Anda di halaman 1dari 2

Kebudayaan Aceh adalah warisan budaya yang kaya dan kompleks yang telah ada sejak zaman

nusantara. Karena letaknya yang strategis dan menjadi jalur perdagangan, banyak budaya dari
pedagang yang singgah ikut memberikan pengaruh pada kebudayaan Aceh, antara lain budaya
Arab, India/Gujarat, dan sebagian kecil budaya tionghoa. Pengaruh ini terlihat sebagian besar
pada rempah yang digunakan dalam masakan, bentuk masakan, hingga pakaian adat.

Budaya Aceh sangat terkenal karena kekayaan keseniannya. Seni Aceh terutama ditunjukkan
dalam bentuk seni pertunjukan dan seni rupa. Seni pertunjukan Aceh antara lain tarian, musik,
dan teater, yang biasanya disajikan dalam acara-acara adat, perayaan keagamaan, dan perayaan
kebudayaan. Beberapa tarian khas Aceh antara lain Tari Saman, Tari Ratoh Duek, dan Tari
Seudati. Tarian-tarian ini biasanya dilakukan dalam rangkaian upacara adat, pernikahan, dan
acara keagamaan. Selain itu, musik tradisional Aceh juga sangat terkenal. Bentuk musik khas
Aceh adalah lagu yang biasanya dinyanyikan oleh seorang penyanyi dengan diiringi oleh alat
musik tradisional seperti rebab, serune kalee, dan gendang.

Selain seni pertunjukan, Aceh juga memiliki seni rupa yang unik. Seni rupa Aceh biasanya
ditemukan dalam bentuk ukiran, sulaman, dan anyaman. Kain tenun khas Aceh, yang sejenis
dengan songket juga terkenal karena keindahannya dan banyak digunakan dalam berbagai
upacara adat dan keagamaan.

Budaya Aceh juga terkenal karena tradisi adat dan agama yang kuat. Agama Islam telah menjadi
bagian integral dari kehidupan masyarakat Aceh, dan Aceh dikenal sebagai “Daerah Istimewa” di
Indonesia karena hukum syariah yang diterapkan di sana. Adat istiadat juga masih dijaga dengan
baik di Aceh, terutama dalam upacara perkawinan dan pemakaman.

Selain itu, masakan Aceh juga sangat terkenal. Masakan Aceh biasanya memiliki rasa yang kuat
dan pedas, yang disebabkan oleh penggunaan rempah-rempah khas Aceh seperti lengkuas,
kunyit, jahe, kapulaga, kayu manis dan beberap bumbu lainnya. Beberapa hidangan khas Aceh
yang terkenal antara lain mie Aceh, nasi gurih, ayam tangkap, dendeng Aceh, sayur pliek u, gulai
ikan seumilang, jruek drien, kuah belangong (kari kambing), sie itik (kari bebek), dan masih
banyak lainnya.

Selain budaya yang berbentuk fisik, ada pula tradisi upacara adat yang masih berlangsung hingga
kini, di antaranya Upacara Peusijuek, Meugang, Kenduri Beureuat, Ritual Sawah Suku Kluet,
Upacara Reuhab, Upacara Uroe Tulak Bala, hingga Kenduri Pang Ulee. Semua upacara tersebut
memiliki keunikan dan tujuannya sendiri.

Peusijuek dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur atas dikaruniakannya sesuatu. Meugang
adalah tradisi menyembelih hewan qurban setiap 3 tahun sekali, untuk dibagikan dan dinikmati
bersama dengan kerabat. Kenduri Beureuat adalah pengajian di malam nisfu syaban. Ritual
Sawah Kluet adalah upacara yang dilakukan sebelum proses penanaman sawah dimulai. Reuhab
adalah tradisi menjadikan kamar yang ditinggali orang yang baru meninggal menjadi ruangan
sakral selama beberapa hari. Tulak Bala, seperti namanya adalah kegiatan berdoa bersama untuk
memohon pada Allah SWT agar dijauhkan dari musibah, yang terjadi di akhir bulan safar. Kenduri
Pang Ulee adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam rentang waktu 3 bulan berturut-
turut, yaitu Rabiul Awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil Ula.

Kebudayaan Aceh telah memberikan kontribusi besar dalam kekayaan budaya Indonesia.
Namun, kebudayaan Aceh juga mengalami masa-masa sulit untuk pengembangannya, terutama
selama konflik di provinsi ini. Namun, sejak konflik tersebut berakhir pada tahun 2005,
kebudayaan Aceh kembali pulih dan hingga kini dijaga dan dilestarikan. Pendirian museum-
museum di kota-kota Aceh merupakan bukti nyata pelestarian tersebut

Anda mungkin juga menyukai