Anda di halaman 1dari 5

Kebudayaan Aceh

Tradisi
Sama seperti suku lainnya yang ada di Indonesia, suku Aceh juga mempunyai beberapa
tradisi upacara adat yang masih dilakukan hingga sekarang.
antaranya:
o Peusijuek
Upacara adat ini dilakukan oleh suku Aceh ketika mereka melakukan acara
perkawinan, kematian, berangkat haji, kelahiran, dan segala jenis selamatan lainnya.
Arti kata peusijuek adalah pendingin, yang berarti bertujuan untuk mendoakan yang
baik-baik agar tujuannya tercapai.

o Sumang
Upacara adat ini sering diadakan oleh suku Aceh yang bertujuan agar manusia jadi
makhluk berpendidikan, dengan akhlak yang mulia dalam masyarakat.

o Meugang
Upacara adat ini biasanya dilakukan untuk menyambut bulan Ramadan, Idulfitri, dan
Iduladha. Mereka akan berkumpul bersama-sama untuk memasak daging dan
dimakan bersama-sama.

o Uroe Tulak Bala


Upacara adat ini dilakukan untuk menolak mara bahaya atau musibah dan meminta
Tuhan agar melindungi mereka.
Biasanya, upacara ini diadakan pada bulan Safar.
Upacara Adat Perkawinan Aceh

Rangkaian prosesi upacara pernikahan adat Aceh terdiri dari beberapa tahap :

 Jak ba ranup ( antar sirih )


Jak ba ranup merupakan prosesi paling awal sebelum pernikahan. Tujuannya
adalah meminang dan mendapat kesepakatan dari kedua keluarga. Jak ba
ranup disebut juga lamaran, yang dimulai ketika pihak mempelai pria
membawa seserahan berupa sirih, kue, dan lain-lain. Prosesi ini akan berlanjut
ketika calon mempelai wanita yang diberi kesempatan menjawab, bahwa ia
bersedia untuk menikah dengan calon mempelai pria.

 Jak ba tanda ( antar tanda)


Jak ba tanda sama artinya dengan bertunangan, dan merupakan kelanjutan dari
meminang. Pada prosesi ini keluarga calon pengantin pria datang lagi ke
kediaman calon mempelai wanita sembari membahas pernikahan, jumlah
mahar, waktu pelaksanaan pernikahan, serta jumlah tamu undangan. Selain
itu calon mempelai pria membawa seserahan berupa ketan kuning, buah-
buahan, seperangkat pakaian, dan perhiasan sesuai kemampuan keluarga pria.
maksud dari upacara tersebut yaitu “ Untuk memperkuat tanda jadi, biasanya
calon mempelai pria membawa sirih lengkap, dengan macam-macam bahan
makanan kaleng, seperangkat pakaian yang dinamakan lapek tanda dan
perhiasan dari emas sesuai kemampuan calon mempelai pria.”

 Boh gaca (memakai inai) / malam inai


Malam inai atau malam boh gaca adalah malam menjelang pesta pernikahan
yang terdiri dari upacara peusijuek (pemberian tepung tawar) kepada dara
baroe dan peusijuek gaca, serta batee meupeh (batu giling yang berarti
memberi dan menerima restu serta mengharapkan keselamatan. Prosesi ini
diadakan dengan harapan untuk mendapatkan kebahagiaan pada kedua
mempelai dan dimudahkan rezekinya. Acara boh gaca biasanya dilaksanakan
sampai tiga malam berturut-turut.

 Ijab Kabul
Upacara adat nikah ijab Kabul merupakan syarat mutlak sahnya perkawinan
menurut agama Islam. Sebelum akad nikah dilakukan, teungku kadhi
menanyakan keadaan calon kedua mempelai, apakah keduanya sudah bersedia
untuk menikah. Sebelum akad nikah di mulai, Tengku Kadhi sebagai petugas
Kuakec, beserta ahli waris pihak laki-laki, memeriksa mahar/jeulamee , yang
diserahkan oleh yang mewakili, yaitu orang tua ahli waris pihak mempelai
pria.

 Tueng Linto Baroe/woe Linto


Prosesi ini merupakan salah satu upacara yang paling dinantikan, karena
merupakan acara puncak penyambutan linto baroe, dan diantar ke rumah dara
baroe. Dalam upacara ini mempelai wanita sudah dirias dan memakai busana
adat Aceh lengkap dengan sanggul dan cak cengnya . Sebelum bersanding,
mempelai wanita dibimbing menghadap kedua orang tua untuk melakukan
sungkem kepada kedua orang tua, kemudian baru di dudukkan di pelaminan
menunggu mempelai pria dan rombongan tiba. Begitu juga dengan linto baroe,
setelah berpakaian lengkap melakukan sungkem kepada kedua orang tua untuk
mendapatkan restu barulah berangkat ke rumah mempelai wanita.
 Tueng dara baroe (mengundang mempelai wanita)
Upacara tueng dara baro merupakan prosesi mengundang mempelai wanita
beserta rombongan ke rumah mertua (orang tua linto baroe). Upacara ini
biasanya dilaksanakan pada hari ke tujuh setelah upacara woe linto. Pada
upacara ini dara baroe di iringi satu atau dua orang tua adat, dan membawa
kue-kue khas Aceh yang ditempatkan dalam talam/dalong yang telah di hiasi
dan ditutup dengan seuhap (kain penutup sange/tudung saji yang disulam
dengan benang emas/kasab. Pada prosesi ini, penyambutannya sama dengan
upacara woe linto, hanya pada acara tueng dara baroe ini tidak ada balas
pantun dan cuci kaki. Itulah beberapa rangkaian prosesi adat pernikahan dalam
masyarakat Aceh yang sarat makna dan filosofis. Semoga prosesi ini dapat
terus di lestarikan oleh generasi selanjutnya, sebagai bentuk penghormatan
terhadap tradisi leluhur yang sudah dilaksanakan secara turun temurun
Tarian Adat Nanggroe Aceh Darussalam
Tari Didong
Didong merupakan seni pertunjukkan yang dilakukan oleh para lelaki secara
berkelompok (biasanya berjumlah 15 orang), dengan ekspresi yang bebas,
sambil duduk bersila atau berdiri sambil mengentak-entakkan kakinya.
Rapai Geleng.
Rapa'i Geleng adalah sebuah tarian etnis Aceh yang berasal dari wilayah Aceh
Bagian Selatan tepatnya Manggeng, yang sekarang masuk kawasan Kabupaten
Aceh Barat Daya. Rapa'i Geleng dikembangkan oleh seorang anonim di Aceh
Barat Daya.
Tari Ratoh Duek Aceh.
Tari Ratoh Duek adalah tarian dari provinsi Aceh. Tarian ini dilakukan oleh
11 wanita dan 2 syahie . Didampingi irama Islam , unsur-unsur tari terlihat
begitu harmonis. Tari ini dibawakan dengan penuh semangat sbg cerminan
tentang interaksi kehidupan sehari-hari dan kekompakan warga Aceh .
Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo sering ditampilkan di acara kebudayaan dalam negeri maupun
luar negeri. Rupanya, tarian ini sudah ada sejak tahun 1849, lho. Tari Likok
Pulo dahulu ditampilkan setelah masa tanam maupun panen padi. Gerakannya
sangat khas, yakni tangan dan kepala yang bergerak dinamis seolah
menyerupai gerakan kincir air. Suara instrumen rapai atau alat musik pukul
rebana mengiringi tari ini.
Makanan Khas Aceh
 Mie Aceh Mie Aceh
terbuat dari mie berbahan dasar tepung terigu berwarna kuning.
Hidangan ini dilengkapi dengan kubis, tauge, udang, daging kambing,
dan tomat. Mie Aceh terasa lezat karena menggunakan perpaduan
rempah kapulaga, jintan, kunyit, cabai merah, dan lada serta bawang
putih, bawang merah, cuka, kecap manis, daun bawang, daun seledri
dan garam. Sebagai pelengkap, mie Aceh disajikan dengan acar
mentimun dan emping.

 Sie Reuboh Sie reuboh


merupakan makanan khas Aceh yang terbuat dari daging sapi dan
lemaknya. Sekilas, hidangan ini menyerupai rendang basah. Sie reuboh
dimasak menggunakan bumbu yang terdiri dari cuka aren, bawang
putih, garam, kunyit, cabai merah, cabai bubuk, dan lengkuas.
Perpaduan bumbu tersebut menghasilkan cita rasa gurih dan pedas
dengan sedikit asam. Biasanya, sie reuboh disantap dengan sayur bening
dan kerupuk. Hidangan ini sering disajikan saat Ramadan dan hari raya
 Keumamah Keumamah
terbuat dari ikan tuna yang dimasak menyerupai abon dan memiliki rasa
gurih. Makanan khas Aceh ini dibuat menggunakan ikan yang direbus,
dijemur, dan disuwir lalu diaduk bersama bumbu bawang merah,
bawang putih, cabai hijau, cabai rawit, jahe, ketumbar, merica, gram,
dan asam sunti. Kemudian semua bahan ditumis hingga kering. Setelah
kadar airnya berkurang, keumamah dapat bertahan sekitar satu bulan
tanpa bahan pengawet.

 Baku Pinget Baku


pinget merupakan makanan khas Suku Alas di Aceh. Hidangan ini
berbahan dasar ikan lele dan pakis pakuk yang dimasak dengan bumbu
bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, kunyit, jahe,
serai, lengkuas, kemiri dan santan. Agar semakin lezat, belimbing
wuluh, kecombrang, dan daun jeruk purut ditambahkan. Kombinasi
bumbu dan ikan menghasilkan cita rasa gurih dan segar.

 Ie Bu Peudah
le bu peudah yang merupakan makanan khas Aceh dalam bahasa
Indonesia disebut bubur pedas. Hidangan ini disajikan pada bulan puasa
sebagai makanan pembuka. Ie bu peudah terdiri dari daun kayu
sebanyak 44 macam. Biasanya, daun-daun diambil dari pegunungan.
Namun, saat bulan Ramadan, banyak yang menjualnya di pasar
tradisional. Dedaunan dicampur dengan beras dan dimasak dengan air
hingga menjadi bubur. Dalam penyajiannya, ie bu peudah disajikan
dalam wadah atau piring.
Ciri Khas :
 Bahasa Suku Aceh
Dalam kehidupan sehari-harinya, suku Aceh menggunakan bahasa
daerah yang dinamakan Bahasa Aceh Chamik. Bahasa ini adalah hasil
percabangan dari bahasa Melayu-Polinesia dan Austronesia. Selain itu,
kosakatanya juga banyak yang menyerap dari Bahasa Arab.

 Pakaian Adat
Meskipun pakaian adat saat ini jarang dipakai, namun biasanya
pakaian adat tetap dipakai ketika acara-acara penting, seperti
pernikahan.Pakaian adat Aceh laki-laki terdiri dari pakaian meukasah
dan celana pendek weasel.Sedangkan, pakaian adat perempuannya,
terdiri dari kemeja kurarm dan celana panjang weasel.

 Senjata Tradisional
Suku Aceh juga mempunyai senjata tradisional yang menjadi ciri khas
mereka, yaitu rencong.Senjata ini sudah digunakan sejak masa
kesultanan Aceh, yang bentuknya berupa belati panjang. Selain
digunakan untuk melindungi diri, rencong juga menggambarkan
identitas dan keberanian pemiliknya.

Anda mungkin juga menyukai