Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MASYARAKAT DAN KEBUDAAN ACEh

Disusun oleh:

M. Luttan Irwanto Tarigan :2205905020057


Rijahul hamdi :2205905020040
Cut Rinda Purmawati :2205905020047
Cutwan Nurul Febriana :2205905020030

FALKULTAS ILMU SOAIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TEUKU UMAR
PRODI SOSIOLOGI
TAHUN AJARAN 2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberkan rahmad dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Masyarakat dan kebudayaan Aceh. Adapun
tujuan dalam penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Masyarakat dan
kebudayaan Aceh.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung kami dalam membuat dan menyusun masalah sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen Riki yulianda yang telah membimbing
dan memberikan arahan.
Kami menyadari, makalah ini yang kami buat masih jauh dari kata sempurnah. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangunkan kami nantikan demi kesempurnaan makalah kami
kedepannya.

Alue Penyarenng,14 Feburai 2023

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAYULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Aceh
B. Cara Pandangan hidupan di Aceh
C. Suku –Suku yang ada di aceh
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pengembangan kebudayaan Aceh yang Islami adalah dapat menjadi dasar pijakan
yang kuat serta memberi inspirasi yang mendalam terhadap upaya penataan dan
pewarisan budaya Aceh yang bersumber pada ajaran Islam. Upaya ini penting
dilakukan sebagai bagian dari usaha pelestarian dan pengembangan budaya Aceh
sebagai wujud dari budaya bangsa. Dengan demikian pelaksanaan dan pengembangan
kebudayaan di Aceh tidak terpisahkan dari kultur dan nilai religiusitas keislaman,
artinya sistem kebudayaan yang akan dikembangkan di Aceh harus didasari pada
nilai-nilai budaya dan bersumber dari ajaran Islam. yang merupakan wujud nyata dari
realisasi keistimewaan Aceh dan otonomi khusus. Berkaitan langkah-langkah riil
dalam upaya memecahkan kompleksitas permasalahan yang dihadapi bangsa dan
negara Indonesia saat ini, dimana persatuan dan kesatuan bangsa tengah diuji
eksistensinya. Apakah persatuan dan kesatuan tersebut akan terus bertahan atau hanya
akan tinggal dalam konsep dan slogan, mengingat berbagai indikator yang
memperlihatkan adanya tanda-tanda perpecahan di tengah kehidupan bangsa
Indonesia saat ini, seperti kemelut politik, SARA yang terjadi saat ini akan
mempengaruhi terhadap keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam upaya
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa banyak hal yang dapat dijadikan sebagai
dasar, di antaranya adalah etika, moral, budaya dan kaidah agama. Kesemuanya ini
dinilai dapat menjadi perekat pesrsatuan dan kesatuan bangsa. antara, etika, moral dan
budaya hakikatnya satu, yaitu sebagai produk daya cipta, rasa dan karya manusia,
ketiganya dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang di dalamnya terdapat
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. Budaya tersebut
selanjutnya dapat digunakan sebagai kerangka acuan (blue print) seseorang dalam
menjawab berbagai masalah yang dihadapinya

Aceh merupakan wilayah yang terletak di ujung barat Indonesia dan berada di ujung
pulau Sumatera. Berdasarkan kajian Gibb, sebagaimana dikutip oleh Muhammad A.R.,
Aceh adalah sebagai tempat pertama Islam diperkenalkan. Pada tahun 1297 M,
Marcopolo seorang pelaut berkebangsaan Italia telah mengunjungi Aceh. Bahkan pada
tahun 1345 M pelaut dari Maroko, Ibnu Batutah juga pernah mengunjungi Aceh.
Berdasarkan kajian sejarah, ketika mereka menginjakkan kakinya di Aceh, mereka telah
melihat masyarakat di Aceh telah memeluk agama Islam dan kerajaannya terkenal dengan
nama kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh raja Sultan Malik Al-Lahir. Pada abad
ke-15 Aceh malah telah menjadi salah satu dari lima kerajaan Islam yang terbesar di
dunia

Kebudayaan tidak akan terlepas dari kehidupan manusia, sebab nilai budaya adalah suatu
bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik
secara individual maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik
buruk, benar salah dan patut atau tidak patuT. Dengan demikian, kebudayaan dapat diberi
pengertian sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal, yang membedakan manusia
dengan makhluk lain adalah bahwa manusia mampu menciptakan kebudayaan karena
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan kebudayaan, di setiap pulaunya terdiri atas
beberapa provinsi yang mempunyai kebudayaan yang berbeda. Tiap suku bangsa memiliki
bahasa, rumah adat, tarian, lagu daerah, baju adat, upacara adat, makanan tradisional, dan
lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Aceh Tengah sebagai kawasan naggroe
antara, karena dianggap sebagai kawasan yang terletak diantara langit dan bumi. Penduduk
asli kota Takengon adalah suku Gayo. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Aceh Tengah
berprofesi sebagai petani. Kabupaten Aceh Tengah menghasilkan salah satu jenis kopi
arabika terbaik, Komoditas penting selain kopi adalah tebu, serta kakao, kemudian terdapat
pula tanaman sayur mayur dan palawija. Suku Gayo atau "urang gayo" adalah sebuah suku
bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian. Orang Gayo secara
mayoritas terdapat di kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah (sekitar 30-45%) dan Gayo
Lues (sekitar 50-70%) dan sebagian wilayah Aceh Tenggara dan 3 Kecamatan di Aceh Timur
yaitu Serbejadi, Peunaron, dan Simpang Jernih.
Aceh terbagi atas 23 kabupaten, salah satu diantaranya adalah Kabupaten Aceh Tengah. 1 2
Aceh Tengah berdiri tanggal 14 April 1948 berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1948
dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui
Undang-undang No. 7 (Drt) tahun 1956. Kemudian, pada 7 Januari 2004, Kabupaten Aceh
Tengah kembali dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan
Undang -undang No. 41 tahun 2003. Kabupaten Aceh Tengah beribukota di Takengon,
sementara Kabupaten Bener Meriah beribukota Simpang Tiga Redelong. Oleh sebab itu
kebudayaaan yang dimiliki masyarakat Bener Meriah sama dengan yang dimiliki kabupaten
Aceh Tengah

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masayarakat aceh?
2. Bagaimana Cara Pandang Kehidupan Di Aceh?
3. Apa saja suku yang ada dikota aceh
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASYARAKAT ACEH
Sebutan Suku Aceh merujuk kepada penduduk asli Aceh yang berada di wilayah Nangroe
Aceh Darussalam, suatu provinsi yang berada di paling ujung Pulau Sumatera sebelah
utara. Suku Aceh memiliki sejarah panjang di masa lalu, termasuk sebagai wilayah
perdagangan dan penyebaran agama Islam di Tanah Air. Penduduk Suku Aceh mayoritas
beragama Islam (Muslim) dan memiliki kekayaan budaya yang beragam. 

Kebudayaan yang dimiliki masyarakat Suku Aceh juga sarat dengan nilai-nilai keislaman dan
adat istiadat setempat. Suku Aceh memiliki rentetan sejarah yang sangat panjang. Nenek
moyang Suku Aceh berasal dari berbagai wilayah di luar Indonesia, seperti Arab, Melayu,
Semenanjung Malaysia dan India.Di Aceh, tiap-tiap periode tertentu memiliki ciri khas
budaya dari Nenek Moyang yang berbeda. Hal ini terjadi karena wilayah Aceh menjadi salah
satu tempatsinggah paling sering dikunjungi bagi para pedagang di seluruh dunia.Sebelum
agama Islam masuk ke daerah ini, masyarakat Aceh mayoritas memeluk agama Hindu. Hal
ini dapat dibuktikan dari beberapa budaya Aceh yang masih memiliki unsur-unsur Hindu dan
budaya India. Namun, setelah Agama Islam datang, terjadi penyesuaian dengan kebudayaan
Islam terhadap kebudayaan Aceh.

Pakaian Adat Suku Aceh Pakaian adat Aceh bernama Ulee Balang. Pakaian untuk pria
disebut baju Linto Baro, sedangkan pakaian untuk wanita disebut baju Daro Baro. Dahulu,
pakaian ini digunakan oleh para sultan maupun pembesar kerajaan. Saat ini, pakaian tersebut
kerap digunakan sebagai busana pengantin. Rumah adat suku Aceh bernama Rumoh Aceh.
Rumoh Aceh merupakan rumah panggung yang memiliki tiga bagian. Setiap rumah memiliki
ruang utama. Jumlah ruang yag dimiliki tergantung kemampuan dan kebutuhan masyarakat

Salah satu karakteristik yang patut diacungi jempol yang umumnya melekat pada masyarakat
Aceh adalah murah hati dan tidak pelit. Sikap murah hati ini tak terbantahkan jika merujuk
pada riwayat pengumpulan harta secara massal yang dilakukan orang Aceh sebagai modal
untuk membeli Pesawat Seulawah 1 dan 2. Tak sebatas itu, dalam kehidupan keseharian
masyarakat Aceh, sifat murah hati ini dapat dengan mudah diidentifikasi. Sifat seperti ini
seakan telah mendarah daging dalam diri orang Aceh yang terekspresikan melalui ungkapan:
“kajeut keu sifuet ureung Aceh, kureung leubeh hana dikira; asai atee bek tapeuteupeh, adak
boh kreh pih jeut taraba.
B .Cara pandan kehidupan di Aceh

Pada dasarnya, masyarakat Aceh adalah masyarakat yang cinta perdamaian, sebagaimana
anjuran agama Islam yang mereka anut. Semangat cinta damai ini terekspresikan secara
eksplisit melalui pemberian salam dengan lafal “assalamualaikum” manakala seorang Aceh
berpapasan dengan teman-temannya bahkan dengan orang yang belum dikenal sekalipun.
Jika seorang Aceh baik lakilaki maupun perempuan bertemu dengan teman lama, kerabat
yang jarang bertemu, atau orang-orang yang mereka hormati, maka setelah mengucapkan
salam, mereka saling bersalaman.

Realitas sosial masyarakat Aceh memperlihatkan bahwa ternyata konsep kiri-kanan ini
tersosialisasi dalam kehidupan orang Aceh sejak dini, yaitu saat masa kanak-kanak. Seorang
anak Aceh diajarkan menerima atau menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tangan
kanan dan dipantangkan dengan tangan kiri, sekalipun bagi anak kidal. Demikian pula ketika
bersalaman, memanggil, dan hal-hal lainnya tetap dilakukan dengan tangan kanan.
Ringkasnya, tangan kanan sebagai simbol kebajikan sangat dominan dipergunakan dalam
aktivitas dan interaksi sosial masyarakat Aceh. Sedangkan tangan kiri dianggap tidak sopan
dan lebih sering digunakan untuk membersihkan bagian tubuh setelah buang air kecil/besar.

Berkaitan dengan perkembangan kebudayaan Aceh dapat dikatakan suatu hasil proses
asimilasi merupakan hasil campuran dari berbagai kebudayaan dunia Islam. Hasyim
menjelaskan kedua macam proses pencampuran budaya yaitu akulturasi dan asimilasi
berlangsung di Aceh. Setelah Islam berhasil menempatkan diri sebagai sumber nilai bagi
kebudayaan, sebagai nilai-nilai kebudayaan Aceh disesuaikan dengan ajaran Islam.
Semuanya berjalan secara tertip dan variasi-variasi yang tidak mempunyai berpengaruh yang
besar dibiarkan berlaku tanpa terjadi konflik. Fenomena perubahan sosial dan budaya dalam
masyarakat Aceh berubah seirama dengan perkembangan zaman itu sendiri. Oleh karena itu
pengaruh atau hubungan antar budaya tersebut berlangsung dengan harmonis. Namun jika
asimilasi dan akulturasi tersebut dipaksakan akan terjadi benturan dalam masyarakat. Realitas
tersebut dipaksakan atau adanya pemaksaan budaya, maka budaya Aceh tindakan
menerimanya sehingga terjadi benturan. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa, Aceh
pernah mencapai kehidupan dan tamadun yang Islami selama beberapa ratus tahun antara
abad 16 dan 17.

Agama Islam sudah menjadi suatu anutan masyarakat di Aceh dan juga telah memberikan
warna dan corak tertentu bagi kehidupan masyarakat dalam segala aspeknya. Islam masuk ke
Aceh sejak abad pertama Hijriah, bukan saja telah mengislamkan orang-orang Aceh,
melainkan juga institusi-institusi dan tata nilai yang ada termasuk adat istiadat. Adat istiadat
dan kebiasaan yang secara prinsip tidak bertentangan dengan Islam, dibiarkan hidup dan
berkembang terus serta diberi bobot Islami, sedang yang bertentangan dengan Islam secara
berangsur-angsur dihapuskan, di samping mengganti dan menghapuskan unsur-unsur baru
yang sesuai dengan Islam.

Proses Islamisasi kelembagaan dan tradisi, berlangsung secara gradual dan terus-menerus,
sehingga tidak terjadi benturan- benturan antara agama dan adat istiadat. Keduanya berjalan
beriringan satu sama lain karena saling menunjangMasyarakat Aceh yang dikenal sebagai
masyarakat religius, dalam tradisi komulatif kehidupan keagamaannya dapat menunjukkan
bahwa agama merupakan salah satu kekuatan sosial budaya, di mana posisi ulama merupakan
suatu kedudukan yang memegang peranan penting. Dengan demikian masyarakat Aceh yang
religious dan mempunyai adat istiadat yang tinggi dalam berbagai aspek kegiatannya tidak
terlepas dari pola interaksi kesatuan agama dan adat istiadat. Oleh karena itu secara
konseptual hubungan antara ulama dan umara merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan
B. Apa saja suku yang ada dikota aceh
suku Aceh (Aksara Jawoë : ‫ه اورڠ‬NN‫( اچي‬atau yang dalam Bahasa Aceh yang ditulis
dengan huruf latin dibaca "Ureuëng Acèh" adalah nama sebuah suku penduduk asli
yang mendiami wilayah pesisir dan sebagian pedalaman Provinsi Aceh, Indonesia.
Suku Aceh mayoritas beragama Islam. Suku Aceh mempunyai beberapa nama lain
yaitu Lam Muri, Lambri, Akhir, Achin, Asji, A-tse dan Atse. Bahasa yang dituturkan
adalah bahasa Aceh,yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia
Barat dan berkerabat dekat dengan bahasa Cham yang dipertuturkan di Vietnam dan
Kamboja. Suku Aceh sesungguhnya merupakan keturunan berbagai suku, kaum, dan
bangsa yang menetap di tanah Aceh. Pengikat kesatuan budaya suku Aceh terutama
ialah dalam bahasa, agama, dan adat khas Aceh.Berdasarkan perkiraan terkini, jumlah
suku Aceh mencapai 3.526.000 jiwa, yang sebagian besar bertempat tinggal di
Provinsi Aceh, Indonesia. Sedangkan menurut hasil olahan data sensus BPS 2010
oleh Aris Ananta dkk., jumlah suku Aceh di Indonesia adalah sebanyak 3.404.000
jiwa. Selain di Indonesia, terdapat pula minoritas diaspora yang cukup banyak
di Malaysia, Singapura, Arab Saudi, Qatar, Australia, Kanada, Amerika Serikat,
Paraguay, Jerman dan negara-negara Skandinavia.Suku Aceh pada masa pra-modern
hidup secara matrilokal dan komunal. Mereka tinggal di permukiman yang disebut
gampong. Persekutuan dari gampong-gampong membentuk mukim. Masa keemasan
budaya Aceh dimulai pada abad ke-16, seiring kejayaan kerajaan Islam Aceh
Darussalam,dan kemudian mencapai puncaknya pada abad ke-17. Suku Aceh pada
umumnya dikenal sebagai pemegang teguh ajaran agama Islam, dan juga sebagai
pejuang.Legenda rakyat Aceh menyebutkan bahwa penduduk Aceh terawal berasal
dari suku-suku asli; yaitu suku Mante (Mantir) dan suku Lhan (Lanun). Suku Mante
merupakan etnis lokal yang diduga berkerabat rapat dengan suku Batak, suku Gayo,
dan Alas sedangkan suku Lhan diduga masih berkerabat dengan suku Semang yang
bermigrasi dari Semenanjung Malaya atau Hindia Belakang (Champa, Burma). Suku
Mante pada mulanya mendiami wilayah Aceh Besar dan kemudian menyebar ke
tempat-tempat lainnya. Ada pula dugaan secara etnologi tentang hubungan suku
Mante dengan bangsa Funisia di Babilonia atau Dravida di lembah sungai Indus dan
Gangga, namun haltersebut belum dapat ditetapkan oleh para ahli
kepastiannya.Ketika Kerajaan Sriwijaya memasuki masa kemundurannya,
diperkirakan sekelompok suku

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kebudayaan Aceh yang Islami adalah dapat menjadi dasar pijakan yang kuat serta
memberi inspirasi yang mendalam terhadap upaya penataan dan pewarisan budaya
Aceh yang bersumber pada ajaran Islam. masyarakat Suku Aceh juga sarat dengan
nilai-nilai keislaman dan adat istiadat setempat. Suku Aceh memiliki rentetan
sejarah yang sangat panjang. Nenek moyang Suku Aceh berasal dari berbagai
wilayah di luar Indonesia, seperti Arab, Melayu, Semenanjung Malaysia dan
India.Di Aceh, tiap-tiap periode tertentu memiliki ciri khas budaya dari Nenek
Moyang yang berbeda. Hal ini terjadi karena wilayah Aceh menjadi salah satu
tempatsinggah paling sering dikunjungi bagi para pedagang di seluruh
dunia.Sebelum agama Islam masuk ke daerah ini, masyarakat Aceh mayoritas
memeluk agama Hindu. Apakah persatuan dan kesatuan tersebut akan terus
bertahan atau hanya akan tinggal dalam konsep dan slogan, mengingat berbagai
indikator yang memperlihatkan adanya tanda-tanda perpecahan di tengah-tengah
kehidupan bangsa Indonesia saat ini, seperti kemelut politik yang terjadi saat ini
yang akan mempengaruhi terhadap keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam upaya mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa banyak faktor yang
dapat dijadikan sebagai dasar, di antaranya adalah etika, moral, budaya dan kaidah
agama. Kesemuanya ini dinilai dapat menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa. Dengan memperhatikan batasan pengertian tersebut tampak jelas bahwa
antara, etika, moral dan budaya hakikatnya satu, yaitu sebagai produk daya cipta,
rasa dan karya manusia, ketiganya dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang di
dalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan
sebagainya.
DAFTAR PURAKA

Alfian Ibrahim, 1977, Cendekiawan dan Ulama dalam Masyarakat Aceh, Sebuah Pengantar
Permulaan dalam Segi-segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh, Jakarta, LP3ES 1977 : 2004.

Syahrizal. 2004. “Diyat dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Aceh”, Media Syariah,
Banda Aceh, Vol. VI No. 11.

Rijal, Samsul, Merajut Damai Berbekal Syariat, Banda Aceh: Dinas Syariat Islam NAD,
2009.
___________, Dinamika Sosial Keagamaan Dalam Pelaksanaan Syariat Islam, Banda Aceh:
Dinas Syariat Provinsi, 2007.

Anda mungkin juga menyukai