Anda di halaman 1dari 3

Nama : Syafiq Baladrom

Kelas : X MIPA 4

TRADISI KHAS ACEH

1. Peusijuek
Dalam bahasa Aceh Peusijuk terdiri dari dua kata, yaitu peu dan sijuek. Jika ditilik lebih
lanjut, peu dalam kata peusijuk bukanlah kata yang bisa dipisahkan karena peu di sini bermaksa
sebagai awalan untuk kata sijuek. Sijuek berarti dingin, jadi jika digabung dengan awalan peu,
artinya adalah pendingin atau membuat sesuatu menjadi dingin. Tujuan Peusijuk sebenarnya
adalah untuk memberkati sesuatu termasuk di dalamnya mendoakan orang akan dipeusijuk. Secara
makna yang lebih luas, Peusijuk adalah sebuah prosesi yang dilakukkan pada kegiatan-kegiatan
tertentu dalam kehidupan masyarakat Aceh, seperti Peusijuek pada kenduri perkawinan, kenduri
sunatan, saat ada seseorang yang hendak berangkat haji, peusijuek hewan kurban, peusijuek
rumah atau kendaraan baru dan berbagai upacara lainnya yang sering terjadi dalam masyarakat
Aceh.

Secara umum, biasanya Peusijuk dilakukan oleh orang-orang yang sudah agak berumur dan
dihormati biasanya disebut dengan Tengku. Tengku adalah sebutan untuk pemuka agama.
Perlengkapan peusijuek terdiri dari: talam satu buah, breuh padee (beras) satu mangkok, bu leukat
kuneng (ketan kuning) satu piring besar bersama tumpoe (penganan berupa kue yang dibuat dari
tepung dan pisang) atau kelapa merah yang sering disebut inti u(inti kelapa), teupong taweu
(tepung yang dicampur air), on sineujuek (daun cocor bebek), on manek mano (jenis daun-
daunan), on naleung samboo (sejenis rerumputan yang memiliki akar yang kuat), glok ie (tempat
cuci tangan), dan sangee (tudung saji).
2. Kuah Beulangong
Beulangong atau belanga besar, adalah sebutan untuk kuali besar yang ukuran diameternya
bisa mencapai satu meter. Di dalam wadah besar itu, dimasaklah daging kambing dengan
campuran pisang atau nangka. Lalu diramu bersama bumbu dari rempah-rempah Aceh yang khas.
Kayu-kayu bakar menyala di bawah belanga besar ini. Kuah beulangong sebenarnya hanya daging
sapi atau kambing yang dimasak dalam belanga besar, kemudian dimakan bersama-sama oleh
masyarakat.

Masyarakat di pedesaan khususnya di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar hingga
saat ini masih melaksanakan kegiatan tersebut secara turun-temurun. Kuah beulangong juga akan
ditemui saat-saat kenduri di rumah masyarakat, baik pesta perkawinan, syukuran, maupun saat
mendoakan orang yang telah meninggal.

3. Kenduri Blang
Kenduri Blang atau kenduri jak u blang (kenduri sebelum menanam pagi) merupakan salah
satu adat dan budaya masyarakat sebelum turun sawah. Tradisi ini sudah ada sejak dahulu
dilakukan oleh masyarakat Aceh ketika akan turun sawah atau memasuki masa menanam padi,
yang bertujuan untuk memohon doa demi keselamatan tanaman padi dari segala hama dan
penyakit. Selain itu, kenduri blang juga bertujuan memohon kepada Allah SWT. supaya
mendapatkan hasil panen melimpah ruah.
Lazimnya sebelum kenduri dimakan bersama, kepala gampong memberikan petunjuk-
petunjuk yang dibolehkan atau yang menjadi larangan (pantang blang) kepada masyarakat yang
hadir. Tradisi ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat Bireuen, Aceh Utara, dan
wilayah lainnya di Aceh.

Anda mungkin juga menyukai