Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1. Latar Belakang.................................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................6

1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................................6

1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................7

A. Sejarah Aceh......................................................................................................................7

B. Perekonomian.....................................................................................................................8

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................9


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aceh merupakan salah satu wilayah Indonesia yang letaknya berada di bagian paling
ujung sendiri dari rangkaian kepulauan Nusantara. Aceh atau yang juga dikenal dengan
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan suku pribumi yang memiliki akar sejarah istimewa
bagi Indonesia. Aceh juga mendapat julukan serambi Mekkah, hal ini dikarenakan Aceh
memiliki nilai ideologis islam yang melekat dan begitu kental dalam kehidupan
masyarakatnya.

Selain itu, Aceh juga memiliki banyak budaya khas. Mulai dari bahasa yang digunakan,
pakaian adat, tari-tarian, rumah adat, dan masih banyak lagi. Aceh sendiri menurut sejarah
menyatakan bahwa masyarakatnya sebagian besar adalah sebagai pendatang yang datang dari
berbagai asal kemudian menetap dan tinggal di Aceh tersebut. Namun di antara para
pendatang tersebut, kabarnya sukun Aceh tertua berasal dari Suku Mante yang berasal dari
Melayu.

Tidak sedikit juga masyarakat Aceh yang merupakan keturunan India, Arab, Persia maupun
Turki. Hal ini karena terjalinnya pernikahan dari para pedagang yang masuk ke tanah Aceh
dan menikah dengan penduduk Aceh tersebut. Menarik sekali bukan cerita tentang Aceh ini?.
Bisa dibayangkan akan bagaimana indahnya kebudayaan-kebudayaan daerah yang ada di
Aceh?. Langsung saja, berikut artikel kebudayaan Aceh yang menarik sekali untuk Anda
ketahui untuk memperluas wawasan tentang keanekaragaman budaya Nusantara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah, maka permasalahan dapat di rumuskan
sebagai berikut:

“Bagaimana indahnya kebudayaan-kebudayaan di aceh”.


1.3. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan selalu mengarah pada tujuan, yang merupakan suatu keberhasilan
penelitian, dan tujuan penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan dalam penelitian. Maka
tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah :

1. “Mendeskripsikan Keindahan budaya yang ada di aceh”.

1.4. Manfaat Penelitian

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia “manfaat” adalah guna faedah manfaat
penelitian dapat bersifat keilmuan dan kepraktisan artinya hasil penelitian akan bermanfaat
untuk mengembangkan ilmu dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Bahan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengembangkan visi dan misi
kebudayaan, khususnya di bidang kesenian tradisional.

2. Sebagai bahan referensi untuk menjadi acuan pada penelitian yang relevan di
kemudian hari.

3. Bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya generasi muda masyarakat Gayo di
Aceh untuk menindaklanjuti atau melestarikan kebudayaan di masyarakat Gayo.

4. Sebagai media informasi tertulis bagi masyarakat gayo di kabupaten Aceh Tengah.

5. Menunjukkan bahwa tari Emun Berereng mempunyai nilai-nilai bagi masyarakat


Gayo di Aceh.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Aceh

Daerah Aceh yang terletak di bagian paling Barat gugusan kepulauan Nusantara,
menduduki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas perniagaan dan kebudayaan
yang menghubungkan Timur dan Barat sejak berabad-abad lampau. Aceh sering disebut-
sebut sebagai tempat persinggahan para pedagang Cina, Eropa, India dan Arab, sehingga
menjadikan daerah Aceh pertama masuknya budaya dan agama di Nusantara. Pada abad
ke-7 para pedagang India memperkenalkan agama Hindu dan Budha. Namun peran Aceh
menonjol sejalan dengan masuk dan berkembangnya agama islam di daerah ini, yang
diperkenalkan oleh pedagang Gujarat dari jajaran Arab menjelang abad ke-9.

Menurut catatan sejarah, Aceh adalah tempat pertama masuknya agama Islam di
Indonesia dan sebagai tempat timbulnya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu
Peureulak dan Pasai. Kerajaan yang dibangun oleh Sultan Ali Mughayatsyah dengan
ibukotanya di Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh sekarang) lambat laun bertambah
luas wilayahnya yang meliputi sebagaian besar pantai Barat dan Timur Sumatra hingga
ke Semenanjung Malaka. Kehadiran daerah ini semakin bertambah kokoh dengan
terbentuknya Kesultanan Aceh yang mempersatukan seluruh kerajaan-kerajaan kecil
yang terdapat di daerah itu .

B. Rumah adat aceh

kita mulai dengan  mengenal rumah adatnya. Rumah adat Aceh sendiri dikenal dengan nama
Rumoh Aceh atau krong Bade. Ada beberapa hal yang unik dan menjadi ciri khas dari rumah
adat Aceh ini. Salah satunya bentuk rumah yang seperti panggung dengan berjarak sekitar 2,5
sampai 3 meter dari atas tanah.

Keseluruhan bangunan rumah adat ini juga dibangun dengan menggunakan kayu. Sedangkan
atapnya berasal dari anyaman daun enau atau daun rubia. Hal yang menjadikan rumah adat ini
semakin unik adalah dari segi penggunaannya, seperti bagian kolong rumah yang digunakan
sebagai tempat menyimpan bahan-bahan makanan sedangkan bagian atas atau panggungnya
digunakan sebagai tempat istirahat atau penerima tamu.

BAB III
KESIMPULAN

Nanggroe Aceh Darussalam, provinsi paling barat Indonesia, diapit oleh Samudera Hindia
dan Selat Malaka, merupakan batas akhir Indonesia. Letaknya amat strategis sebagai pintu
masuk ke Nusantara dan sebagian negara Asia lainnya. Meliputi daratan seluas 55.390 m2
termasuk ratusan pulau-pulau lepas pantai sepanjang pantai barat. Selain sebagai nama
daerah, Aceh juga merupakan nama salah satu suku bangsa atau etnis sebagai penduduk asli
yang mendiami Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam.
Di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam sekarang terdapat 20 daerah tingkat II yang didiami
oleh delapan kelompok etnis, yaitu etnis Aceh, Gayo, Alas, Tamiang, Aneuk Jamee, Kluet,
Simeulue, dan Singkil. Semua etnis ini adalah penduduk asli yang dalam istilah Belanda
disebut inlander (penduduk pribumi) Setiap suku tersebut memiliki kekhasan tersendiri
seperti bahasa, sastra, nyanyian, tarian, musik dan adat istiadat.
Etnis Aceh dibagi ke dalam empat kawom (kaum) atau sukee (suku). Pembagian ini mulai
dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Alaaidin Al-Kahar (1530-1552). Adat Aceh
sebagai aspek budaya, tidak identik dalam pemahaman “ budaya “ pada umumnya, karena
segmen-segmen integritas bangunan adat juga bersumber dari nilai-nilai agama (syariat) yang
menjiwai kreasi budayanya.
Berdasarkan pendekatan historis, lapisan masyarakat Aceh yang paling menonjol dapat
dikelompokkan pada dua golongan, yaitu golongan Umara dan golongan Ulama. Pola
kehidupan masyarakat Aceh diatur oleh hukum adat yang berdasarkan kaidah kaidah hukum
agama Islam.
Selain pembagian susunan masyarakat tersebut di atas, sistem kesatuan masyarakat Aceh,
merupakan perwujudan dari beberapa buah keluarga inti, yang menjadi suatu kelompok
masyarakat; yang disebut "Gampong" (Kampung). Sistem sosial pada masyarakat Aceh
berpedoman pada keluarga inti. Setiap perbuatan yang dilakukan sebuah keluarga inti akan
memberi pengaruh kepada keluarga lainnya.
Adapun Produk budaya Aceh terdiri dari bahasa, Pakaian Adat dan Perhiasan Pengantin,
Tarian Tradisional, Alat Musik Tradisional, Senjata, Permainan Tradisional, Tempat Wisata
dan Makanan Tradisional.
Islam merupakan agama yang dominan yaitu sekitar 98% dari populasi. Masyarakat asli Aceh
terutama beragama Islam, dan sisanya adalah agama Budha, Kristen dan Hindu yang dianut
oleh keturunan Jawa, Cina, Batak dan India.
Sejak dahulu Aceh boleh dikatakan telah mengalami perubahan dalam masyarakat dan
kebudayaan. Pembangunan di Aceh terhambat karena keamanan yang kurang, komunikasi
yang buruk, dan sikap apatis dari rakyat terhadap gagasan untuk membangun. Hal itu karena
pemerintahan tidak dijalankan secara konsekuen sehingga usaha pembangunanpun terhambat.
Modernisasi dalam berbagai bidang belum tererealisir dengan baik dan sering membawa atau
menimbulkan birokrasi dalam arti buruk yang diakibatkan karena korelasi antara peraturan-
perarturan dan pelaksanaannya.
Bencana tsunami yang melanda pantai Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, merupakan
salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah. Pembangunan kembali Aceh bukan hanya
tentang membangun rumah melainkan membangun kembali masyarakat—sistem pelayanan
kesehatan, pekerjaan, sumber air yang aman, jalan dan jembatan, mata pencaharian juga rasa
kemasyarakatan dan keamanan.
Pemulihan memerlukan waktu, dan diperlukan partisipasi masyarakat Aceh untuk
membangun kembali rumah, komunitas dan kehidupan mereka di tahun-tahun mendatang.
Bersama, kita membangun masa depan yang lebih baik bagi aceh

Anda mungkin juga menyukai