Anda di halaman 1dari 7

KEHIDUPAN BERNEGARA DALAM NKRI

Nama: Willem.Yudha

Kelas: XI IPA 1
 Budaya Daerah Provinsi Aceh
Aceh memiliki akar budaya bahasa dari keluarga bahasa Monk Khmer proto bahasa Melayu
dengan pembagian daerah bahasa lain seperti bagian selatan mengunakan bahasa Aneuk Jame
sedangkan bagian Tengah, Tenggara, dan Timur menggunakan bahasa Gayo.Untuk bagian
tenggara menggunakan bahasa Alas seterusnya bagian timur lebih ke timur lagi menggunakan
bahasa Tamiang.
 Wilayah Provinsi Aceh
sebuah provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berada di Banda Aceh. Aceh merupakan salah
satu provinsi di Indonesia yang diberi status sebagai daerah istimewa dan juga diberi
kewenangan otonomi khusus. Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatra dan merupakan
provinsi paling barat di Indonesia. Menurut hasil sensus Badan Pusat Statistik tahun 2020,
jumlah penduduk provinsi ini sekitar 5.274.871 jiwa. Letaknya dekat dengan Kepulauan
Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan oleh Laut Andaman. Aceh berbatasan dengan
Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur,
dan Sumatra Utara di sebelah tenggara dan selatan.
 Tradisi Provinsi Aceh
1. Peusijuek
Fatiharrifah dalam bukunya yang berjudul 100 Tradisi Unik di Indonesia menjelaskan bahwa
Peusijuek merupakan tradisi masyarakat Aceh yang dilakukan hampir di semua upacara adat.
Baik itu perkawinan, kelahiran, kematian, berangkat haji, selamatan, dan lain sebagainya.
Peusijuek menurut bahasa artinya “Pendingin” serta bertujuan untuk mendoakan atau
memberkati sesuatu. Tradisi ini diadakan oleh seluruh tokoh masyarakat desa dan kota yang
biasanya dipimpin oleh tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan.
2. Sumang
Sumang merupakan tradisi dari suku Gayo di Aceh yang memiliki keunikan dalam pergaulan
antara laki-laki dan perempuan. Tradisi Sumang merupakan bagian dari budaya Gayo yang
masuk ke dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Adat ini terdiri dari empat macam, yaitu Sumang Kenunulen, Sumang Percerakan, Sumang
Pelangkahan, dan Sumang Penengonen. Tujuan dari tradisi ini yaitu mendidik manusia agar
memiliki akhlak yang mulia dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Meugang
Meugang atau biasa disebut Makmeugang adalah hari kumpul bersama keluarga disertai pesta
makan daging pada hari “Semi suci”. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Tabangun Aceh Edisi
47 (2015) terbitan Tabloid Tabangun Aceh, Meugang dihelat di tiga momentum, yaitu pada
penyambutan puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.
Di momen ini, mereka yang merantau akan pulang untuk berkumpul bersama keluarga. Mereka
wajib membeli daging lembu atau kerbau yang segar dalam jumlah besar untuk dimasak dan
dihidangkan bersama anggota keluarga.
 Rumah adat Aceh
Rumah adat Aceh sendiri dikenal dengan nama Rumoh Aceh atau krong Bade. Ada beberapa hal
yang unik dan menjadi ciri khas dari rumah adat Aceh ini. Salah satunya bentuk rumah yang
seperti panggung dengan berjarak sekitar 2,5 sampai 3 meter dari atas tanah.
Keseluruhan bangunan rumah adat ini juga dibangun dengan menggunakan kayu. Sedangkan
atapnya berasal dari anyaman daun enau atau daun rubia. Hal yang menjadikan rumah adat ini
semakin unik adalah dari segi penggunaannya, seperti bagian kolong rumah yang digunakan
sebagai tempat menyimpan bahan-bahan makanan sedangkan bagian atas atau panggungnya
digunakan sebagai tempat istirahat atau penerima tamu.
 Pakaian adat Aceh
pakaian adat Aceh merupakan peninggalan dari sejarah Kerajaan Perlak dan Kerajaan samudera
Pasai. Untuk pakaian adat pria dikenal dengan nama baju Linto Biro, sedangkan untuk pakaian
adat wanitanya dikenal dengan nama Daro Buro.

Pakaian adat Aceh ini biasanya digunakan pada saat-saat istimewa saja, seperti upacara adat
atau acara-acara pemerintahan lainnya. Pakaian adat pria sendiri merupakan perpaduan dari
beberapa bagian. Mulai dari bagian atas yang disebut Meukasah dan celana atau bagian
bawahannya disebut cekak musang atau ada juga yang menyebutnya dengan nama celana
sileuweu.
 Senjata khas Aceh
Senjata tradisional Suku Aceh dikenal dengan nama Rancong. Rancong sendiri merupakan
senjata yang memiliki ukuran relatif kecil berbentuk sejenis keris yang mulai dipakai oleh Suku
Aceh sejak zaman kesultanan Aceh. Selain Rancong, ada juga Siwah dan Peudeung yang juga
merupakan senjata adat Suku Aceh.

Senjata Tradisional Aceh:

Rencong meupucok
Rencong meucugek
Rencong meukuree
Rencong pudoi
Siwah
Peudeung

 Tarian daerah Aceh


arian adat dari Aceh yang sangat terkenal adalah Tari Saman. Tari Saman memiliki unsur-unsur
keindahan seni yang unik dan khas. Tarian ini ditampilkan dengan mengandalkan gerakan
tepukan pada tangan, dada tanpa diiringi alat musik lainnya. Namun meski tanpa alunan musik
yang mengiringi, kepiawian penari membuat tarian ini menjadi pertunjukan yang indah dan
menarik.

Tarian Tradisional yang Berasal Dari Aceh:

Tari Saman.
Tari Laweut Aceh.
Tari Tarek Pukat.
Tari Bines.
Tari Didong.
Rapai Geleng.
Tari Ula ula lembing.
Tari Ratoh Duek Aceh.
Tari Pho.

 Makanan pokok Aceh


Makanan adat yang biasa disajikan masyarakat Aceh memiliki corak yang mirip dengan masakan
India. Di antaranya seperti rti canai dan gulai atau kerambi kering. Ada juga makanan yang
berbahan dasar ikan atau yang dikenal dengan nama eungkot paya. Saat Anda berkunjung ke
suku Aceh, Anda dapat menikmati 10 kebudayaan Aceh lainnya termasuk mencicipi makanan
adatnya yang menggoyang lidah.

Makanan Khas Aceh:

Manisan pala
Sanger
Pisang Sale
Kembang loyang
Lepat
Rujak Aceh Samalanga
Keumamah
Kue Bhoi
Bohromrom
Meuseukat

 Lagu daerah Aceh


Aceh mempunyai beberapa lagu daerah yang nyaman didengarkan sebagai teman bersantai
seperti Bungong Jeumpo dan Piso Surit.

Macam macam lagu daerah Aceh:


Bungong Jeumpa.
Tawar Sedenge.
Aceh Lon Sayang.
Aneuk Yatim.
Sepakat Segenap.
Lembah Alas.

 Tempat wisata Aceh


Tempat wisata di Aceh Besar yang pertama yaitu Cagar Alam Jantho. Dimana cagar alam ini
berlokasi di Kota Jantho ibukota Aceh Besar yang lokasinya sekitar 9 kilometer. Untuk menuju ke
wisata Cagar Alam Jantho, anda bisa menggunakan kendaraan pribadi atau umum.

 Festival daerah yang terkenal di Aceh


1. Pagelaran berbagai macam kesenian Aceh.
Akan ada puluhan macam pagelaran seni tradisi dan kontemperor yang menjadi suguhan bagi
pengunjung PKA VII. Kesenian yang ditampilkan berupa tarian khas Aceh seperti tari saman,
Ranup Lampuan, Rapa’i dan masih banyak lainnya.

2. Festival kuliner.
Beragam kuliner khas dari setiap kabupaten/kota di Aceh akan dihadirkan pada festival kuliner
di PKA VII, dengan mengangkat tema “Ensyclofoodia”. Uniknya acara ini akan dibuka dengan
adat khusus masyarakat Aceh.

3. Anjungan yang berbeda setiap daerah.


Setiap Kabupaten/Kota di Aceh memiliki masing-masing anjungan atau stand berupa rumah adat
yang memiliki ciri khas berbeda satu sama lainnya. Di setiap anjungan terdapat aneka produk
kebudayaan yang khas dan pameran adat perkawaninan yang berbeda setiap daerah.

4. Pesta rakyat dan Aceh expo.


Tidak lengkap rasanya jika di event kebudayaanbegini tidak ada pesta rakyat. Pesta rakyat akan
melibatkan para pedagang kecil maupun menengah untuk memeriahkan event PKA kali ini. Tak
ketinggalan, pemerintah Aceh juga menyelenggarakan Aceh Expo di Lapangan Blang Padang
sebagai ajang untuk promosi produk unggulan dari Aceh.

 Ciri khas masyarakat Aceh


Karakteristik masyarakat Aceh dapat dilihat tradisi, adat istiadat, bahasa, budaya, serta
keyakinan yang dimiliki oleh etnis tersebut.

Dalam bidang agama misalnya, penduduk Aceh terkenal religius dan patuh terhadap syariat
Islam. Jadi, para perempuan di Aceh wajib mengenakan kerudung.

Dari segi kesenian, Suku Aceh juga memiliki ciri khasnya sendiri. Ini dapat dilihat dari keragaman
alat musik tradisional, tari-tarian, serta upacara adat Aceh yang tidak dimiliki etnis lain.

Selain itu, dalam segi bahasa, masyarakat Aceh juga mempunyai dialek unik, dan bahasa
berbeda.

 Suku-suku di Aceh
Suku Aceh adalah masyarakat asli yang mendiami wilayah pesisir di provinsi Aceh serta sebagian
wilayah pedalaman Aceh. Kelompok masyarakat ini menamakan diri mereka sebagai Ureuëng
Acèh. Selain itu, etnis Aceh juga memiliki beberapa nama lain, yakni Atse, A-tse, Achin, Asji,
Akhir, Lambri, dan Lam Muri.
1. Suku Aceh
2. Suku Tamiang
3. Suku Gayo
4. Suku Alas
5. Suku Kluet
6. Suku Julu
7. Suku Pakpak
8. Suku Aneuk Jamee
9. Suku Sigulai
10. Suku Lekon
11. Suku Devayan
12. Suku Haloban
13. Suku Nias

 Pahlawan Daerah Aceh


1. Cut Nyak Dhien
Siapa yang tak kenal nama pahlawan nasional ini. Cut Nyak Dhien, salah satu srikandi Aceh ini
lahir pada tahun 1848 di kampung Lampadang. Sebagai seorang keturunan bangsawan, Cut
Nyak Dhien memiliki sifat kepahlawanan yang diturunkan dari sang ayah yang juga berjuang
dalam perang Aceh melawan kolonial Belanda. Ia dikenal sebagai pejuang tangguh dan mampu
menghidupkan semangat teman seperjuangan dan pengikutnya. Hingga menginjak usia senja,
Cut Nyak Dhien dan pengikutnya terus bergerilya dan menolak untuk menyerah. Pada 7
November 1905, Cut Nyak Dhien ditangkap oleh Pang Laot yang sudah bersekutu dengan
Belanda. Setelah ditangkap ia kemudian diasingkan ke Sumedang. Ia akhirnya meninggal pada 6
November 1908 di tempat pengasingannya.

2. Cut Nyak Meutia


Pahlawan nasional asal Aceh selanjutnya ialah Cut Meutia. Ia dilahirkan pada tahun 1870. Sang
ayah bernama Teuku Ben Daud Pirak dan ibunya bernama Cut Jah. Cut Meutia merupakan anak
perempuan satu-satunya dari lima bersaudara. Saat memasuki usia dewasa Cut Meutia
dinikahkan dengan Teuku Syamsarif. Namun sayangnya pernikahan tersebut tidak bertahan
lama. Cut Meutia akhirnya membangun rumah tangga bersama Teuku Chik Tunong. Keduanya
berjuang bersama menjalankan siasat perang gerilya dan spionase yang diawali pada 1901.
Setelah Cik Tunong dijatuhkan hukuman tembak mati oleh Belanda, Cut Meutia tetap
melanjutkan perjuangan bersama Pang Nanggroe hingga 25 September 1910. Pasca wafatnya
Pang Nanggroe pun, Cut Meutia tetap melakukan perlawanan bersenjata. Cut Meutia akhirnya
meninggal di medan perang pada 25 Oktober 1910. Cut Meutia kemudian ditetapkan sebagai
pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.

3. Teuku Nyak Arif


Sosok pahlawan dari Aceh lainnya ialah Teuku Nyak Arif. Teuku Nyak Arif merupakan anak
seorang Ulee Balang Panglima Sagi XXVI mukim, yang lahir pada 17 Juli 1899 di Ulee Lheue 5 km
dari Banda Aceh. Sejak kecil, Teuku Nyak Arif telah dikenal sebagai sosok yang pandai.
Menginjak masa remaja rasa nasionalisme kian meninggi. Pada 16 Mei 1927 Teuku Nyak Arif
diangkat menjadi anggota Dewan Rakyat (Volksraad), di samping tetap sebagai Panglima Sagi
XXVI mukim. Hal ini lantas digunakan oleh Teuku Nyak Arif untuk mengkritik pemerintah
Belanda. Begitupun ketika Jepang mulai memasuki Indonesia. Sikap berani yang ditunjukkan
Teuku Nyak Arif membuat sosoknya menjadi tokoh yang diperhatikan oleh Jepang.
 Ibu kota Provinsi Aceh
Banda Aceh merupakan kotamadya dan ibukota dari provinsi Aceh, provinsi paling Utara di
pulau Pulau Sumatera, Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat
kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota Islam yang
paling tua di Asia Tenggara, di mana Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh.

Anda mungkin juga menyukai