Anda di halaman 1dari 6

KEARIFAN LOKAL KOTA ACEH

X MIPA 1
KELOMPOK 17
1. Danisywar Murthada
2. Rafal Juliansyah
3. Zekonya Ewaldo P.S

Guru Pembingbing :
Annayanti Budiningsih

Jl. Raya Cikarang – Cibarusah, Sindang Mulya, Kec. Cibarusah, Kabupaten


Bekasi, Jawa Barat 17340
SEJARAH KOTA ACEH

Banda Aceh sebagai ibukota Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-14


Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa,
Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman
Syah, salah satu seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat
keterangan bahwa Kesultanan Aceh ber-ibukota di Kutaraja.

Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang ber-ibukota di Banda Aceh tidak


lepas dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Pada akhir abad ke-15, dengan terjalinnya suatu
hubungan baik dengan kerajaan tetangganya, maka pusat singgasana
Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Meukuta Alam. Dan berikut gambar lokasi istana Meukuta
Alam berada di wilayah Banda Aceh.

Sultan Ali Mughayat Syah memerintah Kesultanan Aceh Darussalam yang ber-ibukota


di Banda Aceh hanya selama 10 tahun. Menurut prasasti yang ditemukan dari batu nisan
Sultan Ali Mughayat Syah, pemimpin pertama Kesultanan Aceh Darussalam ini meninggal
dunia pada 12 Dzulhijah Tahun 936 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 1530
Masehi. Kendati masa pemerintahan Sultan Mughayat Syah relatif singkat, namun ia
berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara. Pada
masa ini, Banda Aceh telah berevolusi menjadi salah satu kota pusat pertahanan yang ikut
mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu lintas jemaah haji dari perompakan yang
dilakukan armada Portugis.

Pada masa Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh tumbuh kembali sebagai pusat


perdagangan maritim, khususnya untuk komoditas lada yang saat itu sangat tinggi
permintaannya dari Eropa. Iskandar Muda menjadikan Banda Aceh sebagai taman dunia,
yang dimulai dari komplek istana. Komplek istana Kesultanan Aceh juga dinamai Darud
Dunya (Taman Dunia).

Pada masa agresi Belanda yang kedua, terjadi evakuasi besar-besaran pasukan Aceh
keluar dari Banda Aceh yang kemudian dirayakan oleh Van Swieten dengan
memproklamirkan jatuhnya kesultanan Aceh dan merubah nama Banda Aceh menjadi Kuta
Raja. Setelah masuk dalam pangkuan Pemerintah Republik Indonesia baru sejak 28 Desember
1962 nama kota ini kembali diganti menjadi Banda Aceh berdasarkan Keputusan Menteri
Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43.

Pada tanggal 26 Desember 2004, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang


diakibatkan oleh gempa 9,2 Skala Richter di Samudera Indonesia. Bencana ini menelan
ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini.
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan Pemerintah Kota Banda Aceh, jumlah penduduk
Kota Banda Aceh hingga akhir Mei 2012 adalah sebesar 248.727 jiwa.

Bahasa Daerah

Bahasa-bahasa daerah yang terdapat di Aceh adalah : Bahasa Aceh, Bahasa


Tamiang, Bahasa Gayo.

Pakaian Adat

Pakaian adat Aceh tersebut terdiri dari meukasah, meukeutop, sileuweu, baju
kurung, daro baro, celana cekak musang serta berbagai perhiasan lainnya sebagai
pelengkap busana adat utama.
Senjata tradisional aceh

Rencong atau Rincong merupakan senjata tradisional Aceh berupa sejenis belati yang
bentuknya menyerupai huruf 'L'.

Siwah merupakan senjata tradisional Aceh yang mirip dengan rencong. Bedanya, ukuran
siwah lebih besar dan lebih panjang dari Rencong. Senjata ini merupakan bagian dari perlengkapan
raja-raja atau ulebalang-ulebalang.

Tarian Tradisional kota Aceh

Tari saman merupakan tarian tradisional dari Aceh yang cukup terkenal yaitu dari suku Gayo.
Pada tarian ini banyak menggunakan gerakan tangan berupa tepuk tangan, tepuk dada, tepukan di
atas lutut, dan mengangkat tangan. Para penari Saman akan mengenakan pakaian penuh warna dan
menarikan tarian ini dengan gerakan kompak dan membentuk format atau pola lantai yang khas.

Tari Laweut Teman-teman juga bisa menemukan tarian laweut yang merupakan tarian
sanjungan kepada junjungan nabi Muhammad SAW. Karena itu, pada tarian ini syair yang mengiringi
merupakan salawat atas Nabi. Selain itu, tarian ini juga dilakukan untuk media dakwah yang
memberikan pengetahuan pada banyak orang mengenai Islam.
Rumah Adat kota Aceh

Rumah Aceh atau yang lebih dikenal dengan nama "Rumoh Aceh" merupakan rumah adat
dari suku Aceh. Rumah ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagan utama dan 1 bagian tambahan.
Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë, seuramoë teungoh dan seuramoë likôt.
Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu.

Makanan khas Aceh

Asam keueng adalah makanan khas Aceh yang memiliki cita rasa asam dan pedas. Dalam
bahasa Indonesia, asam keueng arting sayur asam pedas. Sekilas asem keueng mirip dengan tom
yam, namun asam keueng berwarna kuning. Asam keueng makin nikmat disantap dengan ikan
(tongkol atau bandeng), teri basah (bileh), udang, atau daging bakar.

Kue adee adalah camilan khas Aceh. Kui ini juga biasa disebut bingkang Aceh. Kue Adee
banyak digunakan sebagai oleh-oleh masyarakat yang berkunjung ke Aceh.
Alat Musik Aceh

Rapai ini banyak jenisnya: Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng
(rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak. Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan
musik Serune Kalee. Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan
memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul.

Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee. Geundrang
termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai
kayu pemukul. Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh
seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik
tradisional etnik Aceh.

Anda mungkin juga menyukai