Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 2

BUDAYA
ACEH
01 Perkawinan

MATERI
02 Kelahiran

03 Kematian

BAHASAN 04 Keunikan
ANGGOTA KELOMPOK
-Azana Rahma -Siti Sena Aenunah
(202001500943) (202001500935)
-Yayan Setiawan -Nida Nurdiana A
(202001500945) (202001500975)

-Sigit Arya Purnama -Hugis Afiatul Sofi


(202001500952) (202001500954)
PERKAWINAN
Pernikahan di Aceh, yang geografis dan budayanya sarat akan
nilai-nilai Islam, telah melalui evolusi dari tradisi sederhana ke
adaptasi dengan unsur-unsur modern. Dulu, upacara pernikahan
diwarnai dengan tari tradisional "seudati" dan nilai-nilai
keagamaan. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat Aceh
mulai menggabungkan elemen-elemen modern tanpa
meninggalkan akar budaya dan norma-norma syariah yang kuat.
Sebagai hasilnya, pernikahan di Aceh mencerminkan perpaduan
yang unik antara warisan tradisional dan tuntutan zaman.
Foto-foto disamping kiri, adalah bukti kemajuan budaya aceh
pada zaman modern terkait perkawinan/pernikahan.
Pernikahan di Aceh terpengaruh oleh hukum Islam, nilai-nilai
budaya, dan tradisi lokal. Provinsi ini menerapkan hukum Islam
penuh, dengan proses inti perkawinan melibatkan ijab kabul,
mahar, dan peran wali nikah. Meskipun Islam mendominasi,
unsur-unsur adat Aceh seperti upacara tradisional dan warisan
adat masih memengaruhi. Pemerintah Aceh menetapkan batasan
usia minimum untuk perkawinan, tetapi masih terdapat kasus
pernikahan di bawah umur. Polygami diizinkan, tetapi tunduk
pada regulasi ketat, memerlukan izin pengadilan agama dan
persetujuan istri pertama. Pernikahan di Aceh mencerminkan
keseimbangan antara ketentuan agama, kekayaan budaya, dan
adaptasi terhadap zaman modern.
TARIAN SAMBUTAN PERKAWINAN

Seudati Saman
KELAHIRAN
PENYAMBUTAN

Tradisi penyambutan kelahiran di Aceh mencerminkan


keseimbangan antara kekayaan budaya dan nilai-nilai
keagamaan. Upacara dimulai dengan doa dan syukur
dipimpin oleh seorang ulama, dilanjutkan dengan
pemberian nama bayi yang memiliki makna
mendalam. Seserahan dari keluarga dekat
disampaikan sebagai ucapan selamat, dan kehadiran
bayi diumumkan dengan sukacita. Beberapa keluarga
menjalankan tradisi memberikan nama sesuai urutan
kelahiran. Penggunaan baju adat Aceh khas menyertai
penyambutan, dan acara maulid Nabi sering diadakan
untuk merayakan kelahiran. Hadiah-hadiah kecil
diberikan sebagai tanda kasih sayang dan doa restu,
menguatkan ikatan keluarga dan memperkaya makna
hidup masyarakat setempat.
TRADISI
7 Bulanan Upacara Doa & Syukur Mengadopsi Nama Peucicap Peutron Aneuk

Mandi tujuh bulanan dikalangan Kelahiran bayi disambut dengan Di beberapa keluarga di Aceh, Mencicipkan berbagai rasa Istilah peutron aneuk ialah
masyarakat Aceh merupakan upacara doa dan syukur yang masih terdapat tradisi makanan pada bayi untuk menurunkan bayi dari rumah ke
tradisi dan adat warisan leluhur dipimpin oleh seorang ulama atau memberikan nama bayi pertama kalinya, mulai dari asam, tanah, karena pada umumnya
sebagai kesiapan seorang remaja tokoh agama setempat. Doa-doa berdasarkan urutan kelahiran. asin, manis, dan tawar. Hal ini rumah masyarakat Aceh tempo
yang telah menikah untuk menjadi khusus dibacakan untuk Misalnya, anak pertama diberi bermakna agar si anak tidak dulu merupakan rumah panggung
seorang ibu serta membersihkan memohon perlindungan, nama "Teungku" untuk laki-laki canggung hidup di tengah atau yang sering di sebut
tubuh dengan berbagai rempah kesehatan, dan keselamatan bagi atau "Teungku Putroe" untuk masyarakat, rajin bekerja, dan sekarang Rumoh Aceh.
dan kembang. bayi yang baru lahir, Sekaligus perempuan, dan seterusnya. memiliki akhlak yang baik.
pemberian nama pada bayi.
KEMATIAN
Upacara kematian di Aceh, Mencerminkan
Zaman Dulu
Modern

perpaduan antara nilai-nilai keagamaan Islam


dan tradisi adat istiadat yang diwariskan secara
turun temurun. Mulai dari pemberitahuan
kematian, prosesi pemakaman sesuai tata cara
Islam dan adat Aceh, peran ulama, hingga tradisi
sedekah bumi, semua aspek menggambarkan
penghormatan dan kesatuan dalam menghadapi
kehilangan. Masyarakat Aceh menjaga kekayaan
budaya dan spiritualitas, memperkuat
solidaritas sosial di tengah proses berduka.

02/05/2010
15/11/2023
Tradisi Kematian
Di Aceh, tempat pemakaman umumnya terletak di
pemakaman Islam setempat. Selain itu, terdapat pula
pemakaman khusus yang dikenal sebagai "Peut Matang"
atau "Tanoh Abee." Pemakaman ini memiliki kekhususan
sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi mereka yang
meninggal karena wabah penyakit. Konsep pemakaman
ini mencerminkan kehati-hatian dan keberhati-hatian
dalam menangani jenazah yang meninggal karena
penyakit menular, sejalan dengan norma-norma
kesehatan dan keamanan. Prosesi pemakaman di tempat
ini sering kali dilakukan dengan protokol khusus,
menunjukkan kepedulian masyarakat Aceh terhadap
keamanan dan kesehatan bersama, bahkan dalam
menghadapi situasi yang berpotensi membahayakan.
Keunikan Aceh
DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/sumut/budaya/d-6106060/gubsu-
edy-gelar-tradisi-aceh-peutron-aneuk-untuk-cucunya

https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/upacara-
adat-perkawinan-aceh

https://budaya-indonesia.org/Ritual-Masyarakat-Aceh-
Dalam-Menyambut-Kelahiran-Anak

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Peucicap

https://aceh.tribunnews.com/amp/2022/10/28/tradisi-
memuliakan-orang-meninggal-di-aceh

https://www.kompasiana.com/amp/cangkoiburong/5b7ec
90fbde575348d4163b3/tradisi-prosesi-kematian-
masyarakat-pidie-aceh
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai