Disusun Oleh:
Rahmi Novia Ito
NIM. 201501008
Dosen Pengampu:
Putri Sekar Hapsari, S.Sn., MA.
a. Latar Belakang................................................................................................................................3
b. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
c. Tujuan..............................................................................................................................................4
d. Manfaat............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Rumah Aceh atau yang biasa dikenal dengan Rumoh Aceh merupakan rumah adat
Aceh yang terletak di Provinsi Aceh atau dulu dikenal dengan nama Nanggroe Aceh
Darussalam. Karena hukum Islam ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya,
maka provinsi menjadi wilayah yang istimewa. Terletak dititik paling barat Sumatera dan
Indonesia. Provinsi ini hanya berbatasan dengan sebidang daratan, Sumatera Utara di sebelah
selatan, sisanya berbatasan dengan laut, Selat Malaka di sebelah utara dan timur, serta
Samudera Hindia di sebelah barat.
Rumoh Aceh biasanya didirikan di atas tiang setinggi 2 sampai 2,5 meter di atas
permukaan tanah. Hal ini juga tidak terlepas dari faktor geografis yang sangat erat kaitannya
dengan keamanan. Sebagian besar Provinsi Aceh terletak di daerah pesisir pantai di ujung
timur Pulau Sumatera, merupakan daerah yang rawan banjir, kecuali Aceh bagian tengah dan
tenggara. Selain itu, Aceh (Aceh) merupakan kawasan hutan yang dihuni oleh satwa liar.
Oleh karena itu, pembangunan gedung seperti itu sangat membantu untuk menjaga
keselamatan warga dari banjir dan satwa liar.
Arsitektur Rumoh Aceh memiliki sedikit keanehan yaitu, meski rumahnya besar, tapi
pintu dan jendelanya kecil. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh moralitas sosial
(moralitas) yang mengakar dalam masyarakat Asain. Sifat orang Aceh dilihat dari luar
terlihat sangat tertutup, sehingga banyak hipotesis yang menyatakan bahwa orang Aceh
sangat kejam. Padahal, meski sebenarnya orang Asia sangat terbuka dan ramah, orang Aceh
masih sangat ditakuti oleh Belanda pada masa penjajahan.
Membangun Rumoh Aceh tidaklah semudah membangun bangunan lain, karena
dalam membangun Rumoh Aceh harus dilaksanakan peraturan khusus sesuai dengan adat dan
kebiasaan yang berlaku di masyarakat setempat, yang disebut dengan “ritual adat”. Ritual
adat pembentukan Rumoh Aceh terbagi dalam tiga tahap, tahap pertama adalah upacara adat
yang dilaksanakan saat bahan-bahan diperoleh dari hutan, tahap kedua adalah upacara adat
ketika hendak membangun rumah, dan tahap ketiga adalah upacara adat. Upacara setelah
bangunan selesai, atau bila ingin tinggal di rumah baru. Masing-masing dari ketiga ritual adat
tersebut memiliki arti dan tujuannya masing-masing.
3
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi diatas maka dapat dikemukakan rumusan masalah yang akan
dijadikan pokok pembahasan dalam penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana budaya masyarakat Aceh?
b. Bagaimana pola tata ruang rumah adat Aceh?
c. Seperti apa contoh, fungsi, serta makna artefak rumah adat Aceh?
d. Bagaimana bentuk rumah adat Aceh?
e. Bagaimana interior pada rumah adat Aceh?
c. Tujuan
Dari latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Mendeskripsikan bentuk rumah adat Aceh baik arsitektur maupun interiornya.
b. Menjelaskan pola tata ruang pada rumah adat Aceh.
c. Mengetahui bagaimana kebudayaan pada masyarakat Aceh.
d. Mengetahui bagaimana artefak pada rumah adat Aceh.
d. Manfaat
Berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran, tentang desain interior
tradisional khususnya Aceh yang dapat dikembangkan kedepannya.
2. Memberikan pemahaman tentang kebudayaan dan rumah adat Aceh.
3. Dapat menjadi acuan dan masukan bagi desainer interior maupun masyarakat luas
tentang desain interior.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa
Bahasa-bahasa di Aceh seperti bahasa-bahasa. lain di Indonesia termasuk
rumpun bahasa Austronesia. Daerah Aceh dikenal beberapa bahasa dari suku bangsa
yang sama jumlahnya dengan adat-istiadat. Di daerah kita ini mengenal bahasabahasa
antara lain :
1. Bahasa Aceh, yaitu bahasa yang paling banyak pendukungnya di daerah Aceh, yaitu
sebagian daerah Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Aceh Besar, Ac.eh
Barat, dan sebagian Aceh Selatan.
2. Bahasa Aneuk Jamee, penduduknya adalah sebagian dari penduduk Aceh Selatan.
3. Bahasa Gayo adalah bahasa yang didu)mng oleh penduduk Aceh Tengah, sebagian
Aceh Tenggara, di satu kecamatan Aceh Timur.
4. Bahasa Alas adalah bahasa yang pendukungnya ialah orang Alas di sebagian Aceh
Tenggara.
5. Bahasa Tamiang adalah bahasa yang diucapkan oleh orang Tamiang di Aceh Timur
bagian Timur.
6. Bahasa Siumeulu yaitu bahasa · diucapkan oleh penduduk pulau Simeulu.
7. Bahasa Klut yaitu bahasa yang diucapkan oleh orang Klut di dua buah kecamatan di
Aceh Selatan.
5
daerah pedalaman. Mengingat hal dernikian itu, rnaka bidang usaha perikanan
(terutama perikanan laut) tak diketernukan pada masyarakat adat Gayo.
Bidang usaha, perburuan dan terlebih-lebih meramu hampir menghilang pada
keempat masyarakat adat diatas. Meskipun demikian di daerah-daerah terpencil dan
pedalaman masih diketemukan dalam jumlah yang amat kecil para pemburu, dan
peramu. Namun patut diketahui perburuan yang dilakukan tidak. merupakan mata
pencaharian pokok.
Sistem Religi
1. Kepercayaan kepada Dewa-Dewa.
Masyarakat adat Aceh demikian juga masyarakat adat Jamee, Gayo dan Tamiang
tidak mengenal dewa-dewa (polytheisme) karena keempat masyarakat adat itu
adalah pemeluk agama Islam, Agama-agama lain seperti agama Kristen dan
Budha yang terdapat di daerah ini, hanya berkembang terbatas di kalangan
kelompok pendatang dari luar daerah Aceh, yaitu pada suku-suku bangsa yang
berasal dari Ambon, Batak, Minahasa dan Cina.
Kerajinan
Bidang usaha kerajinan merupakan salah satu bidang usaha yang agak terdesak
sebagai akibat banyaknya barang kerajinan yang dimasukkan dari luar daerah, yang
telah mengalami perkembangan teknologi yang tinggi.
6
Jenis-jenis kerajinan yang masih berkembang di antaranya dapat dikatagorikan
sebagai berikut:
a. Anyam-anyaman
b. Ukir-ukiran dan pahat
c. Tembikar
d. Besi
e. Pertukangan
f. Penyulingan
b. Jak ba Tanda
Tradisi Jak ba Tanda merupakan kelanjutan dari proses lamaran yang biasa
dikenal dengan istilah Ba Ranup. Jika lamaran diterima, keluarga pihak pria akan
melakukan peukong haba atau pembicaraan mengenai meugatib atau kapan
pernikahan akan dilangsungkan, berapa jumlah tamu yang akan diundang, hingga
jenis dan jumlah mahar.
c. Meugang
Meugang atau Makmeugang merupakan sebuah tradisi yang berlangsung selama
3 kali dalam setahun. Tradisi ini sendiri identik dengan tradisi memakan daging
sapi dan kerbau.
d. Tulak Bala
Tradisi Tulak Bala merupakan tradisi masyarakat Aceh yang diadakan setahun
sekali, tepatnya pada bulan Safar.
7
e. Peusijuek
Tradisi Peusijuek biasanya dilakukan dalam serangkaian tradisi adat lainnya
seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain.
Pola ruang rumoh aceh dapat dibagi menjadi dua yaitu ruang dalam dan ruang luar.
1. Ruang Dalam
Pola Ruang dalam Rumoh Aceh bisa dilihat secara horizontal dan vertical. Secara
horizontal adalah denah Rumoh Aceh sendiri yang terdiri dari Rumoh Inong,
Seuramo Keu dan Seuramo Likot.Walaupun dikarenakan kebutuhan terdapat
beberapa Rumoh Aceh dengan tambahan Rumoh Dapu atau Dapur di samping
seuramo Likot.Biasanya Rumo Dapu ini lebih rendah atau sejajar dengan Seuramo
Likot.
Seuramo Keu/Agam
8
Seuramo Keu/ Serambi depan adalah ruangan yang berfungsi sebagai ruang tamu
dan bersifat semi publik. Ruangan ini dipergunakan untuk menerima tamu,
terutama tamu laki-laki baik tamu dihari biasa ataupun ketika diadakan acara
adat.
Ketika diadakan acara pernikahan seuramo Keu ini dipergunakan untuk
menerima linto baro/ pengantin pria sebelum disandingkan di pelaminan dengan
dara baro/pengantin wanita. Jika malam biasanya seuramo keu juga dipergunakan
sebagai tempat tidur anak laki-laki. Ruangan ini bersifat semi publik karena
pengaruh dari agama Islam yang membedakan ruangan wanita dan pria. Tamu
yang boleh naik keatas hanya tamu yang diijinkan oleh tuan rumah/kepala rumah
tangga. Jika dirumah tidak ada kepala rumah tangga biasanya tamu akan diterima
di bawah/kolong rumah yang terdapat bale-bale/balai.
Tangga untuk naik keatas merupakan pemisahan antara ruang publik (kolong
rumah ) dengan seuramo keu sebagai ruang semi publik. Tangga ini adahulunya
ditaruh dibawah kolong seuramo keu di bagian sebelah barat atau timur, hal ini
dilakukan agar para tamu masuk ke ruamh dengan menundukkan kepala untuk
menghormati pemilik rumah. Seiring perkembangan zaman tangga ini di pindah
kebagian sisi Barat atau Timur dengan tambahan teras rumah selebar 1 m. Hanya
saja budaya menunduk ketika memasuki rumah tetap dipertahankan dengan
membuat pintu yang tingginya sekitar 120-130 m.
Seuramo Inong
Seuramo Inong adalah bagian rumah yang berada ditengah. Bagian rumah ini
biasanya terdiri dari 2 bagian yaitu dibagian timur kamar untuk anak perempuan
yang disebut Jurei dan dibagian barat kamar utk orang tua yang disebut dengan
anjong. Diantara anjong dan Jurei terdapat rabat yang merupakan lorong yang
menghubungkan antara seuramo keu dan seuramo likot.
Seuramo Likot (Serambi Belakang)
Seuramo likot (bagian barat) berfungsi sebagai ruag tidur anak perempuan atau
dan orang tua jika ada anak perempuan yang baru saja menikah. Seuramo likot
juga berfungsi untuk menerima tamu perempuan jika ada acara-acara adat atau
tamutamu yang memiliki kekerabatan yang dekat karena seuramo likot bersifat
privat. Seuramo likot juga berfungsi sebagai dapur (dibagian timur) jika rumah
9
tidak memiliki rumoh dapu dan sekaligus sebagai ruang makan dan ruang kumpul
keluarga.
Rumoh Dapu (Dapur)
Rumoh Dapu adalah ruangan tambahan yang berfungsi sebagai
dapur.Biasanya rumoh dapu terletak disamping seuramo likot di bagian
Timur.Ketinggiannya bisa sejajar ataupun lebih rendah dari seuramo
likot.Ukurannya lebih kecil dari bagian lain di Rumoh Aceh karena ruangan ini
hanya berfungsi sebagai dapur.
Masyarakat Aceh dulunya memasak mempergunakan kayu bakar, sehingga di
Rumoh Dapu ada bagian dapu yang dibuat berbentuk persegi dan diisi dengan
tanah.Untuk kompornya dipergunakan batuan untuk meletakkan panci. Tanah ini
dipergunakan karean lantai dari rumoh dapu biasanya adalah bamboo dan kayu,
jadi rawan terbakar oleh api.
Seiring perkembangan zaman dan kebutuhan yang menyebabkan
perubahan pada budaya hidup, Rumoh Aceh seringkali didampingi oleh Rumah
yang dibangun tetapi tetap berdampingan dengan Rumoh Aceh sendiri. Hal ini
terjadi karena budaya anak-anak yang sudah dewasa (terutama perempuan) tetapi
blm tidak lagi tidur bersama orangtuanya. Rumah bawah inilah yang akhirnya
mempengaruhi keberadaan Rumoh Aceh yang semakin berkurang. Rumah bawah
ini yang biasanya disebut sebagai rumah tumbuh karena fungsinya yang
mengakomodasi pertambahan kebutuhan, terutama pertambahan anggota
keluarga.Di rumah bawah ini terdapat dapur, ruang makan, kamar mandi ruang
keluarga dan kamar tidur.
Munculnya rumoh yup/rumah bawah ini juga diakibatkan oleh
perkembangan zaman. Bahkan pada perkembangannya rumoh yup lebih banyak
dipergunakan daripada rumoh Aceh sendiri. Hal ini juga mengakibatkan
penggunaan rumoh Aceh menjadi semakin berkurang.
2. Ruang Luar
Rumoh Aceh memiliki ruangan dalam dan ruang luar yang merupakan
suatu kesatuan yang mengakomodasi kebutuhan pemiliknya. Ruang dalam dan
ruang luar terhubung melalui alur/sequence kegiatan sehari-hari masyarakat
Aceh. Ruang Luar terdiri dari Pintu masuk Rumah dan pagar pembatas, biasanya
10
dibuat dari bamboo atau kayu atau dari tanaman. Jika terbuat dari tanaman maka
tanaman ini merupakan tanaman obat-obatan atau tanaman sayuran atau buah-
buahan misalnya tanaman jarak, pohon kedondong, dll. Setelah melalui pintu
masuk kita akan bertemu dengan halaman yang luas yang biasanya ditanami
dengan tanaman komoditas seperti kopi, pinang, pisang,melinjo dll, pohon buah-
buahan seperti rambutan, jambu air, durian,dll serta beberapa tanaman
sayur/bumbu yang menjadi makanan sehari-hari seperti tomat cabe dll. Ada juga
beberapa rumah yang menanam tanaman hias untuk mempercantik halaman
rumah.
Hal ini tentu saja selain bermamfaat dari segi ekonomi dan kehidupan
sehari-hari juga sangat bermamfaat membantu kenyamanan penghuni rumah jika
musim kemarau, karena rumah yang memiliki banyak tanaman akan terasa lebih
sejuk.
11
d. Bentuk Rumah Adat Aceh
Rumah adat ini kaya akan nilai filosofis dan estetis. Hal tersebut terlihat dari
berbagai ornamen yang menghiasinya. Secara kasat mata, ornamen pada
setiap rumoh Aceh mungkin akan terlihat sama. Tapi jika ditelisik, ornamen pada
satu rumoh Aceh akan berbeda dengan ornamen pada rumoh Aceh yang lain. Perbedaan
tersebut konon menjelaskan daerah rumoh Aceh itu berasal.
Sementara, untuk bagian pancang yang menyanggah bangunan rumah, biasanya
terdiri dari 16-24 batang kayu. Bagian bawah rumah yang disebut dengan yup meh ini
biasa dipergunakan untuk memelihara ternak. Selain itu, bagian ini juga difungsikan oleh
para ibu sebagai tempat untuk membuat songket. Di masa lalu, penyangga
pada rumoh Aceh berfungsi agar binatang buas tidak dapat masuk ke dalam rumah.
Nilai-nilai Islam yang begitu melekat di masyarakat Aceh juga memberikan
pengaruh cukup besar pada bentuk serta tata letak rumoh Aceh. Salah
satunya, rumoh Aceh dibangun menghadap ke timur dan sisi belakangnya menghadap ke
barat. Hal ini dikarenakan agar rumah selalu menghadap ke arah kiblat (Mekkah),
sebagai simbol orang yang menetap di rumah tersebut selalu menjalankan perintah
agama.
12
Bangunan Rumoh Aceh. Tampak pada bagian depan, memperlihatkan susunan
ruang yaitu, serambi depan, serambi tengah, dan serambi belakang, yang berfungsi
sebagai tempat beraktifitas kaum lelaki di seuramoe keue (serambi depan) dan
perempuan di seuramoe likot (serambi belakang) dalam Rumoh Aceh.
13
Serambi
Serambi
14
BAB III
KESIMPULAN
Aceh sebagai daerah istimewa memiliki karakteristik rumah adat tersendiri yang
menyesuaikan dengan budaya sekitarnya dan selalu berlandas kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Aceh sebagai daerah yang memiliki keistimewaan dalam tata kelola pemerintahan, agama
serta adat istiadat, Aceh memiliki kewenangan untuk memajukan serta merawat kebudayaan
salah satunya rumah Adat Aceh. Keberadaan rumah Adat Aceh sekarang adalah hasil
peninggalan keluarga yang sampai sekarang masih ditempati oleh ahli waris. Dampak
kemajuan zaman dapat terlihat dari bangunan rumah Adat Aceh yang sudah ditinggalkan oleh
masyarakat dengan beralih kepada bangunan rumah yang lebih modern. Rumoh Aceh atau
rumah Aceh tempu dulu terbuat dari kayu yang terdapat di wilayah Aceh, dalam proses
pengambilan kayu di hutan juga terdapat ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Kamal.A. (2015) Menghidupkan kembali budaya tektonika Rumoh Aceh, Workshop
Inventarisasi dan Dokumentasi Rumah tradisionaldi Aceh, DinasKebudayaan dan
Pariwisata Aceh,Banda Aceh.
Zainuddin, HM. Tarich Aceh dan Nusantara, Medan 1961 , Iskandar Muda.
indonesiakaya.com.. Rumoh Aceh, Rumah yang Kaya akan Nilai Estetis dan Filosofis.
<https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/rumoh-aceh-rumah-yang-kaya-akan-
nilai-estetis-dan-filosofis/>.
16