakan sekolah yakni:
1. Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai dan informasi
melalui pengajaran secara langsung.
2. Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah,
pramuka, kelompok olagraga, dan lain-lain.
3. Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh yang dapat dijadikan anak
sebagai model yang dapat ditiru kelakuannya.
4. Menggunakan tindakan yang positif dan negatif untuk mengharuskan
murid mengikuti kelakuan yang layak dalam bimbingan social.3

D. Kontrol Eksternal dan Pendidikan


Kontrol langsung disekolah bersumber langsung pada sekolah dan guru.
Merekalah yang menentukan kelakuan yang bagaimana yang diharapkan murid-
murid. Dalam hal guru menghadapi situasi yang tidak jelas dituangkan dalam
bentuk peraturan, ia harus berunding dengan kepala sekolah.
Tujuan kontrol bermacam-macam. Pada satu pihak diinginkan perubahan,
pembangunan perluasan mobilitas sosial, dilain pihak ada usaha untuk
mempertahankan status dan melestarikan norma-norma budaya yang ada. Alat
kontrol yang digunakan antara lain berupa syarat pemilihan dan pengangkatan
guru, serta peraturan-peraturan kepegawaian. Kontrol eksternal itu biasanya
diterima dan disetujui oleh guru-guru dan diinternalisasikan dalam sikap mereka
lalu menjadi norma yang dijadikan pegangan dalam kelakuan dan tindakan
mereka sebagai pengajar.4

2
Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.
59
3
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 33
4
Ibid., h. 34

3
E. Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar sekali akan
kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu setiap anak
diharapkan memasuki sekolah dan dapat diberikan ide-ide baru tentang
masyarakat yang lebih indah dari pada yang sudah-sudah.5 Tak dapat diharapkan
bahwa guru-gurulah yang akan mengambil inisiatif untuk mengadakan reformasi,
oleh sebab guru itu sendiri diangkat oleh pihak yang berkuasa dan telah menerima
norma-norma yang dipersyaratkan oleh atasannya.
Tentu saja sekolah dapat digunakan oleh yang berkuasa untuk mengadakan
perubahan-perubahan radikal yang diinginkan oleh pihak yang berkuasa itu,
seperti dilakukan oleh Hitler di Jerman partai komunis di Uni Sovyet , Jepang
didaerah jajahan dulu dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu antara lain
tercermin dalam perubahan dan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan
peralihan dari zaman kolonial ke zaman kemerdekaan memerlukan berbagi
perubahan kurikulum.

F. Peranan Pendidikan dalam Masyarakat


Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga
pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial. Pemerintah
bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan
secara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus
dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban
untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme
dan sebagainya.6
Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik,
ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat
diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,

5
Ibid., h. 69
6
Nasution, Pendidikan…, h. 54

4
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,
sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat
adalah:
1. Fungsi Sosialisasi
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola
perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti
sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan
mengikuti atau melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih
dewasa. Anak-anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian
menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu
sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa.
Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih
kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu
dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu
yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami
perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini
mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke
generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan-permasalahan
Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat,
maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan
nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction). Dengan berdasarkan pada
proses reproduksi budaya tersebut, upaya mendidik anak-anak untuk
mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi yang sudah
mapan adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-
lembaga sosial tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga keagamaan,
lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam permulaan
masa-masa pendidikannya, merupakan masa yang sangat penting bagi
pembentukan dan pengembangan pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa

5
pembentukan dan pembangunan upaya pengadopsian ini dilakukan sebelum
anak-anak mampu memiliki kemampuan kritik dan evaluasi secara rasional.7

2. Fungsi Kontrol Sosial


Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan
mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan
program-program asimilasi dan nilai-nilai yang beraneka ragam, ke dalam
nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi
sebagian masyarakat
Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan
hidup etnik yang beranekaragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima
seluruh etnik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi
sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan pandangan hidup yang dianut
oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus
menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara
Indonesia kepada anak-anak di sekolah.8

3. Fungsi Pelestarian Budaya Masyarakat


Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-
budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestarikan nilai-nilai budaya
daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian
daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi
kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah
ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu
lembaga masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat
dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu umpama sekolah di Jawa
Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah,
sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Sunda,

7
Ibid., h. 56
8
Ibid., h. 57

6
sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai
yang ada yang beragam demi kepentingan nasional.9

4. Fungsi Seleksi, Latihan dan Pengembangan Tenaga Kerja


Proses seleksi terjadi di segala bidang baik akan masuk sekolah
maupun akan masuk pada jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu
harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentu harus
mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk dapat masuk pada
suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni
(NEM).
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan
pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan
untuk menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang spesialisasi tertentu.
Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga
ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua
dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung
jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.
Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan
memangku jabatan tertentu, patuh terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab
akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai harkat
dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan
memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan dalam
tugasnya.
Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi
pengajaran untuk menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang
ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenaga yang terampil sesuai
dengan bidangnya, sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang

9
Ibid., h. 58

7
pribadi yang baik untuk menjadi seorang pekerja sesuai dengan bidangnya.
Jadi fungsi pendidikan ini merupakan pengembangan pribadi social.10

5. Fungsi Pendidikan dan Perubahan Sosial


Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial
mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Reproduksi Budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan
sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini
merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih
rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
b. Difusi Budaya
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai
penghasil nilai-nilai budaya baru juga sebagai difusi budaya (cultural
diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil
tentu berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah
tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-
informasi baru tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan
pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat memberikan kemudahan-
kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya perubahan sosial
yang berkelanjutan.
c. Mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan
tradisional.
d. Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi
sosial tradisional.
e. Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap
institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan.11

10
Ibid., h. 58
11
Ibid., h. 59

8
6. Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
a. Sebagai Partner Masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak
pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada
berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-
aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi
pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan
terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan
lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan
bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga
sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk
selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi
oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di
sekolah.
Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula
oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-
sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat
seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar,
majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan
fungsi pendidikan.12
b. Sebagai Penghasil Tenaga Kerja
Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan
masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya.
Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh
sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan
sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan
akan ditentukan pula oleh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah
selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan
penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian
akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya.

12
Ibid., h. 60

9
Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian, penghargaan dan
tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya yang
memberikan makna penting eksistensi.13

G. Sumber Masalah yang Terdapat pada Masyarakat akan Pendidikan


1. Rendahnya kesadaran multikultural.
2. Penafsiran otonomi daerah yang masih lemah.
3. Kurangnya sikap kreatif dan produktif.
4. Rendahnya kesadaran moral dan hukum.

13
Ibid., h. 52

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial,
yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua
yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain
dirumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan dan sebagainya.
2. Perkembangan manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor
biologis, lingkungan alamiah , dan lingkungan sosial budaya.
3. Kontrol eksternal itu biasanya diterima dan disetujui oleh guru-guru dan
diinternalisasikan dalam sikap mereka lalu menjadi norma yang dijadikan
pegangan dalam kelakuan dan tindakan mereka sebagai pengajar.
4. Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga
pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1994


Soekanto, Soerjono. Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2006.
Zubaedi. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Pustaka Pelajar. 2000.

12

Anda mungkin juga menyukai