KELAS:5B
NO:22
UPACARA ADAT DI INDONESIA
1.)UPACARA NGABEN DI BALI
Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah umat HIndu di Bali.Upacara ngaben merupakan suatu
ritual yang dilaksanakan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya.Ngaben dalam
bahasaBali berkonotasi halus yang sering disebut palebon.Palebon berasal dari kata lebu yang
artinya prathiwi atau tanah.Palebon artinya menjadikan prathiwi (abu).Untuk menjadikan tanah itu
ada dua cara yaitu dengan cara membakar (ngaben) dan menanam ke dalam tanah (metanem).
Sekaten merupakan salah satu upacara tradisional yang berkembang di dalam kehidupan
masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Upacara Sekaten adalah upacara tradisional yang
diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Upacara ini
diselenggarakan secara periodik satu tahun sekali yaitu setiap tiap tanggal 5 sampai 11 Rabi’ul
Awal (atau dalam kalender Jawa disebut bulan Mulud). Upacara sekaten tersebut ditutup pada
tanggal 12 Rabi’ul Awal dengan menyelenggarakan upacara Garebeg Mulud.
Upacara Sekaten pada hakekatnya adalah suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang
kita. Pada mulanya, upacara tersebut diselenggarakan tiap tahun oleh raja-raja di Tanah Hindu,
berwujud selamatan atau sesaji untuk arwah para leluhur. Namun dalam perkembangannya,
Upacara Sekaten sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam melalui kegiatan kesenian
gamelan. Penyebarluasan agama Islam menggunakan media berupa kesenian gamelan karena
masyarakat saat itu menggemari kesenian Jawa dengan gamelannya. Sehingga, untuk
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW tidak lagi dengan kesenian rebana, melainkan
dengan kesenian gamelan.
Asal usul nama sekaten, ada beberapa pendapat. Pertama, sekaten berasal dari kata sekati, diambil
dari nama perangkat gamelan pusaka kraton yang dibunyikan dalam rangkaian upacara peringatan
Maulid Nabi Muhammad. Kedua, sekati berasal dari kata suka dan ati yang berarti senang hati.
Ketiga, sekaten berasal dari kata sesek dan ati yang berarti sesak hati. Ada juga yang berpendapat
bahwa kata sekaten bersal dari syahadatain yang artinya dua kalimat syahadat. maksud dan tujuan
diaakannya upacara sekaten adalah untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain itu
bertujuan sebagai sarana penyebaran ajaran agama Islam.
3. )TEDAK SINTEN DI JAWA
tedak berarti "melangkah", dan "siten" berasal dari kata siti yang artinya "tanah atau
bumi". Jadi, tedak siten memiliki makna "melangkah di bumi".
Upacara tedak siten dilakukan ketika seorang anak perempuan atau laki-laki
berusia 7 lapan karena 1 lapan sama dengan 35 hari, jadi umur anak saat
mengadakan tedak siten berusia 245 hari (7 x 35 = 245 hari).
Hal ini karena pada usia ini, perkembangan anak sudah berada pada tahap
berdiri, dan di momen ini kaki anak sudah bisa menginjak tanah.
Perlu diketahui juga bahwa ada lima hari Pasaran (pasar) dalam satu
Selapan: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Oleh karena itu, setiap hari
diberi nama berbeda dalam satu periode Selapan.
5. Menyebarkan Udik-udik
6. Dimandikan dengan Bunga Sritama
Upacara adat Rambu Solo adalah upacara adat pemakaman sebagai bentuk penghormatan
terakhir kepada seseorang yang sudah meninggal.
Masyarakat Toraja memandang kematian sebagai perpindahan orang dari dunia ke tempat alam
roh untuk peristirahatan (Puya).
Maka, untuk mencapai tujuan itu, mayat harus diperlakukan dengan baik oleh keluarga yang
ditinggalkan.
Bagi suku Toraja, orang yang sudah meninggal dikatakan telah benar-benar meninggal ketika
seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo telah terpenuhi. Jika belum, orang meninggal
akan diperlakukan layaknya orang sakit, sehingga masih harus disediakan minuman, makanan,
dan dibaringkan di tempat tidur.
5.)UPACARA ADAT PEUSIJUEK DI ACEH
Pada kalangan masyarakat pedesaan di Aceh peusijuek merupakan prosesi adat yang cukup
biasa dilakukan bahkan untuk hal-hal yang kecil sekalipun misalnya ketika membeli kendaraan
baru atau ketika hendak menabur benih padi di sawah. Sementara bagi masyarakat perkotaan
yang lebih modern tradisi peusijuek ini hanya dilakukan dalam kegiatan-kegiatan adat saja
misalnya dalam prosesi adat perkawinan.
Ritual peusijuek ini mirip dengan tradisi tepung tawar dalam budaya Melayu. Di Aceh yang
melakukan acara peusijuek adalah tokoh agama maupun adat yang dituakan ditengah
masyarakat. Bagi kaum lelaki yang melakukan peusijuek adalah tokoh pemimpin
agama Teungku (Ustadz) sedangkan bagi wanitanya adalah Ummi atau seorang wanita yang
dituakan ditengah masyarakat. Diutamakan yang melakukan peusijuek ini adalah mereka yang
memahami dan menguasai hukum agama sebab prosesi peusijuek ini diisi dengan acara
mendoakan keselamatan dan kesejahteraan bersama sesuai dengan agama Islam yang dianut
secara umum oleh masyarakat Aceh